Anda di halaman 1dari 50

PEREMPUAN 57 TAHUN DENGAN

GENERAL WEAKNESS AND PROLONGED


IMMOBILIZATION EC PNEUMONIA DENGAN SEPSIS
Oleh :
Rusydina Fillah Amanda G99181058

Pembimbing :
dr. Yunita Fatmawati., Sp.KFR
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
I D E N T I TA S PA S I E N Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang toko kelontong
Alamat : Ngemplak, Boyolali
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 08/09/2019
Tanggal Periksa : 19/09/2019
No RM : 01938xxx
Ke l u h a n U ta ma

Penurunan kesadaran.
R i wayat Pe nya k i t S e ka ra n g

Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi diantar dengan keluarganya. Menurut keluarga pasien mulai sulit diajak
berkomunikasi sejak 1 hari SMRS dan pasien selalu ingin tidur. Riwayat jatuh, bicara pelo, ataupun kelemahan
anggota gerak disangkal.
Sebelumnya pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak 4 hari SMRS. Batuk berdahak berwarna hijau kental. Batuk
dirasakan cukup sering hingga mengganggu aktivitas. Batuk yang dirasakan tidak diperiksakan ke dokter tetapi hanya
diberikan obat batuk yang dibeli diwarung namun batuk tidak kunjung sembuh.
Menurut keluarga pasien, pasien juga mengeluh adanya sesak napas dan demam sejak 4 hari SMRS. Sesak dirasakan
semakin memberat hingga mengganggu aktivitas. Semenjak sesak napas pasien jarang beraktivitas dan hanya
berbaring di tempat tidur. Aktivitas sehari-hari pasien (mandi, makan, memakai baju, buang air kecil, dan buang air
besar) dibantu oleh keluarga.
Menurut keluarga pasien, pasien juga memiliki riwayat sakit gula sejak 20 tahun yang lalu. Obat
terakhir untuk gulanya dalam bentuk insulin suntik sebanyak 3 kali sehari sebanyak 16-16-16
unit. Keluargnya menyangkal adanya sakit darah tinggi, sakit alergi, maupun asma.
Pasien sudah dirawat di RSUD Dr. Moewardi selama 10 hari. Pasien dirawat di ruang ICU selama
7 hari dan dirawat di bangsal selama 3 hari. Selama di RSUD Dr. Moewardi pasien hanya
berbaring di tempat tidur. Saat ini pasien mengeluhkan lemas di seluruh tubuhnya. Menurut
keluarga, pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari termasuk makan dan minum secara
mandiri. Kemudian pasien dikonsulkan ke bagian rehabilitasi medik.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sakit Serupa ✘ -- Disangkal -- ✘ Riwayat Sakit Serupa

Riwayat Mondok ✘ Ayah pasien (+) Riwayat Sakit Gula

Riwayat Trauma ✘ -- Disangkal -- ✘ Riwayat hipertensi

Riwayat AlergiObat/Makanan ✘ -- Disangkal -- ✘ Riwayat AlergiObat/Makanan

Riwayat asma ✘ -- Disangkal -- ✘ Riwayat Asma

Riwayat penyakit jantung ✘ -- Disangkal -- ✘ Riwayat Keganasan

Riwayat Hipertensi ✘

Sejak 20 tahun lalu,


Riwayat Sakit Gula (+) rutin minum obat
R i w aya t K e b i a s a a n & G i z i R i w aya t S o s i a l E ko n o m i

Penderita makan tiga kali sehari dengan sepiring Pasien memiliki toko kelontong dirumahnya dan
suami pasien tidak bekerja, Pasien tinggal dirumah
nasi dan lauk pauk berupa daging ayam, tahu, bersama suami dan anak pasien yang bekerja sebagai
tempe, telur, dan sayur. karyawan swasta. Pasien dirawat di RSUD Dr.
Moewardi sebagai pasien BPJS.
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat mengonsumsi alkohol : disangkal
Riwayat olahraga :jarang berolahraga
Pemerikasaan Fisik

Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup.

Ta n d a V i t a l
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 86 x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 20x/ menit, irama teratur
Suhu : 36,3 0C

Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi
(-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-),
hipopigmentasi (-).
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris,
luka (-), rambut hitam beruban, tidak mudah
rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-). Kepala

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),


refleks cahaya langsung dan tak langsung (+/+),
pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), Mata
sekret (-/-).

Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret Te l i n g a


(-/-)
Nafas cuping hidung (-), deformitas Hidung
(-), darah (-/-), sekret (-/-)

Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), Mulut


lidah asimetris (+), lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-).
Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP tidak meningkat,
limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thoraks

1. Retraksi (-)
2. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan
melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas
normal, reguler, bising (-)
3. Paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri,
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar (vesikuler /
vesikuler), RBK (+/+), RBH (-/-)
Abdomen

Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada


Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas
1. Deskripsi Umum 4. Proses Pikir
a. Penampilan : Perempuan, tampak a. Bentuk : realistis
sesuai umur, berpakaian, perawatan b. Isi : waham (-)
diri kurang. c. Arus : koheren
b. Kesadaran :
Kuantitatif : compos mentis
Kualitatif : tidak berubah Status Psikiatri 5.Sensorium danKognitif
a. Perilaku dan Aktivitas Motorik : a. Daya Konsentrasi: baik
normo-hipoaktif b. Orientasi
b. Pembicaraan : sesuai isi pikir,  Orang : baik
artikulasi kurang jelas  Waktu : baik
c. Sikap Terhadap Pemeriksa :  Tempat : baik
kooperatif, kontak mata (+) c. Daya Ingat
 Jangka pendek : baik
 Jangka panjang : baik
2. Afek dan Mood
a. Afek : normoafek
b. Mood : sedih 6 . D a y a N i l a i : daya nilai realitas
dan sosial baik
3. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi :-
b. Ilusi :- 7. I n s i g h t :6
Status Neurologis
1. Kesadaran : GCS E4V5M6
2. Fungsi Luhur : baik
3. Fungsi vegetative : IV line
4. Fungsi Sensorik
a. Rasa Eksteroseptik Lengan Tungkai
Suhu (+/+) (+/+)
Nyeri (+/+) (+/+)
Rabaan (+/+) (+/+)
b. Rasa Propioseptik Lengan Tungkai
Rasa Getar (+/+) (+/+)
Rasa Posisi (+/+) (+/+)
Rasa Tekan (+/+) (+/+)
c. Rasa Kortikal
Stereognosis : dalam batas normal
Barognosis : dalam batas normal
Pengenalan 2 titik : dalam batas normal
Status Neurologis

5. Fungsi Motorik dan Reflek :


a. Lengan
Atas Tengah Bawah
Ka/ki ka/ki ka/ki
- Tonus n/n n/n n/n

- Reflek Fisiologis
Reflek Biseps +3/+3
Reflek Triseps +3/+3
- Reflek Patologis
Reflek Hoffman -/-
Reflek Tromner -/-
Status Neurologis
b. Tungkai
Atas Tengah Bawah
Ka/ki ka/ki ka/ki
- Tonus n/n n/n n/n

- Reflek Fisiologis
Reflek Patella +3/+3
Reflek Achilles +2/+3
- Reflek Patologis
Reflek Babinsky -/-
Reflek Chaddock -/-
Reflek Oppenheim -/-
Reflek Schaeffer -/-
Reflek Rosolimo -/-

11 . N e r v u s C r a n i a l i s
a. N. II, III : pupil isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya(+/+)
b. N. III, IV, VI : gerak bola mata dalam batas normal
c. N. V : reflek kornea (+/+)
d. N. VII, XII : normal
Status Neurologis
Range of Motion (ROM)

NECK
ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-700 0-700
Ekstensi 0-400 0-400
Lateral bending kanan 0-600 0-600
Lateral bending kiri 0-600 0-600
Rotasi kanan 0-900 0-900
Rotasi kiri 0-900 0-900
Status Neurologis
Range of Motion (ROM)

Ekstremitas Superior ROM pasif ROM aktif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulde Fleksi 0-90 0 0-900 0-900 0-900
r
Ekstensi 0-300 0-300 0-300 0-300
Abduksi 0-1800 0-1800 0-1800 0-1800
Adduksi 0-450 0-450 0-450 0-450
External Rotasi 0-450 0-450 0-450 0-450
Internal Rotasi 0-550 0-550 0-550 0-550
Elbow Fleksi 0-800 0-800 0-800 0-800
Ekstensi 5-00 5-00 5-00 5-00
Pronasi 0-900 0-900 0-900 0-900
Supinasi 900-0 900-0 900-0 90-00
Wrist Fleksi 0-900 0-900 0-900 0-900
Ekstensi 0-700 0-700 0-700 0-700
Ulnar deviasi 0-300 0-300 0-300 0-300
Radius deviasi 0-200 0-200 0-200 0-200
Finger MCP I fleksi 0-500 0-500 0-500 0-500
MCP II-IV fleksi 0-900 0-900 0-900 0-900
DIP II-V fleksi 0-900 0-900 0-900 0-900
PIP II-V fleksi 0-1000 0-1000 0-1000 0-1000
MCP I ekstensi 0-00 0-00 0-00 0-00
Status Neurologis
Range of Motion (ROM)

Ekstremitas Inferior ROM pasif ROM aktif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Hip Fleksi 0-600 0-1000 0-600 0-1000
Ekstensi 0-300 0-300 0-300 0-300
Abduksi 0-300 0-300 0-300 0-300
Adduksi 30-00 30-00 30-00 30-00
Eksorotasi 0-450 0-450 0-450 0-450
Endorotasi 0-350 0-350 0-350 0-350
Knee Fleksi 0-1350 0-1350 0-1350 0-1350
Ekstensi 0-00 0-00 0-00 0-00
Ankle Dorsofleksi 0-200 0-200 0-200 0-100
Plantarfleks 0-500 0-500 0-500 0-300
i
Eversi 0-50 0-50 0-50 0-50
Inversi 0-50 0-50 0-50 0-50
Status Neurologis
Manual Muscle Testing (MMT)
Ekstremitas Superior Dextra Sinistra
Shoulder Flexor M.deltoideus antor 3 3
M.biceps brachii 3 3
Extensor M.deltoideus antor 3 3
M.teres major 3 3
Abduktor M.deltoideus 3 3
M.biceps brachii 3 3
Adduktor M.latissimus dorsi 3 3
M.pectoralis major 3 3
Rotasi internal M.latissimus dorsi 3 3
M.pectoralis major 3 3
Rotasi eksternal M.teres major 3 3
M.pronator teres 3 3
Elbow Flexor M.biceps brachii 3 3
M.brachialis 3 3
Extensor M.triceps brachii 3 3
Supinator M.supinator 3 3
Pronator M.pronator teres 3 3
Wrist Flexor M.flexor carpi radialis 3 3
Extensor M.extensor digitorum 3 3
Abduktor M.extensor carpi radialis 3 3
Adduktor M.extensor carpi ulnaris 3 3
Finger Flexor M.flexor digitorum 3 3
Extensor M.extensor digitorum 3 3
Status Neurologis
Manual Muscle Testing (MMT)

Extremitas Inferior Dextra Sinistra


Hip Flexor M.psoas major 3 3
Extensor M.gluteus maximus 3 3
Abduktor M.gluteus medius 3 3
Adduktor M.adductor longus 3 3
Knee Flexor Hamstring muscles 3 3
Extensor M.quadriceps femoris 3 3
Ankle Flexor M.tibialis 3 3
Extensor M.soleus 3 3
Index Barthel

Aktivitas Tingkat kemandirian N Nilai


Makan Tidak mampu mandiri 2 0
Mandi Tidak mampu mandiri 1 0 KRITERIA HASIL:
Merawat diri Perlu bantuan untuk merawat diri 1 0
Berpakaian Tidak mampu mandiri 2 0 0-4 = Total dependent

Buang air besar Tidak mampu mandiri 2 0 5-8 = Severe dependent

Buang air kecil Tidak mampu mandiri 2 0 9-11 = Moderate dependent

Menggunakan toilet Tidak mampu mandiri 2 0 12-19 = Slight dependent

Bergerak Butuh bantuan satu atau dua orang 3 0 20 = independent

Mobilitas Tidak mampu mandiri 3


Naik turun tangga Tidak mampu mandiri 2 0
Total 20 0
Total dependent
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah 13/09/19 Satuan Rujukan
Hemoglobin 12.2 g/dl 12.0 – 15.6
Hematokrit 36 % 33 – 45
Leukosit 20 ribu/ul 4.5 – 11.0
Trombosit 237 ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 3.01 juta/ul 4.10 – 5.10
Glukosa Darah Puasa 375 mg/dl 70 – 110
Glukosa 2 Jam PP 494 mg/dl 80 – 140
Creatinine 1.0 mg/dl 0.6 – 1.1
Ureum 48 mg/dl <50
Natrium darah 136 mmol/L 136 – 145
mmol/L
Kalium darah 3.4 3.3 – 5.1
mmol/L
Calsium ion 1.04 1.17 – 1.29
HBeAg Nonreactive Nonreactive Nonreactive
Foto Polos Thorax
Assessment
Penurunan kesadaran
Pneumonia dengan sepsis
DM tipe II
General weakness and prolonged imobilization
Penatalaksanaan Medikamentosa
- Infus NaCl 20 tpm
- Inj. Meropenem 1 gr/8 jam
- Inj. Novorapid 10 – 10 – 10
- Inj. Lantus 0 – 0 – 0 – 18
DAFTAR MASALAH - MASALAH MEDIS

MASALAH MEDIS

STROKE HEMORAGIK E.C ICH


P R O B L E M R E H A B I L I TA S I M E D I K

PNEUMINIA DENGAN DIABETES MELITUS


SEPSIS TIPE II SOSIOMEDIK
OKUPASI TERAPI
Memerlukan bantuan untuk
Gangguan dalam melakukan melakukan aktivitas sehari-hari
aktivitas fisik

SPEECH TERAPI
PENURUNAN
GENERAL Tidak ada ORTESA-PROTESA
KESADARAN
WEAKNESS AND Keterbatasan
PROLONGED mobilisasi
IMOBILIZATION
FISIOTERAPI
Penderita mengelami PSIKOLOGI
kelemahan pada keempat Beban pikiran keluarga
anggota gerak dalam menghadapi
penyakit penderita dan
kondisi psikis pasien
Pe n ata l a ka s a n a a n
Re h a b i l i ta s i M e d i k

- Edukasi pasien dan keluarganya tentang penyakit pasien - Sosiomedik :


- Fisioterapi : Motivasi dan edukasi keluarga tentang penyakit penderita
l Mencegah ulcus decubitus: positioning dan turning Motivasi dan edukasi keluarga untuk membantu dan
setiap 2 jam selama terjaga dan setiap 4 jam merawat penderita dengan selalu berusaha menjalankan
selama tidur. program di RS dan Homecare program
l Mobilisasi dan ambulasi bertahap setelah 2 minggu
melewati masa akut - Ortesa-Protesa:
l General aktif exercise Penggunaan walker sebagai alat bantu mobilisasi
l Motorik halus exercise
l Motorik kasar exercise - Psikologi :
- Terapi okupasi : Psikoterapi suportif untuk mengurangi kecemasan keluarga
l Stretching exercise Memberi motivasi pasien untuk konsisten melaksanakan
l Strengthening exercise untuk melatih kekuatan otot program rehabilitasi.
dan mencegah atropi otot-otot Memberi motivasi pasien untuk lebih mandiri dalam
l Latihan ADL mulai dari hal-hal yang ringan melakukan kegiatan sehari-hari.
l Latihan koordinasi dan balance
I M PA I R M E N T, D I S S A B I L I T Y D A N H A N D I C A P

- Impairment :
Penurunan kesadaran
Pneumonia dengan sepsis
 Diabetes Melitus Tipe II
 Leukositosis
 General weakness and prolonged imonilization
- Disability : Penurunan fungsi keempat anggota gerak
Keterbatasan dalam melakukan ADL (activity day
living)
Keterbatasan mobilisasi
- Handicap : Tidak dapat mengikuti kegiatan di masyarakat
Tidak dapat melakukan pekerjaan rumah
Sulit bersosialisasi di masyarakat

PLANNING

Planning Diagnostik : -
Planning Terapi : - Rawat bersama dengan spesialis penyakit dalam
Planning Edukasi : - Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi
Planning Monitoring : - Evaluasi hasil fisioterapi dan okupasional terapi
A. Tujuan Jangka Pendek
1. Mencegah ulkus dekubitus
2. Meningkatkan ROM dan kekuatan

• PROGNOSIS
otot pada anggota gerak atas dan bawah

• TUJUAN
3. Mencegah masalah psikologi pasien
maupun keluarga Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
B. Tujuan Jangka Panjang Ad fungsionam: dubia ad bonam
1. Meneruskan program jangka pendek
2. Meningkatkan aktifitas fisik dan
kemampuan fungsional secara mandiri
sehingga pasien dapat melaksanakan
ADL.
3. Mengembalikan fungsi sosial.
TINJAUAN PUSTAKA
peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi
jaringan paru sehingga dapat mengganggu
PNEUMONIA pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-
DEFINISI paru.
Etiologi
1. Bakteri
a. Typical : Bakteri gram positif (Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus)
Bakteri gram negative (Pseudomonas aeruginosa , Klebsiella pneumonia, Haemophilus
influenza )

b. Atypical
Mycoplasma sp. , chlamedia sp. , Legionella sp.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet9, biasanya menyerang pada pasien dengan
imunodefisiensi. Contoh : cytomegalivirus9, herpes simplex virus, varicella zooster virus
3. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk
kedalam tubuh saat menghirup udara. Contoh : Candida sp. , Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
Klasifikasi
1. pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia/CAP),
2. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP)
Manifestasi Klinik
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif
atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis
dan sesak

Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada
Terapi
Sepsis adalah respon penjamu terhadap infeksi dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi aktivitas proses inflamasi.

SEPSIS
DEFINISI Menurut konsensus American Collage of Chest Physician
(ACCP) dan Society of Critical Care Medicine (SCCM) tahun
1992, sepsis adalah sindroma respon inflamasi sistemik
(systemic inflamatory response syndrome/SIRS), sepsis berat
dan syok/rejatan septik
Gejala
Menurut SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome) ditandai dengan minimal 2 dari gejala
berikut :

1. Temperatur >38°C atau <36°C

2. Frekuensi denyut jantung >90 kali/menit

3. Frekuensi nafas / Respiratory Rate > 20 kali/menit atau PaCO2 <32mmHg

4. Jumlah leukosit darah >12.000/mm3, < 4.000/mm3 atau batang(bentuk imatur neutrofil)
>10%
Etiologi
Pneumonia merupakan penyebab sepsis terbanyak dimana hampir setengah dari seluruh kasus
disertai dengan infeksi intraabdominal dan traktus urinarius.

Bakteri gram negatif yang paling sering ditemukan pada sepsis diantaranya adalah Escherria
coli

Bakteri gram positif yang dapat menyebabkan sepsis adalah Staphylococcus aureus,
Enterococcua, Streptococcuss viridan, Streptococcus pneumonia, Corynebacteri dan Listeria
monositogenesis.
Komplikasi
1. DEFINISI

Immobilisasi atau bedrest adalah intervensi untuk


menahan pasien di tempat tidur untuk alasan
I M O B I L I SA S I
terapeutik. Pasien yang memiliki keadaan yang
bervariasi diletakkan dalam keadaan bedrest.
Durasinya bergantung pada penyakit atau cedera dan
keadaan kesehatan pasien sebelumnya.
DA M PA K

Perubahan metabolism
Perubahan pernafasan
Perubahan kardiovaskuler
Perubahan muskuloskeleta
Perubahan eliminasi urin
Perubahan intugumen
Perubahan perkembanganl
PENATALAKSANAAN
REHABILITASI
Impairment adalah setiap kehilangan atau kelainan, baik psikologik, fisiologik ataupun struktur
atau fungsi anatomik. Karakteristik Penurunan nilai ditandai oleh kerugian atau kelainan yang
mungkin sementara atau permanen, dan itu termasuk keberadaan atau kejadian anomali, cacat,
atau kehilangan anggota tubuh, organ, jaringan, atau struktur lain dari tubuh, termasuk sistem
fungsi mental.
Disability adalah segala keterbatasan atau kekurangan (yang dihasilkan dari ketidakmampuan)
dalam kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang
normal. Karakteristik disabilitas ditandai oleh keterbatasan atau kekurangan kinerja dan perilaku
aktivitas yang diharapkan secara adat, dan ini mungkin bersifat sementara atau permanen,
dapat dibalikkan atau tidak dapat diubah, dan progresif atau regresif.
Handicap adalah suatu ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment (gangguan) atau
disability (kecacatan) sehingga membatasinya untuk melaksanakan peranan hidup secara normal
(tergantung pada faktor usia, jenis kelamin dan faktor-faktor sosio- budaya).
Proses Rehabilitasi
1. Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan lengan dan tangan

2. Terapi fisik untuk memperbaiki kekuatan dan kemampuan berjalan

3. Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka dalam merawat orang yang
mereka cintai di rumah dan tantangan yang akan mereka hadapi.
Macam – macam rehabilitasi fisik
1. Bed exercise
◦ Positioning (berbaring telentang, mirng, gerakan menekuk dan melurukan tangan)
◦ Range of movement
◦ Breathing

2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living) : berpakaian, mandi, makan, dll
6. Chest Physiotherapy
Chest Physiotherapy
chest physiotherapy pada pasien pneumonia yang bermanfaat untuk menurunkan kerja
pernafasan (work of breathing), memperbaiki pertukaran gas, dan mencegah atelektasis.

Chest physiotherapy meliputi dua teknik, yaitu :

1. Teknik mobilisasi sekret

2. Teknik pengeluaran sekret.


Teknik Mobilisasi sekret
1. Drainase postural
Drainase postural menggunakan prinsip posisi gravitasi untuk mobilisasi sekret dari lobus paru
yang bermasalah dengan sekret. Secara umum segmen paru yang terkena diposisikan lebih
tinggi untuk drainase sekret. Disamping waktu yang cukup untuk drainase postural, posisi yang
tepat adalah persyaratan utama berhasilnya program drainase postural.
b. Teknik manual
Teknik manual merupakan suatu teknik terapi fisik dada yang membantu drainase sekret pada
posisi drainase postural. Teknik manual bisa dilakukan dengan cara perkusi atau vibrasi. Teknik
manual dengan perkusi dilakukan pada seluruh siklus pernafasan secara ritmis pada dinding
toraks dengan posisi tangan cupped hands. Jika kulit pasien sensitif misal pada usia lanjut, dapat
dilapisi handuk. Vibrasi dilakukan waktu ekspirasi, dapat juga dilakukan menggunakan alat
vibrator dengan frekuensi 10- 15 Hz
Kontraindikasi drainase postural
◦ Kondisi medis tidak stabil / sesak berat
◦ Penderita tidak kooperatif
◦ Hipertensi maligna/ aritmia/anurisma aorta
◦ Trauma / operasi kepala dan leher
◦ Peningkatan tekanan intrakranial
◦ Peningkatan tekanan intraokular /pasca operasi mata
◦ Pasca operasi esofagus (spingter kardiak dieksisi)
◦ Keganasan esofagus (mudah terjadi refluks dari lambung)
◦ Pre-operatif hiatus hernia
◦ Hemoptisis
◦ Edema paru berat
◦ Efusi pleura
◦ Emboli paru
◦ Pneumotoraks
◦ Kehamilan
◦ Kombusio muka
◦ Pemakaian ventilator mekanik
Teknik pengeluaran sekret
a. Teknik batuk terkontrol
Teknik batuk terkontrol adalah teknik ekspirasi kuat yang terkontrol untuk pengeluaran sekret
tanpa menyebabkan kolaps saluran nafas. Teknik ini akan lebih mudah jika dilakukan pada posisi
berdiri atau duduk tegak.
b. Teknik huffing
Sama dengan teknik batuk terkontrol kecuali glotis tetap terbuka. Pasien inhalasi dalam dan
secara cepat mengeluarkan nafas dengan kontraksi abdomen dengan mengatakan ”ha-ha-ha”.
Keuntungan teknik ini adalah tidak melelahkan, tidak menimbulkan spasme bronkhus dan
kurang menyebabkan kolaps jalan nafas.
Kontraindikasi perkusi
1. Kasus yang cenderung batuk darah (tbc paru, abses paru, karsinoma paru, bronkhiektasis dengan pendarahan baru)
2. Cenderung terjadi perdarahan karena jumlah trombosit yang rendah atau pasien yang mendapat antikoagulan
3. Masih dalam kondisi nyeri berat pada pasca operasi bedah toraks
4. Keradangan paru akut (dapat terjadi penyebaran infeksi)
5. Instabilitas kardiovaskular ( unstable angina, gagal jantung)
6. Area fraktur/ osteoporosis berat
7. Area tumor/metastasis
8. Area skin graf/flap
9. Aneurisma aorta
10. Emboli paru
Hati hati pada penderita tua yang nervous dan kondisi pasca operatif oleh karena perkusi dapat menambah rasa sakit.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai