3 September 2021
EDITORIAL
Rita Khairani
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Indonesia
Email: rita.khairani@trisakti.ac.id
Dibandingkan dengan perkembangan heterolog. Penelitian tersebut menggunakan
vaksin COVID-19, kemunculan banyak varian Roratix (RV1) dan RotaTeq (RV5) pada 1.393 bayi
baru menyebabkan peningkatan mortalitas dan berusia 6–14 minggu. Sampel diacak menjadi 5
morbiditas, distribusi vaksin secara global, kelompok, 2 kelompok diberikan vaksin homolog
ketersediaan suplai vaksin yang terbatas dan sisanya diberikan vaksin heterolog, yaitu
dan kejadian ikutan pasca imunisasi. Hal ini RV5-RV5-RV5, RV5-RV1-RV1, RV5-RV5-RV1,
memunculkan kekhawatiran penurunan efektivitas RV1-RV1, dan RV1-RV5-RV5. Jumlah sampel
vaksin yang telah ada. Setelah laporan kejadian yang mengalami perubahan seropositif (Ig A≥20
tromboemboli akibat penggunaan ChAdOx1- U/mL) pada pemberian dosis pertama kelompok
nCoV-19 dari AstraZeneca, beberapa negara Eropa heterolog berkisar 77–96% sampel dan tidak
mulai meneliti tentang penggunaan vaksin yang berbeda bermakna diantara kelompok lainnya.
berbeda dengan dosis pertama atau yang disebut Sehingga disimpulkan pemberian vaksin heterolog
strategi mix-and-match atau vaksin heterolog.(1) aman dan menginduksi respons imun yang sama
Vaksin heterolog melibatkan pemberian antigen dibandingkan vaksin homolog.(5,6)
penyakit yang sama atau serupa melalui dua tipe Penelitian penggunaan mix-and-match
vaksin berbeda, dosis pertama untuk membentuk vaksin juga dilakukan pada vaksin Ebola.
sistem imun dan dosis berikutnya dengan tipe Mutua et al meneliti dewasa sehat yang dibagi
berbeda untuk meningkatkan respon imun.(2) menjadi 4 kelompok yang menerima vaksin
Beberapa jenis vaksin yang banyak diteliti dalam Ebola heterolog. Kelompok pertama menerima
konsep vaksin heterolog ini diantaranya kombinasi vaksin Ad26.ZEBOV atau MVA-BN-Filo, diikuti
vaksin chimpanzee adenovirus-vectored vaksinasi kedua dengan vaksin berbeda selang
vaccine (ChAdOx 1 nCoV-19) atau AstraZeneca 28 atau 56 hari dengan masing-masing memiliki
dengan vaksin mRNA-1273 atau vaksin Moderna, kelompok plasebo. Tujuan utama penelitian
dan vaksin BNT162b2 atau vaksin Pfizer.(3,4) yaitu menilai keamanan dan tolerabilitas vaksin
Penggunaan vaksin heterolog telah heterolog. Hasil penelitian didapatkan, mayoritas
dilakukan sebelumnya pada beberapa vaksin, efek samping yaitu sakit kepala dan nyeri lokal.
seperti vaksin Ebola dan rotavirus, bahkan Tidak ada perbedaan efek ikutan vaksin pada
konsep vaksin heterolog vaksin rotavirus sudah semua rejimen. Dua dosis vaksin heterolog yang
dimulai sejak tahun 2006 di Amerika Serikat. menggunakan Ad26.ZEBOV dan MVA-BN-
(5)
Terdapat dua macam vaksin rotavirus yaitu Filo mempunyai imunogenik tinggi terhadap
RotaTeq yang memerlukan tiga dosis dan Roratix glikoprotein virus Ebola dan kadarnya bertahan
yang memerlukan dua dosis pemberian. Kedua setelah 360 hari pertama.(7)
vaksin terbukti memiliki efikasi yang tinggi Penggunaan mix-and-match vaksin
dan aman dalam penggunaannya, karena hanya COVID-19 telah dilakukan di India karena dengan
sedikit sekali kasus intususepsi yang dilaporkan populasi besar sulit untuk mendapatkan vaksin
dibandingkan vaksin rotavirus sebelumnya, tetapi yang sama untuk dua kali pemberian. Pemberian
pada pelaksanaannya kadang sulit mendapatkan vaksin kedua dengan tipe vaksin yang berbeda
vaksin yang sejenis.(5) Penelitian sebelumnya lebih baik daripada tidak memberikan booster
mengadakan uji acak terkontrol yang meneliti sama sekali.(2) Penelitian mix-and-match vaksin
penggunaan vaksinasi rotavirus homolog dan COVID-19 juga dilakukan di Spanyol yang
DOI: https://dx.doi.org/10.18051/JBiomedKes.2021.v4.87-89
87
Khairani Strategi mix-and-match vaksin COVID-19, seberapa efektifkah?
melibatkan 663 subjek.(8) Pertimbangan keamanan tersebut menyatakan bahwa pemberian vaksin
di beberapa negara Eropa merekomendasikan heterolog dapat menginduksi respons imunitas
subjek yang telah menerima dosis pertama vaksin seluler dan humoral yang lebih kuat terhadap
AstraZeneca mendapatkan vaksin yang berbeda infeksi COVID-19 dengan profil reaktogenisitas
untuk dosis yang kedua. Sebanyak 431 subjek yang dapat diterima.(11)
yang telah mandapatkan vaksin AstraZeneca, Gram et al melakukan penelitian mix-and-
setelah empat minggu mendapatkan vaksin match di Denmark melibatkan 144.360 subjek
Pfizer untuk dosis kedua dan sisa 232 subjek yang menggunakan ChAdOx1 pada dosis pertama
sebagai kontrol tidak mendapatkan booster. Hasil dan 136.551 subjek diantaranya menggunakan
penelitian menunjukkan subjek yang menerima vaksin m-RNA sebagai dosis kedua. Penelitian ini
vaksin heterolog memiliki respon imun lebih kuat bertujuan untuk mengestimasi efektivitas vaksin
dan peningkatan antibodi lebih tinggi yang dapat (EV) bila menggunakan metode vaksin heterolog,
mengenali dan menginaktivasi virus SARS-CoV-2 menilai semua penyebab kematian karena
pada uji laboratorium. Sedangkan kelompok COVID-19 dan mortalitas setelah mendapatkan
kontrol yang tidak mendapatkan booster tidak vaksin. Hasil penelitian menunjukan EV vaksin
mengalami perubahan kadar antibodi.(8) heterolog adalah 88% (95% confidence interval
Penelitian Com-COV multisenter tersamar (CI): 83;92) yang dinilai pada 14 hari setelah
acak yang diadakan di Inggris membandingkan dosis kedua. Hasil tersebut serupa dengan vaksin
penggunaan vaksin homolog dan heterolog dari homolog m-RNA. Tidak ada subjek yang perlu
vaksin ChAdOx 1 nCoV-19 AstraZeneca dan dirawat dan mortalitas selama studi berlangsung,
vaksin BNT162b2 Pfizer-BioNTech.(3,9) Sebanyak risiko.(12)
830 subjek berusia minimal 50 tahun tanpa Penelitian lain melibatkan 1200 subjek
komorbid atau komorbid ringan dibagi menjadi tengah dilakukan di Canada dengan membagi dua
empat kelompok. Mereka menerima ChAd/ChAd, belas kelompok menggunakan vaksin homolog
ChAd/BNT, BNT/BNT atau BNT/ChAd dengan dan heterolog kombinasi ChAdOx1 AstraZeneca,
interval pemberian 28 dan 84 hari. Konsentrasi mRNA-1273 Moderna atau BNT162b2 Pfizer
IgG anti-spike SARS-CoV-2 serum dan dengan jarak pemberian 28 dan 112 hari. Studi ini
reaktogenisitas sistemik setelah 28 hari lebih tinggi meneliti respons imun, keamanan, kejadian ikutan
pada kelompok vaksin heterolog dibandingkan pasca vaksinasi dan imunogenisitas pemberian
vaksin homolog, serta imunogenisitas lebih tinggi dua tipe vaksin berbeda, dan interval terbaik
pada kelompok ChAd/BNT dibandingkan dengan antara dosis pertama dan kedua.(13)
ChAd/ChAd. Tidak ada perbedaan bermakna efek World Health Organization (WHO)
samping yang ditimbulkan pada semua kelompok. merekomendasikan penggunaan vaksin yang
Hasil penelitian dengan interval 84 hari masih sama digunakan pada dosis pertama dan kedua.
berlangsung.(3,9,10) Jika produk vaksin COVID-19 yang berbeda tidak
Studi mix-and-match lainnya sengaja diberikan pada dosis kedua, maka tidak
menggunakan kombinasi vaksin ChAdOx1 nCoV- ada dosis tambahan. Saat ini pemberian vaksin
19 AstraZeneca dan booster menggunakan vaksin heterolog hanya boleh diberikan jika manfaatnya
m-RNA (BNT162b2 Pfizer atau mRNA-1273 lebih besar dari risikonya seperti dalam situasi
Moderna) dilakukan pada 216 subjek. Sebanyak pasokan vaksin yang terputus.(14) Meskipun saat
97 subjek kelompok ChAd/ BNT atau ChAd / ini tidak ada data priming heterolog dengan
mRNA1273, pada kelompok homolog dibagi produk vaksin lainnya, sejumlah besar studi klinis
55 subjek kelompok ChAd/ChAd dn sisanya 64 berbagai kombinasi vaksin dan jadwal saat ini
subjek kelompok ChAd /mRNA1273. Konsentrasi sedang berlangsung. Strategic Advisory Group
IgG spike-spesific, antibodi neutralizing dan sel T of Experts WHO akan meninjau data yang saat
CD4 spike-specific lebih tinggi bermakna pada ini tersedia dan memperbarui rekomendasi yang
kelompok heterolog dibandingkan kelompok sesuai.(14)
ChAd ataupun mRNA. Kadar sel T CD8 juga Situasi program vaksinasi COVID-19
terlihat lebih tinggi bermakna pada kelompok di Indonesia, melalui data dari Kementerian
vaksin heterolog. Kesimpulan dalam penelitian Kesehatan Republik Indonesia per tanggal 26
88
J Biomedika Kesehat Vol. 4 No. 3 September 2021
89