Anda di halaman 1dari 38

KOMPILASI SOAL TELINGA + JAWABAN

PJ 1 s.d 10 Ian Putra


1. OMSK (definisi, etio, patofis, tanda gejala & dasar dx, tx)
 Definisi : infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan
secret yang keluar dari telingah tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
 Etiologi : factor yang menyebakan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat
di berikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kumur tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang ) atau hygiene buruk.
 Patofisiologi : omsk di bagi 2:
a. Omsk tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) : keadaan kavum timpaninya
terlihat basah atau kering. Proses peradangan pada omsk tipe aman terbatas
pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi di sentral.
Umumnya jarang menimbulka komplikasi yang berbahaya tidak terdapat
kolesteatoma
b. Omsk tipe bahaya (tipe tulang = tipe manigna) : tipe aktif : secret yang keluar
dari kavum timpaninya secara aktif. Di sertai dengan kolesteatma. Perforasi
terletak di marginal atau di atik, kadang juga kolesteatoma pada omsk dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul
pada omsk tipe bahaya.
 Diagnosis : pemeriksan otoskop. Pemeriksan penala merupakan pemeriksaan
sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk pemeriksaan
audiometri murni, audiometri tutur.
 Tanda klinis omsk bahaya : perforasi pada marginal atau atik. Pada kasus yang
sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retroaurikuler ( belakang telinga), polip
atau jar.garanulasi di liang telingah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah (
sering terlihat di epitimpanum), Sekret berbentuk nanah dan berbau kah ( aroma
kolesteatoma ) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen mastoid.
 Terapi : omsk tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila secret
yang keluar terus menerus. Maka diberikan obat pencuci telinga , berupa larutan
H2O2 3 % selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid.
Obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2
minggu atau pada omsk yang sudah tenag. Secara oral di berikan antibiotic dari
golongan ampisilin atau eritromisin. Diberikan kombinasi ampisilin- asam
klavulanat. Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi
selama 2 bulan, dilakukan miringotomi atau timpanoplasti.
2. 5 tanda & gejala omsk dengan gejala curiga mastoid (ga yakin)
a. Nyeri tekan mastoid
b. Cairan Mukopurulen atau purulen
c. Perforasi membran timpani
d. Pembengkakan mastoid
e. Penurunan pendengaran tipe konduski

3. KOLESTEATOMA (definisi, etio, patofis, tanda gejala & dasar dx)


 Definisi : suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi (keratin). Deskuamasi
berbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.
 Etiologi: seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada
tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka/ terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di
liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila terdapat
serumen padat diliang telinga dalam waktu yang lama maka epitel kulit yang
berada media dari serumen tersebut seakan terperagkap sehingga membentuk
kolesteatoma.
 Patofis: dikarenakan terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang
lama akan mengakibatkan epitel dari kulit di bagian medial serumen terperangkap
sehingga membentuk kolesteatoma
 Tanda gejala: Gejala khas  otorhea tanpa rasa nyeri yang terus menerus atau
berulang. Apabila kolesteatoma besar akan menimbulkan gangguan pendengaran
konduktif. Drainase dan jaringan granulasi di liang telinga dan telinga tengah tidak
responsif terhadap terapi anti mikroba
 Dasar diagnosis: Klinis + kanalis austikus eksternus dipenuhi pus

4. BPPV (definisi, etio, patofis, tanda gejala & dasar dx, tx)
 Definisi : merupakan vertigo yang dipicu oleh perubahan posisi kepala
 Patofisiologi : vertigo timbul akibat debris otokonik yang terlepas dari urtikulus dan
masuk ke kanalis semisirkularis (terutama kanalis semisirkularis posterior) atau
begerak bebas dalam endolimfa
 Gejala : vertigo timbul mendadak dan dipicu oleh perubahan posisi kepala. Posisi
yang dapat memicu adanya posisi saat berbaring di tempat tidur, bangun dari
tempat tidur, melihat keatas , kebelakang dan membungkuk. Disertai mulai muntah,
tidak terdapat gangguan pendengaran dan gangguan neurologis lainnya. P. fisik :
pendengaran normal, evalusai neuro normal, tes dix hallpike tampak nistagmus
 Tx: reposisi otolit : maneuver epley, maneuver seamount liberatory, prinsip
maneuver epley : mengembalikan posisi otolit yang sebelumnya berada dikanalis
semisirkularis. Bedah

5. KERATOSIS OBSTURANS (definisi, etio, patofis, tanda gejala, tx)


 Definisi + etio + patofis: ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga yang
disebakan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak bermigrasi
kearah telinga luar . keratosis obsturans erosi tulang yang terjadi menyeluruh
sehingga tampak liang telinga menjadi luas
 gejala: terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, liang telingah yang lebih
lebar, membrane timpani utuh rapi tetap tebal dan jarang ditemukan adanya
sekresi telinga. Bilateral dan seing pada dewas muda
 terapi : obat tetes telinga dari campuran alcohol atau gliserin dalam h2o2 3%, 3x
seminggu sering kali dapat menolong.

6. Anatomi dan Fisiologi mendengar dan keseimbangan


 Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan MT di teruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas MT dan tingkap lonjong. Energy
ketaran yang diamplikasi ini akan di teruskana ke stapes yang menggerakan tingkap
lonjong sehingga perilimpa pada skala vestibuu bergerak. Getaran diteruskan
melalui membrane reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria.
Proses ini menimbulkan rangsanan mekanik yang menyebakan terjadinya timbul
defeksi steosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keaadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut , sehingga melepaskan neurotransmitter kedalam sinapss yang akan
menimbulkan potensial aksi paa saraf audiotorius,lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
 Keseimbangan dan orientasi disekitar tergantung pada input sensorik dan reseptor
vestibuler dilabirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan dari ketiga reseptor
sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi
tubuh saat itu. Labirin terdiri dari labirin static yaitu urtikulus dan sakulus yang
merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat dalam vestibulum labirin
tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat macula urtikularis yang didalamnya
terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetic terdiri dari 3 kanalis
semisirkularis dimana tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan deng
urtikulus , disebut ampula. Didalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari
sel-sel reseptor keseimbangan diseluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin
yang diseebut kupula. Organ vestibular berfungsi sebagai transduser yang
mengubah energy mekanik akibat rangssangan otolit dan gerakan endolimfa
didalam kanalis semisirkularis menjadi energy biolistrik , sehingga dapat memberi
informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau
percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua
gerakan tubuh yang sedenga berlangsung.

7. Gangguan pendengaran? Macam? Klasifikasi? Pemeriksaan dan intepretasi?


Tatalaksana
 Macam: 3
Klasifikasi
a. Tuli konduktif  gangguan dimana kelainan mengenai telimga luar dan
membran timpani, telinga tengah atau osikula
i. Karakteristik: Rinne (-), BC>AC, Weber: Lateralisasi ke sisi yang sakit
ii. Tata laksana : Menghilangkan obstruksi MAE, membersihkan cairan,
timpanoplasti memperbaiki MT, ABD.
b. Tuli sensorineural  gangguan pendengaran akibat dari lesi yang mengenai
koklea, n. VIII atau syaraf auditory sentral
i. Karakteristik : Rinne (+), Weber: lateralisasi ke sisi yang sehat,
Schawah memendek, tidak ada gap antara AC dan BC, penurunan
pendengaran lebih dari 60db
ii. Tata laksana: ABD, sifilis pd telinga  penisilin dosis tinggi, Hipotiroid
 replacement therapy, Labirinitis terapi infeksi, Manajemen
meniere, NIHL, Menghentika obat obatan ototoksik
c. Tuli campuran Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan
dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini
disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar
atau telinga tengah
 Pemeriksaan dan intrepetasi
a. Tes Rinne  Membandingkan hantaran suara pada telinga dan udara, pada
telinga lebih cepat sehingga normalnya getaran di telinga terdengar lebih
pendek.
 Normal : Rinne +
 Tuli Konduktifi : Rinne –
 Tuli sensori : Rinne +
b. Schwabah  Membandingkan daya transport melalui tulang antara orang
normal dan penderita. Apabila pada orang normal sudah tidak terdengar tapi
pada penderita masih mendengar, berarti schawabah memanjang, berlaku
sebaliknya
 Tuli Konduktif : Memanjang
 Tuli senosri: memendek
c. Weber  Hantaran pada telinga akan terganggu apabila ada yang menghambat,
normalnya pada kedua telinga sama sama mendengar dengan sama kerasnya.
 Normal : lateralisasi (-)
 Tuli konduktif : Lateralisasi ke yang sakit
 Tuli sensori : Lateralisasi ke arah yang sakit

8. Tuli mendadak (definisi, etio-patofis, tanda gejala, pemeriksaan, tatalaksana)


 Definisi : tuli mendadak ialah tuli yang terjadi secara tiba2. Jenis ketuliannya adalah
sensorineural,.
 Etiologi : penyebab tidak langsung diketahui, biasanya terjadi. Biasaya terjadi pada
satu telinga. Tuli mendadak disebabakan oleh berbagai hal, antara lain oleh iskemia
koklea,infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan tekanan
atmosfir, autoimun, obat ototoksik, penyakit Meniere dan neuroma akustik
 Patofisiologi : iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Keadaan
ini dapat disebabkan pleh karena spasme, thrombosis atau perdarahan arteri
auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan arteri ujung, sehingga bila koklea
sangan mudah mengalami keruskan. Iskemia mengakibatkan degenerasiluas pada
sel-sel ganglion stia vaskularis dan ligament spiralis. Kemudian ikuti oleh
pembentukan jaringan ikat dan penulangan. Kerusakan sal-sel rambut tida luas dan
membrane basal jarang terkena.
 Gejala : tumbul tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun
secara tidak jelas. Perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat. Tuli dapat
unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo.
 Pemeriksaan : pemeriksaan fisik termasuk tekanan darah sangat diperlukan. Tes
pendengaran: tes penala: rinne posited,weber lateralisasi ke telinga yang sehat,
schwabach memendek. Kesan tuli sensorineural. Audiometri nada murni: tuli
sensorineural ringan sampai berat. Tes SISI.

9. Meniere disease (definisi, etio-patofis, tanda gejala, pemeriksaan, tatalaksana)


 Definisi : suatu kelainan pada telinga dalam dimana system endolimfatik
mengalami distensi. Sering di sebut sebagai hidrops endolimfe
 Etiologi : penyebab belum di ketahui. Penambahan volume endolimfa di perkirakan
oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan ganguan klinik pada
membrane labirin.
 Patofisiologi ; gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hiidrops
endolimfa yang koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang
timbul di duga disebakan oleh : 1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung
arteri. 2. Berkuragnya tekanan tekana osmotic didalam kapiler, 3. Meningkatnya
tekanan osmotic ruang ekstrakapiler 4. Jalan keluar sakus endolimfatikus
tersumbat, sehingga terjadi penumpukan cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membrane reissner. Terdapat penonjolan kedalam skala
vestibule, terutama di daerah apekx koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami
pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media
dimulai daei daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada
penyakit Meniere.
 Gejala klinis : trias : vertigo, tinnitus dan tuli sensorineuronal terutama nada
rendah.
 Pemeriksaan : kriteria diagnosis :
1. Vertigo hilang timbul
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N VIII.
p.fisik : tuli sensorineural, bila ragu dibuktikan dengan adanya hidrops dengan tes
gliserin. Selain itu tes gliserin ini brguna untuk menentukan prognosis tindakan
operatif pada pembuatan “shunt” bila terdapa hidrops, maka operasi diduga akan
berhasil dengan baik
 Tatalaksana : diberikan obat simtomatik, seperti sedative, dan bila diperlukan anti
muntah. Khusus untuk Meniere diberikan obat2 vasodilator perifer untuk
mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini di
saurkan ke tempat lain dengan , jalan operasi , yaitu membuat “shunt”. obat2
antikemia dapat sebagai alternative diberi obat neurotonik untuk menguatkan
sarafnya.
10. Labirinitis (definisi, etio-patofis, tanda gejala, pemeriksaan, tatalaksana)
 Definisi : otitis median supuratif kronik terutama yang terjadi kolestatoma, dapat
menyebakan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga
terbentuk fistula. Pada keadaaan ini infeksi dapat masuk ,sehingga terjadi labirinitis
dan akhirnya komplikasi tuli total atau meningitis.
 Etio-patofis: terjadi karena penyebabran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua
betuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa
dapat terbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumkripta. Labirinitis
supuratif dibagi dalam bentukan labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis
supuratif kronik difus. Pada labirinitis serosa toksin menyebakan disfungsi labirin
tanpa invasi sel radang,sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi
labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi
 Pemeriksaan : pemeriksaan radiologi tomografi atau CT scan
 Tatalaksana : ke dua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Pemberian antibiotic yang adekuat di
tujukan kepada

PJ 11 s.d 18 Mbak Helmi


11. Jelaskan parese nervus 7 karena
a) Mastoiditis :
- Segmen mastoid , dimulai dari dinding medial dan superior kavum timpani.
Perubahan posisi dari segmen timpani menjadi segmen mastoid, disebut
segemen piramidal dan genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian posterior
dari n.VII, sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi.
- Tatalaksana: kasus dengan gangguan hantaran berat atau sudah terjadi
denervasi total tindakan operatif segera dilakukan dengan dekompresi N.VII
transmastoid
b) Bells palsy.
- Didalam tulang temporal n.VII memberikan 3 cabang penting, yaitu nervus
petrosus superior mayor, neruvus stapedius dan korda timpani. N.petrosus
superior mayor yang keluar dari ganglion genikulatum. Saraf memberi
rangsangan untuk sekresi pada kelenjar lakrimalis. Nervus stapedius yang
mempersarafi muskulus stapedius yang berfungsi sebagai peredam suara. Korda
timpani yang memberikan serabut perasa pada duapertiga lidah bagian depan.
- Terapi : pada kasus dengan gangguan hantaran ringan dan fungsi motor masih
baik pengobatan ditujukan untuk menghilangkan edema saraf dengan memakai
obat-obat : anti edem, vasodilatasia dan neurotonika.

12. Klasifikasi Otitis Media (OMA, OMSK, OME)  tanda gejala, terapi, stadium.
 OMA:
- sumbatan pada tuba eutachius, penetus dari ISPA. Terdiri dari beberapa
stadium: 1. Stad.oklusi tuba eutachius atau gambaran retraksi pada MT 2.
Stad.hiperemis (stad. Pre supurasi) tampak pembulu darah melebar di MT
atau seluruh MT tampak hiperemis seperti edem. 3. Stadium supurasi,
edema hebat pada mukosa, MT melonjong keluar liang telingah. 4. Stad.
Perforasi nanah kluar dri liang telinga, 5. Stad.resolusi MT utuh dan
berlahan kembali normal.
- Gejala : rasa nyeri dalam telinga, keluhan disamping panas tinggi,biasanya
riw.batuk pilek sebeumnya
- Terapi: oklusi : diberi obat tetes hidung hcl efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologi (anak <12th) atau hcl efedrin 1% unduk >12th dan dewasa.
Presupurasi: antibiotic,tetes hidung dan analgesic, pada anak ampisilin
diberikan dengan dosisi 50-100 mg/kg BB perhari, dibagi dalam 4 dosis,
atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hr dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin
40mg/kg BB/hr. Supurasi : diberikan antibiotik, disertai miringotomi.
Perforasi : obat cuci telinga H2O2 3%, selama 3-5hr serta antibiotik yang
adekuat .
 OMSK
- 2 tipe
a) Tipe aman (tubotympanic) tanpa kolesteatoma. Benigna. Melibatkan
anteroposterior membran timpani dan perforasi sentral. Tidak
beresiko komplikasi.
b) Tipe bahaya (atticoantral), dengan kolestatoma (erosi tulang ) tipe
maligna. Melibatkan MT posterosuperior (atik, antrum, mastroid)
dan perforasi atik dan marginal.
- Gejala otore dan sering disertai pendengaran berkurang, kadang disertai
otalgia. Tinitus. Komplikasi : luka dibelakang telinga, vertigo,sefalgi,demam ,
kejang dan kesadaran menurun.
- Terapi : aural toilet, tetes telinga antibiotik (neomycin,polymixin atau
gentamycin, ciprofloksasin, oflaksasin)+ kombinasi steroid. Antibiotik
sistemik (ampisilin,eritromisin,sefalosporin,ciprofloksasin).

 OME (otitis media efusi) :


- gejala : rasa penuh dan tidak nyaman pada telinga, pendengaran menurun,
suara sendiri terdengar bergema, terasa ada cairan yang bergerak di telinga
dengan perubahan posisi, kadang-kadang disertai nyeri telinga pada saat
awal terjadinya tekanan negatif, vertigo,pusing,gangguam keseimbangan,
dan pada anak gangguan perkembangan sekolah dikarenakan gangguan
pendengaran.
- Terapi : dekongestan (spray,tetes,oral) untuk meredakan edema tuba
eutachius, antibiotik pada ISPA atau OMA yang tidak membaik jika, jika
terdapat alergi diberi anti histamin.

13. Macam operasi dan rehabilitasi pendengaran dan keseimbangan. Dan Tindakan
tindakan pada telinga, dari yang kecil sampai besar.
 Penggunaan alat bantu dengar
1. Alat bantu dengar
a. Body worn : alat ini jarang digunakan karena ukurannya
yang besar. Behindd the ear (BTE) digunakan untuk
ketulian ringan hingga sedang terutama frekuensi tinggi
b. Spectacle : merupakan alat bantu dengan yang
dimoditifikasi sehingga di gunakan untuk orang yang
membutuhkan alat bantu penglihatan sekaligus
pendengaran.
c. In the ear : digunakan untuk ketulian ringan hingga sedang
flat contiguration.
d. Canal type: in the canal (ITC ) , completely in canal (CTC) :
canal type banyak disukai karena ukurannya kecil.
Syaratnya pemakai harus mempunyai MAE yang besar dan
lebar.
2. Implantable hearing aid
a. Bone anchored hearing aid (BAHA) : alat ini di tanam
melalui prosedur bedah dan berfungsi menghantarkan
suara melalui hantaram tulanh langsung ke koklea
3. Implan koklear : diindikasikan pada pasien ketulian sensorineural berat
pada kedua telimga yang memiliki fungsi nervus koklearis masih baik dan
tidak menunjukam perbaikan dengan alat bantu dengar.

14. jelaskan:
a. dry ear;
Produksi kelenjar telinga berlebih atau membersihkan telinga secara belebih. Berenang,
matahari, dehidrasi, rokok, stres, psoriasis, eksim, atopi. Gejala: gatal terapi hindari
alergen,renang, simtomatik anti histamin.
b. tinitus :
gangguan pendengaran berupaa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar,
dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi
mendenging, menderu atau berbagai macam bunyi yang lain.
c. Vertigo :
perasaan berputar. Vertigo beberapa macam :
vertigo spontan : timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul pada
penyakitnya sendiri mis: Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi
vertigo posisi : perubahan posisi kepala. Timbul karena perangsangan pada kupula
kanalis semi sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikalis. Yang dimaksud
dengan debris ialah kotoran yag menempel pada kupula kananlis semi-sirkularis
d. Miringitis :
Infeksi akut membran timpani dengan bula subepitel. Sifat self limited, unilateral pada
dewasa atau dewasa muda.

15. jelaskan 7 tanda mastoiditis pada otitis media kronis


 nyeri tekan mastoid. Tanda penting, nyeri timbul karena penekanan di medial
prosesus mastoideus, batas posterior os zygoma
 demam
 sekret telinga. Menjadi profus dan lebih purulen, kadang , sekret berhenti karena
obstruksi drainase, namun gejala menjadi parah.
 Cairaan telinga. Mukopurulen atau purulen, seringkali terdapat pulsasi (light house
effecf). Dapat terlihat melalui perforasi sentral pars tensa
 Pembengkakan pada mastoid. Edema periosteum , sulcus retroauricular
menghilang dan aurikula terdorong kedepan bawah. Kadang disertai abses
periosteum
 Perforasi membran timpani. Kadangkala intak namun tampak bombans atau pucat.
 Penurunan pendengaran. Tipe konduksi

16. operasi pada telinga.: operasi yang dlakukan pada OMSK


- mastoidektomi : tipe aman, tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari
jaringan patogenik. Tujuan : supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair
- mastoidektomi radikal: tipe maligna, rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringana patogenik dinding batas antara liang telinga luar
dan telinga dengan rongga pastoid diruntuhkan, sehingga ketida daerah anatomi
tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan: untuk membuang semua jaringan
patogenik dan mencegah komplikasi di intrakranial. Fungsi : pendengaran tidak
diperbaiki
- mastoidektomi radikal dengan modifikasi : seluruh rongga mastoid dibersihkan dan
dinding posterior liang telinga di rendahkan. Tujuan: membuang semua jaringan
patogenik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada
- miringoplasi :rekonstruksi hanya untuk membran timpani, tujuan : mencegah
berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang
menetap
- timpanoplasti: tipe benigna ,tujuan menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran.
- Timpanoplasti dengan pendekatan ganda : tipe maligna tujuan ; menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakuakan teknik mastoidektomi
radikal (tanpa meruntuhkan didinding posterior liang telinga)
- Miringotomi adalah insisi pada membran timpani, untuk tujuan ventilasi telinga
tengah, drainase cairan telinga tengah, atau untuk mengambil biakan.

17. obat topical tetes telinga (isi, indikasi):


 Antiinfeksi dan antiseptik telinga
1. Gentamicin sulfate 3mg/ml OE 2-4 tetes 3-4 x sehari
2. Ofloxacin 3mg/ml dewasa : 6-10tetes 2x/hari anak : 3-5 tetes 2x /hari
3. Chloramphenicol 10%, lidocaine HCL 4% 1-2 tetes, 3-4x/hr
4. Chloramphenicol 5%, polymixin B sulfate 10,000 IU, benzocaine 1%, nipagin
1% 3-4 tetes, 3-4x/hari
 Kombinasi aantiaeptik telinga dengan kortikosteroid
1. Framycetine sulphate 5mg, gramicidin 0,05 mg, dexametasone na
metasuofobenzoate 0,5mg 2- 3 tetes, 3-4 x sehari
2. Polymixin B sulfate 10.000 IU, neomycin sulfate 5mg, fludrocortisone
acetate 1mg, lidocaine HCl 40mg 4-5 tetes, 2-4x sehari
 Penggunaan antibiotik topikal di atas terutama diindikasikan untuk kasus OE.
Penggunaan obat tetes telinga diberikan secara hati-hati jika ada perforasi
membran timpani karena dapat menimbulkan ototoksisitas.
18. Pemeriksaan keseimbangan;
- Uji romberg : berdiri, lengan dilipat di dada, mata di tutup dapat dipejam dengan
memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan dilipat didada, mata tertutup.
Pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30dtk.
- Uji berjalan ( stepping test ) : berjalan ditempat 50 langkah, bila tempat berubah
melebihi, jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari 30derajat berarti sudah
terdapat gangguan keseimbangan.
- Pemeriksaan fungsi serebelum : seperti : past pointing test, dilakukan dengan
merentangjan tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk menyentuh telunjuk yang
lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung, dilakukan dengan posisi duduk pasien
diminta petunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.

PJ 19 s.d 26 Faizah R.

19. Tes pendengaran dan cara interpretasi


a. Tes berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal
yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter.
Pada nilai normal tes berbisik : 5/6 – 6/6
b. Tes garpu tala
Suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu secara kualitatif dengan
menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi rendah sampai tinggi 128 HZ-
2048 Hz. Satu perangkat garpu tala memberikan skala pendengaran dari frekuensi rendah
hingga tinggi akan memudahkan survei kepekaan pendengaran. Cara menggunakan garpu
tala yaitu garpu tala di pegang pada tangkainya, dan salah satu tangan garpu tala dipukul
pada permukaan yang berpegas seperti punggung tangan atau siku. Ada berbagai macam
tes garpu tala, diantaranya: 1. Tes Rinne 2. Tes Weber 3. Tes Schwabach
TES RINNE
Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara Pemeriksaan : Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak
lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tak
mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih
mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne positif. Bila tidak mendengar disebut
Rinne negatif.
Interpretasi :
- Normal : Rinne positif
- Tuli konduksi : Rinne negatif
- Tuli sensori neural : Rinne positif
TES WEBER
Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita
Cara Pemeriksaan : Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex, dagu atau
pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk
menunjukkan telinga mana yang tidak mendengar atau mendengar lebih keras . Bila
mendengar pada satu telinga disebut laterisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga
tak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada laterisasi.
Interpretasi :
- Normal : Tidak ada lateralisasi
- Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit
- Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang sehat
TES SCHWABACH
Tujuan: membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal
Cara pemeriksaan : garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan
tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar,
secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar
maka schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2
kemungkinan yaitu Schwabah memendek atau normal. Untuk membedakan kedua
kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa. Garpu
tala 512 dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita,
bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada
mastoid pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila
pemeriksa masih masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.
Interpretasi :
- Normal : Schwabach sama dengan pemeriksa
- Tuli konduksi : Schwabach memanjang
- Tuli sensorineural : Schwabach memendek
c. Tes audiometri
Pemeriksaan pendengaran individu dengan alat elektroakustik
 Air conduction dengan meletakkan earphone pada kedua telinga-periksa mulai dari
telinga yang baik/telinga kanan-dari frekuensi 1000 Hz-cari nilai ambang-apabila
ada perbedaan kanan dan kiri 40 db atau lebih, telinga yang baik harus dimasking.
 Bone conduction dengan meletakkan vibrator atau osilator pada planum
mastoidium-cari nilai ambang-apabila perbedaan kanan dan kiri 10 db atau lebih
telinga yang baik harus dimasking atau bila tes weber menunjukkan lateralisasi,
maka arah lateralisasi menunjukkan telinga mana yang harus dimasking.

20. Jelaskan
a. Barotrauma
Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat atau menyelam yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Bila
tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka
tuba. Keluhan pasien berupa kurang dengar, ras nyeri dalam telinga, autofoni, perasaan
ada air dlam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo.
b. Kolesteatoma
Suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi (keratin). Deskuamasi berbentuk terus
kemudian menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Etiologi: seluruh epitel
kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang
terbuka/ terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-
sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka
epitel kulit yang berada media dari serumen tersebut seakan terperagkap sehingga
membentuk kolesteatoma.
c. Dry ear
Keadaan telinga yang kering diakibatkan oleh kurangnya sekret disebabkan oleh
perforasi membrane timpani.
d. Tes valsava
Pemeriksaan untuk membuka tuba eustachius, dengan cara: pasien diminta untuk
menutup hdung dengan jari dan menutup mulut; lalu diminta untuk meniup udara dengan
kondisi hidung dan mulut ditutup; sehingga udara ke telinga tengah. Pemeriksaan ini tidak
boleh dilakukan pada pasien ISPA.
e. Keratosis obsturan
Gumpalan epidermis di liang telinga yang disebakan oleh terbentuknya sel epitel yang
berlebihan yang tidak bermigrasi kearah telinga luar. Keratosis obsturans menyebabkan
erosi tulang yang terjadi menyeluruh sehingga tampak liang telinga menjadi luas. Gejala:
terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, liang telingah yang lebih lebar, membrane
timpani utuh rapi tetap tebal dan jarang ditemukan adanya sekresi telinga. Bilateral dan
seing pada dewasa muda
f. Cauliflower
Suatu deformitas berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan
yang menjadi kerangka daun telinga. Biasanya terjadi karena trauma akibat kecelakaan,
operasi daun telinga yang terinfeksi.
g. Labirinitis
Definisi: infeksi pada telinga dalam
Etio-patofis: terjadi karena penyebabran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk
labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat terbentuk
labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumkripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam
bentukan labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Pada labirinitis
serosa toksin menyebakan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada
labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang
ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
h. Bulging
Suatu keadaan pada membrane timpani yang menonjol kea rah liang telinga luar, di
mana berisi eksudat yang purulent.

i. Decibel (gak yakin)


Intensitas bunyi

j. OAE (Otoacoustic Emission)


Suatu pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang obyektif,
menggunakan kriteria pass/lulus dan refer/tidak lulus, tidak invasive, mudah, tidak
membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga sangat efisien untuk program skrining
pendengaran bayi baru lahir.
k. Abses bezold
Abses leher di bagian medial muskulus sternokleidomastoideus sebagai komplikasi dari
OMSK. Pada umumnya terjadi pada mastoid dengan pneumatisasi yang baik terutama pada
tip mastoid. Setelah mastoidits koalesen, korteks tip mastoid yang tipis mengalami
destruksi sehingga pus masuk ke bagian medial muskulus sternokleidomastoideus.
l. Caloric test
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30°C) dan air
hangat (44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut
(normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau
directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang
sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labarin atau
n.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

21. Jelaskan
a. Mastoiditis: etio, patfis
Suatu peradangan pada sel-sel mastoid pada tulang temporal
Etiologi: staphylococcus, pseudomonas
Patofisiologi: inflamasi pada aditus ada antrum  obstruksi  sekresi purulent di
mastoid  tekanan meningkat  nekrosis di trabekula tulang mastoid
b. Tanda mastoiditis (7)
 Nyeri telinga
 Otorrhea
 Pendengaran menurun
 Demam
 Sakit kepala
 Nyeri tekan mastoid
 Runtuhnya mastoid ke CAE
c. Pemeriksaan penunjang dan interpretasi
 Laboratorium: leukositosis
 Foto polos mastoid : terdapat perselubungan aibat tertutup eksudat pada mastoid
 Kultur secret telinga
d. Terapi
 Antibiotic 2-3 minggu
 Terapi operatif: mastoidektomi
e. Reservoir sign : suatu tanda dimana ketika liang telinga penuh dengan sekret.

22. Bagaimana etiopatologi gejala klinis tatalaksana penyakit2 telinga dalam


Meniere, BPPV, labirinitis
23. Ceritakan tatalaksana abses preauricular, abses retroauricular, hematom/pseudokista,
fistula preauricula
a. Abses preauricular
b. Abses retroaurikular
Pengobatan abses retroaurikular, meliputi pembersihan liang telinga untuk menjamin
drainase yang baik dari pus telinga tengah, medikamentosa, serta insisi
abses retroaurikular. Pembersihan liang telinga harus dilakukan secara teratur,
misalnya dengan memberikan larutan peroksida 3% tetes telinga, kemudian
membersihkan pus di liang telinga dengan kapas lidi steril atau dengan penghisap.
Pengobatan medikamentosa meliputi antibiotika dosis tinggi dan analgetika.
Bila memungkinkan, sebaiknya diambil dulu sediaan untuk pemeriksaan
mikrobiologi sebelum pemberian antibiotik dapat langsung diberikan tanpa
menunggu hasil pemeriksaan tersebut. Antibiotika tahap awal dapat diberikan ampisilin
oral atau penisilin parenteral dosis tinggi.
Insisi abses retroaurikula biasanya perlu dilakukan sebelum mastoidektomi.
Insisi abses dilakukan untuk melepaskan tekanan pus di telinga tengah untuk mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut. Pada pasien dengan prosesus mastoid sudah
berkembang, insisi dilakukan pada tempat fluktuasi paling nyata.
c. Hematoma
Hematoma daun telinga akibat rudapaksa/trauma yang menyebabkan terkumpulnya
darah dalam ruang antara perikondrium dan kartilago.
Tatalaksana
Tujuan: evakuasi darah superkondrial dan untuk mencegah reakumulasi  insisi
drainase + pasang bebat tekan pada konka.
Indikasi:
Anterior aurikularis bengkak setelah trauma yang merusak bentuk anatomi normal
aurikula
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (>7 hari pembentukan jaringan granulasi
 menyulitkan prosedur) >7 hari : rujuk bedah
d. Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
Tujuan dari tatalaksana adalah untuk mencapai resolusi pseudokista sehingga tidak
terjadi rekurensi dengan tetap mempertahankan struktur aurikula. Terapi konservatif pada
pseudokista daun telinga telah dilakukan dengan cara pemberian injeksi kortikosteroid –
triamsinolon 20 mg ke dalam kavitas pseudokista. Terapi konservatif tersebut diatas
dilaporkan dengan tingkat keberhasilan sedang. Adanya risiko atropi dan deformitas
aurikula permanen membatasi penggunaan modalitas ini.
Aspirasi jarum merupakan teknik operasi yang paling sering digunakan untuk
menatalaksana pseudokista aurikula. Akan tetapi, jika dilakukan secara independen,
biasanya lesi akan mengalami rekurensi dalam 1 minggu.7 Untuk menurunkan tingginya
tingkat rekurensi ini, dressing kompresi biasanya digunakan bersamaan dengan aspirasi.
e. Fistula preaurikula
Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula dapat
ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong, dengan ukuran seujung pensil.
Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan kecuali
pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari
sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptic lainnya secara rutin. Pada kasus dengan
infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres hangat.
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan
salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya mengeluarkan
fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan disebabkan oleh adanya percabangan
fistula sehingga sulit untuk menentukan luas keseluruhan saluran tersebut.
Cara lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat kontras ke
dalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologik. Pada pemeriksaan fistulografi
tidak dapat menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi yang berulang
menimbulkan tersumbatnya traktus oleh jaringan fibrosis. Pembedahan dilakukan apabila
inflamasi sudah sembuh.

24. Gejala2 dari


a) Komplikasi intrakranial pd OMK
a. Abses ekstradural
Abses ekstradural yakni terbentuknya pus diantara tulang kranial dan duramater yang
disebabkan destruksi tulang oleh kolesteatoma (Dhingra, 2010).
b. Abses subdural
Abses subdural ditandai dengan terbentuknya pus diantara duramater dan ruang
arahnoid. Infeksi menyebar dari telinga disebabkan oleh erosi tulang dan duramater
ataupun melalui proses trombophlebitis (Dhingra, 2010).
c. Meningitis
Meningitis merupakan peradangan pada leptomeningen (pia dan arakhnoid).
Merupakan komplikasi intrakranial tersering pada penderita otitis media. Penderita
dengan meningitis biasanya mengeluhkan sakit kepala yang berat namun keluhan ini
tidaklah spesifik. Keluhan yang lebih spesifik yakni demam, kaku leher, dan perubahan
status mental (Friendland, 2009).
d. Abses otak otogenik
Perluasan infeksi telinga pada meningen dapat menimbulkan terjadinya serebritis dan
abses pada parenkim otak. Abses otak yang diakibatkan otitis media biasanya bersifat
unilateral sesuai dengan telinga yang terlibat (Friendland, 2009).
e. Tromboplebitis sinus lateralis
Merupakan peradangan dari dinding sinus vena lateral disertai terbentuknya trombus.
Komplikasi ini merupakan komplikasi intrakranial kadua tersering pda penderita otitis
media dengan angka mortalitas sebesar 10% (Dhingra, 2010).
f. Hidrosefalus otikus
Hidrosefalus otikus merupakan peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh
infeksi pada telinga. Secara defenisi hidrosefalus otikus bukan disebabkan oleh abses
otak ataupun meningitis. Penderita datang dengan keluhan sakit kepala, gangguan visus,
dan muntah. Hal ini dapat disertai perubahan status mental, gangguan kesadaran,
pusing dan gangguan keseimbangan (Friendland, 2009).
b) Gejala lanjut OE Maligna
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai oleh
terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga
menyempit. Otitis eksterna malignan adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur
lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada
penderita diabetes mellitus PH serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen non
diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah mengalami otitis
eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna
berlanjut menjadi otitis eksterna malignan.Pada otitis eksterna malignan peradangan
meluas secara progresif kelapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga
dapat timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
Gejalanya adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, secret
yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut semakin
hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf facial
dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang
penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan
kuman Pseudomonas aeroginosa.
25. Tatalaksana tuli mendadak
a. Tirah baring
b. Kortikosteroid oral selama 7-14 hari  antiinflamasi dapat meredakan edema,
bermanfaat pada tuli mendadak idiopatik derajat sedang
i. Prednisone 40-60 mg/kgBB, dosis tunggal, pagi hari dengan tapering off 20mg tiap
5 hari
ii. Metil prednisolone 48 mg/hari, tapering off 16 mg tiap 5 hari
c. Vasodilator : betahistin 2x24 mg/hari
d. Terapi vertigo atas indikasi
e. Evaluasi audiometri ulangan, untuk follow up
f. Bila ketulian menetap, membutuhkan evaluasi untuk rehabilitasi pendengaran

26. Bagaimana terjadi reflek cahaya pd membran timpani?


Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Di
membrane timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini
di nilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba
eustachius

PJ 27 s.d 40 Kesy Sasta

27. Larutan Burowi terbuat dari apa? Mengapa digunakan sebagai tetes telinga?
Jawab: Alumunium asetat 5%. Karena mempunyai efek sebagai astringen yang dapat
mengabsorbsi air dari jaringan sehingga mengakibatkan jaringan lebih kering dan konstriksi,
serta memiliki efek antiseptik yang dapat membunuh bakteri pada tempat paparan.

28. Jelaskan
a) Cara terjadinya refleks cahaya?
Jawab: Cahaya dari luar (ex: dari otoskop) dipantulkan oleh membran timpani dengan umbo
sebagai apeksnya
b) Cara terjadinya barotrauma?
Jawab: Ada perubahan tekanan secara tiba-tiba di luar telinga tengah (ex: saat di dalam
pesawat yang akan lepas landas atau mendarat, saat menyelam) yang jika mencapai >90cmHg
menyebabkan tuba Eustachius gagal membuka sehingga timbul tekanan negatif pada rongga
telinga tengah. Pada keadaan tersebut, cairan keluar dari kapiler mukosa dan kadang disertai
ruptur pembuluh darah sehingga cairan di telinga tengah dan mastoid tercampur darah.
c) Cara terjadinya perforasi pada otitis media?
Jawab: saat stadium supurasi pada OMA semakin progresif, tekanan pus pada kavum timpani
akan semakin meningkat dan menyebabkan iskemia serta nekrosis pada mukosa dan
submukosa. Nekrosis pada membran timpani menyebabkan strukturya lembek dan berwarna
kekuningan sehingga daerah tersebut akan mengalami perforasi jika tidak mampu menahan
tekanan pus pada kavum timpani.
d) Cara terjadinya retraksi membran timpani dan tanda gejalanya?
Jawab: Adanya obstruksi Tuba Eustachius menimbulkan terjadinya tekanan negatif di telinga
tengah sehingga terjadi retraksi membrane timpani. Tanda dan gejalanya:
- Manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih horizontal
- Refleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali
- Prosesus brevis menonjol keluar
- Plika posterior lebih jelas
- Plika anterior tak tampak karena tertutup oleh prosesus brevis yang menonjol

29. Swimmer’s ear?


Jawab: Swimmer’s ear (otitis eksterna) merupakan infeksi yang terjadi pada liang telinga.
Disebut sebagai Swimmer’s ear karena biasanya infeksi terjadi pada perenang setelah
telinganya kemasukan air yang dapat mengandung bakteri atau jamur.

30. Dangerous Ear?


Jawab: Disebut juga atikoantral, merupakan tipe OMSK dengan perforasi pada membran
timpani daerah marginal atau di atik, biasanya disertai dengan kolesteatoma.
31. Safe Ear?
Jawab: Disebut juga tubotimpani, merupakan tipe OMSK dengan perforasi pada membran
timpani di daerah sentral, peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang.

32. Glue Ear?


Jawab: Inflamasi pada telinga tengah dengan akumulasi sekret steril tanpa tanda dan gejala
infeksi. Konsistensi sekret dapat seperti lem sehingga disebut juga dengan glue ear.

33. Tinitus (definisi, gejala, terapi)


Jawab:
Definisi: Tinitus adalah gangguan pendengaran berupa sensasi suara (seperti mendenging,
menderu, mendesis, dll) tanpa adanya rangsangan dari luar.
Gejala: Pasien merasa mendengar sensasi suara seperti mendenging, mendesis, menderu,
berdetak, gemuruh, suara riak air, suara disertai denyutan, dan sebagainya tanpa adanya
rangsangan dari luar. Sensasi suara dapat hanya dirasakan oleh pasien saja (tinitus subjektif)
atau juga dapat didengar oleh pemeriksa (tinitus objektif).
Terapi:
a. Psikologik  memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya
tidak membahayakan, mengajarkan relaksasi setiap hari.
b. Elektrofisiologik  memberi stimulus elektroakustik denga
n intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus
masker.
c. Medikamentosa  tranquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin, mineral.
d. Tindakan bedah dapat dilakukan jika penyebabnya tumor akustik neuroma.
34. Fungsi H2O2?
Jawab:
H2O2 dapat digunakan untuk menghancurkan serumen (dengan cara menurunkan kerapatan
massa serumen dengan proses oksidasi di dalam massa serumen sehingga serumen hancur
menjadi bagian-bagian kecil), mengobati telinga berair, dan membersihkan tuba ventilasi yang
tersumbat.

35. Tes pendengaran dan interpretasinya?


Jawab:
a. Tes Rinne: tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang
pada telinga yang diperiksa. Cara: penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus
mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila
masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.
b. Tes Weber: tes utuk membandingkan hantaran tulang telinga yang sakit dengan telinga yang
sehat. Cara: penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di
verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi penala
terdengar lebih keras ke salah satu telinga, disebut Weber lateralisasi kea rah tersebut. Bila
tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak
ada lateralisasi.
c. Tes Schwabach: tes untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal. Cara: Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan
pada prosesus mastoideus pasien sampai pasien menyatakan bahwa tidak terdengar bunyi.
Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach
memendek. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila
pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan
pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.
Interpretasi:

Tes Diagnosis Telinga yang


Tes Weber Tes Schwabach
Rinne Diperiksa
sama dengan
positif tidak ada lateralisasi normal
pemeriksa
lateralisasi ke telinga yang
negatif memanjang tuli konduktif
sakit
lateralisasi ke telinga yang
positif memendek tuli sensorineural
sehat

36. Fenomena palatum molle (definisi, cara periksa, dan interpretasi)?


Jawab:
- Definisi: Penampakan pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk
mengucapkan “ iiii “ saat pemeriksaan rinoskopi anterior.
- Cara periksa: Melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior, cahaya lampu diarahkan ke dinding
belakang nasofaring (pada keadaan normal, nasofaring terlihat terang karena cahaya lampu
tegak lurus pada dinding belakang nasofaring) kemudian minta pasien mengucapkan “iiii”.
Amati dinding nasofaring yang gelap akibat pergerakan palatum molle.
- Interpretasi:
a. Fenomena palatum molle (+) jika sewaktu pasien mengucapkan “iiii” palatum molle
bergerak sehingga tampak benda gelap bergerak ke atas.
b. Fenomena palatum molle (-) jika sewaktu pasien mengucapkan “iiii” palatum molle tidak
bergerak sehingga nasofaring tetap terang. Hal ini tersebut dapat terjadi pada paralisis
palatum molle post difteri, spasme palatum molle (abses peritonsilar), sikatriks, tumor
nasofaring.
37. Cara pengambilan corpal di telinga?
Jawab:
a. Benda asing dengan bentuk halus dan tidak beraturan seperti serpihan kertas, swab, gabus,
cotton bud dapat diambil menggunakan forcep buaya.
b. Benda keras halus (seperti bola baja) diambil dengan hak tajam atau ring, tidak boleh
menggunakan forcep karena pergerakannya ke arah dalam dapat melukai membran timpani.
c. Biji-bijian dan benda-benda halus dikeluarkan dengan cara irigasi (syiringing atau spooling)
atau hak tajam.
d. Serangga (nyamuk, lebah madu, kecoa, semut) dimatikan terlebih dahulu dengan minyak
kelapa, gliserin, kloroform, atau air, lalu setelah mati dapat diambil dengan metode apa pun,
jika kecil dilakukan spooling, jika besar dapat diambil dengan hak atau pinset.
e. Belatung (serangga yang menuju MAE karena mencium bau serumen dan meninggalkan
telurnya) diambil dengan forcep. Jika telah menyebabkan perforasi membran timpani tidak
boleh dilakukan irigasi.
f. Benda asing organik higroskopis hindari terkena cairan, ambil dengan hak tajam atau forcep.
g. Benda asing anorganik seperti baterai secepatnya diambil sebab dapat menimbulkan
nekrosis jaringan.
h. Pada anak-anak, pengambilan benda asing kadang diperlukan anestesi umum.

38. Cara pengambilan serumen di telinga?


Jawab:
a. Serumen yang lembek dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator.
b. Serumen yang keras dapat dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila tetap tidak dapat
dikeluarkan, serumen harus dilunakkan terlebih dahulu dengan tets karbogliserin 10%
selama tiga hari.
c. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Air
dialirkan kea rah posterosuperior agar dapat lewat di antara massa serumen dan dinding
belakang liang telinga sehingga massa serumen dapat terdorong ke luar.
d. Hindari irigasi jika ada perforasi membran timpani.

39. Laki-laki usia 23 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran telinga kiri.
Pemeriksaan didapatkan Rinne (-), Weber lateralisasi ke kiri, Schwabach memanjang. AC
> BC. Diagnosis, diagnosis banding? (Harusnya AC<BC, mungkin salah soal)
Jawab:
Diagnosis: Tuli Konduktif Auris Sinistra
Diagnosis banding: Tuli Konduktif Auris Sinistra et causa oklusi komplit liang telinga dd otitis
media kronis dd efusi telinga tengah dd otosklerosis.

40. Anak laki-laki usia 5 tahun datang dengan nyeri telinga kiri sejak 3 hari yang lalu. Demam
(+), pilek (+), batuk (+). Pemeriksaan tampak membran tipani menonjol dan kemerahan.
Keluar sekret kuning kental. Diagnosis, diagnosis banding, dan terapi?
Jawab:
Diagnosis: Otitis Media Akut Stadium Supurasi
Diagnosis banding: otitis eksterna, furunkel liang telinga, OMSK, miringitis
Terapi:
- Miringotomi
- Antibiotik oral:
Amoxicillin 40 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis atau Ampicillin 50 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 dosis selama minimal 10 hari. Jika alergi Penicillin dapat diberikan eritromisin 40
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis.
- Dekongestan tetes hidung berupa ephedrine 0,5% untuk mengurangi edema tuba eustachius
dan memperbaiki ventilasi telinga tengah. Jika anak sulit diberikan tetes hidung, dapat diberi
dekongestan oral berupa pseudoephedrine 3x30 mg. Dekongestan diberikan hanya jika
masih ada keluhan rhinitis akut.
- Antipiretik: Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali (3-4x per hari)
PJ 41 s.d 51 Ferry Ayu

41. Permpuan usia 43th, datang dengan keluhan pusing. Terutama saat bangun dari tempat
tidur. Mual ( +) , munt ah( +) , gangguan pendengaran(negatif ) .

a. Dx Dd
Dx : BPPV
Dd : Meniere disease
b. Pemeriksaan yang dilakukan
1. Anamnesis
 Pusing timbul mendadak
 Pusing dipicu oleh perubahan posisi kepala seperti terbangun dari tempat tidur, saat
akan berbaring, membungkuk, dan melihat ke atas serta ke belakang
 Dapat disertai mual dan muntah
 Tidak terdapat gangguan pendengaran ataupun gangguan neurologis
2. Pemeriksaan fisik
 Tes Pendengaran : normal
 Evaluasi neurologi : dapat ditemukan kelainan neurologis fokal atau sistemik atau
normal
 Pemeriksaan standar : tes dixhallpike (vertigo memberat dan tampak nistagmus) dan
dapat dilakukan tes supine roll test
Ciri nistagmus : ada fase laten <30 detik, adanya fatigue, bersifat posisional, arah
vertical, fase cepat ke atas
c. Terapi
 Edukasi tetang BPPV tidak membahayakan, prognosis baik, dapat hilang spontan namun
dapat kambuh
 Reposisi otolit
Maneuver epley, maneuver seamont liberatory, maupun brant daroff
Prinsip maneuver epley yakni mengembalikan posisi otolit yang sebelumnya berada di
kanalis semisirkularis ke utrikulus
 Simptomatik diberi s.d gx vertigo menghilang
a. Antihistamine
 Dimenhidrinate (saat serangan akut) : dose 4 x 25 mg s.d 50 mg ( 1 tab)
sediaan p.o, i. m, i.v
 Difenhidramine HCL : dose 4x25 g ( 1 caps) s.d 50 mg p.o
 Betahistine (analog histamine) : dose 3 x 8 mg s.d 24 mg
b. Kalsium antagonis
 Cinnarizine : dose 3 x 15 mg s.d 30 mg atau 1 x 75 mg per hari
Menekan fungsi vestibular dan mengurangi respon akselerasi angular
dan
linier
 Pembedahan

42. Laki2 usia 40th datang dengan keluhan telinga terasa penuh. Pasi en baru saja pulang haji
1 minggu yg lalu. Pemeri ksaan MT hiperemis tampak pelebaran pembul uh darah. Pilek( +) .

a. Dx :
Barotrauma
b. Terapi
1. Tindakan saat awal terjadi
Membuka tuba eustachius untuk menyeimbangkan tekanan saat berada dalam pesawat
, caranya:
 Melakukan maneuver valsava (bila tidak ada ispa)
 Mengunyah permen
 Menguap
2. Terapi medikamentosa
 Antihistamine
 Dimenhidrinate (saat serangan akut) : dose 4 x 25 mg s.d 50 mg ( 1 tab)
sediaan p.o, i. m, i.v
 Difenhidramine HCL : dose 4x25 g ( 1 caps) s.d 50 mg p.o
 Betahistine (analog histamine) : dose 3 x 8 mg s.d 24 mg
 Dekongestan oral atau spray
 kortikosteroid
3. Terapi operatif
 Miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi (grommet) jika tidak membaik dengan
medikamentosa

43. Perempuan mengeluhkan bibir kiri perot sejak 2 hari yg lalu. Keluar cairan kuning dari
telinganya. PF dalam batas normal . Nyeri tekan tragus( +) .

a. Dx Dd
Dx : otitis media supuratif kronis dengan komplikasi paresis nervus fasialis tipe maligna
Dd : otitis media supuratif kronis tipe benigna
Otitis media supuratif akut stadium supurasi
b. Pemeriksaan yg dilakukan?
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik telinga
a) Inspeksi luar dan dalam : aurikula, mae, dan membrane timpani
b) Palpasi : nyeri tekan tragus
3. Pemeriksaan tes pendengaran
4. Pemeriksaan nervus fasialis
c. Terapi
1. Terapi konservatif
 Cuci H2O2 3% s.d 5% selama 3 s.d 5 hari bila sekret keluar teus menerus
 Beri obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid bila secret
berkurang
 Miringoplasti atau timpanoplasti bila secret kering tetapi perforasi menetap setelah
observasi 2 bulan
 Obati sumber infeksi yang ada sebelumnya bila ada sumber infeksi yang
menyebabkan secret tetap ada.
 Terapi oral : antibiotic golongan ampisilin atau eritromisin. Jika resisten ampisilin
dapat diberikan kombinasi ampisilin+asam klavuulanat (sebelum hasil tes resistensi
keluar)
2. Terapi Pembedahan
 Mastoidektomi sederhana (Simple mastoidektomi)
 Mastoidektomi radikal
 Mastoidektomi radikan dengan modifikasi
 Miringoplasti
 Timpanoplasti
 Pendekatan ganda timpanoplasti

44. Perempuan merasa telinga kanannya terasa tersumbat sejak sesaat setelah mandi .
Penurunan pendengaran( +) .Terasa telinga buntu. Demam (negatif ) .
a. Dx
Dx: serumen obsturans et cause kemasukan air
b. Terapi
1. Ear toilet
2. Ekstraksi serumen dengan suction (et cause kemasukan air)
45. Perempuan mengeluh nyeri telinga kanan keluar cairan dari telinga kanan. Pemriksaan
fisik MT perforasi .

a. Dx
Dx: Otitis media supuratif stadium perforasi
b. Terapi
1. Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 s.d 5 hari
2. Antibiotik oral
 Amoksisilin : dose 40 mg/kgBB/hari dibagi 3 dose, minim 10 hari
 Ampicilin : dose 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dose, minim 10 hari
 Amoksisilinklavulanat 40 mg/KgBB/hari dibagi 3 dose
 Jika alergi golongan penicillin, dapat diberikan kotrikmosazole (48 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dose) atau eritromicin (40 mg/KgBB/hari dibagi 3 dose)

Diharapkan secret akan menghilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu
7 s.d 10 hari. Bila tidak terjadi resolusi, secret terlihat mengalir di liang telinga melalui
perforasi membrane timpani. Pada keadaan ini antibiotic dapat dteruskan selama 3
minggu. Bila setelah 3 minggu secret tetap banyak, kemungkinan telah terjad
mastoiditis

c. Bolehkah di cuci dengan H2O2. Kalau boleh kenapa? Kalau tidak kenapa?
Boleh, bertujuan untuk membersihkan telinga (ear toilet) terhadap sekret yang keluar dalam
liang telinga. H2O2 dalam bidang THT digunakan sebagai pembersih serumen, mengobati
telinga berair, dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat. H2O2 memiliki efek
bakterisidal sehingga mampu untuk membunuh bakteri.

d. Reaksi kimia H2O2 bagaimana


H2O2 selalu terurai (dekomposisi) eksotermik menjadi air dan oksigen secara spontan
dengan reaksi sebagai berikut

2 H2O2 2 H2O2 + O2

46.Laki2 usia 40th riwayat keluar cairan dari telinga kiri saat masih kecil . Keluhan dirasakan
kembali muncul .PF kemerahan pada daerah mastoid, protrusi aurikula.

a. Dx
Mastoiditis
b. Pemeriksaan yg dilakukan?
1. Anamnesis
 Bengkak dan nyeri di belakang telinga yang didahului dengan OMA
 Demam
 Adanya secret telinga menjadi profus dan lebih purulent
2. Pemeriksaan klinis
 Nyeri tekan mastoid
 Cairan telinga mukopurulen atau purulent dan seringkali terdapat pulsasi (light house
effect)
 Perforasi membrane timpani
 Pembengkakan mastoid
 Penurunan pendengaran tipe konduksi
 Umum : terlihat toksik, demam
3. Pemeriksaan penunjang
 DL : leukositosis dominasi PMN, LED meningkat
 Foto polos mastoid posisi schuller kanan dan kiri. Pada sisi yang sakit akan tampak
perselubungan pada selule mastoid akibat tertutup eksudat. Sekat air cell menghilang
 Kultur secret telinga
c. Terapi ?
1. Jika belum ada hasil kultur, berikan amoxicillin atau ampicillin. Ditambahakan
klorampenikol atau metronidazole untuk bakteri anaerob atau antibiotic intravena
cefotaxime 3 x 50 mg/kgBB selama 1 minggu
2. Bila membran timpani bombans maka dilakukan miringotomi atau parasintesis
3. Mastoidektomi kortikal, jika diindiksikan
 Abses subperiosteal
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotic selama 48 jam
 Terjadi komplikasi contoh paralisis facialis, labirintis, komplikasi intracranial

47. Pasien usia 9th datang dengan keluhan keluar cairan dari lubang di depan lubang liang
telinga. Lubang baru diketahui pasien sejak umur 5th . (ga yakin)

a. Dx
Fistula preaurikular
b. Terapi
1. Antibiotic
2. Insisi dan drainase abses jika ditemukan abses
c. Edukasi
 Dapat dilakukan tindakan operasi diperlukan bila cairan keluar berkepanjangan atau
terjadi infeksi berulang sehingga mengganggu aktivitas dan saat operasi fistel harus
diangkat seluruhnya untuk mencegah kekambuhan

48. laki laki , 37 tahun, pegawai pabrik semen, penurunan pendengaran di kedua telinga, kiri
lebih berat. Pemeriksaan penala: Rinne AS(+) AD (negatif) ; Schwabach kanan memanjang,
kiri memendek; Weber lateralisasi ke kanan.

a. Diagnosis
Gangguan pendengaran tuli mendadak et cause trauma bising auris sinistra (kesan tuli
sensorineural sinistra)
b. Pemeriksaan
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik struktur luar dan dalam telinga
3. Pemeriksaan penunjang
 Tes garpu tala
Rinne positif, weber lateralisasi ke sisi yang sehat, schwabach memendek. Kesan : tuli
sensorineuroal
 Audiometri
 CT Scan kepala
 Pemeriksaan laboratorium
 Memeriksa kemungkinan infeksi virus, bakteri, hyperlipidemia, hipotiroidisme
c. Terapi
 Bed rest total selama kurang lebih 2 minggu
 Obat vasodilator (oral atau injeksi)
 Prednisone (kortikosteroid) 4x10 mg (2 tab), tapering off tiap 3 hari (hatihati pada
pasien DM)
 Vitamin C 500 mg 1x1 tab, vitamin E 1x1 tab
 Neurobion 3x1 tab
 Diet rendah garam dan rendah kolesterol
 Inhalasi oksigen 4x15 menit (2 lpm)
 Obat antivirus sesuai penyebab
 Terapi hiperbarik oksigen
49. laki laki, 65 thn, pusing berputar , tidak bisa berdiri tegak

a. Pemeriksaan?
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Tes pendengaran
 Evaluasi nervus N.III (tes keseimbangan seperti tes roomberg, stepping test, walking
test)
 Pemeriksaan fungsi serebelum : seperti : past pointing test,
 Pemeriksaan tes dixhallpike untuk mengevaluasi nistagmus
50. Wanita, 50thn, pusing berputar , telinga berdenging, penurunan pendengaran

a. Diagnosis
Dx: Meniere disease
b. Pemeriksaan
1. Anamnesis
Trias Meniere : vertigo + tinnitus + tuli sensorineural (terutama nada rendah)
 Serangan pertama sangat berat, yatu vertigo disertai muntah
 Vertigo bersifat periodic yang makin mereda pada serangan berikutnya
 Pada setiap serangan disertai gangguan pendengaran, jika tidak ada serangan maka
pendengaran kembali normal
 Tinnitus kadang menetap meskiun di luar serangan
 Perasaan penuh di telinga
2. Pemeriksaan fisik
 Otoskopi : tidak ada kelainan
 Tes garpu tala : tuli sensorineural (tes rinne +, tes weber lateralisasi ke sisi yang sehat)
 Nistagmus : dapat dilihat pada serangan akut
3. Pemeriksaan tambahan
 PTA : tuli sensorineural
 Speech audiometry, tes special audiometri
 Electrocochleography, tes kalori, tes gliserol
c. Terapi
1. Umum
 Mengurangi kecemasa, stress, dan aktivitas
 Berhenti merokok, diet rendah garam, mengurangi intake air, kopi, teh, dan alkohol
2. Fase akut
 Bed rest
 Vestibular sedative : dimenhidrinate, promethazine theoclate atau prochlorperazine
diberikan secara I.M atau I.V atau diazepam 510 mg diberikan secara I.V
 Vasodilator
Inhalasi carbogen (5% CO2 dengan 95% O2) atau
Histamine diphospate 2,75 mg dilarutkan dalam 500 ml D5 diberikan secara I.V
secara perlahan
3. Fase kronik
 Vestibular sedative: prochlorperazine 10 mg 2 s.d 3 x sehari p.o selama 2 bulan dan
kemudian dosis dturunkan 5 mg 2x sehari untuk bulan berikutnya
 Vasodilator
Asam nikotinat 50 mg 2 s.d 3 kali sehari diberikan 1 jam sebelum makan
Betahistine 8 s.d 16 mg 2 kali seari diverikan p.o
 Diuretic
Furosemide, jika tidak ada perbaikan dengan vestibular sedative dan vasodilator
 Eliminasi allergen
 Terapi gentamisin intratimpani
 Bedah, jika medikamentosa tidak berhasil

51. DD dari :
a. Otoconia (ini dikompilasi mbaknya sebelumnya tulisannya otofonia, tapi sepertinya typo
kayaknya yg bener otoconia)
Dd: BPPV (Benign paroksismal posisitional vertigo)
b. Tinitus nada tinggi
Dd: tuli sensorineural,
Tuli akibat intoksikasi obat ototoksik seperti streptomycin, salisilat, kina,
dehidrostreptomycin, garamycin, digitalis, kanamycin

Jika terdapat kesalahan dalam menjawab kami mohon maaf dan


mohon koreksinya ya teman teman
Semangat belajar untuk ujian
Semoga kita semua lulus dan lancer ujian THT nya
Aaamiin


Anda mungkin juga menyukai