Anda di halaman 1dari 7

BLOK 1.

3 Raafi Haidar Arrasyid

Sistem Pendengaran

KODE 5

A. FLO
1. Embriologi System Pendengaran
- Pembentukan Auris Interna
- Embrio 25 hari : Pembentukan Sulcus Medullaris ( lateral ectoderm,
dekat daerah pembelahan rhombecenphalon )

- Penebalan di surface ectoderm ( lamina otica/ otic placode )


- Invaginasi (kearah rhomben) menjadi Fovea otica
- Menutup menjadi Vesicula otica
- Vesicula Otica berkembang menjadi 2 :
a. Pars Utricula :
1. Utriculus 3. Ganglion Vestibular N.VII
2. Ductus Semicircularis 4. Ductus dan Saccus Endolymphaticus
b. Pars Saccula :
1. Sacculus 3. Ganglion Spirale N.VIII
2. Ductus Cochlearis

- Pembentukan Labryrinthus
a. Lab. Membranosus : bukan dari vesicula otica
b. Lab. Osseus : Lab. Membranosus yang ditutupi mesoderm lalu menjadi
kartilago yang mengalami penulangan
c. Degenarasi Mesoderm : Spatium Perilymphaticus ( isi cairan perilymphe )
- Pembentukan Macula, Crista, dan Organon Spirale
a. Embrio 15 mm dapat dibedakan sel indera dan penyokong
b. Embrio 18,5 mm mempunyai rambut, terbentuk bakal macula dan krista di
tengah
c. Macula Comunis ( Penebalan ganglion acusticum dari epithelium dinding
medial otocyst ) dibagi 2 bagian :
1. Bag. Atas jadi :
- Macula utriculi
- Crista Ampullaris Superior dan Lateralis
2. Bag. Bawah jadi :
- Macula Saculli - organon spirale
- Crista ampullaris posterior
3. Bag. Organon spirale tumbuh dengan ductus cochlearis pada lingkaran
pertama kearah cecum cupulare

d. Epithelium lamina basalis terjadi 2 krista : interna dan externa


e. Diatas krista ada substansi gelatin mengandung fibrillae ( bakal mebrana
tectoria )
f. Crista Interna
Bag. Dalam jadi limbus laminae spiralis
Bag. Luar sel epithelium jadi epithelium squamosum pada sulcus spiralis
inernus
Sel Epithelium jadi sel penyokong dan rambut
g. Ke dalam macula,kritae, dan organon spirale tumbuh sel saraf jadi
ganglion acusticum
h. Jaringan mensekim sekeliling vesicular otica ( otocyst ) jadi rapat
i. Luar otocyst jadi membrane propria dari epithelium dinding
j. Jaringan luar jadi kartilago ( capsula otica )
k. Minggu ke-10 kartilago jadi jar. Reticulum longgar
l. Otocyst dikelilingi jar.reticulum longgar ( ruangan perilymphatis ) ,
rongganya isi perylimph
m. Pada ductus cochlearis terjadi di luar dinding jadi lamina basilaris dan
membrane vestibularis ( berturut turut skala timpani dan skala
vestibule )
n. Bulan ke-5 kartilago yang mengelilingi otocyst dan perylimphatis jadi
tulang ( labrynt osseus )
- Pembentukan Auris Media
a. Pemadatan jar. Ikat jadi kartilago di arcus viscelaris ( arcus pharyngeus )
pertama lalu saling terlepas. Kartilaginaes tadi merupakan bakal malleus
dan incus diantaranya terjadi articulation serta terjadi penulangan
b. Pemadatan di arcus viscelaris kedua terlepas jadi bakal Stapes lalu
bersendi dengan incus dan menulang. Terdapat arteri yang menembus
a.stapedia namun bulan ke-3 hilang
c. Ossicula auditus dari dalam jar.ikat longgar dan pisah dari dinding bakal
cavum tympani yang terdiri atas tunica mucosa semakin lama meliputi
ossicula auditus. Saat lahir jar.ikat belum begitu hilang sehingga
pendengaran masi kurang
d. Auris Media :
1. Ossicula dari :
Malleus dari cartilage arcus pharringeus 1 ( Meckel’s Cartilage )
Incus dari cartlago arcus pharingeus 1
Stapes dari cartilage arcus pharingeus 2 ( N. VII )
2. Tuba Auditiva dan Calum tymphani ( arcus pharingeus 1 )
3. Membran Tympani dari arcus pharingeus 1 ( N. V3 dan X )
- Derivat Saccus Pharingeus ( Saccus viseralis )

- Pembentukan Auris Externa


- Pharyngeal groove ke 1  Meatus acusticus externus; dipersarafi oleh NC V3
dan NC IX.
- Saat lahir, di dalam meatus acusticus masih ada sel-sel epithelium yang telah
dilepaskan mka pendengaran belum baik.
- Epithelium dari saccus visceralis tumbuh kearah dinding bakal cavum tympani
mendekati epithelium saccus visceralis jadi cavum tympani.
- Kedua epithelium dipisah oleh jaringan pengikat akan jadi membrana tympani
serta manubrium mallei.
- Auricula

- Pada dataran luar arcus visceralis pertama ada tiga tonjolan dari ventral ke
dorsal. Tonjolan di ventral akan jadi tragus, tonjolan kedua dan ketiga (di
sebelah dorsalnya) akan jadi helix.
- Di arcus visceralis kedua ada tonjolan di sebelah ventral jadi antitragus
sedang tonjolan kedua dan ketiga di sebelah dorsalnya jadi antihelix.
- Auricula persarafan dari NC V3, VII, IX, X dan cervical C2-3
2. Fisiologi Produksi Serumen
Tipe : Basah dan Kering
Kering : berkeping, tipe ada 2 ( lunak ( anak ) dan keras ( banyak di dewasa ) ),
warna kuning emas, squomosa keratin
Basah : tipe ( cerumen putih : mudah larut , cerumen coklat : seperti jeli dan
lengket )
Letak :
Di sepertiga luar liang telinga dari epitel kulit ke arah membrane timpani karena
gerakan mengunyah
Manfaat :
- Melicinkan dinding telinga ( Lubrikasi )
- Mencegah serangga masuk
- Melindungi lapisan telinga
- Pembersih liang telinga
- Memiliki Ph mencegah bakteri

Mekanisme :

Kelenjar cerouminous terdapat di dinding superior dan bagian kartilago external


auditory canal.

Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar sebasea dari bagian atas
folikel rambut membentuk serumen.

Cerumen membentuk lapisan pada kulit external auditory canal bergabung dengan
lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada
permukaan yang mempunyai sifat antibakteri.
Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi cerumen. Pada
beberapa orang mempunyai jumlah serumen sedikit sedangkan lainnya cenderung
terbentuk massa serumen yang secara periodik menyumbat liang telinga

Penyebab Penyumbatan

1. Dermatitis Kronik saluran telinga luar


2. Saluran telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kental
4. Ada benda asing di telinga
5. Adanya eksositosis di saluran telinga
6. Serumen terdorong oleh tangan

Efek Penyumbatan :

1. Telinga Berdengung ( tinnitus )


2. Pusing ( Vertigo ) menekan membrane timpani
3. Batuk karna rangsangan N.X lewat cabang aurikuler

Impaksi :

Serumen membentuk massa padat yang melekat pada dinding external auditory
canal Impacted cerumen dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gatal, sakit,
gangguan pendengaran dan tinnitus.

Apabila impacted cerumen ini tidak ditangani maka akan menyebabkan ketulian,
gangguan dalam bersosialisasi, kinerja yang tidak bagus dan paranoia ringan.

Pemeriksaan otoskopi harus dilakukan untuk memastikan bahwa yang


menyumbat liang telinga adalah cerumen dan bukan benda asing lainnya.

Untuk mengatasi impacted cerumen dapat dilakukan irigasi untuk melunakkan


cerumen dengan menggunakan atau tidak menggunakan ceruminolytic.
Ceruminolytic diberikan paling tidak satu jam sebelum dilakukan pembersihan
liang telinga, tetapi lebih baik apabila digunakan beberapa kali dalam sehari
sebelum pembersihan liang telinga.

Semakin keras dan kering, maka cerumen akan membutuhkan waktu lebih lama
untuk melunak. Sedangkan semakin lunak, maka cerumen akan lebih mudah
untuk dibersihkan.

Untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi membran timpani dapat digunakan


ear irrigator tip yang mencegah air mengenai membran timpani.

3.Penuaan di Sistem Pendengaran ( Prebikusis )

a. Telinga bagian dalam


Penurunan fungsi sensorineural karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak
berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi.

Efeknya kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk mendeteksi


volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti
beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l)

b. Telinga bagian tengah

Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani, pengapuran
dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan kaku.

Efeknya adalah gangguan konduksi suara.

c.Telinga Bagian luar

Rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi lebih tipis dan kering, dan peningkatan
keratin. Implikasi dari hal ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada
gangguan konduksi suara

B. Praktikum
1. Jenis Gangguan
(a). Tuli Konduktif
Beberapa penyebab tuli konduktif adalah abnormalitas telinga luar atau tengah,
adanya cairan di telinga tengah dan akumulasi cerumen di external auditory canal;
(b). Tuli Sensorineural
Biasanya bersifat herediter dan disebabkan oleh kelainan sel rambut yang berada di
telinga dalam yang berfungsi untuk mengubah getaran suara menjadi implus yang
akan dihantarkan ke otak
(c). Tuli Campuran
merupakan suatu penyakit, misalnya: radang telinga tengah dengan komplikasi ke
telinga dalam atau merupakan dua penyakit berlainan, misalnya tumor nervus VIII
(tuli sensorineural) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif)
2. Test Rhinne, Shwabach dan Weber
(a). Tes Rinne, adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa
Mekanisme :
Tes Rinne dilakukan dengan cara meletakkan suatu garputala frekuensi tinggi (512
Hz) yang bergetar pada tulang mastoid pasien dan meminta kepada pasien untuk
memberitahu kapan getaran garputala tersebut tidak terdengar lagi, kemudian dengan
cepat garputala tersebut diletakkan 1–2 sentimeter di depan liang telinga, dan
kemudian bertanya kembali kepada pasien apakah getaran tersebut masih dapat
terdengar.
Hasil :
Pendengaran normal:
Konduksi udara seharusnya lebih besar daripada konduksi tulang dan pasien
seharusnya mampu mendengar garputala yang diletakkan di depan liang telinga
setelah ia tidak mampu lagi mendengarnya di mastoid.

Pendengaran abnormal:

Jika mereka tidak mampu mendengar garputala setelah tes mastoid, hal itu berarti
konduksi tulang lebih besar daripada konduksi udara. indikasi hambatan getaran
suara mulai dari liang telinga, telinga tengah, hingga koklea (misal: adanya tuli
konduksi).
Pada tuli sensorineural kemampuan mendengar garputala baik oleh konduksi tulang
dan udara mengalami penurunan. Pasien dengan tuli sensorineural hearing biasanya
dapat mendengar lebih baik pada proses mastoid daripada proses udara, namun
mengindikasikan adanya suara yang terhenti lebih cepat daripada pasien dengan tuli
konduksi.

(b). Tes Weber, adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang
telinga kiri dan telinga kanan. Hasil tes Rinne harus dibandingkan dengan tes Weber
untuk mendeteksi gangguan pendengaran sensorineural.
Mekanisme :
1. Penguji meletakkan garputala di tengah kepala Pasien
2. Pasien mencatat di bagain telinga mana getaran yang terasa; telinga kiri, telinga
kanan, keduanya
Hasil :
Pendengaran normal akan menghasilkan getaran yang sama di kedua telinga.
Gangguan pendengaran konduktif akan menyebabkan getaran terasa di telinga
yang tidak normal.
Gangguan pendengaran sensorineural akan menyebabkan getaran terasa di telinga
normal.
(c). Tes Schwabach, yaitu membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
Mekanisme :
1. Garpu Tala Digetarkan
2. Tangkai Garpu tala diletakkan di proc. Mastoideus O.P sampai tidak terdengar
bunyi
3. Tangkai garpu tala dipindahkan ke pro.mastoideus telinga pemeriksa yang normal
4. Bila pemeriksa masih mendengar berarti terjadi pemendekan
5. Bila pemeriksa tidak mendengar percobaan diulangi dengan cara sebaliknya
6. Bila pasien masih mendengar berarti terjadi pemanjangan

Anda mungkin juga menyukai