MASTOIDEKTOMI
Oleh :
Julita Melisa Dewi
Pembimbing:
Dr. Dwi Marliyawati, Sp.THT-KL, MSi.Med
1
PENDAHULUAN
Mastoidektomi adalah tindakan operasi pengambilan atau pembersihan jaringan patologis
pada telinga tengah dan sel-sel mastoid untuk menghentikan proses selanjutnya.
Tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan proses peradangan dan komplikasi yang
membahayakan kehidupan penderita atau mengancam jiwa penderita sehingga operasi ini
dianggap sebagai tindakan penyelamatan jiwa penderita (life saving operation).
Gambar : Telinga
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Telinga
Telinga dibagi atas 3 bagian besar yaitu: telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga luar
Terdiri dari :
0* Daun telinga yang terdiri dari rangka rawan yang membentuk daun telinga, Bagian daun
telinga terdiri oleh heliks, antiheliks, tragus, antitragus, lobules, fossa schapoidea, fossa
triangulassris dan konka . Auricular mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpilkan
getaran udara. Auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastic tipis yang ditutupi kulit.
Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh n. facialis
3
1* Liang telinga, terdiri dari rangka rawan di bagian luar dan rangka tulang bagian dalam.
Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrane timpani. Pada
orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5 cm). Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah
cartilage elastic dan 2/3 bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani.
Meatus dilapisi oleh kulit dan 1/3 bagian luarnya, Antara daun telinga dengan saluran telinga
bagian rawan terdapat suatu celah yang disebut incisura terminalis sedangkan penghubungnya
disebut isthmus. Rawan Canalis Acusticus Externus ini berbentuk lingkaran terbuka dibagian
postero superiornya, kulit di bagian ini mengandung rambut, kelenjar suremen dan sebasea, yang
menghilang makin ke dalam mendekati membrana timpani
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari nervus auricular temporalis
dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran limfe menuju nodi parotidei superfisialis, mastoidei
dan cervicales superfisialis.
2* Membrana timpani dengan rangka luar dari annulus timpanikum dan ditengah ditunjang oleh
maleus.
Peredaran darah diperoleh dari arteri temporalis superfisialis dan aurikularis posterior,
sedangkan arteri aurikularis profunda memberi darah ke membrana tympani. Pembuluh baliknya
mengikuti arteri-arterinya antara lain terus ke vena jugularis externa, vena maxillaris interna dan
plexus pterygoideus.
Pembuluh lympe menuju kelenjar lympe aurikularis anterior dan parotis, aurikularis
posterior dan jugularis externa.
4
Telinga tengah
Terdiri dari Kavum timpani dan tuba Eustachii dengan antrum mastoid dan sel-sel
udara mastoidnya, membrana timpani bagian dalam juga merupakan bagiannya. Rongga
timpani ini juga berisi tulang-tulang pendengaran maleus, inkus dan stapes, selain ini juga
terdapat otot-otot, ligamen-ligamen dan saraf-saraf.
Kavum timpani merupakan rongga yang tidak teratur, sempit dan letaknya miring,
terdapat dalam os temporal diantara telinga luar dan telinga dalam. Ukuran aksis vertikal dan
anteroposterior kira-kira 15 mm sedangkan tranversal berjarak pendek kira-kira 2 mm dan
jarak terpanjang 6 mm yang terdapat di bagian atas dan dibagian bawah berukuran 4 mm.
Karenanya kavum timpani dibagi menjadi 3 ruangan, antara lain :
3* Epitimpanum atau attic space atau rongga atap.
4* Mesotimpanum atau kavum timpani yang terdapat setinggi pars tensa.
5* Hipotimpanum rongga terdapat di bawah batas bawah pars tensa.
Selain dari rongga tersebut di atas, masih didapatkan rongga kecil yang terbentuk
oleh lipatan-lipatan mukosa yang menutupi dinding kavum timpani yang tidak teratur
bentuknya, antara lain :
6* Rongga dari Prussak setinggi pars flaccida membrana timpani.
7* Rongga Troltsch antara membrana timpani lipatan maleus.
a. Kavum Timpani
Mempunyai batas-batas / dinding sebagai berikut :
1) Dinding atas : sering disebut sebagai tegmen, berupa tulang tipis yang membatasi dura dari
epitimpanum.
Sutura petrosquamosa terdapat pada segmen ini dan pada anak-anak tidak mengalami
penulangan yang dapat merupakan port d'entre kuman dari Kavum Timpani ke rongga
kranium. Sedangkan pada dewasa (kira-kira 50 %) terdapat vena yang menembus sutura ini
menuju ke sinus petrosquamosa dan sinus kranialis.
2) Lantai : terletak sedikit di bawah permukaan dasar meatus, merupakan dinding tipis yang
memisahkan kavum timpani dari vena jugularis interna. Bila bulbus jugularis ini kecil, maka
dinding lantai ini dapat mencapai ketebalan 1 cm dan mengandung hipotimpanik air cells,
5
dan sebaliknya bila bulbus jugularis besar, dinding lantai akan sangat tipis sekali dan
menonjol ke kavum timpani.
3) Dinding depan : bagian bawah dari dinding ini merupakan lempeng tipis yang memisahkan
dengan arteri karotikus interna (Kanalis Karotikus), kadang-kadang disini terdapat sel-sel
udara rudimenter. Di atas terdapat semikanal muskulus tensor timpani dan dibawahnya
terdapat semikanal tuba auditorius dan diantara kedua semikanal membrana / septum kanalis
muskulo-tubarius.
4) Dinding belakang : Dinding ini dibagian atasnya terdapat lubang ke arah antrum Mastoidea
yang disebut additus. Di bawah lubang ini terdapat dinding yang tipis yang berisi sel-sel
udara dari prosesus mastoideus. Pada dinding ini terdapat penonjolan eminentia piramidalis
yang apeksnya mengirimkan tendon muskulus stapedeus, kemudian di supero-posterior basis
eminentia piramidalis ini nervus fasialis yang dari dinding medial membelok ke arah bawah.
Dari nervus fascialis keluarlah cabang korda timpani pada daerah ini melalui apertura
timpanica kanalikula.
5) Dinding medial : merupakan pars petrosa ossis temporalis, yang membatasi telinga tengah
dengan telinga dalam. Pada dinding medial ini terdapat bagian-bagian penting yang perlu
kita ketahui :
8* Ujung depan kanalis semisirkularis lateralis yang merupakan penonjolan yang luas di atas
dan agak kebelakang.
9* Penonjolan kanalis fasialis dari Fallopii yang terdapat di bawah dan sedikit kedepan dari
tonjolan di atas.
10* Prosesus cochleriformis yang dibentuk semikanal muskulotubarius terdapat di depan
tonjolan fascialis tadi, mengirimkan tendon m.tensor timpani.
11* Fenestra ovalis terdapat tepat di bawah kanalis fasialis yang ditutupi oleh dasar stapes.
12* Promontorium dibentuk oleh kelokan kokhlea yang terdapat di bawah fenestra ovalis /
vestibularis.
13* Fenestra rotundum terdapat di bawah dan belakang promontorium, sedangkan diatasnya
terdapat tonjolan lekukan dari fosula kokhlea yang kadang-kadang melindunginya (niche
round window).
6
14* Sinus timpanikus terdapat di posterior promontorium dan medial
eminentia piramidalis yang merupakan cekungan (resessus) timpanikus
subkanalis Fallopii.
6) Dinding lateral : Di bagian atas dari membrana timpani terdapat rongga attik / atap atau
resessus epitimpanikus yang menjorok ke lateral dan berada di atas meatus, maka pars
squamosa ossis temporalis disini merupakan dinding lateral dari telinga tengah bagian
atap. Dibawahnya baru membrana timpani dan annulus timpanikus merupakan dinding
lateral timpanum.
Membrana timpani pada anak-anak bayi letaknya hampir horizontal dan pada
dewasa agak menghadap ke arah depan dan membentuk sudut 40o dengan dasar meatus.
Bundarannya merupakan diskus klips yang menempel pada jaringan fibrokartilago yang
terdapat pada sulkus timpanikus yang disebut annulus timpani. Pada bagian antero
superior dari annulus ini terdapat celah timpani (timpani notch) selebar kira-kira 5 mm
(Rivinus' notch).
Dari kedua ujung notch ini merentang ligament ke arah maleus disebut plika
maleolus anterior dan plika maleolus posterior. Maka terbentuklah segitiga kecil oleh
kedua plika ini yang membatasi segitiga pars flacida dari Sharpnell yang melekat
langsung pada os petrosus. Sisanya dari membrana timpani yang terdapat dibawahnya
dan merupakan yang terluas disebut pars tensa, karena membrana ini sangat tegang.
Pars tensa, terdiri dari tiga lapisan : Bagian luar dilapisi kulit kelanjutan kulit
kanalis akustikus eksternus yang tidak mengandung rambut dan kelenjar (stratum
kutaneum). Membrana propia terdapat di bawah kulit yang terdiri dari: serabut radier
yang mengarah ke perifer melekat di manubrium dan anulus timpanikus, serat sirkuler
yang terdapat pada daerah dalam. Paling dalam berupa mukosa kuboid sebagian
kelanjutan mukosa timpanum yang disebut stratum mukosum yang mempunyai jaringan
submukosa yang tipis.
Pars flacida, terdiri dari dua lapisan besar, walaupun akhir-akhir ini ditemukan
lapisan propia yang tipis sekali, yaitu stratum kutaneus, seperti membrana tensa. Stratum
mukosum. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan jaringan ikat tipis sekali.
Membrana flacida ini tidak terentang tegang.
7
Klinis membrana timpani secara keseluruhan dibagi dalam kwadran : anterior-
superior, antero-inferior, postero-superior, postero-inferior. Titik tengahnya umbo dengan
dua garis yang saling memotong tegak lurus melalui aksis prosesus brevis maleus-umbo.
2) Otot-otot
8
Otot-otot pendengaran yang terdiri dari :
Muskulus Stapedius : membentang antara stapes dan yang tendonnya menembus
pada apexnya, dan membelok ke bawah agak lancip untuk kemudian melekat pada
leher stapes. Otot ini mendapat inervasi dari cabang nervus fasialis yang keluar dari
Fallopian kanal setinggi otot ini. Diduga otot ini mempunyai fungsi proteksi terhadap
fenestra ovale dari getaran suara yang terlalu kuat, sehingga menarik stapes ke arah
lateral.
Muskulus Tensor Timpani : memasuki Kavum Timpani melalui saluran tulang
semikanal tensor timpani. Origo M. Tensor Timpani terletak di luar tengkorak, yaitu
pada permukaan atas tuba Eustachii pars kartilagenosa. Setelah keluar dari semikanal
tensor timpani, maka membelok secara tajam ke lateral menyilang Kavum Timpani
untuk kemudian melekat pada manubrium malei dekat lehernya. Inervasi otot ini
berasal dari cabang nervus mandibularis.
Plika tensor
Berjalan antara pinggir inferior inkus dengan dinding lateral atik. Plika ini
mungkin mencegah perluasan epitel skuamosa dari pinggir posterior-superior
kedalam atik.
9
Merupakan lipatan mukosa dari leher maleus ke tepi posterior superior sulkus
timpani.
10
Ligamentum di telinga tengah
Ligamentum anulare
11
4) Pembuluh darah
Kavum Timpani mendapat darah dari arteri karotis eksterna dan interna.
Cabang yang paling banyak mendarahi telinga adalah arteri timpanika anterior dan
arteri stiloMastoid.
A. Timpanika Anterior
A. StiloMastoid
A. Meningea media
A. Timpanika inferior
Berasal dari arteri faringeal asenden, berjalan bersama cabang timpani nervus IX
yang masuk ke Kavum Timpani bagian inferiornya dan mendarahi
mesotimpanum. Cabang arteri kanalis pterigoideus mendarahi mesotimpanum dan
hipotimpanum.
A. Karotiko timpanikus
5) Persarafan
12
Terdapat 2 saraf di telinga tengah, yaitu :
Cabang nervus Fasialis masuk ke Kavum Timpani dari kanalis posterior pada
persambungan dinding lateral dan posterior Kavum Timpani yang kemudian
menyeberang dipermukaan medial membran timpani antara mukosa dan lapisan
fibrosa berjalan medial bagian atas manubrium malei, terus ke arah depan
meninggalkan kanalukili anterior, terus ke fisura petro timpanika, keluar dari
Kavum Timpani melalui kanalis Huguier.
Pleksus Timpanikus
Peredaran darah balik atau pembuluh vena berjalan paralel dengan arteri yang
menuju sinus petrosus superior melalui pleksus pterigoideus. Pada tegmen
timpani ini terdapat komunikasi vena dan duramater pada beberapa kasus.
Pembuluh limfe menuju ke limponoduli retrofaringeal dan parotidea.
c. Tuba Eustakii
Tuba eustakii merupakan suatu saluran yang menghubungkan Kavum Timpani
dengan nasofaring, mempunyai panjang 36 mm, mengarah ke inferior-anterior-medial.
13
Sepertiga bagian atas lateral adalah bagian tulang yang terletak anterolateral Kanalis
Karotikus, sedangkan dua pertiga bagian bawah medial terdiri dari kartilago. Tuba
terletak dicelah yang sempit antara ala mayor os spenoid dan pars petrosa os temporalis.
Muara tuba terdapat di dinding anterior Kavum Timpani dan di dinding latero posterior
nasofaring sebelah kauda konka inferior. Letak ostium timpanika lebih tinggi dari Ostium
Faringeal, dimana pada orang dewasa kira-kira 2,0 - 2,5 cm bedanya, sedangkan pada
anak-anak, biasanya hampir sama tinggi. Dalam keadaan terbuka ostium di faring
berukuran kira-kira 1 – 1,25 cm. Pada dewasa biasanya berbentuk huruf "S" dengan
diameter lebih sempit dari pada anak-anak. Pada anak-anak disamping lurus tuba ini juga
mempunyai diameter lebih luas, sehingga memberikan drainase Kavum Timpani yang
baik. Tuba ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
Terdapat dibagian lateral yang mempunyai ukuran panjang setengah dari pars
kartilagineus dan bagian ini selalu terbuka. Makin dekat keterbatasannya (isthmus)
diameternya semakin sempit.
Terdapat di bagian medial yang mempunyai dinding dari jaringan ikat yang disebut
lamina membranasea. Hal ini menyebabkan tertutup (merupakan rongga gepeng)
pada saat istirahat, sedangkan pada saat mengunyah menelan dan menguap dapat
terbuka. Ini dikarenakan kontraksi dari M. Tensor Vili Palatini yang melekat di
anterior pars kartilagineus membuat kartilago tuba bentuknya lebih silindris dan jadi
terbuka. Pinggir belakang dan atas ostium tuba terdapat suatu tonjolan tulang rawan
asesorius yang disebut Torus Tubaris. Di belakang Torus Tubaris terdapat suatu parit
atau Resesus Faring yang disebut Fosa Rosenmulleri.
Di sekitar Ostium Nasofaring terdapat lingkaran jaringan limpoid pada mukosa yang
disebut Tonsila Tuba dari Gerlach. Penyempitan terdapat antara bagian kartilago dan
bagian tulang, disini lumen menyempit, disebut sebagai Isthmus dengan diameter 1 -
2 mm. Isthmus yang sempit ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa dan
akibat infeksi yang lama sehingga terbentuk sikatrik yang menyebabkan penutupan
permanen dari tuba.
14
Diatas tuba terdapat semikanal M. Tensor Timpani dan dibagian medio-inferiornya
terdapat Kanalis Karotikus.
Pada anak-anak tuba relatif lebih pendek, lebih horisontal dan lebih lebar bila
dibandingkan dengan orang dewasa sehingga infeksi dari nasofaring dapat masuk ke
Kavum Timpani. Tuba eustakii mendapat pendarahan dari cabang : A. Maksilaris
Interna, A. Maksilaris Interna / Palatina Asenden, A. Faringeal Desenden pembuluh
darah vena, sejajar dengan arterinya, menuju ke pleksus venosus, pterigoideus, dan
pembuluh limfenya mengalir ke limponodi retrofaringeal dan Servikalis Profunda.
Persarafan dari saraf sensoris pleksus timpanikus merupakan cabang dari Nervus
Jaringan lunak di daerah temporoparietal dari luar ke dalam adalah kulit dan jaringan
subkutis. Di sebelah dalamnya dan melekat cukup erat dengan subkutis addalah fascia
temporoparietal yang sering disebut fascia temporalis superfisialis. Lapisan itu adalah terusan
15
dari system mukuloaponeurotik superfisialis (SMAS = superfisial musculoaponeurotik system)
yang pada perjalanannya melewati arkus zygomatikus ke wajah.
Di bawah fasia temporoparietal terletak jaringan areolar longgar dan relative avaskuler
yang memisahkan fasia temporoparietal dengan fasia muskulus temporalis profunda. Fasia
m.temporalis profunda sering disebut sebagai fasia m. temporalis saja. Jaringan arepolar tersebut
memungkinkan kulit kepala bergerak cukup bebas dari lapisan dalamn yang relatif terfiksir.
Fasia m. temporalis membelah dua di sekitar linea temporalis untuk membungkus jaringan lemak
sekitar 1-2 cm di atas arkus zigomatikus. Perdarahan di daerah ini disuplai dari arteri temporalis
superfisialis cabang dari arteri temporalis.
16
A B
Prosesus styloideus tampak sebagai seperti bagian dari pars timpanika karena lokasinya,
meskipun sebenarnya prosesus styloideus tumbuh berkembang dan merupakan bagian pars
petrosa tulang temporal.
D. PROSESUS ZYGOMATIKUS
Prosesus zygomatikus ke medial memberntuk dinding posterior fosa mandibular dan ke
posterior melengkung sedikit ke bawah menuju prosesus mastoideus. Bagian ini memiliki
tonjolan yang disebut spina Henle yang terletak pada fossa mastoidea sedikit di belakang liang
telinga. Pada bagian ini juga terletak segitiga imajiner Mc Ewen yang berbatas superior pada
linea temporalis, ke anterior pada tepi posterior liang telinga dan ke posterior dengan garis
imajiner yang tegak lurus pada linea temporalis dan menyinggung dinding posterior liang
telinga.
17
E. PROSESSUS MASTOID
Prosesus mastoid dewasa berbentuk kerucut dan sedikit miring ke depan dan ke bawah.
Batas anteriornya bulat dan vertikal. Perbatasan posterior condong sekitar 45° ke bawah dan ke
depan. Di belakang bagian superior prosesus mastoid, foramen mastoid terletak di mana vena
emissaria mastoid lewat. Tulang skuamosa membentuk bagian anterosuperior dari proses
mastoid, sedangkan tulang petrosa membentuk bagian postero-inferiornya. Persimpangan dua
bagian tulang ini membentuk sutura petrosquamous. (Gbr.6).
18
Linea temporalis adalah peninggian horizontal yang terletak di batas atas dari proses
mastoid, meluas di belakang akar posterior prosesus zygomatic dan menandai margin inferior
dari insersio otot temporal. Linea temporalis bisa berupa ujung tajam yang menonjol atau
prominensia yang luas, namun bisa juga tidak ada.
Secara luas diterima bahwa linea temporalis adalah penanda bagian inferior fossa dura
media. Karenanya, selama mastoidektomi, selalu disarankan untuk menelusuri sepanjang, dan
bukan di atas linea temporalis, untuk menghindari cedera yang tidak disengaja pada dura. Studi
kadaver menemukan linea temporal terletak sekitar 5 mm lebih rendah dari fossa dura media.
Hal ini disarankan agar pengeboran bisa dimulai bahkan pada 5 mm di atas linea temporalis
tanpa bahaya terhadap dura pada saat operasi yang bertujuan membuka antrum mastoid. Dalam
kasus di mana linea temporalis tidak ada, spina Henle bisa digunakan sebagai kriteria anatomi
untuk memeperkirakan level dari fossa dura media.
Spina Henle
Spina Henle adalah plana tulang yang menonjol yang terlihat di permukaan luar dari
prosesus mastoid. Spina Henle terletak di belakang dan di atas kuadran posterosuperior dari
meatus auditorius eksternal dan di bawah asal dari linea temporalis
Spina Henle bisa kecil dan halus atau tajam dan panjang. Spina tidak ada di sekitar 6%
dari populasi. Spina ini berfungsi sebagai titik perlekatan ke ligamen yang memfiksasi pars
kartilaginosa meatus akustikus eksternal. Spina Henle adalah landmark yang penting selama
mastoidektomi karena itu menunjukkan aditus ad antrum yang letaknya di dalam.
Spina Henle
Gambar 7. Gambaran mastoid kiri cadaver memperlihatkan Spina Henle dan Kanalis Akustikus
Eksternus (EAC )
19
F. ANTRUM MASTOID
Antrum mastoid adalah selulae mastoid terbesar. Dimensi 10 × 10 mm. Antrum terletak
di posterior kanalis auditorius eksternal dan telinga tengah, inferior dari dinding fossa dura
media, dan anterior dari sinus sigmoid dan fossa dura posterior. Antrum mastoid berhubungan
anterior dengan attic melalui aditus ad antrum.
Kedalaman antrum mastoid adalah hal penting dalam operasi mastoid. Kedalamannya
juga bervariasi dari orang ke orang dengan usia yang sama. Pada bayi kurang dari 1 tahun, jarak
antara tulang kortikal dan antrum hanya 2-4 mm. Pada usia 3 tahun, antrum berada di 10 mm
dari tulang kortikal, dan pada orang dewasa, antrum mungkin 25 mm dari tulang kortikal
mastoid.
Hubungan Posisi Antrum dengan Landmark Permukaan
Pada operasi mastoid anak kecil, antrum cepat tercapai dengan mengkuretase tulang
kortikal. Pada orang dewasa, antrum terletak di bawah peninggian supramastoid, di atas dan di
depan sutura petrosquamous. Segitiga Mac-Ewen adalah indikator penting untuk area antrum.
Antrum Mastoid
Tegmen Antrum
KSS Lateralis
Gambar.8 Antrum terletak supero posterior dari spina Henle dan CAE.
Hubungan Antrum
Beberapa struktur penting harus dipertimbangkan saat beroperasi di antrum mastoid;
yang paling penting adalah kanalis semisikulari horisontal, nervus fasialis, sinus lateral, plana
fossa dura posterior, dan tegmen antrum.
20
Sudut Kordofasialis Korda Timpani
Incus
Kanalis
Semisirkularis
Lateral
21
prosesus brevis incus. Prosesus incudis selalu lebih dari 2 mm lateral ke nervus fasialis dan
merupakan landmark penting untuk lokalisasi nervus fasialis.
Pada anak-anak, antrum sangat terletak di hubungan dengan saraf wajah; Oleh karena itu,
operasi pendekatan ke antrum adalah risiko rendah untuk suatu cedera wajah akhirnya.
Jarak dari segmen vertical saraf wajah ke posterior fossa dura berkisar dari 5 hingga 10
mm. Jarak antara segmen mastoid dari kanal saraf wajah dan sinus sigmoid sangat bervariasi;
ada di sekitar 4 mm..
Saraf wajah keluar melalui saluran Fallopi foramen stylomastoid. Kedalaman rata-rata
dari saraf wajah dari korteks mastoid di stylomastoid foramen adalah 13 mm
Sinus Sigmoid
Sinus sigmoid merupakan kelanjutan dari sinus transversus. Melewati prosesus mastoid
arah ke anteroinferior untuk bergabung dengan bulbus jugular, membentuk kelengkungan
dengan sudut anterior. Bagian posterosuperior dari sinus sigmoid adalah bagian yang paling
penting; dari sana, sinus terletak secara bertahap lebih dalam dalam proses mastoid (Gambar 10).
Pada tingkat ujung mastoid, sinus sigmoid lewat di medial ke digastrik ridge dan saraf wajah
untuk bergabung dengan bulbus jugularis.
22
Plat Fossa Dural Posterior
Plat dural fossa posterior adalah plat tipis tulang yang memisahkan antrum mastoid dan
sel udara mastoid dari fossa kranial posterior. Ini dibatasi oleh sinus petrosal superior superior,
oleh sinus sigmoid latero-inferior, dan oleh kanalis semisirkularis posterior
Tegmen Antrum
Tegmen antrum adalah bagian dari tegmen yang membentang di atas antrum mastoid.
Struktur ini memisahkan antrum dari fossa tengah atasnya dan dura lobus temporal.
Korner's Septum
Septum Korner adalah sebuah piringan bertulang tebal di dalam prosesus mastoid.
Septum ini adalah piringan yang persisten tulang dalam bidang perpaduan dua primordial antrum
mastoid: saccus medius dan superior saccus. Septum ini membagi proses mastoid menjadi
superficial bagian skuamosa dan bagian petrosa yang dalam.
Septum Korner memanjang dari posterior dinding saluran pendengaran eksternal;
tersebar di sel udara dekat dengan pelat fossa tengah, kemudian berjalan inferior ke lateral kanal
fasialis menuju ke ujung mastoid.
Gambar 6. Septum Korner’s (a) tampak setelah eksplorasi mastoid (b) potongan koronal mastoid.
23
Sel Udara Mastoid
Sistem sel udara mastoid dikategorikan menurut ke berbagai daerah tulang temporal.
Sel Squamomastoid
Sel-sel udara ini terbatas pada proses mastoid itu sendiri dan dibagi menjadi:
• Antrum.
• Saluran mastoid sentral, yang langsung ekstensi antrum lebih rendah.
• Area mastoid perifer yang timbul dari antrum.
Sel Petrous
Sel-sel petrous dibagi lagi menjadi perilabyrinthine sel dan sel apikal.
Sel Perilabyrinthine
Sel ini adalah sel-sel udara yang mengelilingi labirin; termasuk sel-sel supralabyrinthine
superior ke sel labirin dan infralabyrinthin. Sel-sel supralabyrinthine dibagi menjadi
posterosuperior, posteromedial, dan subarcuate sel
• Sel posterosuperior, timbul dari antrum, terletak di sekitar setengah lingkaran superior kanal
dan sepanjang permukaan posterior dari tulang petrous di atas auditori internal kanal.
• Sel posteromedial memanjang sepanjang permukaan posterior tulang petrous di bawahnya sel
posterosuperior menuju posterior dinding saluran pendengaran internal [36].
• Sel-sel subarkuata memanjang melalui lengkungan dari kanal setengah lingkaran superior ke
dalam subarcuate fossa.
24
Gambar. . Sistem sel udara pada tulang temporal
25
OPERASI MASTOIDEKTOMI
A. DEFINISI
Mastoidektomi merupakan tindakan operasi terhadap prosesus mastoideus beserta
organ-organ yang ada di dalam dan di sekitarnya dengan maksud mengangkat jaringan-
jaringan yang telah mengalami kerusakan sebagai akibat proses radang sehingga proses
peradangan tersebut dapat dihentikan.
Kita mengenal beberapa jenis mastoidektomi :
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy) adalah tindakan membuka korteks
mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti tulang yang
nekrotik atau jaringan lunak serta jaringan granulasi, menemukan antrum dan mebuka
aditus ad antrum yang tersumbat. Mastoidektomi sederhana yang lengkap harus
membuang seluruh sel mastoid termasuk yang berada di sudut sino-dura, sel mastoid di
tegmen mastoid, dan segitiga Trautmann, sampai seluruh sel mastoid di mastoid tip
26
- Kolesteatoma dengan otore yang kronis atau berulang dimana fungsi koklea yang tersisa
adalah hal yang dipertimbangkan dari timpanoplasti masa depan dan ketika eksteriorisasi
kolesteatoma diinginkan.
- Pada kasus-kasus dengan kolesteatoma pada atik, antrum atau prosesus mastoid.
- Mastoiditis koalesen
- Abses subperiosteal retroaurikular
C. KONTRA INDIKASI OPERASI
- Pada only hearing ear
- Pasien dengan risiko apabila dilakukan pembedahan, keadaan umum buruk
- Keadaan yang tidak memungkinkan dilakukan perawatan pascaoperasi dengan baik
D. PERSIAPAN OPERASI
Terdiri atas :
1. Persiapan penderita
2. Persiapan operator
3. Persiapan tata letak ruang operasi
4. Persiapan alat dan prasarana
1. Persiapan Penderita
Persetujuan operasi/ informed consent
Konsul anestesi/Kesehatan Anak/Penyakit Dalam/Kardiologi
Cukur rambut pada telinga yang akan di operasi.
Puasa 6 jam sebelum operasi.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Darah Rutin, GDS, Ureum, Kreatinin, PPT, PPTK, Elektrolit)
Foto mastoid (Schuller)
CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur dan fungsi tuba
Kultur dan tes sensitivitas sekret telinga
Sebelum memasuki ruang operasi, lokasi operasi harus terkonfirmasi. Lokasi telinga
yang tepat ditandai dengan pen marking. .
27
Saat di ruang operasi posisi kepala pasien membutuhkan posisi presentasi mastoid
dimana kepala dan badan pasien dalam satu bidang horizontal. Kecuali pada teknik
operasi stapes, kepala dalam posisi hiperekstensi.
Premedikasi Penderita
o Injeksi antibiotika preoperative (sesuai hasil uji sensitifitas atau Ciprofloksasin
400 mg/12 jam iv pada dewasa, Ampicillin sulbactam 150 mg/kgBB/hari iv
terbagi dalam 3-4 dosis pada anak-anak).
Pada pendekatan retroaurikular, rambut pasien harus dicukur sampai 2 cm dari plika
auricular. Plester rekat digunakan untuk membatasi area operasi, mengamankan
gulungan rambut, dan memudahkan adhesi pada proses draping operasi.
2. Persiapan operator
Terdiri atas :
Operator dan asistennya
Ahli anestesi
28
Asisten peralatan
Khusus bagi operator :
Harus menguasai anatomi dan fisiologi serta patologi telinga.
Harus mengerti indikasi, kontra indikasi, komplikasi serta penanggulangannya pada
operasi telinga tengah.
Harus mempunyai ketrampilan yang baik dalam melakukan operasi telinga tengah.
Memakai Alat Pelindung Diri, Prosedur cuci tangan, Gowning dan Gloving
Gambar 15. A.Posisi duduk operator dengan mikroskop yang benar; B. Posisi duduk operator
yang salah
29
Keterangan :
A. Mikroskop
B. Instrument
C. Asisten Perawat
D. Mesin Kauter
E. Mesin Bor
F. Peralatan Anestesi
G. Asisten operator
H. Operator
I. Suction
Gambar 16. Tata letak ruang operasi (Atlas of middle ear surgery, 2011)
30
Spekulum telinga : 3 buah
Aligator kecil (Ear Forcep Hartman) : 2 buah
Arteri klem kecil, bengkok dan lurus : 8 buah
Pinset anatomis dan sirurgis : 2 buah
Elevator freer : 1 buah
Needle holder dan jarum : 1 buah
Tampon forsep : 1 buah
Suction tip Ferguson kecil dan besar : 2 buah
Mikroskop : 1 set
31
Mesin Suction Mesin Bor pengoperasian
dengan pijakan kaki
MIkroskop
32
FISCH Retractor MAYO Scissors,
33
FISCH Perforator Elevator
34
Mata Bor, Diamond dan Cutting
Set Bor system
Berbagai ukuran
Metal Tray, 275 x 175 x 36 mm Wire tray, holeplate, fold away handle
35
kebanyakan kasus, anestesi umum selalu digunakan pada operasi Mastoidektomi. Anestesi
local dilakukan pada kasus sederhana, misal miringoplasti transkanal. General anestesi
hamper selalu dikombinasikan dengan infiltrasi obat anestesi local.
Anestesi Lokal :
Anestesi lokal dilakukan dengan injeksi lidokain 1% dan epinephrine 5 µg/mL
segera setelah proses sterilisasi dan draping. Jika pendekatan retroaurikular dilakukan,
plika retroaurikularis dan area mastoid diinjeksi secara subakutaneus. Panen tandur
kartilago konka dan tragus membutuhkan inflitrasi obat anestesi lokal pada permukaan
posterior aurikula atau region tragus.
Gambar. Lokasi injeksi anestesi pada aurikula pada meatus dan retroaurikula (sumber Atlas
A
of middle ear surgery, 2011 Thieme)
36
Perhatian : agar berhati-hati saat menyuntikkan anestesi lokal tidak terlalu banyak pada
arah jam 6 di meatus, dan agar selalu mempalpasi tip mastoid sehingga injeksi tidak
mengarah ke anterinferior yang dapat menyebabkan blok nervus fasialis.
Insisi kulit
Untuk mencapai tulang temporal diperlukan membuka kulit yang terdapat di
atasnya. Yang paling klasik adalah membuka kulit di belakang aurikula / retroaurikular
insisi, tujuannya untuk mencapai antrum mastoid.
Insisi retroaurikuler :
Dibuat sayatan tajam dari kulit, subkutis dan periosteum secara bertahap, tidak
sekaligus. Insisi dilakukan dengan menggunakan scalpel no. 25, letak sayatan antara 0,5 –
0,8 cm dari insertia aurikula. Sayatan dimulai dari atas dekat ujung insersi aurikula ke
bawah sejajar sampai mendekati tip mastoid, kira-kira antara 5 – 7 cm.
37
Insisi fossa aural biasanya pada anak-anak agak mendatar tidak diarahkan ke
mastoid tip, terutama pada anak-anak di bawah 2 tahun. Ini perlu diketahui agar n. fasialis
tidak terkerat.
MASTOIDEKTOMI SEDERHANA
TEKNIK OPERASI
1.Operasi dilakukan dalam narcosis.
38
4. Sayatan diperdalam lapis demi lapis
sampai terekspose fasia muskulus
temporalis
39
8. Lapisan fasia superfisial diangkat dan
fasia dibersihkan dengan freer. Dilakukan
Degloving fasia elevasi fasia dari muskulus
temporalis
9. Mastoidektomi superfasialis
Borkorteks mastoid dengan
landmark segitiga McEwen, dengan
mengidentifikasikan:
1. dinding posterior liang telinga,
2. linea temporalis dan spina Henle.
3. tegmen timpani
4. tegmen mastoid
5. sinus sigmoid
6. kanalis semisirkulatis lateralis.
40
Arah Bor yang benar menghasilkan kavitas yang Arah Bor yang salah dengan mengarahkan
berbentuk cekungan ss = sinus sigmoid; a = Bor langsung ke antrum. ss = sinus
anterior; p = posterior. sigmoid; a = anterior; p = posterior.
Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasial pars vertical. Bila ada
jaringan patologis/jaringan granulasi dibersihkan.
Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta periksa mobilitas osikel dan patensi
aditus ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi posterior.
Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu teknik pemasangan graft (inlay,
underlay, overlay, inlay-underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti.
Diletakan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh salep antibiotik.
Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis.
Bila perlu dipasang pipa salir didaerah insisi.
41
simple interupted ditutup kassa steril
A. KOMPLIKASI
- Paralisis fasial
- Cedera sinus (sinus sigmoid, sinus petrosal superior dan bulbus jugularis)
- Cedera dura
- Subluksasi inkus
- Ekstraksi inkus
- Tuli nada tinggi traumatik
- Anakusis
- Stenosis meatal
- Fiksasi tulang maleus dan inkus
42
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Buka verban
c. Miringkan pasien berlawanan dengan telinga yang dioperasi, teteskan obat 3-4 tetes
atau sesuai dosis
d. Tutup dengan verban baru yang bersih
e. Lakukan setiap hari sampai tiba waktunya kontrol di Rumah Sakit.
- Keluarga diminta menghubungi Rumah Sakit terdekat jika dijumpai :
a. Bengkak dan kemerahan pada bekas operasi
b. Rembes darah dari luka operasi
c. Nyeri baru atau nyeri yang tidak hiang dengan analgetik biasa
d. Demam tinggi
MASTOIDEKTOMI RADIKAL
A. TEKNIK OPERASI
1. Dilakukan insisi postaural atau endaural
2. Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari
pangkal posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea
temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan cara mengelevasi perios
Mastoidektomi superfisialis:
- Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
- Identifikasi sinus sigmoid
- Identifikasi kanalis semisirkularis
Mastoidektomi dalam:
- Identifikasi aditus ad antrum
- Identifikasi fossa inkudis dan osikel
- Identifikasi kanalis fasialis
3. Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan kolesteatoma
4. Meruntuhkan bridge
43
5. Merendahkan dinding posterior
6. Meatoplasti
Suatu flap dasar lateralnya pada konka yang berasal dari posterior dan superior dinding
meatus dan masuk ke dalam kavum mastoid melapisi daerah fasial ridge.Tindakan ini
membantu epitelisasi kavum mastoid. Kartilago konka dapat dilepaskan untuk
memperlebar meatus dan mempermudah melihat dan melakukan tindakan pada kavum
timpani.
7. Jika kavum mastoid sangat besar dan kolesteatoma bersih, maka dilakukan obliterasi
dengan muskulus temporal atau jaringan lunak, hati-hati pada sisa penyakit
(kolesteatoma) yang tertinggal di bawah.
8. Menutup luka operasi. Kavum timpani ditutup dengan kain kasa, yang diberi antibiotik
atau antiseptik, dan luka operasi dijahit satu persatu
B. KOMPLIKASI OPERASI
1. Paralisis nervus facialis.
2. Perikondritis daun telinga.
3. Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
4. Labirintitis.
5. Kista coklat atau mukus.
6. Kolesteatome berulang.
7. Terbentuknya jaringan granulasi.
44
Pemberian antibiotik oral pasca operasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan
waktu operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya
lingkungan tempat operasi dilakukan.
Rencana pasien dipulangkan 2(dua) hari pasca operasi
Jahitan dibuka pada hari ke 6-7 atau setelah luka operasi kering.
D. FOLLOW-UP
Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1 mingu pasca operasi, 2 minggu, 4 minggu, 6
minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan - 1 tahun sekali untuk mencegah
terjadinya debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3 bulan pasca
operasi.
MASTOIDEKTOMI MODIFIKASI
A. TEKNIK OPERASI
1. Insisi postaural atau endaural
2. Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid.
Daerah mastoid mulai dari pangkal posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut
suprameatal dan diatas linea temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan
cara mengelevasi periosteum dan meretraksi luka insisi.
3. Mengangkat tulang dan membuka atik dan antrum.
Dengan bantuan bor tulang diangkat dari daerah sudut supra meatal, spine of henle, pangkal
tulang zigoma sampai ke bagian atas dinding anterior meatus, bagian atas dinding superior
meatus juga diruntuhkan. Tindakan ini akan memaparkan daerah antrum dan atik. Kemudian
dilakukan identifikasi daerah tegmen mastoid dan kanalis semi sirkularis.
4. Angkat jaringan patologis.
Kolesteatoma, granulasi dan mukosa yang tidak sehat diangkat. Inkus dan kepala dari maleus
perlu untuk diangkat apabila kolesteatoma meluas ke arah medial, tetapi sedapat mungkin
dipertahankan.
5. Facial ridge direndahkan
6. Kavum mastoid dihaluskan dengan bor pemoles, kemudian irigasi dengan normal saline.
7. Rekonstruksi mekanisme pendengaran.
45
Pars tensa dari membran timpani dan telinga tengah apabila sehat, dibiarkan/tidak diganggu.
Bila penyakit meluas ke telinga tengah, hanya jaringan ireversibel yang dibuang.
Rekonstruksi dari membran timpani atau rantai osikel, apabila rusak dapat dilakukan
(mastoidektomi dengan timpanoplasti)
8. Meatoplasti dan penutupan luka operasi sama pada mastoidektomi radikal.
B. KOMPLIKASI OPERASI
Cedera nervus fasialis.
Perikondritis daun telinga.
Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
Labirintitis
Trauma telinga dalam
46
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Gersdorf M, Gérard JM. Atlas of middle ear surgery. New York : Thieme 2011
2. Mansour S, Magna J, Haidar H, Nicolas K, Louryan S. Comprehensive
3. and clinical anatomy of the middle ear. London : Springer 2013 1st Ed
4. Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Indonesia. Modul Utama Otologi.
Jakarta 2015
5. Brackman C, Selton M, Arriaga. Otologic surgery, fourth edition. Philadelphia : Elsevier 2016
6. Advance Medika Corpora. Recommendation set tympanoplasty. website : www.advancemedicorp.com
7. Soepardjo H. Kumpulan Kuliah THT. Naskah dipakai untuk kalangan sendiri Anatomi telinga, Fisiologi
telinga tengah, Mikroanatomi telinga tengah, Tuba Eustachius, Petunjuk operasi telinga tengah.
8. Modul Utama Otologi. Kolegium ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2015
9. Bagian IK THT KL FK Undip Semarang. RSUP Dr. Kariadi. Kelompok studi otologi IK THT KL. Perhati
KL cabang Jawa Tengah. 2018
10. Animation demonstrating how a mastoidectomy is performed (basic to canal wall down radical)
https://www.FauquierENT.net
48