Pengertian Darah
Sel darah merah terkenal berwarna merah pekat dengan jumlah sel
yang cukup banyak di dalam darah, dibandingkan kedua komposisi
darah lainnya, yaitu leukosit dan trombosit. Warna darah yang
merah pekat salah satunya disebabkan oleh keberadaan
hemoglobin, protein yang bertugas mengikat oksigen dalam darah.
Sel darah merah akan mengalami proses Selama masa itu, tubuh akan secara teratur
pematangan selama tujuh hari di sumsum tulang mengganti dan memproduksi sel darah merah baru
baru kemudian dilepaskan ke aliran darah.
Leukosit / Sel darah putih
Semuanya memiliki tugas yang sama untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.
Trombosit (keping darah/platelet)
Trombosit memiliki peran penting dalam proses pembekuan darah
(koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya, trombosit akan
membentuk sumbatan bersama benang fibrin guna menghentikan
perdarahan, sekaligus merangsang pertumbuhan jaringan baru di
area luka.
Tugas utama plasma darah adalah mengangkut sel-sel darah, untuk kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh bersama nutrisi, hasil limbah tubuh, antibodi, protein
pembeku (faktor koagulasi), serta bahan kimia seperti hormon dan protein yang
bantu menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Protein pembeku yang dibawa oleh plasma ini nantinya akan bekerja bersama
trombosit sebagai faktor pembekuan (koagulasi) dalam proses pembekuan
darah
Pembagian darah menurut sistem ABO dari Landsteiner didasarkan adanya Agglutinin dalam darah
Selain terdapat pembagian lebih lanjut dari Landsteiner yaitu faktor Rh atau Faktor Rhesus dalam
darah yang penting untuk diketahui pada bayi yang baru Lahir kalau terjadi ketidak cocokan antara
darah bayi dengan darah ibunya
Inkompatibilitas rhesus adalah kelainan pada bayi baru lahir akibat perbedaan golongan
darah rhesus antara ibu dan anak. Inkompatibilitas rhesus terjadi terjadi ketika janin
memiliki golongan rhesus positif, sedangkan ibunya bergolongan rhesus negatif
Inkompatibilitas rhesus dapat terjadi jika seorang ibu bergolongan darah rhesus negatif, mengandung
janin yang bergolongan darah rhesus positif. Perbedaan golongan darah ini akibat ayah memiliki
golongan darah rhesus positif. Meskipun demikian, kasus inkompatibilitas rhesus cukup jarang ditemui.
Ibu hamil dengan kondisi tersebut baru membentuk antibodi terhadap rhesus setelah kehamilan pertama.
Inilah sebabnya kasus inkompatibilitas rhesus tidak terjadi pada kehamilan pertama.
Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya, antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh ibu akan
menyerang darah bayi dengan golongan rhesus positif, sehingga menyebabkan sel-sel darah bayi hancur.
Namun jika ibu rhesus negatif pernah terpapar golongan darah rhesus positif, misalnya lewat transfusi
darah, inkompatibilitas rhesus dapat saja terjadi sejak kehamilan pertama, karena sudah terbentuk
antibodi sebelumnya.
Penanganan Bayi Inkompatibilitas Rhesus
Bila bayi baru lahir mengalami inkompatibilitas rhesus, bayi tersebut perlu ditangani dengan:
Pemberian transfusi darah untuk mengganti sel darah yang hancur.
Pemberian cairan atau elektrolit untuk mencegah dehidrasi.
Fototerapi untuk menguraikan zat bilirubin yang menumpuk pada kulit dan organ tubuh bayi.
Inkompatibilitas rhesus ringan dapat diobati dan bayi dapat sembuh. Akan tetapi pada
inkompatibilitas rhesus yang berat, dapat timbul komplikasi akibat kerusakan sel darah merah,
yaitu:
Anemia berat, Gagal jantung, Kejang, Kerusakan otak pada bayi akibat penyakit kuning
(kernikterus), Penumpukan cairan dan pembengkakan tubuh bayi, Gangguan mental, Kelainan
saraf, seperti gangguan dalam bergerak, mendengar, atau berbicara.
Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
[ R. Sjamsu Hidayat, 1997].
Bekuan Darah
Luka/Trauma Pendarahan
untuk menutupi luka
Bekuan Darah
Luka/Plak rupture Non Pendarahan
untuk menutupi luka
Hemostasis
“Hemostasis adalah proses untuk menghentikan pendarahan”
Fase Hemostasis :
1. Fase Vascular
2. Fase Platelet
3. Fase Koagulasi
4. Penyusutan
Bekuan Darah
5. Bekuan Darah Lisis
Fase Vascular
Martini, F.H., Blood. In: Fundamentals of anatomy & physiology. 6 th ed. San Francisco: Pearson Education: 2004.p.672-675
Trombosis
Trombosis adalah proses terbentuknya bekuan darah (Trombus) yang
terdiri dari 2 Fase yaitu Fase platelet dan Fase coagulasi
Hemostasis Primer
Fase Platelet
Fibrin Clot
Hemostasis Sekunder
Fase
Koagulasi
Analogi Trombus ≈ Bronjong
≈
Fase Platelet
Keping darah, lempeng darah, trombosit/platelet
adalah sel yang tidak mempunyai nukleus pada
DNA-nya dengan bentuk tak beraturan dengan
ukuran diameter 2-3 µm.
Rasio plasma keping darah normal berkisar antara
200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang
tersebut dapat menyebabkan pendarahan,
sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat
meningkatkan risiko trombosis.
Platelet
Kolagen vWF
Sel endothel
Luka pada sel endothel
Agregasi Platelet
GP IIb/IIIa
Platelet Platelet
Fibrinogen/vWF
Proses Fibrinolisis :
Plasminogen Aktivator akan mengubah
Plasminogen menjadi Plasmin.
Plasmin berfungsi untuk melisis/
memotong benang fibrin pada trombus
menjadi fibrin degradation product.
Kelainan Darah
Blood disorder atau penyakit kelainan darah adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau
beberapa bagian darah sehingga memengaruhi jumlah dan fungsinya. Kelainan darah bisa
bersifat akut maupun kronis
Gejala yang muncul akibat terjadinya penyakit kelainan darah berbeda-beda, tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Beberapa gejala tersebut adalah:
Mudah mengalami memar, Mimisan, Gusi berdarah, Cepat Lelah, Demam berulang, Sakit
kepala, Diare, Nyeri dada, Jantung berdebar, Sesak napas
Kelainan Darah sel darah merah
1. Anemia
Anemia terjadi jika kadar sel darah merah sangat rendah, baik akibat perdarahan berlebihan,
kekurangan zat besi, atau kekurangan vitamin B12. Pada anemia yang cukup parah, penderita
akan terlihat pucat, mudah lelah, dan sering sesak napas.
2. Anemia Aplastik
Kondisi ini terjadi ketika sumsum tulang tidak menghasilkan cukup banyak sel darah, salah
satunya sel darah merah. Anemia aplastik belum diketahui penyebabnya, tetapi diduga dipicu
oleh infeksi virus, penyakit autoimun, efek samping penggunaan obat, kemoterapi, hingga
kehamilan.
3. Anemia Autoimun Hemolitik
Pada anemia autoimun hemolitik, sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan secara keliru
akan menghancurkan sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia. Kondisi ini disebabkan
oleh gangguan autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang diri sendiri.
Lanjutan Kelainan Darah sel darah merah
5. Polisitemia
Polisitemia adalah salah satu jenis kelainan darah akibat kelainan darah. Darah menjadi
terlalu kental akibat sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah. Kondisi ini
dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, stroke, hingga serangan jantung
Kelainan Darah Sel Darah Putih
1. Leukemia
Leukemia adalah salah satu bentuk dari kanker darah, di mana sel darah putih menjadi ganas
dan diproduksi secara berlebihan dalam sumsum tulang. Sayangnya, belum diketahui penyebab
pasti dari kondisi ini.
2. Multiple Myeloma
Multiple myeloma merupakan kanker darah yang terjadi ketika sel darah putih menjadi ganas.
Sel darah putih akan diproduksi secara berlipat ganda dan melepaskan protein abnormal yang
dapat merusak organ.
Lanjutan Kelainan Darah Sel Darah Putih
3. Sindrom Mielodisplasia
Sindrom mielodisplasia adalah salah satu kelainan darah yang berdampak pada sumsum tulang.
Kondisi ini terjadi akibat sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah yang sehat.
4. Limfoma
Limfoma merupakan kanker darah yang berkembang di dalam sistem getah bening. Sel darah
putih pada orang yang mengalami limfoma akan menjadi ganas, menyebar secara abnormal,
dan berlipat ganda tanpa terkendali
Kelainan Darah Trombosit
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan proses pembekuan darah yang disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan.
Kondisi ini mengakibatkan rendahnya jumlah protein yang disebut sebagai faktor pembekuan darah. Perdarahan
tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba di dalam atau luar tubuh.
4. Essential thrombocythemia
Essential thrombocythemia terjadi ketika trombosit yang dihasilkan oleh sumsum tulang belakang terlalu banyak.
Akibatnya pembekuan darah di dalam tubuh meningkat hingga menggumpal. Kondisi ini dapat meningkatkan
risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
5. Sindrom antifosfolipid
Sindrom antifosfolipid adalah gangguan pada sistem imun yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan darah. Pada kondisi ini, sistem imun menghasilkan antibodi abnormal yang disebut dengan
antibodi antifosfolipid. Antibodi tersebut menyerang protein pada lemak dan menyebabkan darah lebih mudah
menggumpal
TERIMA KASIH