Anda di halaman 1dari 17

Tes SISI ( Short increment sensitivity Index )

• Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea dengan


memakai fenomena rekuitmen.
• Cara pemeriksaan:
1. Menentukan ambang dengar pasien terlebih dahulu . Misalnya
30db.
2. Kemudian diberi 20 db diatas ambang rangsang yaitu 50 db.
3. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu diturunkan 4 db lalu 3
kemudian 2 dan 1 db.
4. Bila pasien dapat membedakan maka TEST dinyatakan +.
Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)
• Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu pada frekuensi yg
sama pada kedua telinga, sampai kedua telingah mencapai presepsi
yang sama, yang disebut keseimbangan negatif. Bila keseimbangan
tercapai terdapat rekuitmen positif.
Test Kelelahan ( Tone Decay)
• Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus –menerus . Tanda pasien tidak dapat mendengar
dengan telinga yang diperiksa ada 2 cara:
1. TTD = Treshold tone decay
2. STAT= Supra threshold Adaptasi tes
• TTD Cara Gerhart memberikan Perasangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan ambang
dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test dinyatakan negative , jika
sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test dinyatakan +.
• Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan dilakukan
dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya.
• Penambahan
0-5 = Normal
10-15 = Ringan
20-25 = Sedang
>30 = Berat
STAT
• Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger.
• Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekuensi ( 500 hz, 1000 hz, dan 2000
hz) pada 110 db SPL = 100 db Sl.
• Artinya Nada Murni pada frekuensi ( 500 hz, 1000 hz, dan 2000 hz)
pada 110 db SPL diberikan secara terus menerus selama 60 detik ,
terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +.
Audiometri Tutur
• Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata.
• Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST).
• Pasien disuruh mengulangi kata-kata yang di dengar melalui kaset tape recorder.
• Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH.
• Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi.
• Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score :
90 – 100 % : Pendengaran Normal
75 – 90 % : Tuli Ringan
60 – 75 % : Tuli sedang
50 - 60 % : Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan
< 50 % : Tuli Berat
Audiometri Bekessy

•Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan kontinu.


•Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol.
•Ditemukan grafik seperti gigi gergaji.
•Garis yang naik adalah periode suara yang dapat didengar.
•Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar.
•Pada telinga normal amplitude 10 db.
Normal Nada Terputus dan terus menerus Berimpit

Tuli Saraf Koklea Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai frekuensi 1000 hz dan
grafi kotinue makin kecil

Tuli Saraf Retro koklea Nada Terputus dan terus menerus berpisah
Audiometri Obyektif
• Terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu :
1. Audiometri Impedans
2. Electro kokleografi
3. Envoke rensponse Audiometri
Audiometri impedans
• Audiometri impedans pada pemeriksaan kelenturan membrane timpani
dengan tekanan tertentu pada Meatus Acusticus Eksterna.
• Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani.
Misalnya ada cairan , gangguan rangkaian tulang pendegaran , dan
kekakuan pada membrane timpani.
• Fungsi Tuba Estacius : Untuk mengetahui Fungsi Tuba ( Terbuka atau
Tertutup ).
• Refleks stapedius  Pada telinga normal, reflek stapedius muncul pada
Rangsangan 70 – 80 db.
• Pada Lesi koklea ambang rangsang reflex stapedius menurun. Sedangkan
pada Lesi retrokolea ambang rangsang itu naik.
Electro kokleografi
• Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang – gelombang
yang khas dari evoke elctro potensial koklea.
• Caranya dengan elektroda jarum. Membran timpani ditusuk sampai
ke promontorium kemudian dilihat grafiknya.
Envoke Rensponce Audiometri
• Pada pemeriksaan ini dipakai elektroda permukaan. Kemudian
direkam gelombang – gelombang yang datang dari batang otak.
Terdapat 5 macam gelombang :
Gelombang I : Datang Dari koklea
Gelombang II : Datang dari Nucleus Koklearis
Gelombang III : Datang dari Nucleus oliva superior
Gelombang IV : Datang dari leminiscus lateralis
Gelombang V : Datang Dari Folikulus Inferior
Pemeriksaan Tuli Anorganik :
• Pemeriksaan ini di perlukan untuk memeriksa seseorang yang pura
pura tuli ( menginginkan asuransi ).
1. Cara Stenger  memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada
ke-2 teliga. Kemudian pada sisi yang sehat nada di jauhkan.
2. Dengan Audiometri nada murni secara berulang dalam satu
minggu. Hasil audiogram berbeda.
3. Dengan Impedans.
Audiologi Anak
• Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan
Khusus ( Free Field).
• Cara memeriksanya dengan beberapa cara :
1. Neometer dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak.
2. Free field test- Dilakukan pada ruangan Kedap suara anak
sedang bermain kemudian diberikan rangsang bunyi. Perhatikan
reaksinya.
3. Screening  Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran
udara saja dengan frekuensi 500 hz, 1000 hz, dan 2000 hz.
Jenis Gangguan Pendengaran
• Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif
• Adanya masalah di dalam telinga luar atau tengah. Pada gangguan pendengaran
jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam secara
efektif.
• Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya
2. ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi
kepala, tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung)
3. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
• Melalui tes garputala dijumpai Rinne negative, tes Weber didapati lateralisasi ke
arah yang sakit, dan tes Scwabach didapati Schwabach memanjang.
Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural
• Adanya masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran.
Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang
ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut :
1. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau
percakapan dalam suasana gaduh dibanding suasana sunyi.
2. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian
obat-obat ototoksik, ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
• Pada tes garputala Rinne positif, tes Weber ada lateralisasi ke arah
telinga sehat, tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.
Gangguan Pendengaran Jenis Campuran
• Disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural.
• Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen
gejala gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural.
• Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-tanda yang dijumpai
sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural.
• Tes garputala Rinne negative, tes weber lateralisasi ke arah yang
sehat, tes Schwabach memendek.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan tuli sensorineural disesuaikan dengan penyebab
ketulian. Tuli karena pemakaian obat-obatan yang bersifat ototoksik,
diatasi dengan penghentian obat. Jika diakibatkan oleh bising,
penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising atau
memakai APD untuk menurunkan faktor risiko.
• Apabila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan
berkomunikasi bisa menggunakan alat bantu dengar dan implant
koklea.
Cara Pencegahan Gangguan Pendengaran
• Gunakanlah pelindung pendengaran.
• Waspadai kebisingan, kapan pun waktunya usahakan untuk
mengecikan volume radio, televisi atau speaker.
• Berhati-hatilah menggunakan earphone. Jika menggunakan earphone
maka aturlah volume agar tidak terlalu keras.
• Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat.
• Periksalah telinga secara teratur, tes pendengaran dan pemeriksaan
telinga.

Anda mungkin juga menyukai