PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan
Kecamatan Koja, Jakarta Utara, memiliki luas 1.224,62 Ha, yang terbagi dalam 6
Kelurahan, 82 RW, 905 RT dengan total jumlah penduduk 183.507 jiwa, dan
dengan kepadatan penduduk 26.121 jiwa/km2 . Batasan wilayah Kecamatan Koja
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Luas wilayah, RT, RW dan Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Koja Tahun 2015
No.
Kelurahan
1
2
3
4
5
Koja
Lagoa
Tugu Utara
Tugu Selatan
Rawa Badak
Utara
Rawa Badak
Selatan
JUMLAH
Luas Wilayah
(Ha)
327,50
157,99
236,65
268,00
133,38
101,10
1.224,62
RW
RT
13
18
19
7
14
146
222
214
95
119
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
10.869
42.237
34.613
16.341
30.439
11
109
46.008
82
905
183.507
kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis
organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan
semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang
mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigm
pembangunan kesehatan menjadi Para baru ini, mendorong terjadinya perubahan
konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain.
1.
2.
Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilahpilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).
3.
4.
5.
Pergeseran
pemahaman
tentang
kesehatan
dari
pandangan
7.
Pembangunan
kesehatan
yang
semula
bersifat
terpusat
Wilayah Kerja
dengan
saran
teknis
dari
kepala
Dinas
Kesehatan
2.
3.
Kuratif (pengobatan)
4.
Peran Puskesmas
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
4. KB (Keluarga Berencana)
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
7. Pengobatan dasar
Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel, yaitu :
Promosi Kesehatan
Kegiatan
Indikator
anak
Pertolongan
persalinan
Cakupan linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi
MTBS
4
5
Imunisasi
Keluarga Berencana
Pelayanan
Keluarga
Berencana
Pemberantasan penyakit Diare
ISPA
menular
Malaria
Tuberkulosis
Gizi
Cakupan MKET
Pengobatan
Promosi
Kesehatan
Medik dasar
UGD
yodium
% gizi kurang / buruk,
SKDN
% kadar gizi
Cakupan pelayanan
Jumlah
kasus
yang
ditangani
Jumlah pemeriksaan
Laboratorium
sederhana
Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.
1.3.6
azas
penyelenggaraan
puskesmas
secara
terpadu.
Azas
bertanggung
jawab
meningkatkan
derajat
kesehatan
10
UKS
keterpaduan
sektor
kesehatan
dengan
camat,
3)
4)
5)
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
11
2)
3)
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
12
3) Rujukan
operasional,
yakni
menyerahkan
sepenuhnya
dari
seberapa
jauh
institusi
jajaran
non-kesehatan
dan
kemampuan
masyarakat
agar
mampu
13
mengidentifikasi
masalah,
merencanakan
dan
melakukan
kembang,
Upaya
Kesehatan
Berbasis
Masyarakat
(UKBM)
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau
BPKM(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan
Penyantun Puskesmas).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam
IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan
dan kualitas program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh
indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu
pelayanan kesehatan
1.4
Alamat
Jl. Deli Gg 28 No. 2
Jl. Kramat Jaya Gg 8 RT
001/018
No. Telp
021-43908462
021-4403913
14
3.
021-43908519
4.
Puskesmas Kelurahan
Rawa Badak UtaraUtara I
021-43933827
5.
Jl. Rawabinangun I
021-43908520
6.
7.
Puskesmas Kelurahan
Plumpang B Jl. K II No. 7
021-43936751
Rawa Badak Selatan
RT.009/005
Puskesmas Kelurahan
Jl. Menteng No. I
021-4302114
Lagoa
Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015
1.4.1
2.
3.
4.
5.
6.
Pelayanan Laboratorium
7.
Pelayanan Gizi
8.
Pelayanan Farmasi
Koordinator Yankes
1.
c.
d.
Ambulance
e.
Klinik Gizi
f.
16
2.
3.
4.
1.4.4
Jumlah
No.
1.
2.
3.
4.
Kesehatan
Pasca Sarjana
Sarjana Kesehatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Apoteker
Keperawatan
Sarjana Umum
Ekonomi/Hukum/Adm
Paramedis
Bidan D3
Bidan D1
Perawat D3
Perawat (SPK)
Perawat Gigi
Analis
Radiografer
Farmasi (S1)
Farmasi (D3)
Sanitarian (D3)
Sanitarian (D1)
Sarjana Gizi (S1)
PNS
2 Orang
NON PNS
-
10 Orang
4 Orang
3 Orang
1 Orang
2 Orang
3 Orang
5 Orang
-
2 Orang
3 Orang
14 Orang
17 Orang
3 Orang
1 Orang
2 Orang
2 Orang
-
13 Orang
7 Orang
2 Orang
9 Orang
1 Orang
18
5.
6.
7.
8.
9.
Gizi (D3)
1 Orang
Gizi (D1)
1 Orang
SMF
Fisioterapis (D 3)
Akademi Komputer (D3)
Akademi Rekam Medik
(D3)
Informatika (D1)
SLTA
6 Orang
Lain-lain (Juru Masak
RB, Juru Cuci RB, Sopir
Total
71 Orang
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015
1 Orang
7 Orang
1 Orang
11 Orang
6 Orang
69 Orang
19
1.5
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all, 2008:40).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya
dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002: 22).
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan
imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen
tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non toksik
(Wong. DL, 2008: 28).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti
vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi
yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian
yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu
(bepergian) seperti jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008:
37).
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada
bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal
kehidupan seorang anak. Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka
kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan
program imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran
kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi
kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang
sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
20
berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kirakira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, dua
dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. satu dari 100
kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu
akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan
vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan) tentang
program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan
terhadap delapan jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian
vaksin BCG, penyakit difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B rekombinan,
Haemophilus Influenza tipe B dengan pemberian vaksin DPT, penyakit
poliomyelitis dengan vaksin polio, penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B,
dan penyakit campak dengan vaksin campak.
Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Perbedaan
antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang
didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahuntahun, Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak
tidak membuat sendiri zat anti, si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara
penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut
mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang
diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
1.5.2
Jenis Vaksin
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.
Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan
pembiakan berulang-ulang. Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup
21
dalam
vaksin
(misalnya
kapsul
polisakarida
dari
kuman
pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka
seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan
dosis multipel, pada dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan imunitas
protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia untuk tiga
macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan haemophillus
influenzae type b.
d. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
1.
2.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen rotavirus
manusia apabila mereka mengalami replikasi
Program imunisasi dasar ( bayi ) yang dilaksanakan di puskesmas
kecamatan Koja terdiri dari :
22
1.
BCG
2.
Hepatitis B
3.
Polio
4.
Campak
5.
DPTHB-Hib
1.5.5
23
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C sampai
dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya
bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan mati dalam
tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari 2C
sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka lebih bertahan lama (2
tahun) bila disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, namun hanya
bertahan enam bulan pada suhu +2C sampai dengan +8C. Vaksin BCG dan
campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, umur
vaksin tidak lebih lama dari suhu +2C sampai dengan +8C, yaitu BCG tetap satu
tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang
belum dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25C sampai dengan -15C atau
didalam freezer.
1.5.6
Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2C sampai dengan
+8C juga, pada suhu dibawah +2C (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak.
Bila beku dalam suhu -0.5C vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo)
akan rusak dalam jam, tetapi dalam suhu diatas 8C vaksin hepatitis B bisa
bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis B kombinasi sampai empat belas
hari. Dibekukan dalam suhu -5C sampai dengan -10C vaksin DPT, DT dan TT
akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat
belas hari dalam suhu di atas 8C.
Kamar dingin dan kamar beku
Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada
dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar
dengan kapasitas 5-100 m, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar.
Suhu kamar dingin berkisar +2C sampai dengan +8C, terutama untuk
menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu kamar beku berkisar
antara -25C sampai dengan -15C, untuk menyimpan vaksin yang boleh beku,
terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus
menerus, menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik
tidak boleh terputus sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang
24
secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol
setiap hari dari data suhu yang tercatat secara otomatis. Pintu tidak boleh sering
dibuka tutup.
Lemari es dan freezer
Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak lemari es
dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi udara disekitarnya
harus baik. Lemari es tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Suhu didalam
lemari es harus berkisar +2C sampai dengan +8C, digunakan untuk menyimpan
vaksin-vaksin hidup maupun mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin
cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar antara -25C sampai dengan
-15C, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es
beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa sehingga
suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8C dan suhu freezer berkisar -15C
sampai dengan -25C. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi freeze watch
atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah suhunya pernah mencapai
di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es hanya dibuka dua kali sehari, yaitu
ketika mengambil vaksin dan mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu
lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk penyimpanan
vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk menghindari
keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat bunga es, atau
di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus segera dilakukan pencairan (defrost).
Sebelum melakukan pencairan, pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang
lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka
selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak
listerik, tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8C
dan suhu freezer-15C, masukkan vaksin sesuai tempatnya.
25
26
Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze
tag pada rak ke 3.
27
Vaksin hidup akan mati pada suhu di atas batas tertentu, dan vaksin mati
akan rusak di bawah suhu tertentu.
1. Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa
Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara
lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu,
transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat,
28
29
30
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
95%
95%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%
349
95%
341
59,1 %
65,1 %
55,4%
206
59,1 %
95%
55,4%
183
53,7 %
895
95%
55,4%
436
48,7 %
1374
873
5568
95%
95%
95%
55,4%
55,4%
55,4%
619
337
2880
45,05 %
38,6%
51,7%
2.
Imunisasi DPTHB-Hib
Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B
33
Kejang
Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
95%
95%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%
349
95%
341
59,3 %
50,9 %
55,4%
177
50,7 %
95%
55,4%
172
50,4 %
895
95%
55,4%
460
51,3 %
1374
873
5568
95%
95%
95%
55,4%
55,4%
55,4%
599
404
2739
43,5 %
46,2 %
49,1%
34
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
95%
95%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%
349
95%
341
54,4 %
53,2 %
55,4%
168
48,1 %
95%
55,4%
183
53,6 %
895
95%
55,4%
439
53,6 %
1374
873
5568
95%
95%
95%
55,4%
55,4%
55,4%
603
355
2678
43,08 %
40,6 %
48 %
35
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
95%
95%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%
349
95%
341
53,6 %
52,7 %
55,4%
185
53 %
95%
55,4%
196
57,4 %
895
95%
55,4%
390
43,5 %
1374
873
5568
95%
95%
95%
55,4%
55,4%
55,4%
540
345
2576
39,3 %
39,5 %
46,2 %
36
3.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
polio
dapat
mencegah
penyakit
poliomielitis
yang
disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus polio akan
merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini
terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di
Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun
1948, di Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini
sangat bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan
sampai timbul kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah menderita demam
selama 2-5 hari. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan.
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Vaksin Salk mengandung 3 tipe,
disuntikkan subkutan, yang pertama umur 3 bulan, yang kedua 4 minggu
37
kemudian dan yang ketiga 6-7 bulan sesudah yang kedua. Efek samping
tidak ada.
Manfaat vaksin Salk dan Sabin sebenarnya sama, namun untuk
negara yang sedang berkembang vaksin Sabin lebih menguntungkan
karena lebih murah (tanpa suntikan), mudah didistribusikan dan mudah
diberikan kepada anak.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
Diare berat
Hipersensitif
yang
berlebihan
terutama
pada
neomisin,
polimiksin,
streptomisin)
Kehamilan
Tabel 1.9 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-1 di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
95%
95%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%
349
95%
341
61,8 %
66,5 %
55,4%
207
59,3 %
95%
55,4%
188
55,1 %
895
95%
55,4%
411
45,9 %
1374
873
5568
95%
95%
95%
55,4%
55,4%
55,4%
673
353
2963
48,9 %
40,4 %
53,2%
38
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
90%
90%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%
349
90%
341
60,7 %
68,8 %
52,5%
126
50,4 %
90%
52,5%
206
60,4 %
895
90%
52,5%
448
50,1 %
1374
873
5568
90%
90%
90%
52,5%
52,5%
52,5%
686
387
3007
49,9 %
44,3 %
54 %
39
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
90%
90%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%
349
90%
341
56,1 %
70,1 %
52,5%
168
48,3 %
90%
52,5%
230
67,4 %
895
90%
52,5%
443
49,4 %
1374
873
5568
90%
90%
90%
52,5%
52,5%
52,5%
646
354
2987
47,01 %
40,5 %
53,6 %
40
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
90%
90%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%
349
90%
341
79,1 %
68,6 %
52,5%
177
50,7 %
90%
52,5%
241
70,1 %
895
90%
52,5%
409
45,6 %
1374
873
5568
90%
90%
90%
52,5%
52,5%
52,5%
587
347
2906
42,7 %
39,7 %
52,1 %
41
4.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjungtivitis dan kejang yang ringan, serta ensefalitis dalam waktu
30 hari setelah imunisasi (kejadian 1 diantara satu juta suntikan). Daya
proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%, Menurut
penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup.
Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Koja Periode Januari- Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
90%
90%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%
349
90%
341
56,3 %
68,4 %
52,5%
160
45,8 %
90%
52,5%
211
61,8 %
895
90%
52,5%
428
47,8 %
1374
873
5568
90%
90%
90%
52,5%
52,5%
52,5%
672
300
2898
48,9 %
34,3 %
52 %
43
5.
Jumlah
Surviving
Infant
%
target 1
tahun
509
1227
80%
80%
% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
46,67%
46,67%
349
80%
341
51,2 %
68,1 %
46,67%
190
54,4 %
80%
46,67%
175
51,3 %
895
80%
46,67%
586
65 %
1374
873
5568
80%
80%
80%
46,67%
46,67%
46,67%
783
359
3189
56,9 %
41,1 %
57,2 %
45
1.5.9
Program imunisasi
46
47
48
49
50
51
52
53
terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk
diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat
perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan
masalah meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How much) Rumusan
masalah dari program imunisasi dasar Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 59,1% dengan target
55,4%, dikatakan melebihi target
2. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 65,1% dengan target
55,4%, dikatakan melebihi target
3. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 59,1%
dengan target 55,4%, dikatakan melebihi target
4. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 53,7%
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
5. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 48,7%
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
6. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 45,05% dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
7. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 38,6% dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
54
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 51,2 % dengan target
46,6%, dikatakan melebihi target
9. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,1 % dengan target
46,6%, dikatakan melebihi target
10. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 54,4 %
dengan target 46,6%, dikatakan melebihi target
11. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 51,3 %
dengan target 46,6%, dikatakan melebihi target
12. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 65 %
dengan target 46,6%, dikatakan melebihi target
13. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 56,9 % dengan
target 46,6%, dikatakan melebihi target
14. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 41,1 % dengan
target 46,6%, dikatakan melebihi target
15. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 61,8 % dengan target
55,4 %, dikatakan melebihi target
16. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 66,5 % dengan target
55,4 %, dikatakan melebihi target
55
56
57
58
59
60
61