Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia.
Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan
berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas
merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan pada jenjang pertama.
Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang
kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak
terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi
dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut.
Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat lebih ditingkatkan.
Diharapkan dengan penanganan yang tepat maka visi dari Departemen Kesehatan
yang disampaikan Menteri Kesehatan yaitu Menuju Indonesia Sehat 2025 dapat
segera tercapai.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam
mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk semua.
Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh jajarannya yaitu
melalui Standard Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta yang telah dibuat acuan
dalam Surat Keputusan Gubernur No. 12 Tahun 2007.
Puskesmas Kecamatan Koja sebagai salah satu unit pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK
Gubernur tersebut dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik secara
1

Individu maupun Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM tersebut.


Melalui Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh Puskesmas Kecamatan Koja
diharapkan pencapaian tersebut dapat dilakukan secara optimal.
1.2

Gambaran umum wilayah Kecamatan Koja


1.2.1 Keadaan geografis dan Demografis Kecamatan Koja

Kecamatan Koja, Jakarta Utara, memiliki luas 1.224,62 Ha, yang terbagi dalam 6
Kelurahan, 82 RW, 905 RT dengan total jumlah penduduk 183.507 jiwa, dan
dengan kepadatan penduduk 26.121 jiwa/km2 . Batasan wilayah Kecamatan Koja
adalah sebagai berikut:

1.1 Gambar peta wilayah Koja


Batas wilayah Kecamatan Koja
a. Sebelah Utara : Laut Jawa /Kecamatan Cilincing dan Kabupaten
Administrasi Pulau Seribu.
b. Sebelah Selatan : Kali Betik /Kecamatan Kelapa Gading.
c. Sebelah Barat : Jalan Sulawesi /Jalan Yos Sudarso /Kecamatan Tanjung
Priok.
d. Sebelah Timur : Jalan Kramat Jaya /Kali Cakung Lama, Kecamatan
Cilincing
Rincian luas wilayah, RT, RW, dan kepadatan penduduk perkelurahan di
Kecamatan Koja tampak pada tabel berikut ini :
2

Tabel 1.1. Luas wilayah, RT, RW dan Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Koja Tahun 2015
No.

Kelurahan

1
2
3
4
5

Koja
Lagoa
Tugu Utara
Tugu Selatan
Rawa Badak
Utara
Rawa Badak
Selatan
JUMLAH

Luas Wilayah
(Ha)
327,50
157,99
236,65
268,00
133,38
101,10
1.224,62

RW

RT

13
18
19
7
14

146
222
214
95
119

Jumlah Penduduk
(Jiwa)
10.869
42.237
34.613
16.341
30.439

11

109

46.008

82

905

183.507

Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015


1.3

Gambaran umum puskesmas


1.3.1 Definisi

Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi: kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun
puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
3

kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis
organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan
semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang
mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigm
pembangunan kesehatan menjadi Para baru ini, mendorong terjadinya perubahan
konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain.
1.

Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada


upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.

2.

Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilahpilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).

3.

Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari


pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat.

4.

Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang


semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.

5.

Pergeseran

pemahaman

tentang

kesehatan

dari

pandangan

konsumtif menjadi investasi.


6.

Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh


pemerintah, akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai
mitra partnership pemerintah).

7.

Pembangunan

kesehatan

yang

semula

bersifat

terpusat

(centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization).


8.

Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up


seiring dengan era desentralisasi.
1.3.2

Wilayah Kerja

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari


kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik,
4

dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan


wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
Walikota/Bupati,

dengan

saran

teknis

dari

kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah


sekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas
Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.3.3

Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :


1.

Promotif (peningkatan kesehatan)

2.

Preventif (upaya pencegahan)

3.

Kuratif (pengobatan)

4.

Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)


Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan

jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.


1.3.4

Peran Puskesmas

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran


yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.3.5

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan


berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit

tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
4. KB (Keluarga Berencana)
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
7. Pengobatan dasar
Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel, yaitu :

Tabel 1.2. Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas


No

Upaya Kesehatan Wajib

Promosi Kesehatan

Kegiatan

Indikator

Penyuluhan di Tatanan sehat


Dalam dan di Perbaikan perilaku sehat
Luar Gedung
Kesehatan Lingkungan
Penyehatan
Cakupan air bersih
pemukiman
Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Kesejahteraan ibu dan ANC
Cakupan K1, K4
6

anak

Pertolongan
persalinan

Cakupan linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi

MTBS
4
5

Imunisasi
Keluarga Berencana
Pelayanan
Keluarga
Berencana
Pemberantasan penyakit Diare
ISPA
menular
Malaria
Tuberkulosis

Gizi

Cakupan kasus diare


Cakupan kasus ISPA
Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisASI
Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan

Distribusi vit A / Cakupan vit A / Fe / cap


Fe / cap yodium
PSG

Cakupan MKET

Pengobatan

Promosi
Kesehatan
Medik dasar
UGD

yodium
% gizi kurang / buruk,
SKDN
% kadar gizi
Cakupan pelayanan
Jumlah
kasus
yang
ditangani
Jumlah pemeriksaan

Laboratorium
sederhana
Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.

1.3.6

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan


berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
7

6. Upaya Kesehatan Jiwa


7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
puskesmas kecamatan Koja periode Januari Desember 2014 adalah :
A. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak
3. Upaya Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Lingkungan
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
7. Upaya Pengobatan
8

B. Upaya Kesehatan Pengembangan


1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan

azas

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu.

Azas

penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar


pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :

1. Azas pertanggungjawaban wilayah


Puskesmas

bertanggung

jawab

meningkatkan

derajat

kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas


harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
9

2. Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.

10

2) UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi


kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa.
3) Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan
jiwa & promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral
antara lain :
1)

UKS

keterpaduan

sektor

kesehatan

dengan

camat,

lurah/kepala desa, pendidikan & agama.


2)

Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan


dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan
pertanian.

3)

KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan
PLKB.

4)

Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha dan organisasi kemasyarakatan.

5)

Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan


camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.

4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
11

meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus


ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yang dikenal
yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal).
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
1)

Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan


tindakan medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

2)

Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan


laboratorium yang lebih lengkap.

3)

Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga


yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis
di puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
12

3) Rujukan

operasional,

yakni

menyerahkan

sepenuhnya

kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan


masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke
periode

dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional

diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.

Gambar1.2. Sistem Rujukan Puskesmas


Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan
evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak.
Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
1.

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan


Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat
dinilai

dari

seberapa

jauh

institusi

jajaran

non-kesehatan

memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan


fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat
(IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu :
a. Tatanan sekolah
b. Tatanan tempat kerja
c. Tatanan tempat-tempat umum
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna meningkatkan
pengetahuan

dan

kemampuan

masyarakat

agar

mampu
13

mengidentifikasi

masalah,

merencanakan

dan

melakukan

pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas


yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh

kembang,

Upaya

Kesehatan

Berbasis

Masyarakat

(UKBM)
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau
BPKM(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan
Penyantun Puskesmas).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam
IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan
dan kualitas program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh
indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu
pelayanan kesehatan
1.4

Gambaran umum Puskesmas Kecamatan Koja


Puskesmas Kecamatan Koja yang berlokasi di Jalan Mahoni No. 9

Kelurahan Tugu Utara adalah Puskesmas tingkat Kecamatan di wilayah


Kecamatan Koja yang membawahi 7 Puskesmas Kelurahan yang berada di
wilayah Kecamatan Koja dan memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat di wilayah Kecamatan Koja.
Nama dan alamat Puskesmas di wilayah Kecamatan Koja terdapat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1.3 Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja
No.
Nama Puskesmas
1. Puskesmas Kelurahan Koja
Puskesmas Kelurahan Tugu
2.
Utara III

Alamat
Jl. Deli Gg 28 No. 2
Jl. Kramat Jaya Gg 8 RT
001/018

No. Telp
021-43908462
021-4403913

14

3.

Puskesmas Kelurahan Tugu


Selatan

Jl. Bendungan Melayu


SelatanRT 001/05

021-43908519

4.

Puskesmas Kelurahan
Rawa Badak UtaraUtara I

Jl. Rawa Badak Barat No.


37

021-43933827

5.

Puskesmas Kelurahan Rawa


Badak Utara II

Jl. Rawabinangun I

021-43908520

6.
7.

Puskesmas Kelurahan
Plumpang B Jl. K II No. 7
021-43936751
Rawa Badak Selatan
RT.009/005
Puskesmas Kelurahan
Jl. Menteng No. I
021-4302114
Lagoa
Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015
1.4.1

Koordinator Penunjang dan Kesmas

Penunjang dan Kesmas yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Koja


tahun 2013 meliputi kegiatan :
1.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Menular (PM)

2.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Tidak Menular (PTM)

3.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyehatan Lingkungan dan


Kesehatan Kerja

4.

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Gizi Komunitas & Peningkatan


Peran Serta Masyarakat (PPSM)

5.

Promosi Kesehatan (Promkes)

6.

Pelayanan Laboratorium

7.

Pelayanan Gizi

8.

Pelayanan Farmasi

Kegiatan-kegiatan tersebut harus mengacu pada Pola Standar Pelayanan


Minimal sesuai dengan Permenkes No. 1457 tentang Standar Pelayanan
Kesehatan dan SK Gubernur Nomor 12 tahun 2006 tentang Standar Pelayanan
Minimal daerah Khusus Ibukota Jakarta.
1.4.2

Koordinator Yankes

Pelayanan kesehatan dalam gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas


Kecamatan Koja meliputi :
15

1.

Pelayanan Kesehatan Dasar


a. Poli Umum
b. Poli Gigi
c. Poli MTBS
d. Layanan 24 Jam

2. Pelayanan Kesehatan Penunjang Medik


a.
Laboratorium
b.

USG (Ultra Sono Grafi)

c.

ECG (Electro Cardio Gram)

d.

Ambulance

e.

Klinik Gizi

f.

Apotek /Depo Obat

3. Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan


Anak
a. Klinik KI dan KA
b. Klinik KB
c. Klinik Imunisasi
4. Pelayanan Kesehatan Rumah Bersalin (RB)
5. Pelayanan Kesehatan Lain Lain
a. Pelayanan Kesehatan bagi keluarga miskin (Gakin)
b. Klinik Jiwa dan Napza
c. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
6. Pelayanan Kesehatan Gadar Bencana
a. Gadar Banjir
b. Gadar Kebakaran dan Bencana Lain
c. Gadar Hari Besar

16

Gambar 1.3.Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2015


1.4.3

Visi Dan Misi

Visi Puskesmas Kecamatan Koja


Terwujudnya puskesmas kecamatan koja yang memberikan Pelayanan
prima, berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju masyarakat sehat dan
mandiri.
Misi Puskesmas Kecamatan Koja
1.

Memberikan Pelayanan Kesehatan Prima dan Merata.

2.

Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kesehatan Medis dan Non


Medis Puskesmas.

3.

Menggalang Kemitraan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas.

4.

Mengembangkan Upaya Kemandirian Masyarakat Dalam Bidang


Kesehatan.

1.4.4

Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Koja,


tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan tersebut merupakan faktor
utama yang memegang peranan, karena itu tenaga kesehatan di Puskesmas
17

Kecamatan Koja dituntut memiliki kemampuan dan keahlian yang Profesional.


Berikut adalah komposisi tenaga kesehatan tahun 2015 yang ada di Puskesmas
Kecamatan Koja dan di Puskesmas Kelurahan, yaitu :

Tabel 1.4 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan Koja Tahun


2015
Jenis Tenaga

Jumlah

No.
1.
2.

3.
4.

Kesehatan
Pasca Sarjana
Sarjana Kesehatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Apoteker
Keperawatan
Sarjana Umum
Ekonomi/Hukum/Adm
Paramedis
Bidan D3
Bidan D1
Perawat D3
Perawat (SPK)
Perawat Gigi
Analis
Radiografer
Farmasi (S1)
Farmasi (D3)
Sanitarian (D3)
Sanitarian (D1)
Sarjana Gizi (S1)

PNS
2 Orang

NON PNS
-

10 Orang
4 Orang
3 Orang
1 Orang
2 Orang

3 Orang
5 Orang
-

2 Orang

3 Orang

14 Orang
17 Orang
3 Orang
1 Orang
2 Orang
2 Orang
-

13 Orang
7 Orang
2 Orang
9 Orang
1 Orang
18

5.
6.
7.
8.
9.

Gizi (D3)
1 Orang
Gizi (D1)
1 Orang
SMF
Fisioterapis (D 3)
Akademi Komputer (D3)
Akademi Rekam Medik
(D3)
Informatika (D1)
SLTA
6 Orang
Lain-lain (Juru Masak
RB, Juru Cuci RB, Sopir
Total
71 Orang
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Koja, 2015

1 Orang
7 Orang
1 Orang
11 Orang
6 Orang
69 Orang

19

1.5

Program Imunisasi Di Puskesmas Kecamatan Koja


1.5.1 Imunisasi dan Vaksin
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all, 2008:40).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya
dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002: 22).
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan
imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen
tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non toksik
(Wong. DL, 2008: 28).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti
vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi
yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian
yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu
(bepergian) seperti jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008:
37).
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada
bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal
kehidupan seorang anak. Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka
kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan
program imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran
kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi
kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang
sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
20

berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kirakira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, dua
dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. satu dari 100
kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu
akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan
vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan) tentang
program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan
terhadap delapan jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian
vaksin BCG, penyakit difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B rekombinan,
Haemophilus Influenza tipe B dengan pemberian vaksin DPT, penyakit
poliomyelitis dengan vaksin polio, penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B,
dan penyakit campak dengan vaksin campak.
Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Perbedaan
antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang
didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahuntahun, Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak
tidak membuat sendiri zat anti, si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara
penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut
mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang
diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
1.5.2

Jenis Vaksin

Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


a. Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan)
b. Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini
menentukan bagaimana vaksin ini digunakan.
a. Vaksin hidup attenuated

Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.
Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan
pembiakan berulang-ulang. Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup

21

yaitu vaksin campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam


kuning (yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
b. Vaksin inactivated

Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus


dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated)
dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk vaksin komponen,
organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen-komponennya yang
dimasukkan

dalam

vaksin

(misalnya

kapsul

polisakarida

dari

kuman

pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka
seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan
dosis multipel, pada dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan imunitas
protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia untuk tiga
macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan haemophillus
influenzae type b.
d. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
1.

Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen


gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.

2.

Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara


genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.

Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen rotavirus
manusia apabila mereka mengalami replikasi
Program imunisasi dasar ( bayi ) yang dilaksanakan di puskesmas
kecamatan Koja terdiri dari :

22

1.

BCG

2.

Hepatitis B

3.

Polio

4.

Campak

5.

DPTHB-Hib

1.5.3 Penyimpanan dan transportasi vaksin


Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati yang
mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu.
Syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin harus diperhatikan untuk
menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak.
1.5.4 Rantai vaksin
Rantai vaksin adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi
vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin
kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Rantai vaksin
terdiri dari proses penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku, di
lemari pendingin, di dalam alat pembawa vaksin, pentingnya alat-alat untuk
mengukur dan mempertahankan suhu. Dampak perubahan suhu pada vaksin hidup
dan mati berbeda. Untuk itu harus diketahui suhu optimum untuk setiap vaksin
sesuai petunjuk penyimpanan dari pabrik masing-masing.

Gambar 1.4 Macam-macam tempat penyimpanan Vaksin

1.5.5

Suhu optimum untuk vaksin hidup

23

Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C sampai
dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya
bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan mati dalam
tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari 2C
sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka lebih bertahan lama (2
tahun) bila disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, namun hanya
bertahan enam bulan pada suhu +2C sampai dengan +8C. Vaksin BCG dan
campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, umur
vaksin tidak lebih lama dari suhu +2C sampai dengan +8C, yaitu BCG tetap satu
tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang
belum dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25C sampai dengan -15C atau
didalam freezer.
1.5.6

Suhu optimum untuk vaksin mati

Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2C sampai dengan
+8C juga, pada suhu dibawah +2C (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak.
Bila beku dalam suhu -0.5C vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo)
akan rusak dalam jam, tetapi dalam suhu diatas 8C vaksin hepatitis B bisa
bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis B kombinasi sampai empat belas
hari. Dibekukan dalam suhu -5C sampai dengan -10C vaksin DPT, DT dan TT
akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat
belas hari dalam suhu di atas 8C.
Kamar dingin dan kamar beku
Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada
dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar
dengan kapasitas 5-100 m, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar.
Suhu kamar dingin berkisar +2C sampai dengan +8C, terutama untuk
menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu kamar beku berkisar
antara -25C sampai dengan -15C, untuk menyimpan vaksin yang boleh beku,
terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus
menerus, menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik
tidak boleh terputus sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang

24

secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol
setiap hari dari data suhu yang tercatat secara otomatis. Pintu tidak boleh sering
dibuka tutup.
Lemari es dan freezer
Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak lemari es
dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi udara disekitarnya
harus baik. Lemari es tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Suhu didalam
lemari es harus berkisar +2C sampai dengan +8C, digunakan untuk menyimpan
vaksin-vaksin hidup maupun mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin
cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar antara -25C sampai dengan
-15C, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es
beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa sehingga
suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8C dan suhu freezer berkisar -15C
sampai dengan -25C. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi freeze watch
atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah suhunya pernah mencapai
di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es hanya dibuka dua kali sehari, yaitu
ketika mengambil vaksin dan mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu
lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk penyimpanan
vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk menghindari
keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat bunga es, atau
di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus segera dilakukan pencairan (defrost).
Sebelum melakukan pencairan, pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang
lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka
selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak
listerik, tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8C
dan suhu freezer-15C, masukkan vaksin sesuai tempatnya.

25

Gambar 1.5 Lemari es penyimpanan Vaksin


Susunan vaksin di dalam lemari es
Karena vaksin hidup dan vaksin inaktif mempunyai daya tahan berbeda terhadap
suhu dingin, maka kita harus mengenali bagian yang paling dingin dari lemari es.
Letakkan vaksin hidup dekat dengan bagian yang paling dingin, sedangkan vaksin
mati jauh dari bagian yang paling dingin. Di antara kotak-kotak vaksin beri jarak
selebar jari tangan (sekitar 2 cm) agar udara dingin bias menyebar merata ke
semua kotak vaksin.
Bagian paling bawah tidak untuk menyimpan vaksin tetapi khusus untuk
meletakkan cool pack, untuk mempertahankan suhu bila listerik mati. Pelarut
vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer, karena akan mengurangi
ruang untuk vaksin, dan akan pecah bila beku. Penetes (dropper) vaksin polio juga
tidak boleh di letakkan di lemari es atau freezer karena akan menjadi rapuh,
mudah pecah.
Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau benda-benda lain
di dalam lemari es vaksin, karena mengganggu stabilitas suhu karena sering di
buka.
Lemari es dengan pintu membuka ke depan
Bagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas (freezer). Di
dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah freezer untuk
meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu rendah. Rak yang
lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk meletakkan vaksin-vaksin mati
(inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer, untuk menghindari rusak karena beku.

26

Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze
tag pada rak ke 3.

Gambar 1.6 lemari es penyimpanan Vaksin


Lemari es dengan pintu membuka ke atas
Bagian yang paling dingin dalam lemari es ini adalah bagian tengah (evaporaor)
yang membujur dari depan ke belakang. Oleh karena itu vaksin hidup diletakkan
di kanan-kiri bagian yang paling dingin (evaporator). Vaksin mati diletakkan
dipinggir, jauh dari evaporator. Beri jarak antara kotak-kotak vaksin selebar jari
tangan (sekitar 2 cm). Letakkan termometer Dial atau Muller atau freeze
watch/freeze tag dekat vaksin mati.

Gambar 1.7 Lemari es dengan pintu membuka ke atas


Wadah pembawa vaksin
Untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh dapat
menggunakan cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos). Cold box
berukuran lebih besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan penyekat suhu dari
poliuretan, selain untuk transportasi dapat pula untuk menyimpan vaksin

27

sementara. Untuk mempertahankan suhu vaksin di dalam kotak dingin atau


termos dimasukkan cold pack atau cool pack.

Gambar 1.8 Wadah pembawa vaksin


Cold pack dan cool pack
Cold pack berisi air yang dibekukan dalam suhu -15C sampai dengan -25C
selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna putih. Cool pack berisi
air dingin (tidak beku)yang didinginkan dalam suhu +2C sampai dengan +8C
selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna merah atau biru. Cold
pack (beku) dimasukkan ke dalam termos untuk mempertahankan suhu vaksin
ketika membawa vaksin hidup sedangkan cool pack (cair) untuk membawa vaksin
hidup dan vaksin mati (inaktif).

Gambar 1.9 Ice pack


1.5.7

Menilai kualitas vaksin

Vaksin hidup akan mati pada suhu di atas batas tertentu, dan vaksin mati
akan rusak di bawah suhu tertentu.
1. Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa
Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara
lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu,
transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat,
28

tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari langsung, belum


melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa VVM (vaccine vial
monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui batas suhu tertentu.
2. VVM (vaccine vial monitor)
Untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu di atas batas
yang dibolehkan, dengan membandingkan warna kotak segi empat dengan
warna lingkaran di sekitarnya. Bila waran kotak segi empat lebih muda
daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A atau B) maka
vaksin belum terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan. Vaksin
dengan kondisi VVM B harus segera dipergunakan. Bila warna kotak segi
empat sama atau lebih gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut
kondisi VVM C atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas
yang diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.

Gambar 1.10 Vaccine Vial Monitor (VVM)


3. Freeze watch dan freeze tag
Alat ini untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu
dibawah 0C. Bila dalam freeze watch terdapat warna biru yang melebar
ke sekitarnya atau dalam freeze tag ada tanda silang (X), bearti vaksin
pernah terpapar suhu di bawah 0C yang dapat merusak vaksin mati.
Vaksin-vaksin tersebut tidak boleh diberikan kepada pasien.
4. Warna dan kejernihan vaksin
Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indikator praktis
untuk menilai stabilitas vaksin. Vaksin polio harus berwarna kuning
oranye. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti
pHnya telah berubah, sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan

29

kepada pasien. Vaksin toksoid, rekombinan dan polisakarida umumnya


berwarna putih jernih sedikit berkabut. Bila menggumpal atau banyak
endapan berarti sudah pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah
rusak. Untuk meyakinkan dapat dilakukan uji kocok seperti dibawah ini.
Bila vaksin setelah dikocok tetap menggumpal atau mengendap maka
vaksin tidak boleh digunakan karena sudah rusak.
5. Pemilihan vaksin
Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum
dibuka tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka
(dipergunakan), vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal kadaluarsa
sudah dekat (EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang sudah lama
tersimpan dikeluarkan segera (FIFO = First In First Out).
1.5.8 Macam-Macam Vaksin Dan Fungsinya
1.
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan di insertio m.deltoideus lengan kanan
dengan dosis 0,05 ml untuk bayi dibawah usia 1 tahun dan 0,1 ml untuk
anak usia 1 tahun atau lebih. Jika diberikan pada usia lebih dari 2 bulan
maka uji mantoux terlebih dahulu, jika uji mantoux (+) maka tidak
perlu diimunisasi. Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena
manfaatnya diragukan mengingat :
1. Efektivitas perlindungan hanya 40%
2. Sekitar 70% kasus TBC berat ternyata mempunyai parut BCG
3. Kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%)

walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak.


Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang,
atau pada pasien HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:

30

Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan


timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian
benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah
dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara
spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher,


tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam
waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena


penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan
jarum) dan bukan disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam


atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6
bulan.

Tabel 1.5 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Sekecamatan


Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

95%
95%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%

349

95%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
301
798

59,1 %
65,1 %

55,4%

206

59,1 %

95%

55,4%

183

53,7 %

895

95%

55,4%

436

48,7 %

1374
873
5568

95%
95%
95%

55,4%
55,4%
55,4%

619
337
2880

45,05 %
38,6%
51,7%

Grafik 1.1 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Sekecamatan


31

Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

2.

Imunisasi DPTHB-Hib
Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B

Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b) berupa suspensi homogen


yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk
rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak
infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa
kapsul polisakarida Haemophilus influenzae tipe b tidak infeksius yang
dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. HBsAg diproduksi melalui
teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Vaksin dijerap pada aluminium
fosfat. Thimerosal digunakan sebagai pengawet. Polisakarida berasal dari
bakteri Hib yang ditumbuhkan pada media tertentu, dan kemudian
dimurnikan melalui serangkaian tahap ultrafiltrasi.
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah
dilemahkan. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang
tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Penyakit difteri disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae, sifatnya
sangat ganas dan mudah menular.
Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung
dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman
32

(karier). Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi


anak akan terhindar, sedangkan anak yang belum mendapat imunisasi akan
tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang
menjadi karier.
Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. T
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan
pada rahang serta kejang. Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba batuk
keras secara terus-menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau
kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah.
Haemophilus influenzae tipe b (Hib) bukan virus influenza,
melainkan suatu bakteri gram negatif. Bakteri ini merupakan penyebab
tersering pneumonia dan meningitis serta penyebab beberapa keadaan
serius lain yang berpotensi mengancam hidup seperti epiglotitis,
osteomyelitis, arthritis dan septikemia. Penyakit ini paling banyak
menyerang anak usia 4-18 bulan, dan jarang ditemukan pada bayi usia
kurang dari 3 bulan atau pada anak berusia lebih dari 5 tahun. Meningitis
akibat infeksi Hib seringkali berhubungan dengan gejala sisa (sequelae)
neurologis berat meskipun dengan pengobatan antibiotik yang adekuat.
Vaksin DPTHB-Hib diberikan dengan cara disuntikkan pada otot
lengan atau paha. Imunisasi DPTHB-Hib diberikan sebanyak tiga kali,
dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dua dosis berikutnya diberikan
dengan jarak waktu 4 minggu. DPT sering menyebabkan efek samping
yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan
selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya
komponen pertusis di dalam vaksin. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk
mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres

33

hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang


bersangkutan.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTPHB-Hib menyebabkan
komplikasi berikut:

Demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)

Kejang

Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)


Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu
ringan, imunisasi DPTHB-Hib bisa ditunda sampai anak sehat.
Kontraindikasi : riwayat anafilaksis, ensefalopati, hiperpireksia

Tabel 1.6 Cakupan Peserta Imunisasi DPTHB-Hib-1 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

95%
95%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%

349

95%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
302
625

59,3 %
50,9 %

55,4%

177

50,7 %

95%

55,4%

172

50,4 %

895

95%

55,4%

460

51,3 %

1374
873
5568

95%
95%
95%

55,4%
55,4%
55,4%

599
404
2739

43,5 %
46,2 %
49,1%

Grafik 1.2 Cakupan Peserta Imunisasi DPTHB-Hib-1 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

34

Tabel 1.7 Cakupan Peserta Imunisasi DPTHB-Hib- 2 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari- Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

95%
95%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%

349

95%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
277
653

54,4 %
53,2 %

55,4%

168

48,1 %

95%

55,4%

183

53,6 %

895

95%

55,4%

439

53,6 %

1374
873
5568

95%
95%
95%

55,4%
55,4%
55,4%

603
355
2678

43,08 %
40,6 %
48 %

Grafik 1.3 Cakupan Peserta Imunisasi DPTHB-Hib-2 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari Juli Tahun 2015

35

Tabel 1.8 Cakupan Peserta Imunisasi DPTHB-Hib 3 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari- Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

95%
95%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%

349

95%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
273
647

53,6 %
52,7 %

55,4%

185

53 %

95%

55,4%

196

57,4 %

895

95%

55,4%

390

43,5 %

1374
873
5568

95%
95%
95%

55,4%
55,4%
55,4%

540
345
2576

39,3 %
39,5 %
46,2 %

Grafik 1.4 Cakupan Peserta Imunisasi DPTHB-Hib-3 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

36

3.

Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin yang masing-masing mengandung


virus polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin Salk/ IPV), cara
pemberiannya dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup tapi
dilemahkan (Vaksin Sabin/ OPV) cara pemberiannya melalui mulut berupa
cairan. Di Indonesia vaksin yang lazim diberikan ialah vaksin jenis
Sabin.Vaksin

polio

dapat

mencegah

penyakit

poliomielitis

yang

disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus polio akan
merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini
terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di
Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun
1948, di Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini
sangat bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan
sampai timbul kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah menderita demam
selama 2-5 hari. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan.
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Vaksin Salk mengandung 3 tipe,
disuntikkan subkutan, yang pertama umur 3 bulan, yang kedua 4 minggu

37

kemudian dan yang ketiga 6-7 bulan sesudah yang kedua. Efek samping
tidak ada.
Manfaat vaksin Salk dan Sabin sebenarnya sama, namun untuk
negara yang sedang berkembang vaksin Sabin lebih menguntungkan
karena lebih murah (tanpa suntikan), mudah didistribusikan dan mudah
diberikan kepada anak.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

Diare berat

Penyakit akut atau demam

Hipersensitif

yang

berlebihan

terutama

pada

neomisin,

polimiksin,

streptomisin)

Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)

Kehamilan
Tabel 1.9 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-1 di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

95%
95%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
55,4%
55,4%

349

95%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
315
816

61,8 %
66,5 %

55,4%

207

59,3 %

95%

55,4%

188

55,1 %

895

95%

55,4%

411

45,9 %

1374
873
5568

95%
95%
95%

55,4%
55,4%
55,4%

673
353
2963

48,9 %
40,4 %
53,2%

Grafik 1.5 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-1 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

38

Tabel 1.10 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-2 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

90%
90%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%

349

90%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
309
845

60,7 %
68,8 %

52,5%

126

50,4 %

90%

52,5%

206

60,4 %

895

90%

52,5%

448

50,1 %

1374
873
5568

90%
90%
90%

52,5%
52,5%
52,5%

686
387
3007

49,9 %
44,3 %
54 %

Grafik 1.6 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-2 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari Juli Tahun 2015

39

Tabel 1.11 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-3 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

90%
90%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%

349

90%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
286
860

56,1 %
70,1 %

52,5%

168

48,3 %

90%

52,5%

230

67,4 %

895

90%

52,5%

443

49,4 %

1374
873
5568

90%
90%
90%

52,5%
52,5%
52,5%

646
354
2987

47,01 %
40,5 %
53,6 %

Grafik 1.7 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-3 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari Juli Tahun 2015

40

Tabel 1.12 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

90%
90%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%

349

90%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
303
842

79,1 %
68,6 %

52,5%

177

50,7 %

90%

52,5%

241

70,1 %

895

90%

52,5%

409

45,6 %

1374
873
5568

90%
90%
90%

52,5%
52,5%
52,5%

587
347
2906

42,7 %
39,7 %
52,1 %

Grafik 1.8 Cakupan Peserta Imunisasi Polio-4 di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

41

4.

Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

campak (tampek) yang disebabkan oleh sejenis virus termasuk golongan


paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercakbercak merah
dikulit setelah anak demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada
pipi di bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
gerak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat
anak berumur sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada
umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur enam
bulan dan diulangi enam bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara
langsung di bawah kulit (subkutan). Campak I diperlukan untuk
menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL, pada
umur 9 bulan. Pada bayi yang baru lahir mendapat kekebalan pasif
terhadap penyakit campak dari ibunya yang pernah terinfeksi morbili dan
kekebalan pasif tersebut bertahan selama 6 bulan. Apabila telah
mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan ulangan campak pada
umur 5 tahun tidak diperlukan. Tetapi bila anak baru datang pada usia
42

diatas 12 bulan dan ia belum pernah menderita penyakit campak maka


sebaiknya vaksinasi segera dilakukan.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsius

gangguan sistem kekebalan

pemakaian obat imunosupresan

alergi terhadap protein telur

kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjungtivitis dan kejang yang ringan, serta ensefalitis dalam waktu
30 hari setelah imunisasi (kejadian 1 diantara satu juta suntikan). Daya
proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%, Menurut
penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup.
Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Koja Periode Januari- Juli Tahun 2015

Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

90%
90%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
52,5%
52,5%

349

90%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
287
840

56,3 %
68,4 %

52,5%

160

45,8 %

90%

52,5%

211

61,8 %

895

90%

52,5%

428

47,8 %

1374
873
5568

90%
90%
90%

52,5%
52,5%
52,5%

672
300
2898

48,9 %
34,3 %
52 %

Grafik 1.9 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Koja Periode Januari Juli Tahun 2015

43

5.

Imunisasi Hepatitis B (HBV)


Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang 44ias menyebabkan
kanker hati dan kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan
terhadap hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali.
Antara suntikan HBV1 dengan HBV2 diberikan dengan selang
waktu satu bulan pada saat anak berumur di bawah empat bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis, vaksin HBV
disuntikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Sedangkan pada bayi
yang lahir dari ibu yang status hepatitisnya tidak diketahui, Apabila
semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa HbsAg ibu positif maka
masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan
aman dan tidak membahayakan janin.
Apabila sampai umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan. HBV I diberikan
dalam waktu 12 jam setelah lahir. HBV3 diberikan pada usia antara
6-18 bulan. Imunisasi HBV empat diberikan saat anak berusia 10
tahun. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika
ibunya memiliki Hepatitis B. Imunisasi juga 44ias diberikan pada
44

saat bayi berumur dua bulan. Pemberian imunisasi kepada anak


yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Reaksi imunisasi : segera setelah imunisasi dapat timbul demam
yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri rasa mual dan nyeri sendi. Imunisasi tidak
dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat. Efek
samping yang berarti tidak pernah dilaporkan.
Tabel 1.14 Cakupan Peserta Imunisasi HB 0 di Wilayah Puskesmas Sekecamatan
Koja Periode Januari Juli Tahun 2015
Nama Puskesmas
Kelurahan
Kel. Koja
Kel. Lagoa
Kel. Rawa Badak
Utara 1
Kel. Rawa Badak
Utara II
Kel. Rawa Badak
Selatan
Kel. Tugu Utara
Kel .Tugu Selatan
Jumlah

Jumlah
Surviving
Infant

%
target 1
tahun

509
1227

80%
80%

% Target bayi
yang
diimunisasi
Januari s/d Juli
46,67%
46,67%

349

80%

341

Januari s/d Juli


Jumlah bayi
% Bayi
yang
yang
diimunisasi diimunisasi
261
835

51,2 %
68,1 %

46,67%

190

54,4 %

80%

46,67%

175

51,3 %

895

80%

46,67%

586

65 %

1374
873
5568

80%
80%
80%

46,67%
46,67%
46,67%

783
359
3189

56,9 %
41,1 %
57,2 %

Grafik 1.10 Cakupan Peserta Imunisasi HB 0 di Wilayah Puskesmas Sekecamatan


Koja Periode Januari - Juli Tahun 2015

45

1.5.9

Program imunisasi

Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Koja adalah imunisasi dasar


dan imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang diberikan pada anak adalah:
a. BCG untuk mencegah penyakit TB,
b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis, Tetanus,
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,
d. Campak untuk mencegah penyakit Measles,
e. Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.

46

Tabel 1.15 Jadwal Imunisasi Dasar IDAI 2014

47

1.6 IDENTIFIKASI MASALAH


Sasaran program imunisasi dasar adalah bayi baru lahir dan bayi lahir hidup.
Sasaran lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi
tertular penyakit. Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi
dasar di Puskesmas Kecamatan Koja maka dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar bayi yang
dievaluasi di Puskesmas Sekecamatan Koja periode Januari Juli 2015 maka
didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 59,1%
2. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 65,1%
3. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 59,1%
4. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 53,7%
5. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 48,7%
6. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 45,05%
7. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 38,6%

48

8. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 51,2 %
9. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,1 %
10. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 54,4 %
11. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 51,3 %
12. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 65 %
13. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 56,9 %
14. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 41,1 %
15. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 61,8 %
16. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 66,5 %
17. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 59,3 %
18. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 55,1 %
19. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 45,9 %
20. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 48,9 %

49

21. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 40,4 %
22. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 60,7 %
23. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,8 %
24. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 50,4 %
25. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 60,4 %
26. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 50,1 %
27. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 49,9 %
28. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 44,3 %
29. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 56,1%
30. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 70,1%
31. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 48,3%
32. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 67,4%
33. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 49,4 %

50

34. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 47,01%
35. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 40,5 %
36. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 79,1 %
37. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,6 %
38. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 50,7 %
39. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 70,1 %
40. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 45,6 %
41. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 42,7 %
42. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 39,7 %
43. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 59,3 %
44. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 50,9 %
45. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 50,7 %
46. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 50,4 %

51

47. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas


Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 51,3 %
48. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 43,5 %
49. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 46,2 %
50. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 54,4 %
51. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 53,2 %
52. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 48,1 %
53. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 53,6 %
54. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 53,6 %
55. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 43,8 %
56. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 40,6 %
57. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 53,6 %
58. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 52,7 %
59. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 53 %

52

60. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas


Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 57,4 %
61. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 43,5 %
62. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 39,3 %
63. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 39,5 %
64. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 56,3 %
65. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,4 %
66. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 45,8 %
67. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 61,8 %
68. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 47,8 %
69. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 48,9 %
70. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 34,3 %
1.7 RUMUSAN MASALAH
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di
Puskesmas Kecamatan Koja maka dengan cara menghitung dan membandingkan
nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah

53

terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk
diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat
perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan
masalah meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How much) Rumusan
masalah dari program imunisasi dasar Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 59,1% dengan target
55,4%, dikatakan melebihi target
2. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 65,1% dengan target
55,4%, dikatakan melebihi target
3. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 59,1%
dengan target 55,4%, dikatakan melebihi target
4. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 53,7%
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
5. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 48,7%
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
6. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 45,05% dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
7. Cakupan imunisasi BCG pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 38,6% dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target

54

8. Cakupan imunisasi HB-0 pada

surviving infant di Wilayah Puskesmas

Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 51,2 % dengan target
46,6%, dikatakan melebihi target
9. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,1 % dengan target
46,6%, dikatakan melebihi target
10. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 54,4 %
dengan target 46,6%, dikatakan melebihi target
11. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 51,3 %
dengan target 46,6%, dikatakan melebihi target
12. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 65 %
dengan target 46,6%, dikatakan melebihi target
13. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 56,9 % dengan
target 46,6%, dikatakan melebihi target
14. Cakupan imunisasi HB-0 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 41,1 % dengan
target 46,6%, dikatakan melebihi target
15. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 61,8 % dengan target
55,4 %, dikatakan melebihi target
16. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 66,5 % dengan target
55,4 %, dikatakan melebihi target

55

17. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 59,3 %
dengan target 55,4 %, dikatakan melebihi target
18. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 55,1 % dengan
target 55,4 %, dikatakan melebihi target
19. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 45,9 %
dengan target 55,4 %, dikatakan melebihi target
20. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 48,9 % dengan
target 55,4 %, dikatakan tidak mencapai target
21. Cakupan imunisasi Polio-1 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 40,4 % dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
22. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 60,7 % dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target
23. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,8 % dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target
24. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 50,4 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
25. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 60,4 %
dengan target 52,5%, dikatakan melebihi target

56

26. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 50,1 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
27. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 49,9 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
28. Cakupan imunisasi Polio-2 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 44,3 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
29. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015

sebesar 56,1 dengan target

52,5%, dikatakan melebihi target


30. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 70,1% dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target
31. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 48,3%
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
32. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 67,4%
dengan target 52,5%, dikatakan melebihi target
33. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 49,4 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
34. Cakupan imunisasi Polio-3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 47,01 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target

57

35. Cakupan imunisasi Polio 3 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 40,5 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target.
36. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 79,1 % dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target
37. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,6 % dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target
38. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 50,7 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
39. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 70,1 %
dengan target 52,5%, dikatakan melebihi target
40. Cakupan imunisasi Polio-4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 45,6 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
41. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 42,7 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target.
42. Cakupan imunisasi Polio 4 pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 39,7 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
43. Cakupan imunisasi DPTH-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 59,3 % dengan target
55,4%, dikatakan melebihi target.

58

44. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas


Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 50,9 % dengan target
55,4%, dikatakan tidak mencapai target
45. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 50,7 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
46. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 50,4 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
47. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 51,3 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
48. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 43,5 % dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target.
49. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-1 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 46,2 % dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
50. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 54.4 % dengan target
55,4%, dikatakan tidak mencapai target
51. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 53,2 % dengan target
55,4%, dikatakan tidak mencapai target
52. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 48,1 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target

59

53. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas


Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 53,6 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
54. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 53,6 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
55. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 43,8 % dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
56. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-2 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 40,6 % dengan
target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
57. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 53,6 % dengan target
55,4%, dikatakan tidak mencapai target
58. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 52,7 % dengan target
55,4%, dikatakan tidak mencapai target
59. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 53 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
60. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 57,4 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
61. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 43,5 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target

60

62. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas


Kelurahan Tugu Utara Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 39,3 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
63. Cakupan imunisasi DPTHB-Hib-3 pada surviving infant Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 39,5 %
dengan target 55,4%, dikatakan tidak mencapai target
64. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Koja periode Januari Juli 2015 sebesar 56.3 % dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target.
65. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Lagoa periode Januari Juli 2015 sebesar 68,4 % dengan target
52,5%, dikatakan melebihi target.
66. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara I periode Januari Juli 2015 sebesar 45,8 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
67. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Utara II periode Januari Juli 2015 sebesar 61,8 %
dengan target 52,5%, dikatakan melebihi target.
68. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Rawa Badak Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 47,8 %
dengan target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target
69. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Utara periode Januari Juli 2015 sebesar 48,9 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target.
70. Cakupan imunisasi Campak pada surviving infant di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Tugu Selatan periode Januari Juli 2015 sebesar 34,4 % dengan
target 52,5%, dikatakan tidak mencapai target

61

Anda mungkin juga menyukai