Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas untuk
mata kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang
masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Malang, 5 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 3

BAB II

2.1 Definisi Korupsi 4

2.2 Definisi Pertahanan dan Keamanan 4

2.3 Hubungan Korupsi dengan Pertahanan dan Keamanan 6

2.4 Dampak Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan 10

BAB III

3.1 Kesimpulan 21

3.2 Saran 21

Daftar Pustaka 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

(Undang-Undang No.31 Tahun 1999). Dewasa ini di Indonesia banyak terjadi kasus korupsi

yang menyebabkan keterpurukan dalam berbagai aspek kehidupan. Semakin merajalelanya kasus

korupsi yang ada mnimbulkan banyak kesenjangan. Korupsi membawa banyak efek negatif bagi

suatu neg Seperti dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan

keamanan, lingkungan, sosial, dan budaya.

Dilihat dari sudut pandang pertahanan dan keamanan nasional, korupsi dapat memberi

dampak negatif bagi ketahanan dan keamanan nasional. Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia

adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang

terintegrasi, yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur sosial

maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional. Ketahanan nasional berisi

keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan

nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan

baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan Negara untuk menjamin identitas, integritas,

kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional. Dalam
pengertian tersebut, Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus

diwujudkan. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa

yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin

kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.

Dengan adanya korupsi yang mengganggu kondisi pertahanan dan keamanan nasional,

membuat ketidakstabilan dalan bidang pertahanan dan keamanan nasional. Penulis akan

membahas dampak tersebut dalam penjabaran makalah ini.

1.1 Rumusan Masalah

1.1.1 Apakah yang dimaksud dengan korupsi?

1.1.2 Apakah yang dimaksud dengan pertahanan dan keamanan?

1.1.3 Bagaimanakah hubungan korupsi dengan pertahanan dan keamanan negara?

1.1.4 Bagaimanakah dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan?

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari korupsi

1.2.2 Untuk mengetahui pengertian pertahanan dan keamanan

1.2.3 Untuk mengetahui hubungan korupsi dengan pertahanan dan keamanan negara

1.2.4 Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan


1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menjelaskan dampak korupsi dalam bidang pertahanan dan

keamanan nasional, agar selanjutnya dampak ini dapat dicegah melalui pendidikan anti korupsi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Korupsi

Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,

rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi

adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk

keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah

perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat,

dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka

dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan negara dan

masyarakat luas dengan berbagai macam modus.

2.2 Definisi Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan Keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat

Indonesia sebagai satu sistem Pertahanan dan Keamanan Negara, dalam mempertahankan dan

mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan negara kesatuan

Republik Indonesia. Pertahanan dan keamanan NKRI dilaksanakan dengan menyusun,

mengarahkan dan menggerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat di

seluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan

pertahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah satu fungsi utama dari pemerintah
dan negara Indonesia dengan TNI- POLRI sebagai intinya guna menciptakan keamanan bangsa

dan negara dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia.

Ketahanan Pertahanan dan Keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan

pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang

mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan

mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang datang dari luar maupun

dari dalam baik secara langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integritas dan

kelangsungan hidup bangsa dan negara NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Wujud Ketahanan Pertahanan dan Keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa

yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara

stabilitas pertahanan dan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan

hasil-hasilnya, serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala

bentuk ancaman. Analog dengan pengertian Ketahanan Nasional maka Ketahanan Pertahanan

dan Keamanan pada hakikatnya adalah keuletan dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan

kesiapsiagaan serta upaya bela negara, suatu perjuangan rakyat semesta, dalam mana seluruh

potensi dan kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer dan kepolisian disusun

dan dikerahkan secara terpimpin, terintegrasi dan terkoordinasi, untuk menjamin

penyelenggaraan Sistem Keamanan Nasional (dahulu Sishankamrata), menjamin kesinambungan

pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara berdasarkan.

Korupsi telah menjadikan bangsa Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang

tangguh pada seluruh aspek kehidupan nasional, baik aspek statis yaitu tri gatra (geografi,
demografi dan sumber kekayaan alam) maupun aspek yang dinamis panca gatra (ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan). Karena korupsi, Undang –undang

Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi

menjadi tidak berarti sama sekali. Korupsi merupakan tindakan kriminalitas yang merusak

Ketahanan Nasional yang notabene sebagai pedoman perkembangan suatu negara khususnya

NKRI. Tidak dapat dipungkiri apabila Korupsi semakin berkembang luas, akan memberikan

dampak negatif terhadap Ketahanan dan Keamanan Nasional.

2.3 Hubungan Korupsi dengan Pertahanan dan Keamanan

Perkara Korupsi, Kolusi dan nepotisme yang banyak menimpa para pejabat, baik dari

kalangan eksekutif, yudikatif maupun legislatif menunjukkan tidak hanya mandulnya Undang-

undang Nomor 28 tahun 1999, tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan nepotisme, tetapi juga semakin tidak tertibnya nilai-nilai kehidupan sosial

masyarakat. Kasus korupsi yang diduga melibatkan para menteri, gubernur, bupati, dan lain

sebagainya menunjukkan bahwa para pejabat negara yang diharapkan menjadi teladan bagi

masyarakat luas mengenai tertib hukum dan tertib sosial, ternyata justru mereka yang harus

duduk dikursi pesakitan dengan tuntutan tindak pidana korupsi. Kasus Bulog dan kasus dana non

bugeter DKP yang begitu kusut hanyalah sedikit dari sekian banyak perkara korupsi di negara

yang berupaya mewujudkan good goverment and clean goverment sebagai salah satu cita-cita

reformasi.

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan pisau analisa Ketahanan Nasional

yang mengacu kepada Wawasan Nusantara sebagai bagian dari Paradigma Nasional di samping

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, korupsi telah menciptakan terjadinya kerawanan
pangan, penurunan kredibilitas pemerintah, dan bahkan korupsi telah menciptakan pengeroposan

mentalitas pembangunan bangsa, sehingga untuk memberantasnya dibutuhkan upaya khusus

melalui pembangunan ketahanan nasional.

Korupsi telah menjadikan bangsa Indonesia tidak memiliki ketahanan nasional yang tangguh

pada seluruh aspek kehidupan nasional, baik aspek statis yaitu tri gatra (geografi, demografi dan

sumber kekayaan alam) maupun aspek yang dinamis panca gatra (ideologi, politik, ekonomi,

sosial budaya, dan pertahanan keamanan). Kondisi inilah yang menjadikan bangsa Indonesia

kurang diperhitungkan di dalam percaturan dunia internasional.

Dari artikel yang kami temukan, terdapat beberapa pendapat mengenai korupsi dan

ketahanan nasional. Berikut mennurut Samsuri, Ssos. MM. mengatakan konsep ketahan nasional

adalah keseimbangan dan keserasian dalam kehidupan sosial melingkupi seluruh aspek

kehidupan secara utuh dan menyeluruh berlandaskan falsafah bangsa, ideologi negara, konstitusi,

dan wawasan nasional. Menurutnya, fenomena pendangkalan, dan erosi pemaknaan ketahanan

nasional dalam kehidupan di masyarakat jangan didiamkan berlarut-larut dan perlu segera

dibenahi melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya melalui kegiatan seminar atau diskusi.

“Dan dalam persoalan pemikiran Ahmadiyah juga harus diluruskan demi ketentraman kehidupan

masyarakat Kabupaten Cirebon, karena hal demikian juga merupakan salah satu korupsi

pemikiran,” paparnya.

Sementara itu, Agus Alamsyah menuturkan bentuk korupsi sangat banyak salah satu

contohnya mengambil atau menyerobot hak orang lain pun bisa dikatakan korupsi. “Sebenarnya

penyebab dari orang korupsi adalah karena kemiskinan yang membelenggu baik itu miskin harta,

miskin hati, dan miskin iman serta kerakusan dan keserakahan. Oleh karenanya adanya
ketahanan sosial masyarakat seperti mempunyai kemampuan untuk mengendalikan konflik yang

merupakan modal dalam membina persatuan,” tuturnya.

KH. Noor Zein menambahkan, tindak pidana korupsi masih sering terjadi perbedaan

penafsiran baik antara aparat penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim) maupun dengan pejabat

daerah. Hal tersebut merupakan persoalan yang perlu dikaji kembali, sehingga dapat

diformulasikan model penegakan hukum di daerah agar lebih efesien dan efektif.

Praktek korupsi seakan menjadi penyakit menular yang tidak ditakuti seperti halnya flu

burung. Adakalanya disebabkan karena pemenuhan kebutuhan seperti yang dilakukan oleh

pegawai rendahan, tapi ada juga yang karena pengaruh budaya materialistis menumpuk kekayaan

seperti koruptor-koruptor dari kalangan pejabat tinggi yang kehidupannya sudah lebih dari

"mewah". Karena adanya pemerataan korupsi maka tidak salah kalau orang mengatakan bahwa

korupsi sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Artinya pokok permasalahan dari

korupsi adalah bagaimana pola pikir masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi? Apakah

dilatarbelakangi budaya materi dengan menumpuk kekayaan atau secukupnya sesuai kebutuhan

dan bila berlebih akan disalurkan bagi yang membutuhkan sebagaimana ajaran agama dan etika

moral.

Hal ini berarti bicara bagaimana pola tingkah laku, peresapan ajaran agama, moralitas dan

hal-hal lain yang mempengaruhi mental seseorang. Begitu pula halnya dengan kolusi dan

nepotisme yang akar permasalahannya terletak pada kekalahan dari idealisme sosial yang berisi

nilai-nilai yang dapat menciptakan keteraturan dalam masyarakat. Kolusi dan nepotisme telah

menjadi kebiasaan dalam struktural masyarakat kita. Hal ini bisa kita amati dalam kehidupan

sehari-hari. Pekerjaan merupakan barang yang mahal saat ini. Tapi untuk sebagian orang yang
melewati jalan belakang ini sangatlah mudah. Misalnya cukup dengan membayar sejumlah uang

dalam jumlah besar atau dengan membawa surat sakti dari "orang kuat" atau melobi keluarga

dekat yang berada dalam struktur lapangan kerja yang diinginkan. Bila ini diimbangi dengan

kualitas yang bagus tidak masalah, walaupun rasa keadilan tetap masih ternodai. Tapi kalau

kualitasnya jelek, ini sama saja dengan menempatkan orang yang bukan ahlinya yang kelak

justru akan menambah pada kehancuran. Parahnya hal ini seakan telah menjadi prosedural bukan

saja diinstitusi swasta tapi juga di pemerintahan.

Pertanyaan berikutnya, apa ada jaminan pelaku tersebut dijerat oleh hukum? Atau justru

lepas dan ia akan terus membina kondisi ini dan akan terjadi regenerasi terus-menerus. Lalu

apakah masyarakat akan menentang jalur-jalur belakang ini atau justru lahir sikap pembiaran

karena ternyata juga telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat saat ini. Jadi jelaslah

bahwa upaya preventif dari pemberantasan KKN adalah dengan menciptakan tertib sosial dalam

arti adanya tertib nilai-nilai yang harus diaplikasikan dalam struktur masyarakat. Dengan

berubahnya pola tingkahlaku yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan, agama dan etika moral

akan lebih efektif dibandingkan hanya dengan aplikasi Undang-undang saja. Jadi perlu adanya

keseimbangan antara tertib sosial dan tertib hukum untuk dapat mencapai reformasi yang

mensejahterakan masyarakat.

Ternyata korupsi di Indonesia memang sulit untuk di berantas, karena hukuman dan sangsi

yang terlalu ringan jika di bandingkan dengan hasil uang negara yang mereka korupsi, sehingga

tidak akan memberikan efek jera kepada para pelakunya. Pemberantasan korupsi menjadi

semakin sulit karena para aparat penegak hukum yang ditugasi melaksanakan pemberantasan

korupsi justru memanfaatkan situasi dan ikut bermain dalam kasus yang mereka tangani,
sehingga para koruptor tidak terlalu memperhitungkan secara serius tentang resiko dari

perbuatan korupsi.

2.4 Dampak Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan

Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan belum dapat disentuh oleh agen-agen

pemberantas kosupsi. Akibatnya tidak banyak kasus korupsi yang terungkap dan sampai kepada

putusan pengadilan yang terungkap di media masa, namun apakah hal tersebut berarti institusi

Pertahanan dan Keamanan Indonesia, TNI dan Polri dapat dikatakan bebas dari kasus korupsi?

Kesimpulan seperti itu tidak dapat diambil begitu saja. Kasus yang sedang hangat dibicarakan

akhir-akhir ini adalah kasus Simulator SIM yang melibatkan Irjen Polisi Djoko Susilo. Diluar

kasus tersebut, kinerja kepolisian yang berhubungan langsung dengan masyarakat sipil pun

secara persepsi masih kental dengan tindakan korupsi mulai dari uang damai, penyuapan,

maupun jasa pengamanan illegal. Lain hal nya di tubuh Tentara Nasional Indonesia, selama ini

terkesan tidak terjamah oleh aparat penegak hukum dalam hal penanganan pidana Korupsi. ICW

meberitakan dalam situsnya, telah ada bukti awal dan laporan terkait paling tidak untuk lima

kasus korupsi yang diserahkan ke pihak Kejaksaan Agung namun belum diadakan penyelidikan,

yang dijadikan alasan tentunya undang-undang yang membatasi kewenangan kejaksaan untuk

menangani kasus korupsi di TNI. Sesuai ketentuan perundang-undangan, kejaksaan harus

menggandeng Mabes TNI untuk membentuk tim penyidik koneksitas. Lalu kenapa KPK tidak

turun tangan menangani kasus-kasus seperti ini? Bukan kah KPK lembaga yang dibentuk secara

khusus dan peraturan yang mengatur kewenangannya pun diatus secara khusus (lex spesialis)?

Disini terlihat bahwa, sampai sekarang ranah Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan

belum dapat disentuh oleh agen-agen pemberantas kosupsi.


Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, peluang korupsi, baik uang maupun kekuasaan,

muncul akibat tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan di tubuh angkatan

bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak berdayanya hukum saat harus berhadapan dengan

oknum TNI/Polri yang seringkali berlindung di balik institusi Pertahanan dan Keamanan.

Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Indria

Samego (1998) mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI akibat korupsi:

1. Secara formal material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan angkatan

bersenjata amatlah kecil karena ABRI lebih mementingkan pembangunan ekonomi

nasional. Ini untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dari rakyat bahwa ABRI memang

sangat peduli pada pembangunan ekonomi. Padahal, pada kenyataannya ABRI memiliki

sumber dana lain di luar APBN

2. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para pengusaha

keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak

mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan prajurit secara

keseluruhan.

3. Orientasi komersial pada sebagian perwira militer ini pada gilirannya juga menimbulkan

rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan yang sama. Karena itu,

demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan militer, mereka yang mendapatkan

jabatan di perusahaan negara atau milik ABRI memberikan sumbangsihnya pada mereka

yang ada di lapangan.

4. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat

profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang mengenyam kenikmatan


berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata maupun atas nama pribadi. Selain itu, sifat

dan nasionalisme dan janji ABRI, khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal

kepentingan nasional dan untuk mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa

Indonesia lambat laun akan luntur dan ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi

pengawal bagi kepentingan golongan elite birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan

kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi, akan terjadi pula dikotomi,

tidak saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga antara perwira yang profesional

dan Saptamargais dengan para perwira yang berorientasi komersial.

Adapun dampak-dampak yang nyata terlihat dari adanya korupsi di bidang Pertahanan dan

Keamanan dapat kami sampaikan sebagai berikut:

1. Kerawanan HANKAMNAS karena lemahnya ALUSISTA

Indonesia adalah negara nomor 15 terluas di dunia, dengan luas daratan keseluruhan

1.919.440 km dan luas lautan 3.2 juta km2. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di

dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara

sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur

timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis

ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan

ekonomi.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra

Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia akan

sepanjang London sampai Iran, sebuah wilayah yang sangat besar.


Lima pulau besar di Indonesia adalah: Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa

dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas

539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas

421.981 km persegi.

Dengan penduduk yang 230 juta jiwa, tentara yang melindungi negara berjumlah 316.00

tentara aktif dan 660.000 cadangan, atau hanya sekitar 0,14% dibandingkan dengan jumlah

penduduk. Dengan bentuk negara kepulauan seperti ini tentunya masalah kerawanan hankam

menjadi sesuatu yang sangat penting. Alat pertahanan dan SDM yang handal akan sangat

membantu menciptakan situasi dan kondisi hankam yang kondusif. Kondisi hankam yang

kondusif ini merupakan dasar dan penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di

kawasan tersebut.

Saat ini kita sering sekali mendapatkan berita dari berbagai media tentang bagaimana

negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah Negara Indonesia, baik dari darat, laut

maupun udara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pertahanan dan keamanan Indonesia

masih sangat lemah. Tentunya hal ini sangat berhubungan dengan alat dan SDM yang ada.

Sudah seharusnya Negara Indonesia mempunyai armada laut yang kuat dan modern

untuk melindungi perairan yang begitu luasnya, serta didukung oleh angkatan udara dengan

pesawat-pesawat canggih yang cukup besar yang mampu menghalau pengganggu kedaulatan

dengan cepat, tentunya juga harus dibarengi dengan kualitas dan integritas yang tinggi dari

TNI yang kita banggakan.Tentunya ini membutuhkan anggaran yang besar. Apabila anggaran

dan kekayaan negara ini tidak dirampok oleh para koruptor maka semua itu akan bisa

diwujudkan. Dengan ini Indonesia akan mempunyai pertahanan dan keamanan yang baik

yang pada akhirnya menghasilkan stabilitas negara yang tinggi.


Salah satu contoh kasus korupsi yang berdampak pada pengadaan ALUTSISTA di

Indonesia dimuat pada harian Kompasiana pada tanggal 11 Desember 2014.

Bocornya Anggaran Alutsista, Kemana KPK?

Kasus korupsi di Indonesia sudah mencapai segala lini. Tidak hanya permainan di bagian

keuangan negara seperti Bank. Korupsi juga sempat menyambangi sisi religious negara ini.

Sebut saja kasus korupsi pengadaan Al Quran, kasus korupsi anggaran haji atau kasus korupsi

penyelewengan dana catering haji. Ketika hampir sisi sudah dikuasai oleh korupsi, lantas kita

mau apa?

Pagi ini saya membaca sebuah link berita tentang dugaan kasus penyelewengan dana untuk

pengadaan alat di TNI oleh Menteri Pertahanan. Link berita tersebut adalah

http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/10/red-flag-raised-over-arms-deal.html. Sungguh

saya sangat kaget, walaupun saya tahu bahwa korupsi sudah menjalar kemana-mana. Bagaimana

tidak kaget, TNI salah satu garda terdepan membela Indonesia telah dirasuki korupsi. Saya tidak

habis pikir dan terus berpikir tentang hal tersebut.

Dugaan korupsi ini terletak pada anggaran pembelian sistem roket multi-launcher (MLS) yang

dibeli dari Avibras (perusahaan aerospacial dari Brazil). Anggaran diduga melebihi sebesar US $

134.900.000 dengan nilai MLS sebesar US $ 405.000.000. Inspetorat dalam tubuh TNI sendiri

sudah menandai beberapa kejanggalan dalam proses ini. Selain itu, sudah melanggar peraturan

dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

MLS yang dibeli dari Avibras ini juga tidak memenuhi ekspektasi dan standar yang diinginkan di

Indonesia. Avibras hanya menyediakan 8 sistem kontrol api dan memberikan 7 dari 38
kebutuhan suplai amunisi kendaraan. Hal ini sangat-sangat merugikan negara Indonesia, terlebih

di bidang pengamanan. Kita tidak ingin bukan, Indonesia menjadi sangat lemah ketika diserang

oleh negara lain dengan teknologi yang lebih canggih.

Dugaan korupsi sebesar US $ 134.900.000 ini dikarenakan Avibras sudah mengadakan kerja

sama terlebih dahulu dengan PT. Poris Duta Sarana. Dimana kesepakatan mereka sangat

merugikan negara ini. Bayangkan, uang sebesar itu bisa untuk pengadaan barang untuk 1

batalion TNI. Hal ini diperparah dengan statement Jendral Moeldoko pada berita

http://www.news.viva.co.id/news/read/528101-moeldoko–kpk-tak-bisa-usut-pembelian-alutsista-

tni. Dalam link berita tersebut Jendral Moeldoko mengatakan

“Tidak bisa (KPK periksa TNI). Ada sesuatu yang tidak bisa dibuka, seperti belanja senjata

karena memiliki standar rahasia.”

“Karena itu pengadaan alutsista harus dirahasiakan. Tetapi yang tidak memiliki value rahasia,

pasti akan dibuka.”

Dua pernyataan tersebut mengundang banyak spekulasi. Bisa saja memang untuk kerahasiaan

negara hal tersebut tidak bisa dibocorkan begitu saja. Tetapi spekulasi lainnya, memang terjadi

korupsi dibalik kerahasiaan tersebut. Walaupun Jendral Moeldoko terus menerus menyangkal

bahwa dalam tubuh TNI tidak akan ada korupsi. Di sisi lain itu bisa saja terjadi kan?

Di akhir artikel ini saya ingin menambahkan sebuah informasi. Informasi ini berasal dari teman

saya bahwa ada campur tangan sosok “anak” dalam ini semua. “anak” itu terkenal dimana-mana

dan ayahnya adalah sosok “king maker” sesungguhnya di Indonesia ini. Tapi sebelum terlalu
jauh dan dituduh fitnah. Saya hanya ingin mengatakan bahwa semua hal bisa terjadi. Bahkan

untuk sebuah hal yang dianggap baik, belum tentu itu baik.

Bantai semua kasus korupsi di Indonesia ini.

Jangan biarkan mereka bernafas.

Sekian

2. Lemahnya Garis Batas Negara

Indonesia dalam posisinya berbatasan dengan banyak negara, seperti Malaysia, Singapura,

China, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia. Perbatasan ini ada yang

berbentuk perairan maupun daratan. Daerah-daerah perbatasan ini rata-rata terisolir dan

mempunyai fasilitas yang sangat terbatas, seperti jalan raya, listrik dan energi, air bersih dan

sanitasi, gedung sekolah dan pemerintahan dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan

masyarakat yang hidup di wilayah perbatasan harus menanggung tingginya biaya ekonomi.

Kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah tapal batas dengan negara lain, seperti yang terjadi

di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Malaysia, mengakibatkan

masyarakat lebih cenderung dekat dengan negara tetangga Malaysia karena negara tersebut

lebih banyak memberikan bantuan dan kemudahan hidup bagi mereka. Bahkan masyarakat

tersebut rela untuk berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia apabila

kondisi kemiskinan ini tidak segera ditanggapi oleh pemerintah Indonesia.

Hal ini akan semakin menimbulkan kerawanan pada perbatasan dan berakibat melemahnya

garis batas negara. Kondisi ini ternyata hampir merata terjadi di wilayah perbatasan
Indonesia. Perekonomian yang cenderung tidak merata dan hanya berpusat pada perkotaan

semakin mengakibatkan kondisi wilayah perbatasan semakin buruk.

Sisi lain dari permasalahan perbatasan, Indonesia mencatat kerugian yang sangat besar dari

sektor kelautan, seperti yang dilansir oleh kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang

menyatakan bahwa Indonesia mengalami kerugian 9,4 Triliun Rupiah per tahun akibat

pencurian ikan oleh nelayan asing (www.tempointeraktif.com/ hg/bisnis, 12 April 2011).

Nelayan asing dari Malaysia, Vietnam, Philipina, Thailand sering sekali melanggar Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan meneruk kekayaan laut yang ada di dalamnya. Hal

ini terjadi berulang kali dan sepertinya Indonesia belum mampu mengatasi masalah ini.

Kondisi ini semakin jelas, bahwa negara seluas 1,9 juta km persegi ini ternyata hanya dijaga

oleh 24 kapal saja, dan dari 24 kapal tersebut hanya 17 kapal yang dilengkapi dengan senjata

yang memadai, seperti yang dijelaskan oleh Syahrin Abdurahman, Dirjen Pengawasan

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP), Kementerian Kelautan dan

Perikanan RI (www.tempointeraktif.com/ hg/bisnis/, 12 April 2011).

Selain itu wilayah tapal batas ini sangat rawan terhadap berbagai penyelundupan barang-

barang illegal dari dalam maupun luar negeri, seperti bahan bakar, bahan makanan,

elektronik, sampai penyelundupan barang-barang terlarang seperti narkotika, dan senjata dan

amunisi gelap. Selain itu juga sangat rawan terjadinya human trafficking, masuk dan

keluarnya orang-orang yang tidak mempunyai izin masuk ke wilayah Indonesia atau

sebaliknya dengan berbagai alasan.

Kita bisa bayangkan, andaikan kekayaan negara tidak dikorupsi dan dipergunakan untuk

membangun daerah-daerah perbatasan, maka negara ini akan semakin kuat dan makmur.
3. Menguatnya Sisi Kekerasan Dalam Masyarakat

Kondisi kemiskinan pada akhirnya memicu berbagai kerawanan sosial lainnya yang semakin

membuat masyarakat frustasi menghadapi kerasnya kehidupan. Kondisi ini membuat

masyarakat secara alamiah akan menggunakan insting bertahan mereka yang sering kali

berakibat negatif terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Masyarakat menjadi sangat apatis dengan berbagai program dan keputusan yang dibuat oleh

pemerintah, karena mereka menganggap hal tersebut tidak akan mengubah kondisi hidup

mereka. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung berusaha menyelamatkan diri dan

keluarga sendiri dibanding dengan keselamatan bersama, dengan menggunakan cara-cara

yang negatif.

Akumulasi dari rasa tidak percaya, apatis, tekanan hidup, kemiskinan yang tidak berujung,

jurang perbedaan kaya dan miskin yang sangat dalam, serta upaya menyelamatkan diri

sendiri menimbulkan efek yang sangat merusak, yaitu kekerasan. Setiap orang cenderung

keras yang pada akhirnya perkelahian masal pemuda, mahasiswa dan anak sekolah setiap

hari kita dapatkan beritanya di koran dan televisi. Penyelesaian berbagai masalahpun pada

akhirnya lebih memilih kekerasan dari pada jalur hukum, karena sudah tidak ada lagi

kepercayaan kepada sistem dan hukum. Belum lagi permasalahan lain yang lebih dahsyat

yang dihubungkan dengan agama dan kepercayaan. Kekerasan seperti ini mengakibatkan

perang saudara yang sangat merugikan baik material maupun bahkan berimbas kepada

budaya dan tatanan masyarakat, seperti yang pernah terjadi di Ambon, Poso dan beberapa

wilayah di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Korupsi adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang

diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka

memenuhi kepentingan pribadi.

Pertahanan dan Keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat

Indonesia sebagai satu sistem Pertahanan dan Keamanan Negara, dalam mempertahankan

dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan negara

kesatuan Republik Indonesia.

Dampak nyata yang terlihat dari adanya korupsi di bidang Pertahanan dan Keamanan

adalah kerawanan HANKAMNAS karena lemahnya ALUSISTA, lemahnya garis batas

negara, menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat.

3.2 Saran

Dengan menulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat

mengetahui dampak korupsi terhadap HANKAM dan dapat dijadikan sebagai motivatir

agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan

pemikiran yang intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi sehingga kita dapat

menekan jumlah kasus korupsi di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Gebriel. 2011. Korupsi dan Ketahanan. (Online).(Available:

http://gebriellucifer.blogspot.com/2011/08/korupsi-dan-ketahanan-negara.html) 9 Maret

2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2011.

Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian

Rahmat Hidayat. 2014. Makalah Dampak Tindakan Korupsi.(Online) (Available: http://forester-

untad.blogspot.com/2014/05/makalah-dampak-tindakan-korupsi.html) 9 Maret 2015

Snezanayofanda.2013. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Kemanan. (Online) (Available:

http://snezanayofanda.blogspot.com/2013/06/pengaruh-aspek-pertahanan-dan-

keamanan.html) 9 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai