Anda di halaman 1dari 36

STEP 7

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pendengaran ?

I.TELINGA LUAR
a. Daun Telinga (pinna atau aurikel) :
 merupakan lipatan kulit yang membungkus fibrokartilago, kecuali
pada bagian lobulus dan anti helix.
 melekat di kepala , erat oleh ligamen dan otot.
b. Liang Telinga Luar (meatus auditorius eksternus) :
Meatus Auditorius eksternus terdiri atas 2 bagian :
1. Pars kartilagenus.
2. Pars osseus.
• Bagian. tulang rawan → 1/3 bag. lateral (± 8 mm ) lanjutan kartilago
aurikula, di dalamnya terdapat : rambut, kelenjar sebasea, kelenjar
sudorifera, kelenjar serumenosa. Kulitnya melekat erat pada
perikondrium.
Bagian. tulang → 2/3 bag. ( ± 16 mm ) kulit melekat erat di tulang.
Struktur ini tidak berambut dan memiliki bagian sempit yang disebut
ismus meatus akustikus eksterna. Juga tidak mobil terhadap jaringan
disekitarnya. Isthmus : penyempitan pada junctura kartilago - ossea

II.TELINGA TENGAH
Pembagian secara Anatomis :
1. mb. timpani
2. cavum timpani
3. tuba eustachii
4. mastoid dan selulae

1.Membran Timpani
Termasuk telinga tengah oleh karena sebagian besar proses patologisnya
berasal dari cavum timpani
♦ pars flasida/ mb. Sharpnell; mempunyai stratum kutaneum dan
stratum mukosum
♦ pars tensa / tegang ; mempunyai 3 lapisan : stratum kutaneum,
stratum fibrosum, stratum mukosum

Ciri-ciri membrana timpani, yaitu :


1) Posisi. Membrana timpani membentuk sudut 450 terhadap
bidang horisontal dan sagital. Tepi bawahnya 6 mm lebih ke
medial daripada tepi atas. Letaknya lebih horisontal & frontal
pada bayi dibawah 1 tahun.
2) Warna. Membrana timpani berwarna putih mengkilat seperti
mutiara.
3) Ukuran. Tingginya 9-10 mm & lebarnya 8-9 mm.
4) Bentuk. Membrana timpani berbentuk oval dan lebih condong ke
anterior.

2. Cavum Timpani
 Bentuk kubus ireguler
 Berhubungan dengan nasofaring mell. Tuba auditiva eustachii
 Berhubungan dengan anthrum mastoidea mell. Aditus ad anthrum.
 Isi cavum timpani (visera timpani)
- tulang pendengaran : maleus, inkus dan stapes
- ligamentum : malei lateral, malei superior,inkudis posterior.
- tendo otot : m.tensor timpani dan m.stapedius
- saraf : chorda timpani (cabang n.fasialis),dan n. stapedius

Cavum tympani adalah rongga berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis
Struktur: memiliki 4 dinding, atap, dan dasar

DINDING
Terdiri dari dinding lateral, medial, medial dan posterior
a) Dinding lateral
Terutama terisi oleh membrana tympani dan cincin tulang tempat
perlekatan membran tympany, pars squamosa os temporalis
Terdapat bangunan chorda tympani, yang menyilang pars flacida
membrana tympani (posterior ke anterior)

b. Dinding medial
 memisahkan cavum tympany dengan telinga dalam, terdapat
beberapa bangunan pada dinding medial, antara lain:
1. Fenestra vestibuli, menuju telinga dalam
a. lateral : basis stapedius
b. medial : perilymphe vestibuli
2. Fenestra Cochlearis : medial ; perilymphe dari ujung saluran cochlea
3. Promontorium : dibentuk dari tonjolan bagian cochlea dan
mengandung serabut saraf dari plexus tympanicus
4. Tonjolan dari canalis nervus facialis

c. Dinding anterior
Bangunan-bangunan yang terdapat pada dinding anterior:
1. Tuba auditiva (eustachii), berfungsi utk meyamakan tekanan telinga
tengah dan faring
2. Canalis untuk musculus tensor tympanicus
3. Cabang-cabang arteri carotis interna

d. Dinding posterior
Bangunan-bangunan yang terdapat pada dinding posterior:
1. Aditus dan antrum mastoideum.
2. Eminentia pyramidalis (berisi M.stapedius)

ATAP
Tegmen tympani (bagian dari os petrosum), memisahkan cavum
tympany dgn fossa cranii media

DASAR
memisahkan cavum tympany dari a. carotis interna dan v. jugularis
interna
Dibentuk oleh:
1. Lamina tympanica (os petrosum)
2. Fossa jugulare
3. Canalis caroticus
4. Nervus Jacobsen (cabang tympanica N.IX)
Cavum tympani dapat diibaratkan sebuah kubus 6 sisi, yang bila dibuka
akan tampak sbb:

OSSICULA AUDITIVA
1. Malleus
Bagian-bagian:
a. caput : bersendi dengan incus
b. leher (collum mallei)
c. manubrium
(i) tempat insertio M.tensor tympanicum
(ii) melekat pada membran tympani
d. processus anterior : berhubungan dengan fissura petrotympanicum
e. processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrana
tympani

2. Incus
Bagian-bagian:
a. corpus : bersendi dengan caput mallei
b.crus longum : bersendi dengan caput stapedii
c. crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus

3. Stapes
Bagian-bagian:
a. caput : bersendi dengan incus
b. collum : tempat insertio M.stapedius
c. crus : menghubungkan collum dengan basis
d. basis : melekat pada fenestra ovalis
*persendian ossicula auditiva: articulatio synovial
*fungsi:menghantarkan getaran suara ke telinga dalam

Otot-otot
1. M.stapedius
a. origo : pyramida pada dinding posterior
b. insertio : collum stapedii
c. persarafan : N.facialis
d. fungsi : relaksasi basis stapedii di fenestra ovalis,
untuk mengurangi tegangan di membrana tympani
2. M.tensor tympani
a. origo : pars cartilago tuba auditiva
b. insertio : manubrium mallei
c. persarafan : cabang N.pterygoidi medialis
(N.mandibularis)
d. fungsi : menarik membrana tympani ke dalam dan menekan basis
stapedii pada fenestra ovalis, sehingga membrana tympani menjadi
lebih tegang

3. Tuba Auditiva/Eustachii
Menghubungkan C.timpani dengan nasofaring
Terdiri dari 2 bagian :
♦ pars osseus ; 1/3 bag. lateral (± 12 mm) dan selalu terbuka
♦ pars cartilaginosa/ membranasea ; 2/3 bag.medial (± 24 mm) dan
selalu tertutup
o Terbuka ok → kontraksi m. tensor timpani dan m.tensor veli
palatini serta m. levator velipalatini, yaitu pada
saat meniup, menelan, buka mulut,
menghisap. Keadaan normal- istirahat.
o Pada anak ; lebih pendek, lebih lebar, lebih horisontal → sering terjadi
OMA

4. Mastoid
a) Dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa dari os temporal
b) Di sini melekat : m. sternokleidomastoideus dan m. digastrikus venter
posterior.
c) Mengandung rongga-rongga udara yg dis. selulae-selulae dan berhub
dg. Anthrum.
d) Anthrum sudah ada sejak lahir – selulae terbentuk sejak kehidupan
tahun-tahun pertama sampai usia 5-6 th.→ proses pneumatisasi
(Diktat)

III. TELINGA DALAM


Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan
Labyrinth ossea
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Di dalamnya terdapat labyrinth membranacea yang
terdiri dari 3 bagian :
1. Vestibulum
2. Cochlea
3. Canalis semicircularis
 Vestibulum
1. Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang)
2. Isi
a. sacculus
b. utriculus
c. sebagian dari ductus endolymphaticus
 Cochlea
 Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
1. Berbentuk konus (seperti rumah keong)
2. Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti
spiralis
3. Isinya duktus cochlearis
4. Membrana basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala tympani
dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya.
5. Membrana vestibularis
Diantara membrana vestibularis dan membrana basilaris terdapat spiral organ atau
organ dari Corti

 Canalis Semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetik
Terdiri dari 3 buah canalis
1. Anterior
2. Posterior
3. Lateral
Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan
yang lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
pada satu ujungnya melebar membentuk ampula

FISIOLOGI PENDENGARAN
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah
meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga
dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak
untuk diolah.

1. Susunan Telinga
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani
(gendang telinga). Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah
daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju
gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan
rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin
yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara
agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui
membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui
jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang
transparan.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari
gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela
oval.

c. Telinga dalam
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran
setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan
keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga
saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval,
saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan
saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran
vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner,sedangkan di
antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapatmembran basiler. Dalam saluran
tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel
dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk
mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan
dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler
danberhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf
pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebutorgan Korti.

CARA KERJA INDRA PENDENGARAN


Gelombang bunyi  telinga luar menggetarkan gendang telinga  diteruskan
oleh ketiga tulang dengar  jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval 
ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum  menggerakkan membran
Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah  Perpindahan getaran
cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan
sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Basiler  menggerakkan
sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran
basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls
yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

Gbr. Alat-alat keseimbangan pada telinga

2. Mengapa anak mengeluh nyeri pada telinga kanan dan tidak mau makan
dari semalam ?
- Nyeri di telinga kanan
Merupakan tanda inflamasi pada membran timpani terjadi edem
maka akan terasa nyeri karena adanya retraksi pada membran
timpani.
Inflamasi akan ada cairan atau eksudat menyebabkan edem
menekan saraf yang ada di telingga sehingga menyebabkan nyeri
Didalam telinga ada flora normal coryneobacterium epidermidis
misal ada batuk/ pilek adanya proses inflamasi akan ada
akumulasi cairan di telinga di bagian tengah menekan membran
timpani peradangan di membran timpani menonjol, jika lebih
parah maka cairan akan keluar

Telinga luar tulang lunak, persarafan sedikit batasan telinga tengah


dan luar membran timpani
Telinga dalam banyak terdapat persarafan

- Mengapa nyeri terdapat di telinga tengah ?


- Mengapa pada bulging didapatkan eksudat ?
3. Apa hubungan keluhan dengan batuk pilek pada anak?
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran
tersebut  sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran  tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri  Sel-sel darah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri  Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan
sekitar saluran Eustachius  menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga
tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak  pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga
dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga
45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan
yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut  akhirnya dapat merobek
gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media
supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan
dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang
tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI
- Muara tuba eustachii ?
Muara di dinding anterior cavum timpani yang ada di telinga bagian
tengah, fungsi tuba eustachii untuk menyamakan tekanan telinga
tengah dan faring. Penghubung nasofaring ke timpani, dikarenakan
ada dua pars, diantara pars ada celah sempit isthmus.
- Bagaimana penyebarannya ?
Perkontinuitatum
- Fungsi tuba ?
 Proteksi kuman enzim dan antibodi
 Aerofungsi mengatur tekanan dalam saluran. Tuba eustachii
tertutup pada batuk pilek apa yang terjadi ?
 drainase
- Hubungan perubahan tekanan ?
4. Mengapa telinga kanan anak kurang dapat mendengar dan macam
macam tuli?

MACAM MACAM PENURUNAN PENDENGARAN


1. Tuli konduktif  Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan
oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah.

Etiologi :

o Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan telinga tengah dan akan


terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa aneurisma akan
menyebabkan telinga berbunyi sesuai dengan denyut jantung.

o Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialisis yang disebut korda
timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda timpani
terjepit, sehingga timbul gangguan pengecap.
2. Tuli saraf (sensorineural deafness)  Pada tuli saraf (perseptif, sensorineural)
kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di pusat pendengaran.
Terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.

Etiologi :

o Di dalam telinga dalam terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-
obat dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli
saraf. Setelah pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala
gangguan pendengaran berupa tuli saraf dan gangguan keseimbangan.

3. Tuli campur (mixed deafness)  disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli
saraf. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya radang telinga tengah
dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan,
misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).

5. Mengapa pada pemeriksaan otoskopi didapatkan membran timpani


dextra hiperemis, merah membara dan bulging positif ?
STADIUM SUPURASI

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah).


Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial
hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani
ke arah liang telinga luar.

Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa
membran timpani Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna
kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler
membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum
timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.

Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga
nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada
membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup
kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani
tidak utuh lagi.

- Cara memeriksa dan cara menilai membran timpani ?


Pemeriksaan otoskopi
- Stadium peradangan:
Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan dengan corakan
pembuluh darah sepanjang maleus dan annuluslanjutmembran timpani
menebal dan memerah. Pars tensa mengembung dan bagianya tak jelas. Hal ini
menunjukkan bahwa membran timpani terancam perforasi.

- Stadium supurasi:
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering berpulsasi, keluar
melalui perforasi pada pars tensa membran timpani. Bila dapat terlihat, tampak
mukosa menebal, berwarna merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi yang
kecil mungkin tampak mukosa yang edem menonjol keluar melalui lubang perforasi
dan sekret keluar dari tengahnya=perforasi puting susu.

- Stadium komplikasi
Tampak dinding postero superior liang telinga menggantung (sagging). Gambaran
membran timpani tidak jelas berbeda dengan sebelumnya.

Penyakit THT, Kepala dan Leher, John Jacob Ballenger

6. Apa interpretasi dari pemeriksaaan fisik nyeri tarik aurikula (-), nyeri
tragus (-) nyeri ketok retroaurikular (-) dan hubungannya dengan apa?

KELAINAN DAUN TELINGA


a. HEMATOMA

 Disebabkan trauma  terdapat penumpukan bekuan darah di antara


perikondrium dan tulang rawan  jika tidak dikeluarkan terjadi hematoma,
hingga tonjolan menjadi padat dan permanen

 Cara mengeluarkan bekuan darah insisi steril

 Komplikasi : perikondritis

b. PERIKONDRITIS (radang tulang rawan daun telinga)

 Disebabkan : trauma, pasca operasi telinga (mastoiditis), komplikasi


pseudokista

 Komplikasi : tulang rawan hancur dan menciut serta keriput  telinga lisut
(cauliflower ear)

c. PSEUDOKISTA
 Terdapat cairan kekuningan di antara tulang rawan daun telinga dan
perikondrium

 Pasien tidak merasa nyeri

 Terapi:

 Dilakukan pungsi balut tekan atau dengan gips selama 1 minggu (supaya
perikondrium melekat pada tulang rawan).

-Jika perlekatan tidak sempurna dapat kekambuhan

-jika pungsi tidak steril  terjadi perinkondritis hingga telinga lisut (cauliflower
ear)

KELAINAN LIANG TELINGA


a. SERUMEN

Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan kelenjar serumen yang terdapat di
kulit 1/3 luar liang telinga. Keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang
telinga, akan keluar sendiri pada waktu mengunyah, setelah sampai di luar liang telinga
akan menguap oleh panas.

 Konsistensi lunak, kadang padat  dipengaruhi faktor keturunan, iklim, dan


usia.

 Fungsi serumen : efek proteksi  membantu membawa kotoran yang ada di


liang telinga, seperti penglepasan kulit, debu yang masuk ke liang telinga.

 Serumen menumpuk di liang telinga : menimbulkan gangguan pendengaran,


menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu di liang telinga.

 Terapi:

-jika serumen cair  dibersihkan dengan mempergunakan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas

-jika serumen padat  dikeluarkan dengan pengait atau kuret, jika sukar diberikan
karbogliserin 10% selama 3hari,

-atau dengan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh

b. BENDA ASING DI LIANG TELINGA

Benda asing :
-berupa benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuh-tumbuhan atau
mineral.

-pada anak kecil ditemukan kacang hijau, karet penghapus

Pada orang dewasa: potongan korek api, binatang: kecoa, semut, atau nyamuk.

 Mengeluarkan benda asing harus hati-hati, dapat dilakukan anestesi lokal, pada
anak-anak harus dipegangi sehingga kepalanya tidak bergerak

 Mengeluarkannya:

o Binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu sebelum


dikeluarkannya  memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu
meneteskan cairan ,misal rivanol 10 menit  benda asing diirigasi dgn
air bersih untuk mengeluarkannya atau dgn pinset.

INFEKSI DAN RADANG

a. FURUNKULOSIS (OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA)

Kondisi umum ini terbatas pada bagian kartilaginosa meatus akustikus eksternus.
furunkulosis dimulai dari suatu folikel pilosebaseus dan biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus atau S.albus.

b. INFEKSI JAMUR (OTOMIKOSIS)

dua jenis jamur yang sering menyebabkan reaksi radang liang telinga adalah :

Pityrosporum

Hanya menyebabkan sisik superfisial yang menyerupai ketombe pada kulit kepala atau
dapat menyertai suatu dermatitis seboroika yang meradang atau dapat menjadai dasar
berkembangnya infeksi lain yang lebih berat seperti furunkel atau perubahan
ekzematosa

Aspergillus (A.niger , A.flavus)

Jamur ini kadang2 didapakan dari liang telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa
tersumbat dalam telinga , atau dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis
atau gendang telinga dan menimbulkan gejala2 akut

c. HERPES ZOSTER OTIKUS

Awitan suatu paralisis wajah seringkali bersama otalgia dan erupsi herpetik pada
bagian2 telinga luar dianggap sbg akibat infeksi virus pada ganglion genikulatum.Lesi
kulit vesikuler mungkin hanya terbatas pada sebagian liang telinga yang dipersarafi oleh
suatu cabang sensorik kecil dan saraf cranialis ketujuh atau dapat meluas ke aurikula
atau telah menghilang saat pasien datang ke dokter.Kombinasi gejala lainnya dapat
timbul dengan adanya keterlibatan progresif serabut2 saraf akustikus dan vestibularis
dari saraf kedelapan
d. PERIKONDRITIS

Kondisi ini terjadi bila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di
antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar.Umumnya trauma berupa
laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan
telinga.Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma.

e. INFEKSI DAN RADANG KRONIK

Infeksi bakteri pada liang telinga dapat menjadi kronik karena tidak diobati, pengobatan
yang kurang memadai , trauma berulang , adanya benda asing seperti cetakan alat bantu
dengar, atau otitis media yang terus menerus mengeluarkan sekret.Dalam
penetalaksanaanya perlu dilakuakan identifikasi organisme penyebab dan faktor2 yang
mendukung sifat kroniknya

Infeksi jamur kronik yang paling sering dijumpai oleh THT adalah infeksi pada rongga
mastoid yang memerlukan pembersihan

f. OTITIS EKSTERNA NEKROTIKANS

Adalah suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan lunak telinga.Kondisi ini
disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan biasanya ditemukan pada penderita diabetes
lansia serta dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas

g. POLIKONDRITIS BERULANG

Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan dan destruksi
tulang rawan.Merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata , melibatkan hidung
dan telinga pada 80 -90 % kasus.Deformitas aurikula menyerupai suatu perikondritits
akut yang infeksius atau suatu telinga bunga kol yang meradang

TRAUMA

a. LASERASI

seringkali sbg akibat pasien mengorek-ngorek telinga dengan jari atau suatu alat seperti
jepit rambut klip kertas.Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan perdarahan
sementara yang membuat pasien cemas shg ia menghubungan dokter

b. FROSTBITE

frostbite pada auricula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah
dengan angin dingin yang kuat.Pemanasan yang cepat dianjurkan sbg terapi.

c. HEMATOMA

Seringkali ditemukan pda pegulat atau petinju.jika tidak diobati dpt berakibat
terbentuknya telinga bunga kol.
1. malformasi

Berbagai kelainan kongenital pada telinga luar dan kanalis berasal dari gangguan
perkembangan arkus brankialis pertama dan kedua.Yang paling mencolok adalah
deformitas aurikula.Salah satu bentuk tersering adalah telinga yang jatuh (lop-ear)
dimana telinga menggantung secara berlebihan

Malformasi aurikula lainnya termasuk pinna yang sangat besar atau kecil(makrosia dan
mikrosia).Cacat kongenital seperti apendiks telinga rudimenter dan bahkan tidak
adanya telinga, kadang2 dapat ditemukan dan mungkin pula disertai stenosis liang
telinga total atau parsial

2. neoplasma

Berbagai lesi tidak lazim pada aurikula dan liang telinga salah satunya adalah
osteoma.merupakan suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang tampak sebagai
benjolan tunggal, keras , bundar yang menempel melalui suatu pedikel tulang yang kecil
pada sepertiga bagian dalam (bagian tulang) liang telinga

KELAINAN TELINGA TENGAH DAN MASTOID


1. PENYAKIT MEMBRAN TIMPANI

penyakit membran timpani dengan suatu proses patologik primer dapat menimbulkan
gambaran berikut :

- membrana timpani dapat menebal akibat peradangan

- dapat pula berbercak-bercak putih tebal atau menjadi putih dan tebal
seluruhnya akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan
tengahnya sebagai akibat peradangan terdahulu (timpanosklerosis)

- membrana timpani dapat pula tipis akibat hilangnya lapisan tengah


(membrana propria),hal ini hampir selalu disebabkan disfungsi
ventilasi tuba eustachius

2. GANGGUAN TUBA EUSTACHIUS

- tuba eustachius paten abnormal

yaitu selalu terbuka sehingga udara dapat masuk ke dalam telinga tengah selama
respirasi

- mioklonus palatum
merupakan suatu kondisi yang jarang dijumpai , diamna otot2 palatum mengalami
konraksi ritmik secara berkala.Akibatnya berupa bunyi klik pada telinga pasien dan
mungkin dapat pula didengar pemeriksa

- obstruksi tuba eustachius

dapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuk peradangan seperti nasofaringitis


atau adenoiditis.Dapat pula disebabkan oleh benda asing misalnya tampon posterior
untuk pengobatan epistaksis atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu
agresif shg terbentuk parut atau penutupan tuba

- palatoskisis

dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangnya penambat otot tensor
veli palatini

- barotrauma

adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang terjadi pada saat
menyelam atau saat terbang.Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah , hal
ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustachius

3. GANGGUAN PADA RANTAI OSSIKULA

- kelainan kongenital

osikula dapat mengalami kelainan bentuk , terputus ataupun terfiksasi secara


kongenital.Kelainan osikula biasanya disertai anomali perkembangan lainnya dari kedua
arkus brankialis pertama dan kedua misalnya sindrom Treacher – Collins, yaitu stenosis
telinga kongenital dengan disostosis maksilofasial.Deformitas osikula dapat pula terjadi
sendiri

- otosklerosis

merupakan gangguan autosomal dominan yang terjadi pada pria maupun wanita dan
mulai menyebabkan tuli konduktif progresif pada awal dewasa

KELAINAN TELINGA DALAM


1. TUMOR AKUSTIK

tumor telinga dalam yang paling sering menyebabkan ketulian adalah suatu neuroma
akustik adalah tumor jinak sel Schwann yang membungkus saraf kedelapan , paling
sering terjadi pada bagian keseimbangan dari saraf kedelapan

2. TRAUMA
trauma ledakan dapat menimbulkan gelombang kontusi yang mengakibatkan lebih
banyak kerusakan pada telinga tengah dibandingkan telinga dalam , namun dapat
terjadi ketulian sensorineural nada tinggi pada jenis cedera ini

3. PRESBIKUSIS

adalah ketulian setelah beberapa waktu akibat mekanisme penuan dalam telinga dalam .

Sumber : BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Adams , Boies , Higler

7. Mengapa disarankan untuk membawa ke spesialis tht dan dilakukan


parasintesis ?
8. apa saja pemeriksaan lain yang perlu dilakukan pada telinga ?
Pemeriksaan otoskopi

- Stadium peradangan:
Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan dengan corakan
pembuluh darah sepanjang maleus dan annuluslanjutmembran timpani menebal dan
memerah. Pars tensa mengembung dan bagianya tak jelas. Hal ini menunjukkan bahwa
membran timpani terancam perforasi.

- Stadium supurasi:
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering berpulsasi, keluar melalui
perforasi pada pars tensa membran timpani. Bila dapat terlihat, tampak mukosa menebal,
berwarna merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi yang kecil mungkin tampak
mukosa yang edem menonjol keluar melalui lubang perforasi dan sekret keluar dari
tengahnya=perforasi puting susu.

- Stadium komplikasi
Tampak dinding postero superior liang telinga menggantung (sagging). Gambaran
membran timpani tidak jelas berbeda dengan sebelumnya.

Penyakit THT, Kepala dan Leher, John Jacob Ballenger

Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan rontgen mastoid : untuk melihat perluasan infeksi dari telinga tengah ke
daerah tulang mastoid, serta adanya gambaran kolesteatoma
- Pemeriksaan CT scan kepala : untuk melihat kelainan di intrakranial. Sebelum ada CT
scan, dilakukan pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan ventrikulografi untuk
mendiagnosis kelainan intrakranial. Tetapi, pemeriksaan ini sangat infasif
- Pungsi lumbal : diperlukan untuk melihat adanya infeksi di likuor serebrospinal,
susunan kimiawi, dan peninggian tekanan likuor, serta untuk pemeriksaan
mikroresistensi kuman. Pungsi lumbal sebaiknya tidak dilakukan bila terdapat tanda
tekanan intrakranial yang tinggi, terutama bila terdapat sakit kepala yang hebat, serta
kesadaran yang menurun. Pada keadaan demikian harus dikonsulkan ke dokter ahli
saraf
- Pemeriksaan mikroresistensi kuman yang diambil dari sekret telinga
( Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung Tenggorok, FKUI )

9. Apa DD dan diagnosis ?

OTITIS EKSTERNA
D EFINISI

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit.

E TIOLOGI

Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang,
kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi
pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan
goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar
merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear).3 Bentuk yang
paling umum adalah bentuk boil (Furunkulosis) salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3
liang telinga luar. Pada otitis eksterna difusa disini proses patologis membatasi kulit
sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya
idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan
disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling sering adalah
antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin, polimixin, anti bakteri
(clioquinol, Holmes dkk, 1982) dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal
dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin
digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi merupakan penyakit yang paling umum dari
liang telinga luar seperti otitis eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.2
P ATOFISIOLOGI

Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel
kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan
ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air
yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut
pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.

K LASIFIKASI

Penyebab tidak diketahui :


 Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
 Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
 Otitis eksterna membranosa.
 Meningitis kronik idiopatik
 Lupus erimatosus, psoriasis

Penyebab infeksi
 Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.
 Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna
granulosa, perikondritis.
 Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.
 Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
 Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum, variola
dan varicella.
 Protozoa
 Parasit

4.3. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata, ekskoriasi,


neurogenik.
4.4. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat,
dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.
4.5. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom vesikel dan
bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi).
4.6. Perubahan senilitas.
4.7. Deskrasia vitamin
4.8. Diskrasia endokrin.2

Klasifikasi Otitis Eksterna menurut G.G.Browning : 2


Klasifikasi Subklasifikasi
Lokal ( Furunkulosis)
Otitis Eksterna Difus Idhiopatik
Trauma
Iritan
Alergi
Bakteri, fungal
Iklim dan lingkungan
Keadaan Umum Kulit Dermatitis Seboroika
Dermatitis Alergi
Dermatitis Atopik
Psoriasis
Invasif
(granula/Nekrotizing Maligna)
lainnya (Keratosis Obturan)

Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel/ bisul)


Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang
telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di
liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta  berupa rasa sakit (biasanya dari ringan
sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah
makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit
bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar
liang telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta : 8


 Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol
dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada abses dan
tampon larutan rivanol 0,1%.
 Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.
Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak
diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
 Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya
penyakit diabetes melitus.8

Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab
lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga
terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul).
Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-
kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir
(musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada
kasus otitis media. 5
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik. 6

Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida
albikans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering
pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan
asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang
diberikan secara topikal. 6

G EJALA DAN TANDA KLINIS


Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa
sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan
dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang
telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang
sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang
telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.2

Tanda-tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 4
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.
Menurut Senturia HB (1980) :
Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan edema kulit liang telinga merupakan
tanda-tanda klasik dari otitis diffusa akuta. Bau busuk dari sekret tidak terjadi. Otitis
eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu : 2
1. “Pre Inflammatory“
2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)
3. Radang kronik

D IAGNOSIS B ANDING

Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Kondritis
- Furunkulosis dan karbunkulosis
- dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium dini
diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna. Tumor ganas yang
paling sering adalah squamous sel karsinoma, walaupun tumor primer seperti
seruminoma, kista adenoid, metastase karsinoma mamma, karsinoma prostat, small (oat)
cell“ dan karsinoma sel renal. Adanya rasa sakit pada daerah mastoid terutama dari
tumor ganas dan dapat disingkirkan dengan melakukan pemeriksaan biopsi.2

Penatalaksanaan
Terapi otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul) yang sudah membentuk
abses, yaitu :
 Aspirasi. Lakukan aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah.
 Antibiotik topikal. Berikan salep antibiotik misalnya polymixin B dan bacitracin.
 Antiseptik. Berikan asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%.
 Insisi. Lakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding tebal. Pasang salir (drain)
untuk mengalirkan nanah.
 Antibiotik sistemik. Biasanya kita tidak perlukan.
 Obat simptomatik. Berikan analgetik dan penenang.
Terapi otitis eksterna difus, yaitu :
 Tampon. Berikan tampon yang mengandung antibiotik.
 Antibiotik sistemik. Kadang-kadang perlu kita berikan.

OTITIS MEDIA AKUT


D EFINISI

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh
periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

E TIOLOGI

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.
Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu
faktor penyebab yang paling sering.
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,
Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%),
Pneumococcus.
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya
otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar,
dan letaknya agak horisontal.

P ATOGENESIS

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri
melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga
terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah
putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.
Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya
sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga
akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media
supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan
daya tahan tubuh yang kurang baik.

S TADIUM

OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:


1. Stadium oklusi tuba eustachius
a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.
b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.
c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.
2. Stadium hiperemis
a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
a. Membran timpani menonjol ke arah luar.
b. Sel epitel superfisila hancur.
c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
tambah hebat.
4. Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur.
b. Keluar nanah dari telinga tengah.
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan
tubuh baik.

D IAGNOSIS

Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi serta
ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu
tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi
ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak
tertidur tenang.
Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.
Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan keadaan membran
timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian membran timpani dapat dilihat
melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang terdapat pada membran
timpani bermacam-macam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik, subtotal, dan total.

A NAMNESIS

Pemeriksaan
Dengan Otoskopi : (melihat gendang telinga/MT)

- merah muda→ merah membara (rubor)

- bulging (adanya pustulasi)

- bercak kuning (daerah nekrosis)→ perforasi

Pemeriksaan dg. garpu tala:

→ adanya tuli hantaran

- Rinne : positif , BC > AC

- Weber : lateralisasi ke yg sakit


- Scwabach : memanjang

Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

Pemeriksaan otoskopi

- Stadium peradangan:
Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan dengan corakan
pembuluh darah sepanjang maleus dan annuluslanjutmembran timpani menebal dan
memerah. Pars tensa mengembung dan bagianya tak jelas. Hal ini menunjukkan bahwa
membran timpani terancam perforasi.

- Stadium supurasi:
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering berpulsasi, keluar melalui
perforasi pada pars tensa membran timpani. Bila dapat terlihat, tampak mukosa menebal,
berwarna merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi yang kecil mungkin tampak
mukosa yang edem menonjol keluar melalui lubang perforasi dan sekret keluar dari
tengahnya=perforasi puting susu.

- Stadium komplikasi
Tampak dinding postero superior liang telinga menggantung (sagging). Gambaran
membran timpani tidak jelas berbeda dengan sebelumnya.

Penyakit THT, Kepala dan Leher, John Jacob Ballenger

Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan rontgen mastoid : untuk melihat perluasan infeksi dari telinga tengah ke
daerah tulang mastoid, serta adanya gambaran kolesteatoma
- Pemeriksaan CT scan kepala : untuk melihat kelainan di intrakranial. Sebelum ada CT
scan, dilakukan pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan ventrikulografi untuk
mendiagnosis kelainan intrakranial. Tetapi, pemeriksaan ini sangat infasif
- Pungsi lumbal : diperlukan untuk melihat adanya infeksi di likuor serebrospinal,
susunan kimiawi, dan peninggian tekanan likuor, serta untuk pemeriksaan
mikroresistensi kuman. Pungsi lumbal sebaiknya tidak dilakukan bila terdapat tanda
tekanan intrakranial yang tinggi, terutama bila terdapat sakit kepala yang hebat, serta
kesadaran yang menurun. Pada keadaan demikian harus dikonsulkan ke dokter ahli
saraf
- Pemeriksaan mikroresistensi kuman yang diambil dari sekret telinga
( Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung Tenggorok, FKUI )
KOMPLIKASI

Komplikasi yang serius adalah:

- Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)

- Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)

- Kelumpuhan pada wajah

- Tuli

- Peradangan pada selaput otak (meningitis)

- Abses otak.

P ENATALAKSANAAN

Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi
dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin
0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik
untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati
dengan memberikan antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila
membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin
4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar
nyeri dapat berkurang.
Sumber :
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5.
dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT
(editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
DEFINISI

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau
hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratisf
kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak tulang
dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi
resolusi spontan.

KLASIFIKASI

Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya
kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.

ETIOLOGI

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari
meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat
infeksi saluran nafas atas.
 Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus,
pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus.
 Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A
hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus.

PATOGENESIS

Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi
awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen,
terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-kanak, atau karena rendahnya daya
tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang
dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani setelah penyakit
akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.
Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba eustachius,
telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah
supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :
1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang
b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total
2. perforasi membrane timpani yang menetap
3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga
tengah
4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid
5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid
6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.

PATOLOGI

OMSK lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini lebih
berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi,
ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau kekambuhan
disertai dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut
secara umum gambaran yang ditemukan :
1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral, ukuran bervariasi dari 20 %
luas membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkena dibagian-bagian dari
annulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan nampak normal
kecuali infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel
transisonal.
3. Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi
sebelumnya
4. Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak , penumatisasi
mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling terhenti oleh otitis media
yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut mastoid mengalami proses sklerotik,
sehingga ukuran mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan penumatisasi
terbatas hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.

T ANDA DAN GEJALA

OMS TIPE BENIGNA


Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika
pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat
konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat
ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea selama infeksi
nekrotik akut pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani
terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan
tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal,
kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus
menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut
diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius
yang mukoid da setelah satu atau dua kali pengobatan local abu busuk berkurang.
Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan
membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa
khas pada omsk tipe benigna.

OMSK TIPE MALIGNA DENGAN KOLESTEATOM


Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau
dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil,
berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom
bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans
akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea
yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.

PENATALAKSANAAN

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika
mentosa.

Bila sekret yang keular terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2o2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten
penting untuk perencanaan terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti
pseudomonas atau puocyaneous.

Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic dalam kantung yang
terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang menyumbat drainage sagaat
membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati dengan larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %)
kemudian dilanjutkan dengan pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai
bakterisid juga berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.
Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar, menggunakan cunam
pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3 25-50 % beberapa kali, selang 1 -2
minggu. BIla idak dapat diatasi , perlu dilakukan pembedahan untuk mencapai jaringan
patologik yang irreversible. Konsep dasar pembedahan adalah eradikasi penyakit yang
irreversible dan drainase adekwat, rekontruksi dan operasi konservasi yang memungkinkan
rehabilitasi pendengaran sempurna pada penyakit telinga kronis.

K OMPLIKASI DAN PROGNOSIS

OMSK tipe benigna :


Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi,
tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi
superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi
dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi
sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus
eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.

OMSK tipe maligna :


Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :
1. erosi canalis semisirkularis
2. erosi canalis tulang
3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal
5. erosi pada sinus sigmoid

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak,
prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna
harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

10.Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis ?

P ENATALAKSANAAN

Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi
dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin
0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik
untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati
dengan memberikan antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila
membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin
4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar
nyeri dapat berkurang.
Sumber :
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke -5.
dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nu rbaiti Iskandar, Sp.THT
(editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006

PENATALAKSANAAN

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika
mentosa.

Bila sekret yang keular terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2o2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten
penting untuk perencanaan terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti
pseudomonas atau puocyaneous.

Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic dalam kantung yang
terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang menyumbat drainage sagaat
membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati dengan larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %)
kemudian dilanjutkan dengan pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai
bakterisid juga berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.
Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar, menggunakan cunam
pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3 25-50 % beberapa kali, selang 1 -2
minggu. BIla idak dapat diatasi , perlu dilakukan pembedahan untuk mencapai jaringan
patologik yang irreversible. Konsep dasar pembedahan adalah eradikasi penyakit yang
irreversible dan drainase adekwat, rekontruksi dan operasi konservasi yang memungkinkan
rehabilitasi pendengaran sempurna pada penyakit telinga kronis.

Anda mungkin juga menyukai