Anda di halaman 1dari 56

Blok Panca Indera

PEGAWAI KAMAR MESIN KAPAL


Wrap Up Skenario 2

KELOMPOK A-13
Ketua
Sekretaris
Anggota

:
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dryan Ariapratita
Dinda Putri A

1102010083
1102010081

Fathan ihtifazhuddin
Farizky Baskoro
Fatima Zahra
Fatimah Alia
Fazelia Berlianti S
Lusy Cristi
Lusy Novitasari

1102010096
1102011100
1102011101
1102011102
1102011103
1102011143
1102011144

Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
Jakarta
2013/2014

SKENARIO

PEGAWAI KAMAR MESIN KAPAL


Seorang anak 3 tahun pilek batuk dan demam sudah 3 hari yang lalu. Keluhan telinga
kanannya sakit, mengeluarkan sedikit cairan seperti air susu dan bercampur sedikit
warna merah seperti darah. Lalu dibawa ibunya ke UGD. Setelah liang telinganya
dibersihkan, diperiksa kendang telinga tampak merah dan mengeluarkan cairan. Ibu
pasiennya bertanya kepada dokter, apakah penyakit anaknya bisa sembuh.

KATA-KATA SULIT
1. Apa yang dimaksud dengan Liang Telinga ?
Saluran yang menghubungkan telinga luar dengan telinga tengah.

2. Apa yang dimaksud dengan Gendang Telinga ?


Membtan timpani, yang menerima gelombang suara.

PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Mengapa telinga mengeluarkan cairan ?


Apa hubungan antara pilek demam dengan telinga yang sakit ?
Mengapa gendang telinga tampak merah ?
Mengapa telinga kanan terasa sakit ?
Apakah penyakit tersebut dapat terjadi bilateral ?
Mengapa penyakitnya terjadi di telinga kanan ?
Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ?
Bagaimana terapinya ?
Apasaja penyebab tersering dari penyakit tersebut ?
Apa gejala lain dari penyakit tersebut ?
Apa factor resiko dari penyakit tersebut ?
Bagaimana pencegahan pada penyakit ini ?

JAWABAN
1. Karena terjadi ruptur ( mengeluarkan darah) pada membrane timpani.
2. Karena diawali dengan radang nasofaring , menyebar ke telinga melalui tuba
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

eustachii sehingga menyebabkan infeksi pada telinga tengah


Karena terjadi infeksi , peradangan
Karena terjadi peradangan
Dapat terjadi pada 2 telinga karena anatomi dan penyebabnya sama.
Dapat terjadi pada 2 telinga karena anatomi dan penyebabnya sama.
Pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan audiometri dan garpu tala.
Antibiotic dan obat tetes hidung
Bakteri (streptococcus pneumonia ) dan virus
Batuk, pilek, nyeri telinga, gangguan pendengaran, diare, kejang dan demam
Usia, faktor lingkungan, pola hidup, dan system imun.
Menjaga kebersihan dan menjaga kekebalan tubuh.

HIPOTESA

Bakteri -> Imun menurun -> Batuk dan Pilek -> cairan secret meningkat -> tekanan di
tuba eustachii meningkat -> menyebabkan infeksi -> rupture dan mengeluarkan cairan
->pemeriksaan -> Otitis media akut

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Telinga


1.1.
Makroskopis Telinga
1.2.
Mikroskopis Telinga
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pendengaran
3. Memahami dan Menjelaskan Otitis Media Akut
5

3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.

Menjelaskan Definisi Otitis Media Akut


Menjelaskan Epidemiologi Otitis Media Akut
Menjelaskan Etiologi Otitis Media Akut
Menjelaskan Klasifikasi Otitis Media Akut
Menjelaskan Patofisiologi Otitis Media Akut
Menjelaskan Manifestasi Klinis Otitis Media Akut
Menjelaskan Diagnosis, Diagnosis Banding, PF dan PP Otitis Media Akut
Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Otitis Media Akut
Menjelaskan Komplikasi Otitis Media Akut
Menjelaskan Prognosis Otitis Media Akut

4. Memahami dan Menjelaskan Pendengaran Secara Islam

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Telinga


1.3.
Makroskopis Telinga
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan. Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah
dan telinga bagian dalam. Telinga bagian luar teridiri dari; pinna (daun telinga) dan
meatus auditory eksterna. Telinga bagian tengah merupakan rongga timpani yang
berisi tiga tulang pendengaran yaitu malleus, inkus dan stapes. Sementara telinga
bagian dalam terdapat labirin oseus yang didalamnya terdapat cairan endolimf dan
labirin membran yang diidalamnya terdapat cairan perilimf. Kedua cairan tersebut

berperan sebagai media penghantar agar terjadi proses mendengar dan untuk
keseimbangan.
Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus. Telinga
tengah yang merupakan sebuah ruangan yang berisi udara yang mempunyai batasbatas bagian lateral adalah membran timpani, batas anterior adalah tuba eustachius,
batas inferior vena jugularis, batas posterior adalah auditus ad antrum, batas superior
adalah tegmen timpani, dan batas medial adalah telinga dalam. Telinga tengah juga
terdiri dari tulang-tulang pendengaran maleurs, incus, dan stapes yang saling
berhubungan. Sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea, dan vestibuler.

1. Anatomi Telinga Luar (Auris Eksterna)


Telinga luar terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Telinga terletak pada kedua
sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus
telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan
meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup
mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 cm. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus

berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan
perlindungan bagi kulit.

a.

Aurikula/Pinna/Daun Telinga

Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam telinga. Suara yang
ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang telinga.
Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan
telinga tengah dengan telinga luar.
b.

Meatus Akustikus Eksterna/External Auditory Canal ( Liang Telinga )

Saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani panjangnya 2,5 cm yang


terdiri tulang rawan dan tulang keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat, khususnya menghasilkan secret secret berbentuk
serum. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri
telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen

nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.


MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan
temperature yang dapat mengganggu elastisitas membrane timpani. Fungsi dari daun
telinga dan liang telinga adalah mengumpulkan bunyi yang berasal dari sumber bunyi.

1. Anatomi Telinga Bagian Tengah (Auris Media)

Telinga tengah merupakan rongga udara diisi dengan tulang temporal yang
terbuka ke udara luar melalui tuba estachius ke nasofaring dan melalui nasofaringke
lingkungan luar. Tuba Eustachius ini biasanya tertutup, tetapi selama menelan,
mengunyah, dan menguap ia akan membuka, untuk menjaga tekanan udara pada
kedua sisi gendang telinga tetap sama. Tuba juga berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi.

Membrana timpani terletak pada akhir kanalis aurius eksternus dan menandai
batas lateral telinga. Membran ini berdiameter sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga
berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan
dengan nasofaring melalui tuba eustachii, dan berhubungan dengan beberapa sel
berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Tiga tulang pendengaran, maleus, inkus, dan stapes, terletak di telinga tengah.
Manubrium (pegangan maleus) adalah melekat pada belakang membran timpani.
Kepala dari maleus melekat pada dinding telinga tengah, dan bagian pendeknya
melekat pada inkus, yang pada akhirnya berartikulasi dengan kepala stapes. Plat kaki
pada stapes terpasang oleh ligamentum melingkar pada dinding jendela oval. Dua otot
kerangka kecil, tensor timpani dan stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi
membrane timpani akan menarik manubrium maleus medial dan mengurangi getaran
dari membran timpani; kontraksi terakhir menarik kaki stapes dari stapes keluar dari
jendela oval.
a.

Membrane Timpani

Membran timpani merupakan selaput gendang telinga penghubung antara telinga luar
dengan telinga tengah, berupa jaringan fibrous tempat melekat os malleus. Terdiri dari
jaringan fibrosa elastic, bentuk bundar dan cekung dari luar.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida
(MembranShrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars
flaksida hanyaberlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga
dan bagian dalamdilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas.
Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler
pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane
timpani disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa
kerucut.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawahdepan serta bawah belakang,
10

untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani. Membrane timpani berfungsi


menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulangpendengaran.
b.

Kavum Timpani

Rongga timpani adalah bilik kecil berisi udara. Rongga ini terletak sebelah dalam
membrane timpani atau gendang telinga yang memisahkan rongga itu dari meatus
auditorius exsterna. Rongga itu sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding
membranosa, sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum
mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang temporalis, melalui sebuah celah
yang disebut aditus. Prosesus mastoideus adalah bagian tulang temporalis yang
terletak di belakang telinga, sementara ruang udara yang berada pada bagian atasnya
adalah antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah. Infeksi
dapat menjalar dari rongga telinga tengah hingga antrum mastoid dan dengan
demikian menimbulkan mastoiditis.

c.

Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian bawah samping dari
kavum timpani. Dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa
kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut
sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d.

Tuba Eustakhius

Tuba Eusthakius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju naso-faring,
lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga dapat
diatur seimbang melalui meatus auditorius externa, serta melalui tuba Eusthakius
( faring timpanik ). Celah tuba Eusthakius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan
akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam ruang
timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara dalam atmosfer,
sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat
dihindarkan. Adanya hubungan dengan nasofaring ini, memungkinkan infeksi pada
hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.
e.

Tulang Tulang Pendengaran


11

Tulang tulang pendengaran merupakan tiga tulang kecil (osikuli) yang tersusun
pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membrane timpani
menuju rongga telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah malleus, incus dan stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh persendian, otot dan ligament yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval dan bulat ) di dinding
medial jendela tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian
dataran kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ke telinga
tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke luar getaran suara
Malleus, merupakan tulang pada bagian lateral, terbesar, berbentuk seperti
martil dengan gagang yang terkait pada membrane timpani, sementara
kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.
Incus, atau landasan adalah tulang yang terletak di tengah. Sendi luarnya
bersendi dengan malleus, berbentuk seperti gigi dengan dua akar, sementara sisi
dalamnya bersensi dengan sebuah tulang kecil, yaitu stapes.
Stapes, atau tulang sanggurdi, adalh tulang yang dikaitkan pada inkus dengan
ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada
membrane yang menutup fenestra vestibule atau tingkap jorong.
Rangkaian tulang tulang ini berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari
gendang telinga menuju rongga telinga dalam.
OTOT-OTOT TELINGA TENGAH
Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke
arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi
rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang
maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam
dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otototot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi
tinggi.2,4,5

Nama Otot

Origo

Inserio

Persarafan

Fungsi

12

M.

Tensor Dinding

Tympani

auditiva

tuba Manubrium

Divisi mandibularis Meredam

getaran

dan mallei

n. Trigemius

membrana tympani

N. Facialis

Meredam

dinding salurannya
sendiri
Collum
M. stapedius

Pyramis

Stapedis

stapes

(penonjolan tulang
pada
posterior

dinding
cavum

tympani)

3.

Anatomi Telinga Dalam (Auris Interna)


Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial


VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral terletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan
dan arah gerakan seseorang.
Labyrinth terdiri dari dua bagian, yang satu terletak dalam yang lainnya.
Labirin tulang adalah serangkaian saluran kaku sedangkan didalamnya terdapat
labirin membran. Di dalam saluran ini, dikelilingi oleh cairan yang disebut perilymph,
adalah labirin membran. Struktur membran lebih kurang serupa dengan bentuk
saluran tulang. Bagian ini diisi dengan cairan yang disebut endolymph, dan tidak ada
hubungan antara ruang yang berisi endolymph dengan ruangan yang dipenuhi dengan
perilymph.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, labirin membranosa terendam dalam
cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun
13

getaran

atas utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan
korti. Labirin membranosa berisi cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat
keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam.
Banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan
angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan
merangsang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris
yang berjalan sepanjang cabang vestibular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan
posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga
mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis
VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akustik), yang muncul
dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis
VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah
nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus
tersebut dan asupan darah ke batang otak.

14

a. Koklea

Bagian koklea dari labirin adalah tabung melingkar yang pada manusia berdiameter
35 mm. Sepanjang panjangnya, membran basilaris dan membran Reissner's
membaginya menjadi tiga kamar (scalae). Skala vestibule dan skala timpani berisi
perilymph dan berkomunikasi satu sama lain pada puncak koklea melalui lubang kecil
yang disebut helicotrema. Skala vestibule berakhir pada jendela oval, yang ditutup
oleh kaki stapes dari stapes. Skala timpani berakhir pada jendela bulat, sebuah
foramen di dinding medial dari telinga tengah yang ditutup oleh membran timpani
fleksibel sekunder. Skala media, skala koklea ruang tengah, kontinu dengan labirin
membran dan tidak berkomunikasi dengan dua scalae lainnya. Skala ini berisi
endolymph.
b.

Organ Korti

Organ korti yang terletak di membran basilaris, merupakan struktur yang berisi sel-sel
rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Organ ini memanjang dari puncak ke
dasar koklea dan memiliki bentuk spiral. Ujung dari sel-sel rambut menembus lamina,
membran retikuler yang didukung Rod of Corti. Sel-sel rambut yang diatur dalam
empat baris: tiga baris sel rambut luar lateral ke terowongan dibentuk oleh Rod of
Corti, dan satu baris sel rambut dalam medial terowongan. Ada 20.000 sel rambut luar
dan sel-sel rambut 3500 masing-masing bagian dalam koklea manusia. Meliputi sel
rambut adalah membran tectorial tipis, kental, tapi elastis di mana ujung rambut luar
tertanam.

15

Pada koklea terdapat sambungan yang erat di antara sel-sel rambut dan sel-sel
phalangeal berdekatan. Sambungan ini mencegah endolymph dari mencapai dasar sel.
Namun, membran basilaris relatif permeabel untuk perilymph dalam skala timpani,
dan akibatnya, terowongan dari organ Corti dan dasar sel-sel rambut bermandikan
perilymph. Karena sambungan ketat yang serupa, hal ini juga sama dengan sel-sel
rambut di bagian lain dari telinga bagian dalam, yaitu endolymph dibagian tengah,
sedangkan basis mereka bermandikan perilymph.
c.

Vestibulum

Vestibulum merupakan bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini


membuka fenestra ovale dan fenestra rotundum dan pada bagian belakang atas
menerima muara kanalis semisirkularis. Vestibulum telinga dalam dibentuk oleh
sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung
macula yang yang diliputi oleh sel sel rambut. Yang menutupi sel sel rambut ini
adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat
pula otolit yang mengandung lapisa kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar
daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi maka gaya dari otolit akan
membengkokan silia sel sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.
d.

Jalur Saraf

Dari inti koklea, impuls pendengaran keluar melalui berbagai jalur ke colliculi
inferior, pusat refleks pendengaran, dan melalui corpus geniculate medial di thalamus
ke korteks pendengaran. Informasi dari kedua telinga menyatu, dan pada semua
tingkat yang lebih tinggi sebagian besar neuron menanggapi input dari kedua belah
pihak. Korteks pendengaran primer, daerah Brodmann's 41, adalah di bagian superior
lobus temporal. Pada manusia, itu terletak di celah sylvian dan tidak terlihat pada
permukaan otak. Dalam korteks pendengaran primer, neuron yang paling menanggapi
masukan dari kedua telinga, tetapi ada juga strip dari sel-sel yang dirangsang oleh
masukan dari telinga kontralateral dan dihambat oleh masukan dari telinga ipsilateral.
Ada beberapa tambahan daerah menerima pendengaran, seperti ada daerah menerima
beberapa sensasi kutan. Daerah asosiasi pendengaran berdekatan dengan area
penerima primer pendengaran yang luas. Bundel olivocochlear adalah bundel serat
eferen terkemuka di setiap saraf pendengaran yang timbul dari kedua ipsilateral dan
kompleks olivary kontralateral unggul dan berakhir terutama di sekitar basis dari luar
sel-sel rambut organ Corti.
16

Sel tubuh dari 19.000 neuron memasok krista dan maculas di setiap sisi berada di
ganglion vestibular. Setiap saraf vestibular berakhir dalam empat bagian inti
vestibular dan ipsilateral pada lobus flocculonodular dari otak kecil. Serat dari
utricle dan akhir saccule terutama di divisi lateral (inti Deiters'), yang diproyeksikan
ke sumsum tulang belakang, dan nantinya berakhir pada nukleus descenden, yang
diproyeksikan

ke

otak

kecil

dan

formasi

reticular. Inti

vestibular

juga

memproyeksikan ke thalamus dan dari sana ke dua bagian dari korteks


somatosensori primer
e.

Kanalis Semisirkularis

Di setiap sisi kepala, kanal-kanal semisirkularis tegak lurus satu sama lain, sehingga
mereka berorientasi pada tiga ruang. Di dalam tulang kanal, kanal-kanal membran
tersuspensi dalam perilymph. Struktur reseptor, yang ampullaris crista, terletak di
ujung diperluas (ampula) dari masing-masing kanal selaput. crista Masing-masing
terdiri dari sel-sel rambut dan sel sustentacular diatasi oleh sebuah partisi agar-agar
(cupula) yang menutup dari ampula. Proses dari sel-sel rambut yang tertanam di
cupula, dan dasar sel-sel rambut dalam kontak dekat dengan serat-serat aferen dari
divisi vestibular dari syaraf vestibulocochlear.
f.

Utrikulus dan Sakulus

Dalam setiap labirin membran, di lantai utricle, ada organ otolithic (makula). Makula
lain terletak pada dinding saccule dalam posisi semivertical. Macula mengandung selsel sustentacular dan sel rambut, diatasi oleh membran otolithic di mana tertanam
kristal karbonat kalsium, otoliths. Otoliths, yang juga disebut otoconia atau telinga
debu, mempunyai panjang berkisar 3 - 19 . Prosesus dari sel-sel rambut yang
tertanam di dalam membran. Serat saraf dari sel-sel rambut bergabung yang berasal
dari krista di divisi vestibular dari syaraf vestibulocochlear.

g.

Sel Rambut

Sel-sel rambut yang di telinga bagian dalam memiliki struktur umum. Setiap tertanam
dalam epitel terdiri dari pendukung atau sel sustentacular, dengan bagian akhirnya
berhubungan dengan neuron aferen. Memproyeksikan dari ujung apikal adalah proses
30-150 berbentuk batang, atau rambut. Kecuali dalam koklea, salah satu, kinocilium,
17

adalah silia benar tetapi nonmotile dengan sembilan pasang mikrotubulus keliling
lingkaran dan sepasang pusat mikrotubulus (lihat Bab 1). Ini adalah salah satu proses
terbesar dan memiliki dipukuli akhir. kinocilium ini hilang dalam sel-sel rambut
dalam koklea pada mamalia dewasa. Namun, proses lainnya, yang disebut stereocilia,
yang hadir di semua sel-sel rambut. Mereka memiliki inti yang terdiri dari filamen
aktin paralel. aktin ini dilapisi dengan berbagai isoform myosin. Dalam rumpun
proses pada setiap sel, ada struktur yang teratur. Sepanjang sumbu terhadap
kinocilium itu, peningkatan stereocilia semakin tinggi; sepanjang sumbu tegak lurus,
semua stereocilia adalah ketinggian yang sama.
h.

Respon Elektrik

Potensi selaput sel-sel rambut adalah sekitar -60 mV. Ketika stereocilia didorong ke
arah kinocilium, potensi membran menurun menjadi sekitar -50 mV. Ketika bundel
proses didorong dalam arah yang berlawanan, sel hyperpolarized. Menggusur proses
dalam arah tegak lurus terhadap sumbu ini tidak memberikan perubahan potensial
membran, dan menggusur proses dalam arah yang pertengahan antara kedua arah
menghasilkan depolarisasi atau hyperpolarization yang proporsional dengan sejauh
mana arah yang menuju atau jauh dari kinocilium. Dengan demikian, rambut proses
menyediakan mekanisme untuk menghasilkan perubahan potensial membran yang
proporsional dengan arah dan jarak bergerak rambut.
i.

Pembentukan Potensial Aksi pada Serabut Saraf Aferen

Seperti disebutkan di atas, proses proyeksi sel-sel rambut ke endolymph sedangkan


basis bermandikan perilymph. Pengaturan ini diperlukan untuk produksi normal
potensi generator. perilymph ini terbentuk terutama dari plasma. Di sisi lain,
endolymph terbentuk di media skala oleh vascularis stria dan memiliki konsentrasi
tinggi K + dan konsentrasi rendah Na +. Sel di vascularis stria memiliki konsentrasi
tinggi Na +-K + ATPase. Selain itu, tampak bahwa ada K electrogenic unik + pompa
di vascularis stria, yang menjelaskan kenyataan bahwa media skala yang elektrik
positif sebesar 85 mV relatif terhadap vestibule skala dan skala timpani.
Sangat halus proses yang disebut link ujung mengikat ujung stereocilium setiap sisi
tetangga yang lebih tinggi, dan di persimpangan di sana tampaknya saluran kation
mekanis sensitif dalam proses yang lebih tinggi. Ketika stereocilia pendek didorong
ke arah yang lebih tinggi, waktu buka dari kenaikan saluran. K + kation yang paling
18

berlimpah di endolymph-dan Ca2+ masuk melalui saluran tersebut dan menghasilkan


depolarisasi. Masih ada ketidakpastian yang cukup tentang peristiwa berikutnya.
Namun, satu hipotesis adalah bahwa motor molekul di tetangga yang lebih tinggi
langkah berikutnya saluran menuju dasar, melepaskan ketegangan di link ujung. Ini
menyebabkan saluran untuk menutup dan memungkinkan pemulihan keadaan
istirahat. Motor ternyata adalah berbasis myosin
Depolarisasi sel rambut menyebabkan mereka untuk merilis neurotransmitter,
mungkin glutamin, yang memulai depolarisasi dari tetangga neuron aferen.
K+ yang masuk ke sel-sel rambut melalui saluran kation mekanis sensitif didaur ulang.
Memasuki sel sustentacular dan kemudian melewati ke sel sustentacular lain dengan
cara sambungan ketat. Pada koklea, akhirnya mencapai vascularis stria dan
dikeluarkan kembali ke endolymph, melengkapi siklus.

PERDARAHAN TELINGA
Perdarahan telinga terdiri dari 2 macam sirkulasi yang masing masing secara
keseluruhan berdiri satusatu memperdarahi telinga luar dan tengah, dan satu lagi
memperdarahi telinga dalam tampa ada satu pun anastomosis diantara keduanya. 4,5
Telinga luar terutama diperdarahi oleh cabang aurikulo temporal a.temporalis
superficial di bagian anterior dan dibagian posterior diperdarahi oleh cabang
aurikuloposterior a.karotis externa.4
Telinga tengah dan mastiod diperdarahi oleh sirkulasi arteri yang mempunyai
banyak sekali anastomosis. Cabang timpani anterior a.maxila externa masuk melalui
fisura retrotimpani. Melalui dinding anterior mesotimpanum
aa.karotikotimpanik

juga berjalan

yang merupakan cabang a.karotis ke timpanum .dibagian

superior, a.meningia media memberikan cabang timpanik superior yang masuk


ketelinga tengah melalui fisura petroskuamosa. A.meningea media juga memberikan
percabangan a.petrosa superficial yang berjalan bersama Nervus petrosa mayor
memasuki kanalis fasial pada hiatus yang berisi ganglion genikulatum. Pembuluhpembuluh ini beranastomose dengan suatu cabang a.auricula posterior yaitu
a.stilomastoid, yang memasuki kanalis fasial dibagian inferior melalui foramen
stilomastoid. Satu cabang dari arteri yang terakhir ini, a.timpani posterior berjalan
melalui kanalikuli korda timpani. Satu arteri yang penting masuk dibagian inferior

19

cabang dari a.faringeal asendenc.arteri ini adalah perdarahan utama pada tumor
glomus jugular pada telinga tengah. 2,4,5
Tulang-tulang pendengaran menerima pendarahan anastomosis dari arteri
timpani anterior, a.timpani posterior, suatu arteri yang berjalan dengan

tendon

stapedius, dan cabang cabang dari pleksus pembuluh darah pada promontorium.
Pembuluh darah ini berjalan didalam mukosa yang melapisi tulang-tulang
pendengaran, memberi bahan makanan kedalam tulang. Proses longus incus
mempunyai perdarahan yang paling sedikit sehingga kalau terjadi peradangan atau
gangguan mekanis terhadap sirkulasinya biasanya mengalami necrosis.4,5
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna (a. labirintin)
yang berasal dari a.serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang
merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.4,5
Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu : 4

Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula


sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian
dari utrikulus dan sakulus.

Arteri

vestibulokoklearis,

mendarahi

makula

sakuli,

kanalis

semisirkularisposterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal


dari koklea.

Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri


spiral yang mendarahi organ corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir
pada stria vaskularis.

Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi
putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran
basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena
akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini
mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus sigmoid.
Aliran vena telinga luar dan tengah dilakukan oleh pembuluhpembuluh darah yang
menyertai arteri v.emisari mastoid yang menghubungkan kortek keluar mastoid dan
sinus lateral. Aliran vena telinga dalam dilakukan melalui 3 jalur aliran .dari koklea
putaran tengah dan apical dilakukan oleh v.auditori interna. Untuk putaran basiler
koklea dan vestibulum anterior dilakukan oleh v.kokhlear melalui suatu saluran yang

20

berjalan sejajar dengan akuadutus kokhlea dan masuk kedalam sinus petrosa inferior.
Suatu aliran vena ketiga mengikuti duktus endolimfa dan masuk ke sinus sigmoid
pleksus ini mengalirkan darah dari labirin posterior.4,5
PERSARAFAN TELINGA
Daun telinga dan liang telinga luar menerima cabangcabang sensoris dari cabang
aurikulotemporal saraf ke5 (N. Mandibularis) dibagian depan, dibagian posterior
dari Nervus aurikuler mayor dan minor, dan cabangcabang Nervus Glofaringeus dan
Vagus. Cabang Nervus Vagus dikenal sebagai Nervus Arnold. Stimulasi saraf ini
menyebabkan reflek batuk bila teliga luar dibersihkan. Liang telinga bagian tulang
sebelah posterior superior dipersarafi oleh cabang sensorik Nervus Fasial .4,5
Tuba auditiva menerima serabut saraf dari ganglion pterygopalatinum dan
sarafsaraf yang berasal dari pleksus timpanikus yang dibentuk oleh Nervus Cranialis
VII dan IX.4
M.tensor timpani dipersarafi oleh Nervus Mandibularis (Nervus Cranial V 3
).sedangkan M.Stapedius dipersarafi oleh Nervus Fasialis.3
Korda timpani memasuki telinga tengah tepat dibawah pinggir posterosuperior
sulkus timpani dan berjalan kearah depan lateral ke prosesus longus inkus dan
kemudian kebagain bawah leher maleus tepat diatas perlekatan tendon tensor timpani
setelah berjalan kearah medial menuju ligamen maleus anterior, saraf ini keluar
melalui fisura petrotimpani .4
N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus internus
dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar meatus
akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus terletak ganglion
spirale.

21

22

1.4.

Mikroskopis Telinga

Telinga berhubungan dengan keseimbangan dan pendengaran. Telinga terdiri dari:


1. Telinga Luar
Untuk menangkap/menerima gelombang suara
2. Telinga Tengah
Sebagai tempat gelombang suara diteruskan dari udara ke tulang dan dari
tulang ke telinga dalam.
3. Telinga Dalam
Getaran diubah menjadi impuls saraf spesifik berjalan melalui nervus
akustikus ke susunan saraf pusat.
Telinga Luar
Terdiri dari :
1. Aurikula
Terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit tipis berambut
Mempunyai kelenjar lemak dan keringat
2. Liang Telinga / Meatus Akustikus Eksternus
Membentang dari aurikula sampai timpani
Panjangnya 2,5-3,5 cm
Pada potongan melintang, saluran ini bentuknya oval dan liang

telinganya tetap terbuka karena dindingnya kaku.


Mempunyai kelenjar seruminosa, kelenjar sebasea dan 1/3 luar adalah

tulang rawan hialin.


Kelenjar seruminosa merupakan kelenjar tubular bergelung yang yang
menghasilkan serumen yaitu suatu materi coklat seperti lilin dengan

rasa pahit dan berfungsi pelindung.


3. Membran Timpani
Berbentuk ovale dan letaknya oblique/miring menutupi bagian

terdalam liang telinga luar


Permukaan luarnya dilapisi epidermis tipis
Permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid

23

Pada membrane timpani melekat maleus yang menyebabkan

membrane menonjol ke dalam rongga telinga tengah.


Membrane timpani juga merupakan bangunan yang meneruskan
gelombang suara ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah dan
berhubungan dengan 3 tulang kecil yang merupakan tulang-tulang
pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes yang berfungsi untuk
meneruskan getaran mekanis yang dihasilkan di membrane timpani ke
telinga dalam.

Telinga Tengah
Terdiri dari rongga seperti celah didalam tulang temporal yaitu rongga timpani dan
tuba auditorus (eustachii) yaitu suatu kanal/duktus yang menghubungkannya dengan
nasofaring.
1. Rongga Timpani
Dilapisi oleh epitel selapis gepeng tetapi dibagian anterior pada celah
auditiva epitel selapis silindris bersilia
2. Tuba Auditorus (eustachii)
Menghubungkan telinga tengah dgn nasofaring
Panjang 37 mm
1/3 bagian ke telinga tengah terdiri dari tulang
2/3 bagian ke faring terdiri dari tulang rawan
Arah saluran ke bawah, kedalam, kedepan
Bag. tulang selalu terbuka
Bag. tulang rawan selalu tertutup, terbuka bila menelan, mengunyah,

dan menguap .
Epitel bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan

sel goblet dekat faring


Fungsi mengatur tekanan udara dalam telinga tengah sesuai dgn tek.
atmosfir

Telinga Dalam
Terdiri dari Labirin Tulang (Oseosa) dan Labirin Membranosa.
1. Labirin Tulang
Terdiri atas rongga di tulang temporalis
Didalamnya terdapat labirin membranosa
Terdapat rongga sentral yang tak teratur yaitu vestibulum, yang berisi
sakulus dan utrikulus

24

Dibelakang struktur ini terdapat saluran semisikularis, berdasarkan

letaknya disebut saluran anterior, posterior dan lateral.


Kearah anterior, rongga vestibulum berhubungan dengan koklea
Dilapisi oleh epitel selapis gepeng
2. Labirin Membranosa
Terletak didalm labirin tulang
Berisi endolimph
Terdpat macula yang disarafi oleh cabang-cabang nervus vestibularis
dan macula memiliki 2 sel reseptor, sel penyongkong dan ujungujungb saraf aferen dan eferen.
Koklea

Mengandung alat pendengaran


Bentuk seperti siput dgn 2,5 lingkaran
Sumbu tengah disebut modiolus
Pada apek tdp lobang kecil disebut Helikotrema
Tdd 2 ruangan :
Skala Vestibuli (bagian atas)
Skala Tympani (bagian bawah)
Didalam skala vestibuli akan mengapung ruangan Skala Media (labirin
membranaseus) yang berisi cairan endolimph.

Skala Media = Duktus Koklearis


Batas2 :

Atas , membrana Vestibularis (Reissner)


Lateral , ligamentum spirale, strie vaskularis yg mhasilkan

endolimph
Bawah , membrana basilaris, dari jaringan ikat mengalami
modifikasi menjadi limbus spirale, pada limbus melekat
membran tektoria

Organ Corti

Suatu struktur epitel mengisi duktus koklearis


Terletak diatas membran basilaris
oleh sel pilar (tongkat) Dibentuk
Fungsi : reseptor getaran yg diinduksi oleh gelombang suara
Bagian luar dan dalam ada sel rambut yaitu : sel rambut luar tdd 1 baris,

sel rambut dalam tdd 3-4 baris


Serabut saraf (n.auditorius) berhubungan dgn sel rambut ini
Ada struktur terapung pada endolimph disebut membrana tektoria, yaitu
mulai dari lamina spiralis dekat membrana Reissner
25

Telinga dalam : koklea (potongan vertical)


Labirin tulang koklea berpilin mengelilingi sumbu sentral tulang spons, yaitu
modiolus. Ganglion spiralis terbenam di dalam modilus yang terdiri atas neuron
bipolar aferen. Akson panjang dari sel bipolar ini menyatu membentuk nervus
koklearis; dendrit lebih pendek menginervasi sel-sel rambut di dalam apparatus
pendengaran, yaitu organ corti.
Labirin bertulang dibagi menjadi dua rongga utama oleh lamina spiralis oseosa
dan membran basilaris. Lamina spiralis oseosa terjulur dari modiolus sampai setengah
lumen kanalis koklearis. Kanalis koklearis dibagi menjadi dua kompartemen besar,
skala timpani di bawah dan skala vestibuli di atas. Dan kedua kompartemen tersebut
berhubungan dengan lubang kecil disebut helikotrema.

Telinga dalam : duktus koklearis (skala media)

26

27

Dinding luar duktus koklearis dibentuk oleh area vascular yang disebut stria
vaskularis. Epitel berlapis yang menutupi stria ini unik karena mangandung jalinan
kapiler intraepithelial yang dibentuk oleh pembuluh yang memasok jaringan ikat
ligamen spiralis. Lamina propia daerah ini adalah ligamen spiralis yang terdiri atas
serat kolagen, fibroblas berpigmen dan banyak pembuluh darah.
Membran basilar terdiri atas jaringan ikat bervaskular di bawah lempeng yang
lebih tipis serat basilar. Organ corti yang berada di atas serat basilar ini, meluas dari
limbus spiralis ke ligmen spiralis. Sel-sel rambut sensoris yang sangat khusus,
beberapa jenis sel penyokong dan celah dan terowongan pembentuk organ corti.
Cabang perifer dari sel-sel bipolar ganglion spriralis berjalan melalui saluran-saluran
di dalam lamina spiralis oseosa dan bersinaps dengan sel-sel rambut di dalam organ
corti.

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pendengaran


28

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Reseptor-reseptor khusus


untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang
suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan
dalam prosesnya melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang
terjadi secara alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi
ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.13
Daun telinga, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran
telinga luar. Banyak spesies (anjing, contohnya) dapat memiringkan daun telinga
mereka ke arah sumber suara untuk mengumpulkan lebih banyak gelombang suara,
tetapi daun telinga manusia relatif tidak bergerak. Karena bentuknya, daun telinga
secara parsial menahan gelombang suara yang mendekati telinga dari arah belakang
dan, dengan demikian, membantu seseorang membedakan apakah suara datang dari
arah depan atau belakang.13
Lokalisasi suara untuk menentukan apakah suara datang dari kanan atau kiri
ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara mencapai telinga
yang terletak lebih dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat daripada gelombang
tersebut mencapai telinga satunya. Kedua, suara terdengar kurang kuat sewaktu
mencapai telinga yang terletak lebih jauh, karena kepala berfungsi sebagai sawar
suara yang secara parsial mengganggu perambatan gelombang suara. Korteks pendengaran mengintegrasikan semua petunjuk tersebut untuk menentukan lokasi sumber
suara. Kita sulit menentukan sumber suara hanya dengan satu telinga.13,14
Membran timpani, yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah, bergetar
sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan
tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka
tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara.11,13
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan di telinga
dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang
yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi
telinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran timpani, dan tulang
terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan.
Ketika membrana timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai
tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi
gerakan tersebut dan membran timpani ke jendela oval. Tekanan di jendela oval akibat
setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti gelombang pada cairan
29

telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang suara semula.
Namun, seperti dinyatakan sebelumnya, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
menggerakkan cairan. Terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan sistem
osikuler yang memperkuat tekanan gelombang suara dan udara untuk menggetarkan
cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar
daripada luas permukaan jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang
bekerja di membrana timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan gaya/satuan luas).
Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan
mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya yang
timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang
langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan
pergerakan cairan koklea.1,2,4,11,13,14
Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah suatu sistem
tubulus bergelung yang terletak di dalam tulang temporalis. Akan lebih mudah untuk
memahami komponen fungsional koklea, jika organ tersebut "dibuka gulungannya",
seperti diperlihatkan dalam. Di seluruh panjangnya, koklea dibagi menjadi tiga
kompartemen longitudinal yang berisi cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga
dikenal sebagai skala media, membentuk kompartemen tengah. Saluran ini berjalan di
sepanjang bagian tengah koklea, hampir mencapai ujungnya. Kompartemen atas,
yakni skala vestibuli, mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala timpani,
kompartemen bawah, mengikuti kontur luar spiral. Cairan di dalam duktus koklearis
disebut endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani keduanya mengandung cairan
yang sedikit berbeda, yaitu perilimfe. Daerah di luar ujung duktus koklearis tempat
cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut helikotrema. Skala
vestibuli disekat dare rongga telinga tengah oleh jendela oval, tempat melekatnya
stapes. Lubang kecil berlapis membran lainnya, yakni jendela bundar, menyekat skala
timpani dari telinga tengah. Membrana vestibularis yang tipis memisahkan duktus
koklearis dare skala vestibuli. Membrana basilaris membentuk lantai duktus koklearis,
memisahkannya dare skala timpani. Membrana basilaris sangat penting karena
mengandung organ Corti, organ untuk indera pendengaran.11,13,14
Transmisi Gelombang Suara (a) Gerakan cairan di dalam perilimfe
ditimbulkan oleh getaran jendela oval mengikuti dua jalur: (1) melalui skala vestibuli,
mengitari helikotrema, dan melalui skala timpani, menyebabkan jendela bundar
bergetar; dan (2) "jalan pintas" dan skala vestibuli melalui membrana basilaris ke
30

skala timpani. Jalur pertama hanya menyebabkan penghamburan energi suara, tetapi
jalur kedua mencetuskan pengaktifan reseptor untuk suara dengan membengkokkan
rambut di sel-sel rambut sewaktu organ Corti pada bagian atas membrana basilaris
yang bergetar, mengalami perubahan posisi terhadap membrana tektorial di atasnya.
(b) Berbagai bagian dart membrana basilaris bergetar secara maksimal pada frekuensi
yang berbeda-beda. (c) Ujung membrana basilaris yang pendek dan kaku, yang
terletak paling dekat dengan jendela oval, bergetar maksimum pada nada berfrekuensi
tinggi. Membrana basilaris yang lebar dan lentur dekat helikotrema bergetar
maksimum pada nada-nada berfrekuensi rendah.1,2,13,14
Organ Corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh panjangnya
mengandung sel-sel rambut, yang merupakan reseptor untuk suara. Sel-sel rambut
menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami
perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan di telinga dalam. Rambut-rambut
ini secara mekanis terbenam di dalam membrana tektorial, suatu tonjolan mirip tendarumah yang menggantung di atas, di sepanjang organ Corti.13
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan
timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat
ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela
oval menonjol ke dalam: (1) perubahan posisi jendela bundar dan (2) defleksi
membrana basilaris. Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke
depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema; dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol
ke luar ke dalam rcngga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan.
Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar ke arah telinga
tengah, perilimfe mengalir dalam arah berlawanan, mengubah posisi jendela bundar
ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara; tetapi hanya
menghamburkan tekanan.13,14
Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil
"jalan pintas". Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui
membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui
membrana

basilaris

ke

kompartemen

bawah,

tempat

gelombang

tersebut

menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian. Perbedaan utama


pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membrana basilaris
menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar, secara
31

sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ Corti menumpang pada membrana
basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris
bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam membrana
tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan membengkok ke depan
dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana
tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju-mundur ini menyebabkan
saluran-saluran ion gerbang-mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara
bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi
yang bergantianpotensial reseptordengan frekuensi yang sama dengan rangsangan
suara semula.13, 14
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi
dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis).
Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana basilaris bergeser ke atas)
meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang menaikkan
kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan
potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara
karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke
bawah).2,13,14
Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakangerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan majumundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut
tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel,
reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga
mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke
otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang
dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.11,13,14

32

Bagan 1. Fisiologi Pendengaran

33

1st order dari 2 telinga

Neuron sensory di cabang Cochlear N. VIII

nuclei Cochlearis (di Medulla Oblongata) : pada sisi yang sama

susunan sinyal auditory dikirim kemudian ditangkap oleh axon dan dialirkan menuju

nuclei olivary superior (pada kedua sisi Pons) Lemniscus Lateralis

impuls tiba (perbedaan tipis tergantung letak sumber suara jauh atau dekat) di nuclei olivary
dan nuclei cochlea

dialirkan oleh axon ke Coliculus inferior (di Mid Brain)

Corpus Genikulatum (di Talamus)

susunan auditory sinyal sampai ke area auditory primer pada gyrus superior temporal (di
Cortex Cerebral)

masuk ke area broadman 41 dan 42 sehingga terjadi

Pemahaman Suara

3. Memahami dan Menjelaskan Otitis Media Akut


3.1.
Menjelaskan Definisi Otitis Media Akut

Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya

34

adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak anak di bawah usia 15
tahun.
Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
Otitis Media Akut, Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi),Otitis Media
Kronik.
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi.Otitis media serosa / efusi adalah keadaan
terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif.
Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang
disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab
definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak
terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal
dengan glue ear. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari
terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat
pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada
pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas
yang terjadi.Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis
media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap
membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan
membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu
melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi
yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis
media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang.
Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang
tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik ini,
dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit
ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah.
Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit
yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga
tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan
menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran
sensorineural dan/ atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan
35

abses otak.

3.2.

Menjelaskan Epidemiologi Otitis Media Akut

Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak.


Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang
usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi terutama pada anak dari baru lahir sampai umur
sekitar 7 tahun, dan setelah itu insidennya mulai berkurang.
Anak umur 6-11 bulan lebih rentan menderita OMA. Insiden sedikit lebih tinggi pada
anak laki-laki dibanding perempuan. Sebagian kecil anak menderita penyakit ini pada
umur yang sudah lebih besar, pada umur empat dan awal lima tahun. Beberapa
bersifat individual dapat berlanjut menderita episode akut pada masa dewasa.
Kadang-kadang, orang dewasa dengan infeksi saluran pernafasan akut tapi tanpa
riwayat sakit pada telinga dapat menderita OMA.
Faktor-faktor risiko terjadinya OMA adalah bayi yang lahir prematur dan berat badan
lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak yang dititipkan ke penitipan anak,
variasi musim dimana OMA lebih sering terjadi pada musim gugur dan musim dingin,
predisposisi genetik, kurangnya asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan
anatomi seperti celah palatum dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat,
sosial ekonomi rendah, dan posisi tidur tengkurap.
3.3.

Menjelaskan Etiologi Otitis Media Akut

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat
disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau
reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai
organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae,
Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.
1.Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian,

36

65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri
terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai nonpatogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri
penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh
Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5%
kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A
beta-

hemolytic),

Staphylococcus

aureus,

dan

organisme

gram

negatif.

Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan
neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering
dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa
juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak .
4. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai
pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau
adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus,
rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba
Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan
efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya
(Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR)
dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat
diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus
Menurut Bluestone (2001) dalam Klein (2009), distribusi mikroorganisme yang
diisolasi dari cairan telinga tengah, dari 2807 orang pasien OMA di Pittsburgh Otitis
Media Research Center, pada tahun 1980 sampai dengan 1989 adalah seperti berikut:
Gambar 2.3. Distribusi mikroorganisme yang diisolasi dari cairan telinga tengah
pasien OMA.

37

3.4 Menjelaskan Klasifikasi Otitis Media Akut

Skema Pembagian Otitis Media

38

Skema Pembagian Otitis Media Berdasarkan Gejala


Stadium OMA
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung
pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba
Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi,
stadium perforasi dan stadium resolusi .

Gambar 2.5. Membran Timpani Normal


1.

Stadium

Oklusi

Tuba

Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di
dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran
timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya
juga

berkurang.

Edema

yang

terjadi

pada

tuba

Eustachius

juga

39

menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadangkadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit
dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus
dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini .
2.

Stadium

Hiperemis

atau

Stadium

Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang
ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan
adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh
oklusi

tuba

yang

berpanjangan

sehingga

terjadinya

invasi

oleh

mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan


membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi
bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh
dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi ganggua n
ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena
terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala
berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari .

3.StadiumSupurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau
bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada
mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial
terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan
membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.

40

Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak
dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif.
Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa
dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus
berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil,
sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan
nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau
yellow spot.
Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi.
Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani
sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka
insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi
ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani
mungkin

tidak

menutup

kembali

jikanya

tidak

utuh

lagi

Gambar 2.7. Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen

41

4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret
berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi
(berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian
antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah
menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.
Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap
berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih
satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media
supuratif kronik

Gambar 2.8. Membran Timpani Peforasi


5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan
berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran
timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup
kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran
kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika
membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman
rendah. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi
otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi
membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus
atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa
berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di
kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani
42

3.5

Menjelaskan Patofisiologi Otitis Media Akut

Fungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting pada otitis media.
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring, yang terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan
sepertiganya terdiri atas tulang
Tuba Eustachius biasanya dalam keadaan steril serta tertutup dan baru terbuka apabila
udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan
menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh kontraksi muskulus tensor veli palatini
apabila terjadi perbedaan tekanan telinga tengah dan tekanan udara luar antara 20
sampai dengan 40 mmHg. Tuba Eustachius mempunyai tiga fungsi penting, yaitu
ventilasi, proteksi, dan drainase sekret. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan
udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi, yaitu
melindung telinga tengah dari tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret atau

43

cairan dari nasofaring ke telinga tengah. Drainase bertujuan untuk mengalirkan hasil
sekret cairan telinga tengah ke nasofaring .
Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa
saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius
menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila
keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus
atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa
telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang
berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan
mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga
tengah. Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi.
Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi
serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba
patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan
mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba
Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri,
sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret
dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu
karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas
terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek
membran timpani akibat tekanannya yang meninggi .
Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor
intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul
edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian
besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari
tuba Eustachius, sehingga mekanisme

pembukaan

tuba terganggu. Faktor

ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid .

3.6 Menjelaskan Manifestasi Klinis Otitis Media Akut

44

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada
anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di
samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai
39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit
waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang
sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga,
suhu tubuh turun dan anak tidur tenang .
Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu
penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua
pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran
timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan (2003)
dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut:
Tabel 2.1. Skor OMA
Skor
0
1
2
3

Suhu
(C)
<38,0
38,038,5
38,639,0
>39,0

Gelisah
Tidak
ada

Tarik

Kemerahan pada

Bengkak pada membran

telinga

membran timpani

timpani (bulging)

Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

Ringan Ringan

Ringan

Ringan

Sedang Sedang

Sedang

Sedang

Berat

Berat

Berat, termasuk otore

Berat

Penilaian derajat OMA dibuat berdasarkan skor. Bila didapatkan angka 0


hingga 3, berarti OMA ringan dan bila melebihi 3, berarti OMA berat.
Pembagian OMA lainnya yaitu OMA berat apabila terdapat otalgia berat atau
sedang, suhu lebih atau sama dengan 39C oral atau 39,5C rektal. OMA
ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam kurang dari 39C oral atau
39,5C rektal .
45

3.7 Menjelaskan Diagnosis, Diagnosis Banding, Pemeriksaan Fisik dan


Pemeriksaan Penunjang Otitis Media Akut
Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui
udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni.
Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di
telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, eksostosis liang telinga,
serumen, sumbatan tuba Eustachius serta radang telinga tengah.
TES PENALA
Pemeriksaan ini merupaka tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala
seperti tes Rinne, tes Weber, ters Schwabach, tes Bing dan tes Stenger.

Tes Rinne adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara pemeriksaaan : penala digerakkan, tangkainya diletakkan di prosessua
mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2
cm. bila msih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidsak terdengar disebut
Rinne negatif (-).

Tes Weber adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang


telinga kiri dengan telinga kanan.
Cara pemeriksaan : penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis
tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau
di dagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga
disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan kea
rah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada
lateralisasi.

Tes Schwabach adalah membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa


dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
Cara pemeriksaan : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada
prosessus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala
segera dipindahkan pada prosessus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut
Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksa
46

diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan di prosessus


mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi
disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira
ssama-sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan
pemeriksa.

Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (stimulasi atau purapura tuli)
Cara pemeriksaan : menggunakan prinsip masing. Misalnya pada seseorang
yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik
digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan,
dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan
dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar.
Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan
telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek
masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak
akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap
mendengar bunyi.

TES BERBISIK
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara
kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang
minimal 6 meter. Pada nilai normal tes berbisik : 5/6 6/6.
AUDIOMETRI NADA MURNI
Pada pemeriksaan audiometric nada murni perlu dipahami hal-hal seperti ini,
nada murni, bising NB (narrow band) dan WN (white noise), frekuensi, intensitas
bunyi, ambang dengar, nila nol audiometric, standar ISO dan ASA, notasi pada
audiogram, jenis dan derajat ketulian serta gap dan masking.
Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometer. Bagian dari
audiometer tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi, headphone
untuk memerksa AC (hantaran udara), bone conductor untuk memeriksa BC (hantaran
tulang).
Derajat ketulian ISO :
0-25 dB

: normal

>25-40 dB

: tuli ringan

47

>40-55 dB

: tuli sedang

>55-70 dB

: tuli sedang berat

>70-90 dB

: tuli berat

>90 dB

: tuli sangat berat

Kriteria Diagnosis OMA


Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut,
yaitu:
1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti
menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan
pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan
terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada
membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal. Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori,
yaitu ringan-sedang, dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat
cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat
bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani,
dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada
telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan
kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut,
dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0C, dan disertai dengan
otalgia yang bersifat sedang sampai berat.

3.8 Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Otitis Media Akut


Stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
48

antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada
otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang
mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari
perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik
(Titisari, 2005).
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun
atau HCl
efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada
orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian .
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.
Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di
dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin
50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi da lam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin
masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis .
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat
hilang dan tidak terjadi ruptur .
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai
dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan
hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari Pada
stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi,
dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang
telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan
sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis .
49

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi
dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai
tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan
dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah
yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik
meningkat. Menurut American Academy of Pediatrics (2004) dalam Kerschner
(2007),
mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan
antibiotik sebagai berikut.

Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat efusi
telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah. Gejala ringan
adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39C dalam 24 jam terakhir.
Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam 39C. Pilihan
observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan sampai
dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan
pada anak di atas dua tahun. Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti
asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi .
Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan first-line
terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima
hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi
ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line
terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae dan
Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae (Kerschner, 2007).

50

Pneumococcal 7- valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan


prevalensi otitis media .
Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti
miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi
1. Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya
terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus
dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran
timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posteriorinferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan,
kecuali jika terdapat pus di telinga tengah ,Indikasi miringostomi pada anak dengan
OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis,
mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi
third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik
pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis
dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi
second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur
2. TimpanosintesisMenurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis
merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya
mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi
antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau
pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi
dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan
pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian
prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.
3. Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan

51

OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba
timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA
rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan
adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada
bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan
pemberian ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan
merokok, dan lain-lain
3.9 Menjelaskan Komplikasi Otitis Media Akut

Komplikasi yang serius adalah:


1. Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
2. Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
3. Kelumpuhan pada wajah
4. Tuli
5. Peradangan pada selaput otak (meningitis)
6. Abses otak.

Tanda-tanda terjadinya komplikasi:


1. - sakit kepala
2. - tuli yang terjadi secara mendadak
3. - vertigo (perasaan berputar)
4. - demam dan menggigil.

3.10

Menjelaskan Prognosis Otitis Media Akut

Prognosis pada kebanyakan orang dengan infeksi telinga tengah sangat baik. Infeksi
dan gejala biasanya hilang sepenuhnya. Dalam kasus yang parah yang tidak diobati,
infeksi dapat menyebar, menyebabkan infeksi pada tulang mastoid (mastoiditis) atau
bahkan meningitis, tapi ini jarang terjadi. Kesulitan mendengar dapat terjadi.
52

Sementara

mereka

tidak

selalu

permanen,

mereka

dapat

mempengaruhi

perkembangan bicara dan bahasa anak-anak muda.

4. Memahami dan Menjelaskan Pendengaran Secara Islam


Pendengaran adalah benteng pertahanan kedua dari segi bahayanya setelah lisan.
Yaitu,yang kedua dalam mempengaruhi hati dan menguasainya. Oleh karena
itu,Al-Haris Al-Muhasibi berkata,"tidak ada luka yang lebih berbahaya bagi
seorang hamba setelah lisannya selain pendengarannya,karena pendengaran itu
utusan yang lebih cepat pada hati dan lebih mudah jatuh kedalam fitnah.
Pendengan hati terhadap kebenaran itu ada 3 macam, ketiganya ada dalam AlQuran :
MENDENGARKAN UNTUK MENGETAHUI.
Derajat ini muncul ketika seseorang hanya menggunakan indera pendengaran.
Sebagaimana yang diberitakan oleh Al-Qur'an ketika menceritakan tentang jin-jin
yang beriman, mereka berkata,"Sesungguhnya kami telah mendengarkan AlQur'an yang menakjubkan". (QS.Al-Jin [72]:1)
MEMPERDENGARKAN UNTUK MEMAHAMI.
Adapun memperdengarkan untuk memahami dalam menafikan orang yang suka
berpaling dan lalai, sebagaimana firman Allah, "Maka sungguh,engkau tidak akan
sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar dan menjadikan
orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka berpaling
kebelakang. (Ar-Rum [20]:52).
Demikian juga firman Allah,"Sungguh Allah memberi pendengaran kepada siapa
yang dia kehendaki dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup menjadikan
orang yang didalam kubur dapat mendengar". (Al-Fathir [35]:22)
Kekhususan ini adalah untuk memperdengarkan pemahaman dan pengetahuan.
Demikian juga firman Allah,"Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada
mereka,tentu dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan
mereka dapat mendengar,niscaya mereka berpaling,sedang mereka memalingkan
diri".(Al-Anfal [8]:23)

53

Dengan kata lain,jika seandainya Allah mengetahui orang-orang kafir itu terdapat
penerimaan dan ketundukan,tentu Allah akan menjadikan mereka dapat
memahami.
Jika tidak,berarti mereka telah mendengar dengan pendengaran pengetahuan.
Seandainya Allah menjadikan mereka dapat memahami,niscaya mereka tidak
akan tunduk dan tidak mengambil manfaat dari apa yang dipahaminya. Karena
didalam hati mereka terdapat faktor yang menolak dan menghalang-halangi
mereka untuk mengambil manfaat dari apa yang mereka dengar
MENDENGARKAN

UNTUK

MENERIMA

DAN

MEMENUHI

PANGGILAN.
Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan,dalam firman
Allah yang menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang beriman,mereka
berkata, "kami mendengar, dan kami taat". (QS.An-Nur [24]:51)
Inilah bentuk mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan yang
berbuah ketaatan. Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan ini
mencakup 2 macam sebelumnya,yaitu mendengarkan untuk mengetahui dan
memperdengarkan untuk memahami.
Mendengarkan untuk mengetahui sedikitpun tidak berguna,karena binatang juga
mendengar sebagaimana orang kafir dapat mendengar. Mendengarkan untuk
memahami juga,sedikitpun tidak berguna,karena orang-orang yang hatinya
membatu juga dapat memahami,tapi mereka tidak mengamalkan.
Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan saja yang
dapat memberatkan timbangan amal kebaikan anda dan menunjukkan pada
kehidupan hati anda serta beredarnya denyutan didalamnya.
Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan ini akan hadir ketika
perkataan yang didengar itu bertemu dengan sekejap kekhusyukan,atau ketika
dalam kondisi bertaubat, atau ketika merasa terpukul dengan dosanya,atau hanya
dengan pertolongan Allah yang tersembunyi, atau juga dengan kelembutan yang
jelas,dengan sebab ataupun tanpa sebab.
Ketika itulah,anda akan dapati pori-pori hati terbuka,sehingga terjadilah pengaruh
yang luar biasa dan kondisi hati menjadi berubah seluruhnya,dari hati yang mati
menuju hati yang hidup, dari hati yang rapuh menuju hati yang kuat.
54

Daftar pustaka

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta:
EGC
Ballantyne J and Govers J : Scott Browns Disease of the Ear, Nose, and Throat.
Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 5
Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta .1997
http://www.jludwick.com/Notes/Miscellaneous/Insurance.html
Snell Richard : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Penerbit: EGC.
Jakarta 2006.
http://library.thinkquest.org/05aug/00386/hearing/ear/index.htm
Wonodirekso, S dan Tambajong J : Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar
Histologi. Penerbit: EGC. Jakarta. 1990, edisi V.

55

Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Resuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher; Edisi
keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit: EGC.
Jakarta 2006.
Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Publisher: Saunders
2010.

56

Anda mungkin juga menyukai