Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di rumah sakit maupun laboratorium adalah
pemeriksaan darah lengkap (complete blood count, CBC).
Pemeriksaan darah lengkap mampu mendeteksi berbagai macam gangguan yang bermanifestasi
di dalam darah, oleh karena itu pemeriksaan ini biasanya menjadi rangkaian pemeriksaan awal
saat pasien berobat di rumah sakit. Selain sebagai pemeriksaan awal, hitung darah lengkap juga
kerap dilakukan pada pemeriksaan rutin atau medical check-up.
Banyak gangguan yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah lengkap, antara lain adalah
anemia, berbagai macam penyakit infeksi, leukemia, dll. Jika pada hitung darah lengkap
ditemukan gangguan, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium lanjutan yang spesifik
terhadap gangguan tersebut.
Pada hitung darah lengkap, dilakukan pemeriksaan terhadap beberapa komponen darah, yaitu :
Nilai rujukan hitung darah lengkap disajikan berikut ini. Perlu diingat bahwa setiap pusat
layanan kesehatan atau laboratorium, mempunyai nilai rujukan yang sedikit berbeda. Hal ini
salah satunya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan untuk pemeriksaan.
1. Hitung sel darah merah : pria (4,7-6,1 juta sel/mikroliter); wanita (4,2-5,4 juta
sel/mikroliter).
2. Hitung sel darah putih : 4.000-10.000 sel/mikroliter.
3. Hemoglobin : pria (13,8-17,2 mg/dL); wanita (12,1-15,1 mg/dL).
4. Hematokrit : pria (40,7%-50,3%); wanita (36,1%-44,3%).
5. Hitung trombosit : 150.000-400.000 trombosit/mikroliter.
http://www.wartamedika.com/2008/03/pemeriksaan-darah-lengkap.html
Hitung darah lengkap
Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah lengkap (CBC,
complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari komponen sel darah. Sebuah
mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam waktu kurang dari 1 menit terhadap setetes
darah.
Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah
putih dan kandungan hemoglobin; hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari
sel darah merah. Sel darah merah yang abnormal bisa pecah atau berbentuk seperti tetesan air
mata, bulan sabit atau jarum.
Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah merah, bisa membantu
mendiagnosis suatu penyakit. Sebagai contoh sel berbentuk bulan sabit adalah khas untuk
penyakit sel sabit, sel darah merah yang kecil dapat merupakan pertanda dari stadium awal
kekurangan zat besi dan sel darah merah berbentuk oval besar menunjukkan kekurangan asam
folat atau vitamin B12 (anemia pernisiosa).
Pemeriksaan lainnya memberikan keterangan tambahan tentang sel darah. Hitung retikulosit
adalah jumlah sel darah merah muda (retikulosit) dalam volume darah tertentu. Dalam keadaan
normal, retikulosit mencapai jumlah sekitar 1% dari jumlah total sel darah merah.
Jika tubuh memerlukan lebih banyak darah merah (seperti yang terjadi pada anemia), secara
normal sumsum tulang akan memberikan jawaban dengan membentuk lebih banyak retikulosit.
Karena itu penghitungan retikulosit merupakan penilaian terhadap fungsi sumsum tulang.
Pemeriksaan yang menentukan kerapuhan dan karakteristik selaput sel darah merah, membantu
dalam menilai penyebab anemia.
Sel darah putih dapat dihitung sebagai suatu kelompok (hitung sel darah putih). Jika diperlukan
keterangan yang lebih terperinci, bisa dilakukan penghitungan jenis-jenis tertentu dari sel darah
putih (differential white blood cell count).
Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada plasma adalah analisis elektrolit.
Dilakukan pengukuran terhadap natrium, klorida, kalium dan bikarbonat, juga kalsium,
magnesium dan fosfat.
Pemeriksaan lainnya mengukur jumlah protein (biasanya albumin), gula (glukosa) dan bahan
limbah racun yang secara normal disaring oleh ginjal (kretinin dan urea-nitrogen darah).
Sebagian besar pemeriksaan darah lainya membantu memantau fungsi organ lainnya. Karena
darah membawa sekian banyak bahan yang penting untuk fungsi tubuh, pemeriksaan darah bisa
digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, pemeriksaan darah
relatif mudah dilakukan. Misalnya fungsi tiroid bisa dinilai secara lebih mudah dengan
mengukur kadar hormon tiroid dalam darah dibandingkan dengan secara langsung mengambil
contoh tiroid. Demikian juga halnya dengan pengukuran enzim-enzim hati dan protein dalam
darah lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan mengambil contoh hati. Hitung jenis sel
darah lengkap.
Pemeriksan Yang diukur Harga normal Hemoglobin Jumlah protein pengangkut oksigen
Volume korpuskuler rata-rata Perkiraan volume sel darah merah 86-98 mikrometer³
Hitung sel darah putih Jumlah sel darah putih dalam volume
Hitung sel darah putih diferensiasi Persentase jenis sel darah putih
tertentu Neutrofil
bersegmen:34-75%
Neutrofil
pita:0-8%
Limfosit:12-
50%
Monosit:15%
Eosinofil:0-
5%
Basofil:0-3%
Hitung trombosit Jumlah trombosit dalam volume
http://id.wikipedia.org/wiki/Hitung_darah_lengkap
Darah adalah cairan berwarna merah, yang terdapat dalam tubuh orang dewasa sebanyak +/- 5
liter. Darah mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh arteri dan vena, fungsinya adalah
mengantarkan oksigen dan sari makanan ke sel-sel yang membutuhkan.
Yang disebut darah oleh orang awam sebenarnya terdiri dari beberapa bagian:
Plasma: adalah cairan jernih dimana sel-sel darah "terendam", sehingga akan selalu
terbawa kemana plasma mengalir. Plasma merupakan komponen terbesar dari darah
(55%). Komponen plasma antara lain adalah: air (92%), protein, faktor pembekuan darah,
dan elektrolit. Beda plasma dengan serum: plasma masih mengandung faktor pembekuan
darah, sedangkan serum tidak. Termasuk protein yang ada di dalam plasma adalah
antibodi terhadap berbagai penyakit.
Sel darah merah: merupakan komponen sel darah yangterbesar (>90%), berwarna merah
terang karena mengandung hemoglobin (Hb). Hb ini yang secara spesifik bertugas
mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika kadar Hb terlalu sedikit, maka sel-sel tubuh
akan kekurangan oksigen, sehingga terasa lemas.
Sel darah putih: sebenarnya tidak berwarna putih, fungsinya adalah sebagai "tentara"
yang akan menyerang musuh yang berhasil masuk ke dalam tubuh. Musuh sel darah putih
adalah: bakteri, virus, parasit, sel-sel tumor, sel-sel kanker. Ketika jumlah sel-sel darah
putih meningkat berarti aktivitas penyerangan sedang berlangsung "heboh". Untuk
melakukan tugasnya kadang-kadang sel darah putih harus meninggalkan pembuluh darah
untuk menuju lokasi "musuh". Ketika dia gagal menjalankan tugasnya, maka yang kita
lihat adalah nanah.
Trombosit (Platelet): keping darah yang bertugas seperti "tukang tambal ban", yaitu
menambal kebocoran yang terjadi di pembuluh darah, yang disebabkan oleh sel darah
putih yang menerobos keluar. Kekurangan trombosit akan menyebabkan pendarahan
lebih mudah terjadi dan lebih sulit dihentikan.
Bagian plasma dan sel-sel darah akan memisah jika sampel darah dalam tabung diputer dengan
kecepatan tinggi.
Setelah mengenal komponen darah, sekarang kita lihat apa yang bisa dilakukan dengan tes darah.
Pemeriksaan Darah
Keberadaan virus dan parasit penyebab penyakit infeksi umumnya tidak dideteksi secara
langsung, melainkan dideteksi keberadaan antibodinya. Antibodi atau immunoglobulin (lg)
adalah bentuk khusus dari sel darah putih, yang berfungsi menyerang virus / parasit spesifik yang
berbahaya bagi tubuh kita. Adanya antibodi lgM menunjukkan infeksi yang sedang terjadi,
sedangkan lgG menunjukkan infeksi antibodi yang bisa dideteksi dari darah:
Pemeriksaan Kolesterol
Kolesterol, yang kita kenal sebagai kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL) diproduksi
oleh hati, dan kemudian dieluarkan ke dalam aliran darah. Seperti halnya sel-sel darah, LDL dan
HDL akan terendam di dalam plasma dan ikut berjalan-jalan ke seluruh tubuh. Oleh sebab itu,
keberadaan LDL dan HDL dapat diukur dari sampel darah. Kadar LDL yang tinggi beresiko
terjadinya penyempitan pembuluh darah. Kadar normal LDL: <130. Kadar HDL yang tinggi kita
perlukan untuk "mengusir" LDL agar tidak menempel di pembuluh darah. Kadar normal HDL:
>60. Kadar lemak darah (trigliserida) juga biasanya ditentukan sekaligus, karena komponen
penyusunnya sama dengan LDL dan HDL, hanya saja persetasenya yang berbeda. Kadar normal:
<150.
Gula bersifat larut air, sehingga di dalam darah gula akan larut di dalam plasma. Makin tinggi
kadar gula di dalam darah, makin kental darah yang ada di dalam tubuh kita, dan makin lambat
alirannya. Lambatnya aliran darah bisa menyebabkan:
Keberadaan bakteri penyebab penyakit yang dapat dideteksi dari darah adalah tifus & paratifus,
menggunakan tes widal.
Kesehatan fungsi hati dapat dideteksi dari jumlah enzim yang ada di dalam darah. Makin tinggi
kadar enzim, makin besar kemungkinan terjadinya gangguan fungsi hati, misal: hepatitis, batu
empedu. Enzim yang biasa diperiksa:
SGOT dan SGPT: kadar normal masing-masing <38 dan <41.
Gamma GT: kadar normal 11 - 49.
Kesehatan fungsi ginjal dapat dideteksi dari kadar creatinine dan ureum di dalam darah. Makin
tinggi kadarnya berarti makin besar kemungkinan terjadinya gangguan atau kegagalan fungsi
ginjal, karena menunjukkan bahwa kemampuan ginjal mengeluarkan kedua zat tersebut sudah
mulai berkurang. Kadar normal:
Creatinine: 0,6 - 1,5
Ureum: 16,8 - 46,2
Pemeriksaan Lain-lain
(KM)
disadur dari: Healthcare Bulletin
http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t126178.html
ANAMNESA
Spesimen berupa darah dari seekor ayam lokal, jenis kelamin jantan, umur tiga bulan. Ayam
tersebut menunjukkan gejala anoreksia, lemah, terdapat leleran hidung (transudat) dan gangguan
pernafasan. Ayam telah mengalami gejala seperti ini selama dua hari. Pakan yang diberikan
berupa dedak dan sisa nasi serta air minum bersumber dari PDAM.
MATERI
Materi yang diperiksa berupa darah ayam yang diberi antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine
Tetra Acetic).
METODE
b. Differensial Leukosit
Tujuannya yaitu untuk mengetahui jenis dan jumlah leukosit dalam darah dengan pembuatan
hapusan darah. Pemeriksaan diferensial leukosit dilakukan dengan cara darah diteteskan pada
gelas obyek kemudian gelas penghapus diletakkan dekat tetesan darah membentuk sudut 450
dengan gelas objek. Gelas penghapus digeser ke arah tetesan darah sehingga darah tersebar ke
seluruh permukaan gelas penghapus. Selanjutnya gelas penghapus digeser berlawanan arah.
Hapusan darah segera dikeringka dan difiksasi dengan methanol selama 5 menit dan setelak
kering diwarnai dengan giemsa selama 20-30 menit. Setelah dilakukan pewarnaan dilakuka
penghitungan dengan mikroskop mcahaya terhadap jumlah sel leukosit neutrofil, eosinofil,
basofil, limfosit dan monosit yang ditemukan.
MCHC
%
26-35
26
Normokromik
Heterofil
%
15-40
-
Heteropenia
Eosinofil
%
1,5-6,0
-
Normal
Basofil
%
jarang
-
Normal
Limfosit
%
45-70
97
Limfositosis
Monosit
%
5-10
3
Normal
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan laboratorium sampel darah diketahui bahwa ayam mengalami anemia
normositik normokromik. Anemia sendiri bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala
sebagai akibat adanya suatu proses penyakit. Anemia dapat dilihat dari penurunan jumlah
eritrosit, hemoglobin dan hematokrit. Penurunan anemia dapat terjadi pada salah satu faktor
tersebut atau gabungan beberapa faktor bahkan keseluruhan faktor tersebut dapat juga terjadi.
Anemia normositik normokromik pada kasus ayam ini merupakan keadaan yang
menggambarkan kadar eritrosit turun atau nilainya dibawah normal sehingga disebut anemia,
namun kadar MCH dan MCHC yang menjadi penentu ukuran dan warna sel darah merah dalam
keadaan normal. Menurut Antinoff (2005) anemia merupakan kondisi patologis yang disebabkan
oleh kehilangan darah (trauma, parasit, koagulopati), hemolisis/destruksi sel darah merah
(toksin), kekurangan produksi (leukemia, nutrisi) atau pada penyakit kronis (Aspergillus,
Chlamydia).
Hasil pemeriksaan terhadap diferensial leukosit menunjukkan bahwa ayam mengalami
heteropenia. Heteropenia adalah gejala klinis yang tidak biasa muncul. Kejadian heteropenia
biasanya mengikuti keadaan leukositopenia dan sering terjadi akibat infeksi virus atau kejadian
sepsis (Antinoff, 2005). Menurut De Rosa (1992) heteropenia dapat terlihat pada kondisi ayam
yang diinfeksi oleh E. coli setelah 3 dan 6 jam. Keadaan ini menunjukkan kejadian yang sangat
cepat atau akut. Heterofil merupakan leukosit yang predominan pada kondisi akut hematologik
dan sangat respon terhadap jaringan yang mengalami peradangan dan pada fagositosis jaringan
yang mengalami infeksi mikroba (Stedman, 2001). Antinoff (2005) juga mengungkapkan bahwa
keadaan heterofilia pada ayam terjadi pada kondisi peradangan atau infeksi, stres, dan kadang-
kadang pada neoplasma. Jika dikaitkan dengan gejala klinis ayam ini memperlihatkan adanya
leleran hidung transudat menunjukkan belum terjadi infeksi bakteri sehingga kejadian
heteropenia ini disebabkan oleh infeksi virus.
Limfositosis merupakan keadaan yang tidak biasa terjadi pada unggas. Keadaan limfositosis
absolut diikuti dengan penurunan jumlah heterofil merupakan keadaan yang menggambarkan
terjadinya limfositik leukemia (Antinoff, 2005). Menurut laporan dari California avian laboratory
(2008) keadaan limfositosis absolut dapat terjadi pada beberapa stadium infeksi virus dan infeksi
Clamydia. Limfosit terlibat dalam pembentukan antibodi (Apanius, 2000).
Monositosis berhubungan dengan infeksi kronis atau peradangan, misalnya pada infeksi oleh
Clamydia, Aspergillus atau infeksi oleh fungi yang lain, atau mycobacterium. Kondisi tidak
ditemukannya monosit dalam ulas darah merupakan hal yang normal (Antinoff, 2005).
Gejala klinis yang signifikan menandakan banyaknya basofil tidak diketahui, namun dapat
terjadi peningkatan pada infeksi respirasi, kerusakan jaringan dan infeksi aktif Clamydia. Tidak
adanya basofil dalam ulas darah merupakan hal yang normal (Antinoff, 2005).
SIMPULAN
Hasil pemeriksaan darah lengkap ayam ini mengalami anemia normosistik normokromik,
heteropenia, dan limfositosis. Dari gambaran tersebut dapat didiagnosa bahwa ayam mengalami
infeksi virus.
SARAN
Infeksi virus tidak dapat diobati oleh obat anti viral, namun dapat diatasi dengan bantuan
antibodi yang dibentuk sendiri oleh tubuh ayam. Dengan demikian perlu disarankan kepada
pemilik untuk memperbaiki nutrisi yang diberikan ke ayam ini supaya tubuhnya dapat
memproduksi antibodi sendiri. Untuk menghindari infeksi berikutnya pada ayam yang lain maka
disarankan pula untukk melakukan vaksinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Antinoff N. 2005. From the Annnual Meeting: Avian Laboratory Diagnostics. Gulf Coast
Veterinary Specialists. Gulf Coast Avian & Exotics. Houston, TX.
Apanius V., Yorinks N., Bermingbam E., Ricklefs RE., 2000. Island and Taxon Effects in
Parasitism and Resistance of Lesser Antilean Birds. www.bioone.orgpelselrvSESSID=42 [20
Juni 2008]
DeRosa M., Ficken MD., Barnes HJ. 1992. Acute Sacculitis in Untreated and
Cyclophosphamide-pretreated Broiler Chickens Inoculated with Escherichia coli or Escherichia
coli cell-free Culture Filtrate. Veterinary Phatology, Vol 29, Issue 1 68-78.
http://www.vetpathology.org/cgi/content/abstract/29/1/68 [28 Oktober 2008]
Stedman NL., Brown TP., Brooks RL., Bounous DI. 2001. Heterofil Funtion and Resistance to
Staphylococcal Chalenge in Broiler Chikkens Naturally Infected with Avian Leukosis Virus
Subgroup J. Vet Pathol 38:519-527.
Diposkan oleh Al Baitary di 02:52
http://albaitary.blogspot.com/2008/10/hasil-pemeriksaan-darah-lengkap.html