Fakultas Kedokteran
Presbikusis
Oleh :
Malvin Himawan
112017098
1
Pendahuluan
Presbikusis adalah keadaan menurunnya fungsi pendengaran pada usia lanjut yang
tidak disebabkan oleh penyebab lain selain usia. Proses penuaan mempengaruhi seluruh bagian
telinga, namun pengaruh klinis terbesar terjadi pada fungsi koklea dan vestibular. Gangguan
pendengaran akibat pengaruh usia, atau presbikusis, adalah gangguan pendengaran yang paling
umum terjadi. Gangguan pendengaran sangat sering terjadi pada usia lanjut dan sering
diasosiasikan dengan penurunan fungsi kognitif, demensia, gangguan mengemudi, dan
kesulitan berjalan. Selain itu, presbikusis dapat menurunkan kemampuan berkomunikasi,
sehingga membahayakan kemandirian pasien dan membatasi kesempatan mereka dalam
beraktivitas. Penurunan kontak sosial ini dapat menimbulkan dampak yang nyata, dan rasa
kesepian telah diketahui sebagai faktor morbiditas dan mortalitas pada lansia.1
Anatomi Telinga
2
Telinga tengah terdiri dari : membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus,
dan tuba eustachius.
3
- Pars flasida atau membran Shrapnell,
Terletak dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida
dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
a. Plika maleolaris anterior (lipatan muka).
b. Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan
sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian
ini disebut insisura timpanika (Rivini).
Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh cabang n.
aurikulotemporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi
oleh n. timpani cabang dari nervus glosofaringeal.
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri
maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior
cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula
posterior.
- Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
A. Epitimpanum.
Berada dibagian atas membran timpani. Merupakan bagian superior kavum
timpani, disebut juga atik karena terletak diatas membran timpani. Sebagian besar atik
4
diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan
tipis os posterior. Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh
penonjolan kanalis semisirkularis lateral.
Pada bagian anterior terdapat ampula kanalis superior, dan lebih anterior ada
ganglion genikulatum, yang merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding
anterior terpisah dari maleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara
sel-sel udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding
lateral atik dibentuk oleh os skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang
telinga luar bagian tulang sebelah atas. Diposterior, atik menyempit menjadi jalan
masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad antrum.
B. Mesotimpanum
Terletak kearah medial dari membran timpani. Disebelah medial dibatasi oleh
kapsul otik, yang terletaknya lebih rendah dari pada nervus fasialis pars timpani.
Dinding anterior mesotimpani terdapat orifisium timpani tuba eustachius pada bagian
superior dan membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada bagian
inferior. Dinding ini biasanya mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai
bagian-bagian tulang lemah.
C. Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikus
Terletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus jugulare.
5
Gambar 4: os malleus
b. Inkus (anvil/landasan)
Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan
prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih
kurang 100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada pinggir dari corpus,
prosesus longus panjangnya 4,3 mm-5,5 mm.
Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis menuju antrum,
prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke bawah. Ujung
prosesus longus membengkok kemedial merupakan suatu prosesus yaitu prosesus
lentikularis. Prosesus ini berhubungan dengan kepala dari stapes.
Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan respon rotasi terhadap
gerakan membran timpani melalui suatu aksis yang merupakan suatu garis antara
ligamentum maleus anterior dan ligamentum inkus pada ujung prosesus brevis.
Gerakan-gerakan tersebut tetap dipelihara berkesinambungan oleh inkudomaleus.
Gerakan rotasi tersebut diubah menjadi gerakan seperti piston pada stapes melalui sendi
inkudostapedius.
Gambar 5: os incus
6
c. Stapes (stirrup/pelana)
Merupakan tulang pendengaran yang teringan, bentuknya seperti sanggurdi
beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4mm-4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura
anterior dan posterior dan telapak kaki ( foot plate), yang melekat pada foramen ovale
dengan perantara ligamentum anulare.
Tendon stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan
posterior dari leher stapes. Kedua krura terdapat pada bagian leher bawah yang lebar
dan krura anterior lebih tipis dan kurang melengkung dari pada posterior.
Kedua berhubungan dengan foot plate yang biasanya mempunyai tepi superior
yang melengkung, hampir lurus pada tepi posterior dan melengkung di anterior dan
ujung posterior. panjang foot plat e 3 mm dan lebarnya 1,4 mm, dan terletak pada
fenestra vestibuli dimana ini melekat pada tepi tulang dari kapsul labirin oleh
ligamentum anulare Tinggi stapes kira-kira 3,25 mm.
Gambar 6: os stapes
Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai
membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap
lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membrane Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah
bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (foramen rotundum)
terdorong ke arah luar.
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran
basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani.
Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal
ujung sel rambut menjadi lurus.
7
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium
menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian meneruskan
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada
dilobus temporalis.
Anamnesis
Hal yang penting ditanyakan adalah mengenai riwayat pekerjaan atau paparan
terhadap suara. Pekerjaan atau aktivitas yang berhubungan dengan paparan kronis terhadap
suara keras termasuk di antaranya bekerja dengan alat-alat mesin, senjata api, atau
mendengarkan musik. Dapat ditemukan juga riwayat gangguan pendengaran dalam keluarga.
Riwayat penyakit dahulu dapat menunjukkan faktor-faktor yang berkontribusi pada tuli
sensorineural seperti riwayat otitis media, paparan obat ototoksik (terutama antibiotic
aminoglikosida dan agen kemoterapi tertentu seperti cis-platinum), trauma kepala, radiasi pada
tulang temporal, dan gangguan metabolic seperti defisiensi vitamin D. Penyakit vascular juga
bisa berperan penting dalam perkembangan presbikusis. Riwayat TIA dan iskemia batang otak
dapat mendorong pemeriksaan MRI atau Doppler carotis. Bila ada riwayat hilang pendengaran
asimetris, MRI perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan acoustic neuroma.2,3,4
Pemeriksaan Fisik
8
Pada pemeriksaan telinga, dimulai dengan melihat keadaan dan bentuk daun telinga,
daerah belakang daun telinga (retro-aurikuler) apakah ada tanda peradangan atau sikatrik bekas
operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus
dan mempermudah melihat keadaan liang telinga dan membran timpani. Gunakan otoskop
untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membrane timpani. Otoskop dipegang dengan tangan
kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga
kiri. Supaya posisi otoskop stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop
ditekankan pada pipi pasien. Pemeriksaan otoskopik pada pasien presbikusis tampak
membrane timpani suram dan mobilitasnya berkurang.5
Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus
dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila lunak atau liat
dapat menggunakan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan
dengan pinset. Jika serumen sangat keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik
dilunakan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan
irigasi dengan air supaya liang telinga bersih. 5
Pada pasien geriatri, secara alamiah organ-organ pendengaran akan mengalami proses
degenerasi. Pada telinga luar perubahan yang paling jelas adalah berkulangnya elastisitas
jaringan daun telinga dan liang telinga. Pada 47% dari populasi lansia sering ditemukan
serumen yang mengeras (serumen prop).5
Pemeriksaan Penunjang
Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni
menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi bilateral dan simetris. Untuk tes penala dilakukan tes
Rinne, tes Weber dan tes Schwabach secara bersamaan. Tes Rinne untuk membandingkan
hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Penala
digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang
di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak
terdengar disebut Rinne negatif (-). Pada pasien normal, konduksi udara lebih baik dari pada
konduksi tulang.5
9
Tes Weber untuk membandingkan hantaran tulang telinga yang sakit dengan telinga
yang sehat. Penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi,
pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyii penala terdengar lebih
keras pada salah satu telinga disbut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat
dibedakan ke arah mana bunyi terdengar disebut Weber tidak ada lateralisasi. Pada keadaan
normal, pasien tidak bisa membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras.5
Working Diagnosis
Tuli diklasifikasikan menjadi tuli sensorineural (akibat gangguan pada telinga dalam
atau saraf), konduktif (gangguan suara mencapai telinga dalam akibat gangguan pada telinga
luar, membran timpani, atau telinga tengah), atau campuran (kombinasi tuli sensorineural dan
konduktif). Presbikusis adalah tuli sensorineural yang diasosiasikan dengan usia, atau bisa
didefinisikan sebagai tuli akibat pengaruh proses penuaan disamping kombinasi dari paparan
suara jangka panjang, trauma, agen ototoksik, dsb. Klinisi lain menyatakan presbikusis
disebabkan hanya karena proses penuaan. Umumnya definisi presbikusis dinyatakan sebagai
tuli yang diasosiasikan dengan bertambahnya usia dan memiliki etiologi multifaktorial dimana
penyebab spesifiknya tidak diketahui.4
10
Etiologi
Epidemiologi
Gejala Klinis
Patofisiologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N.VIII. Pada koklea
perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ
Corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vascular juga terjadi pada stria vaskularis. Selain
itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf.
Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf.6
11
Pada presbikusis juga dikenal istilah rekrutmen. Rekrutmen menyebabkan persepsi
tentang suara yang berlebihan. Meskipun hanya ada sedikit peningkatan tingkat kebisingan,
suara terdengar jauh lebih keras dan menyebabkan ketidaknyamanan. Seseorang dengan
rekrutmen dapat memiliki masalah hanya dengan suara dan frekuensi tertentu atau mungkin
memiliki masalah dengan semua suara pada umumnya.7
Teori rekrutmen adalah bahwa saat sel-sel rambut di koklea menjadi tidak efektif,
mereka "merekrut" sel tetangga rambut mereka yang masih bekerja efektif untuk "mendengar"
frekuensi yang seharusnya didengar oleh sel rambut rusak, selain frekuensi yang harus didengar
oleh sel rambut sehat. Hal ini meningkatkan sinyal yang diterima dari sel-sel rambut sehat.
Akibatnya, suara yang mencapai otak kita terdengar jauh lebih keras.
Efeknya adalah orang yang memiliki perekrutan bersama dengan gangguan pendengaran akan
memiliki jangkauan sempit antara suara paling lembut yang dapat didengar (disebabkan oleh
gangguan pendengaran) dan suara paling keras yang dapat ditolerir dengan nyaman
(disebabkan oleh perekrutan).7
Jenis Patologi
Sensorik Lesi terbatas pada koklea.
Atrofi organ corti, jumlah sel-sel rambut dan sel-sel penunjang berkurang.
12
Presbikusis sensorik disebabkan hilangnya rambut dan sel-sel penyokong di daerah
basal koklea. Ciri khasnya hasil pemeriksaan audiometri adalah penurunan pencengaran secara
tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping) (Lihat Gambar 1). Penurunan pendengaran
berkembang lambat secara simetris bilateral. Lesi patologis biasanya terbatas pada beberapa
millimeter awal dari basal koklea (daerah pendeteksi suara frekuensi tinggi). Karena sel-sel
rambut di daerah yang lebih dalam masih intak dan terus menstimulasi saraf auditorius aferen
yang mengirim informasi ke korteks auditorik, speech discrimination pada tipe presbikusis ini
masih baik.4,6,8
Presbikusis neural ditandai dengan hilangnya serabut aferen saraf auditorik, namun
organ korti masih intak. Karena jumlah serabut yang banyak, gejala biasanya tidak disadari
sampai 90% saraf hilang. Gambaran audiometri berupa hilang pendengaran gradual, dengan
penurunan sedang pada frekuensi tinggi; namun penurunan speech discrimination tidak
sebanding dengan gambaran audiometri (Lihat Gambar 1).1,6 Speech discrimination dapat turun
sampai 60% dari keadaan normal.8
13
Gambar 1. Audiogram nada murni berbagai tipe presbikusis.8
Faktor Resiko
Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun ke atas. Pengaruh usia terhadap
gangguan pendengaran berbeda antara laki-laki dan perempuan.9,10 Laki-laki lebih banyak
mengalami penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada
frekuensi rendah bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada ambang
dengar frekuensi tinggi ini disebabkan laki-laki umumnya lebih sering terpapar bising di tempat
kerja dibandingkan perempuan.10 Sunghee et al. menyatakan bahwa perbedaan pengaruh jenis
kelamin pada presbikusis tidak seluruhnya disebabkan perubahan di koklea. Perempuan
memiliki bentuk daun dan liang telinga yang lebih kecil sehingga dapat menimbulkan efek
masking noise pada frekuensi rendah.
Hipertensi
14
Diabetes melitus
Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat pada protein dalam
proses glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end product (AGEP) yang tertimbun
dalam jaringan dan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah (arteriosklerosis). Proses
selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin menebal dan lumen menyempit yang
disebut mikroangiopati.12 Mikroangiopati pada organ koklea akan menyebabkan atrofi dan
berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini terjadi pada vasa nervus VIII, ligamentum dan
ganglion spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan axon maka
akanmenimbulkan neuropati. National Health Survey USA melaporkan bahwa 21% penderita
diabetik menderita presbikusis terutama pada usia 60-69 tahun. Hasil audiometri penderita
DM menunjukkan bahwa frekuensi derajat penurunan pendengaran pada kelompok ini lebih
tinggi bila dibandingkan penderita tanpa DM.13
Hiperkolesterol
Merokok
15
Mizoue et al. meneliti pengaruh merokok dan bising terhadap gangguan pendengaran
melalui data pemeriksaan kesehatan 4 624 pekerja pabrik baja di Jepang. Hasilnya
memperlihatkan gambaran yang signifikan terganggunya fungsi pendengaran pada frekuensi
tinggi akibat merokok dengan risiko tiga kali lebih besar.15
Riwayat Bising
Differential Diagnosis
Pada telinga luar dan telinga tengah, proses degeneratif dapat menyebabkan perubahan
atau kelainan berupa, (1) berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran pinna daun
telinga, (2) atrofi dan bertambah kakunya liang telinga, (3) penumpukan serumen, (4)
membrane timpani bertambah tebal dan kaku, (5) kekakuan sendi-sendi tulang pendengaran.
Pada usia lanjut kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi, sehingga produksi kelenjar
serumen berkurang dan menjadi lebih kering, sehingga sering terjadi serumen prop yang akan
mengakibatkan tuli konduktif. Membran timpani yang bertambah kaku dan tebal juga akan
menyebabkan gangguan konduksi, semikian pula halnya dengan kekakuan yang terjadi pada
persendian tulang-tulang pendengaran.5
Penatalaksanaan
Presbikusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada presbiakusis adalah tipe
sensorineural dan tujuan penatalaksanaanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan
pendengarannya. Alat bantu dengar dapat bermanfaat untuk pasien presbikusis. Model-model
yang terbaru juga dapat berfungsi lebih baik di suasana yang bising. Alat bantu dengar terdiri
dari tiga komponen yaitu microphone, amplifier dan receiver.
16
Microphone akan menangkap suara dan mengubah sinyal bunyi menjadi mekanik, dan
kemudian menjadi sinyal listrik. Lalu sinyal listrik diamplifikasi oleh amplifier dan diterima
oleh receiver untuk diubah kembali menjadi sinyal bunyi sebelum dikirim ke kanal eksternal
telinga. Selain itu, assistive listening device dapat membantu kegiatan sehari-hari. Contohnya
yaitu earphone pengeras suara untuk handphone, bel pintu yang nyaring, pengeras suara tv dan
radio. Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan
membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (auditory training). Prosedur
pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).4,5
Pencegahan
Kesimpulan
Presbikusis adalah kurang pendengaran sensorineural pada usia lanjut akibat proses
degenerasi, terjadi secara berangsur-angsur, dan simetris pada kedua sisi telinga. Diagnosis
dapat dilakukan dengan pemeriksaan otoskopik, tes penala dan tes audiometri nada murni.
Presbikusis tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dibantu dengan kombinasi alat bantu
pendengaran dan speech and audiotory training. Presbikusis dapat dicegah dengan
menghindari faktor-faktor resiko penyebabnya.
17
Daftar Pustaka
1. Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, Niparko JK, et al. Cummings otolaryngology. 6 th
Edition. Philadelphia: Elsevier; 2014. P. 231-3.
2. Gleadle, Jonathan. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;
2007. h. 1-17, 26-7, 94, 175.
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h. 2-7.
4. Forciea MA, Lavizzo-Mourey R, Schwab EP. Geriatric secrets. Philadelphia: Elsevier;
2004. p. 140-5.
5. Bashirudin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2015.
h. 2, 17-8, 36-8.
6. Alber ML, Knoefel JC. Clinical neurology of aging. 3rd Edition. New York: Oxford
University Press; 2011. p. 363-70.
7. Recruitment Definition [Internet]. Nchearingloss.org. [cited 22 March 2016]. Available
from: http://www.nchearingloss.org/recruit.htm
8. Timiras PS. Physiological Basis of Aging and Geriatrics. 4th Edition. New York: CRC
Press; 2007. P. 122-5.
9. Lee FS, Matthew LJ, Dubno JR, Mills JH. Longitudinal study of pure-tone thresholds
in older persons. Ear Hear. 2005;26:1-11.
10. Kim SH, Lim EJ, Kim HS, Park JH, Jarng SS, Lee SH. Sex differences in a cross
sectional study of age-related hearing loss in Korean. Clin Exp Otorhinolaryngol.
2010;3:27-31.
11. Fernanda M, Lopes A. Relation between arterial hypertension and hearing loss. Intl
Arch Otorhinolaryngol. 2009;13:63-8.
12. Chacra AR. Diabetes mellitus. In: Prado FC, Ramos JA, Borges DR, Rothschild HA,
editors. Tratado de atualização terapêutica. 20th Ed. São Paulo: Artes Médicas:
Câmara Publicadora do Livro; 2001. p. 375-89.
13. Diniz TH, Guida HL. Hearing loss in patients with diabetes mellitus. Braz J
Otorhinolaryngol. 2009;75:573-8.
14. Villares M, Carbajo SR, Calvo D, Pello F, Blanco P, Risueno T. Lipid profile and
hearing loss aged related. Nutr Hosp. 2005;20: 52-7.
18
15. Mizoue, Miyamoto, Shimizu. Combined effect of smoking and occupational exposure
to noise on hearing loss in steel factory workers. Occup Environ Med. 2003;60:56-9.
19