Anda di halaman 1dari 48

PRETEST

MASTOIDEKTOMI

Oleh :
Julita Melisa Dewi

Pembimbing:
Dr. Dwi Marliyawati, Sp.THT-KL, MSi.Med

BAGIAN IK THT-KL FK UNDIP / KSM KTHT-KL


RSUP DR.KARIADI SEMARANG
2020

1
PENDAHULUAN
Mastoidektomi adalah tindakan operasi pengambilan atau pembersihan jaringan patologis
pada telinga tengah dan sel-sel mastoid untuk menghentikan proses selanjutnya.
Tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan proses peradangan dan komplikasi yang
membahayakan kehidupan penderita atau mengancam jiwa penderita sehingga operasi ini
dianggap sebagai tindakan penyelamatan jiwa penderita (life saving operation).

Gambar : Telinga

Sebelum ditemukannya antibiotik yang tepat sesuai dengan test sensitivitas,


mastoidektomi sering hasilnya kurang memuaskan, sebab infeksi pasca bedah atau indikasi yang
kurang tepat, seperti terlalu cepat dilakukannya mastoidektomi, ataupun mastoidektomi
dikerjakan pada kausa alergi dan lain-lain. Sekarang setelah pengetahuan mengenai obat-obatan
dan teknik operasi mastoidektomi meningkat, akibat buruk yang ditimbulkan oleh operasi ini
jauh berkurang.
Masalah yang timbul adalah bagaimana melakukan operasi tanpa menimbulkan akibat
yang buruk. Tujuan dari penulisan ini adalah diharapkan dalam melakukan operasi tidak terjadi
komplikasi yang tidak diinginkan.

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Telinga
Telinga dibagi atas 3 bagian besar yaitu: telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga luar
Terdiri dari :
0* Daun telinga yang terdiri dari rangka rawan yang membentuk daun telinga, Bagian daun
telinga terdiri oleh heliks, antiheliks, tragus, antitragus, lobules, fossa schapoidea, fossa
triangulassris dan konka . Auricular mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpilkan
getaran udara. Auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastic tipis yang ditutupi kulit.
Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh n. facialis

Perdarahan saun telinga bagian


posterior berasal dari cabang posterior
a.karotis eksterna yang memvaskularisasi
sebagian kecil permukaan depan daun
telinga. sebagian permukaan belakang
daun telinga divaskularisasi oleh a. oksipitaslis. Pemukaan daun telinga bagian anterior terutama
divaskularias oleh cabang anterior a.temporalis superfisialis anterior.
Persyarafan daun telinga disuplai oleh cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor
dari pleksus servikalis, juga canag dari aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular
n.vagus

3
1* Liang telinga, terdiri dari rangka rawan di bagian luar dan rangka tulang bagian dalam.
Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrane timpani. Pada
orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5 cm). Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah
cartilage elastic dan 2/3 bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani.
Meatus dilapisi oleh kulit dan 1/3 bagian luarnya, Antara daun telinga dengan saluran telinga
bagian rawan terdapat suatu celah yang disebut incisura terminalis sedangkan penghubungnya
disebut isthmus. Rawan Canalis Acusticus Externus ini berbentuk lingkaran terbuka dibagian
postero superiornya, kulit di bagian ini mengandung rambut, kelenjar suremen dan sebasea, yang
menghilang makin ke dalam mendekati membrana timpani
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari nervus auricular temporalis
dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran limfe menuju nodi parotidei superfisialis, mastoidei
dan cervicales superfisialis.
2* Membrana timpani dengan rangka luar dari annulus timpanikum dan ditengah ditunjang oleh
maleus.
Peredaran darah diperoleh dari arteri temporalis superfisialis dan aurikularis posterior,
sedangkan arteri aurikularis profunda memberi darah ke membrana tympani. Pembuluh baliknya
mengikuti arteri-arterinya antara lain terus ke vena jugularis externa, vena maxillaris interna dan
plexus pterygoideus.
Pembuluh lympe menuju kelenjar lympe aurikularis anterior dan parotis, aurikularis
posterior dan jugularis externa.

4
Telinga tengah
Terdiri dari Kavum timpani dan tuba Eustachii dengan antrum mastoid dan sel-sel
udara mastoidnya, membrana timpani bagian dalam juga merupakan bagiannya. Rongga
timpani ini juga berisi tulang-tulang pendengaran maleus, inkus dan stapes, selain ini juga
terdapat otot-otot, ligamen-ligamen dan saraf-saraf.
Kavum timpani merupakan rongga yang tidak teratur, sempit dan letaknya miring,
terdapat dalam os temporal diantara telinga luar dan telinga dalam. Ukuran aksis vertikal dan
anteroposterior kira-kira 15 mm sedangkan tranversal berjarak pendek kira-kira 2 mm dan
jarak terpanjang 6 mm yang terdapat di bagian atas dan dibagian bawah berukuran 4 mm.
Karenanya kavum timpani dibagi menjadi 3 ruangan, antara lain :
3* Epitimpanum atau attic space atau rongga atap.
4* Mesotimpanum atau kavum timpani yang terdapat setinggi pars tensa.
5* Hipotimpanum rongga terdapat di bawah batas bawah pars tensa.
Selain dari rongga tersebut di atas, masih didapatkan rongga kecil yang terbentuk
oleh lipatan-lipatan mukosa yang menutupi dinding kavum timpani yang tidak teratur
bentuknya, antara lain :
6* Rongga dari Prussak setinggi pars flaccida membrana timpani.
7* Rongga Troltsch antara membrana timpani lipatan maleus.
a. Kavum Timpani
Mempunyai batas-batas / dinding sebagai berikut :
1) Dinding atas : sering disebut sebagai tegmen, berupa tulang tipis yang membatasi dura dari
epitimpanum.
Sutura petrosquamosa terdapat pada segmen ini dan pada anak-anak tidak mengalami
penulangan yang dapat merupakan port d'entre kuman dari Kavum Timpani ke rongga
kranium. Sedangkan pada dewasa (kira-kira 50 %) terdapat vena yang menembus sutura ini
menuju ke sinus petrosquamosa dan sinus kranialis.
2) Lantai : terletak sedikit di bawah permukaan dasar meatus, merupakan dinding tipis yang
memisahkan kavum timpani dari vena jugularis interna. Bila bulbus jugularis ini kecil, maka
dinding lantai ini dapat mencapai ketebalan 1 cm dan mengandung hipotimpanik air cells,

5
dan sebaliknya bila bulbus jugularis besar, dinding lantai akan sangat tipis sekali dan
menonjol ke kavum timpani.
3) Dinding depan : bagian bawah dari dinding ini merupakan lempeng tipis yang memisahkan
dengan arteri karotikus interna (Kanalis Karotikus), kadang-kadang disini terdapat sel-sel
udara rudimenter. Di atas terdapat semikanal muskulus tensor timpani dan dibawahnya
terdapat semikanal tuba auditorius dan diantara kedua semikanal membrana / septum kanalis
muskulo-tubarius.
4) Dinding belakang : Dinding ini dibagian atasnya terdapat lubang ke arah antrum Mastoidea
yang disebut additus. Di bawah lubang ini terdapat dinding yang tipis yang berisi sel-sel
udara dari prosesus mastoideus. Pada dinding ini terdapat penonjolan eminentia piramidalis
yang apeksnya mengirimkan tendon muskulus stapedeus, kemudian di supero-posterior basis
eminentia piramidalis ini nervus fasialis yang dari dinding medial membelok ke arah bawah.
Dari nervus fascialis keluarlah cabang korda timpani pada daerah ini melalui apertura
timpanica kanalikula.
5) Dinding medial : merupakan pars petrosa ossis temporalis, yang membatasi telinga tengah
dengan telinga dalam. Pada dinding medial ini terdapat bagian-bagian penting yang perlu
kita ketahui :
8* Ujung depan kanalis semisirkularis lateralis yang merupakan penonjolan yang luas di atas
dan agak kebelakang.
9* Penonjolan kanalis fasialis dari Fallopii yang terdapat di bawah dan sedikit kedepan dari
tonjolan di atas.
10* Prosesus cochleriformis yang dibentuk semikanal muskulotubarius terdapat di depan
tonjolan fascialis tadi, mengirimkan tendon m.tensor timpani.
11* Fenestra ovalis terdapat tepat di bawah kanalis fasialis yang ditutupi oleh dasar stapes.
12* Promontorium dibentuk oleh kelokan kokhlea yang terdapat di bawah fenestra ovalis /
vestibularis.
13* Fenestra rotundum terdapat di bawah dan belakang promontorium, sedangkan diatasnya
terdapat tonjolan lekukan dari fosula kokhlea yang kadang-kadang melindunginya (niche
round window).

6
14* Sinus timpanikus terdapat di posterior promontorium dan medial
eminentia piramidalis yang merupakan cekungan (resessus) timpanikus
subkanalis Fallopii.
6) Dinding lateral : Di bagian atas dari membrana timpani terdapat rongga attik / atap atau
resessus epitimpanikus yang menjorok ke lateral dan berada di atas meatus, maka pars
squamosa ossis temporalis disini merupakan dinding lateral dari telinga tengah bagian
atap. Dibawahnya baru membrana timpani dan annulus timpanikus merupakan dinding
lateral timpanum.
Membrana timpani pada anak-anak bayi letaknya hampir horizontal dan pada
dewasa agak menghadap ke arah depan dan membentuk sudut 40o dengan dasar meatus.
Bundarannya merupakan diskus klips yang menempel pada jaringan fibrokartilago yang
terdapat pada sulkus timpanikus yang disebut annulus timpani. Pada bagian antero
superior dari annulus ini terdapat celah timpani (timpani notch) selebar kira-kira 5 mm
(Rivinus' notch).
Dari kedua ujung notch ini merentang ligament ke arah maleus disebut plika
maleolus anterior dan plika maleolus posterior. Maka terbentuklah segitiga kecil oleh
kedua plika ini yang membatasi segitiga pars flacida dari Sharpnell yang melekat
langsung pada os petrosus. Sisanya dari membrana timpani yang terdapat dibawahnya
dan merupakan yang terluas disebut pars tensa, karena membrana ini sangat tegang.
Pars tensa, terdiri dari tiga lapisan : Bagian luar dilapisi kulit kelanjutan kulit
kanalis akustikus eksternus yang tidak mengandung rambut dan kelenjar (stratum
kutaneum). Membrana propia terdapat di bawah kulit yang terdiri dari: serabut radier
yang mengarah ke perifer melekat di manubrium dan anulus timpanikus, serat sirkuler
yang terdapat pada daerah dalam. Paling dalam berupa mukosa kuboid sebagian
kelanjutan mukosa timpanum yang disebut stratum mukosum yang mempunyai jaringan
submukosa yang tipis.
Pars flacida, terdiri dari dua lapisan besar, walaupun akhir-akhir ini ditemukan
lapisan propia yang tipis sekali, yaitu stratum kutaneus, seperti membrana tensa. Stratum
mukosum. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan jaringan ikat tipis sekali.
Membrana flacida ini tidak terentang tegang.

7
Klinis membrana timpani secara keseluruhan dibagi dalam kwadran : anterior-
superior, antero-inferior, postero-superior, postero-inferior. Titik tengahnya umbo dengan
dua garis yang saling memotong tegak lurus melalui aksis prosesus brevis maleus-umbo.

b. Isi kavum timpani


Di dalam kavum timpani terdapat: tulang-tulang pendengaran, otot-otot, plika,
ligamen dan rongga-rongga, pembuluh darah dan saraf.
1) Tulang pendengaran.
Biasa disebut sebagai ‘ossicles’. Terdiri dari 3 buah tulang yang berantai satu dengan
lainnya sehingga rantaian ini lazim disebut "ossicular chain" (rantaian tulang").
Maleus : adalah tulang terbesar dari ketiga ossicula ini. Kepalanya terdapat dalam
rongga epitimpanum, sedangkan manubrium dan prosesus lateralisnya (yang pendek)
melekat pada membrana timpani. Antara manubrium dan kepala terdapat lekukan
yang disebut leher maleus. Sedangkan prosesus anteriornya (yang panjang) menjorok
secara langsung dari lehernya menuju ke bawah miring ke arah fisura petrotimpani,
yang pada usia dewasa berubah menjadi jaringan ikat ligamentum maleolaris anterior
ujungnya, sedangkan bagian tulangnya jadi pendek.
Incus : mempunyai badan dan dua tangkai (yang panjang dan pendek). Badan incus
ini menempel dengan kepala maleus yang juga terdapat di resesus epitimpani.
Prosesus brevis (pendek) menuju ke arah fosa incudis yang terletak pada basis resesus
epitimpani yang menuju ke aditus tadi, dibawah tonjolan semi sirkularis lateralis.
Prosesus longusnya (yang panjang) menuju ke bawah dan sejajar dengan manubrium,
dimana ujungnya membelok hampir tegak lurus ke medial yang berartikulasi dengan
stapes, dimana artikulasi ini sering disebut sebagai artikulasi diarthroidal.
Stapes : merupakan tulang terkecil dari ossikula ini. Terdiri dari kepala yang
menempel pada incus, leher dan crura dua buah dengan dasar stapes menutupi
fenestra ovale. Pinggiran basis stapes ini diliputi ligamentum annulare yang elastis,
sehingga stapes dapat bergerak dan menutupi rongga antara footplate dan pinggiran
fenestra ovale tadi.

2) Otot-otot

8
Otot-otot pendengaran yang terdiri dari :
Muskulus Stapedius : membentang antara stapes dan yang tendonnya menembus
pada apexnya, dan membelok ke bawah agak lancip untuk kemudian melekat pada
leher stapes. Otot ini mendapat inervasi dari cabang nervus fasialis yang keluar dari
Fallopian kanal setinggi otot ini. Diduga otot ini mempunyai fungsi proteksi terhadap
fenestra ovale dari getaran suara yang terlalu kuat, sehingga menarik stapes ke arah
lateral.
Muskulus Tensor Timpani : memasuki Kavum Timpani melalui saluran tulang
semikanal tensor timpani. Origo M. Tensor Timpani terletak di luar tengkorak, yaitu
pada permukaan atas tuba Eustachii pars kartilagenosa. Setelah keluar dari semikanal
tensor timpani, maka membelok secara tajam ke lateral menyilang Kavum Timpani
untuk kemudian melekat pada manubrium malei dekat lehernya. Inervasi otot ini
berasal dari cabang nervus mandibularis.

3) Plika-plika di telinga tengah


Di telinga tengah terdapat plika-plika antara lain :

 Plika tensor

Berjalan ke depan dari tensor timpani sepanjang ligamentum maleolaris anterior


dan semi kanal tensor timpani, secara sempurna memisahkan atik bagian anterior
dengan mesotimpanum bagian anterior. Plika ini biasanya mencegah kolesteatom
atik masuk ke mesotimpanum anterior.

 Plika maleolaris superior

Berjalan tranversal melalui ligamentum maleolaris superior, memisahkan atik atas


rongga anterior dan posterior.

 Plika inkudal lateralis

Berjalan antara pinggir inferior inkus dengan dinding lateral atik. Plika ini
mungkin mencegah perluasan epitel skuamosa dari pinggir posterior-superior
kedalam atik.

 Plika maleolaris posterior

9
Merupakan lipatan mukosa dari leher maleus ke tepi posterior superior sulkus
timpani.

10
Ligamentum di telinga tengah

 Ligamentum anulare

Menghubungkan kaki stapes ke tepi fenestra ovalis.

 Ligamentum maleolaris anterior dan posterior

Mengelilingi leher maleus dan kemudian bersatu membentuk sumbu ligamen,


melekat ke ujung anterior dan posterior "notch of Rivinus"

 Ligamentum incudal posterior

Menghubungkan prosesus brevis inkus ke fosa inkudis di aditus.

 Ligamentum maleolaris superior

Menghubungkan kaput maleus dan korpus inkus ke puncak atik.

Rongga-rongga di telinga tengah.


Ruang von Troltsch oleh manubrium malei dibagi menjadi rongga anterior
dan posterior. Ruang anterior mempunyai batas lateral oleh pars tensa membran
timpani, medial dengan plika maleolaris anterior, sebelah posterior dengan
manubrium malei. Ruang posterior mempunyai batas lateral oleh pars tensa membran
timpani, medial dengan plika maleolaris posterior, medial dengan manubrium malei.
Ruang Prussak terletak sebelah lateral leher maleus antara ligamentum
maleolaris lateralis dan "Sharpnell's membrane."

11
4) Pembuluh darah
Kavum Timpani mendapat darah dari arteri karotis eksterna dan interna.
Cabang yang paling banyak mendarahi telinga adalah arteri timpanika anterior dan
arteri stiloMastoid.

 A. Timpanika Anterior

Merupakan cabang arteri maksilaris interna mendarahi bagian anterior Kavum


Timpani, maleus dan inkus.

 A. StiloMastoid

Merupakan cabang arteri aurikularis posterior mengikuti nervus VII secara


retrograd di dalam kanalis fasialis, kemudian memberi cabang Mastoid yang
mendarahi sel-sel Mastoid. Setelah meninggalkan kanalis fasialis dan korda
timpani masuk ke kavum timpani dan mendarahi Kavum Timpani bagian
posterior, M. Stapedius, promontorium dan sebagian dasar dinding medial Kavum
Timpani.

 A. Meningea media

Berasal dari arteri maksilaris interna, kemudian bercabang dua ke Kavum


Timpani yaitu arteri petrosal superfisialis dan mendarahi atap Mastoid dan atap
epitimpanum dan arteri timpanika superior yang masuk ke Kavum Timpani
melalui fisura petroskuamosa dan mendarahi maleus, inkus, dan M. tensor
timpani.

 A. Timpanika inferior

Berasal dari arteri faringeal asenden, berjalan bersama cabang timpani nervus IX
yang masuk ke Kavum Timpani bagian inferiornya dan mendarahi
mesotimpanum. Cabang arteri kanalis pterigoideus mendarahi mesotimpanum dan
hipotimpanum.

 A. Karotiko timpanikus

Berasal dari arteri karotis interna, masuk ke kavum timpani mendarahi


hipotimpanum bagian anterior.

5) Persarafan

12
Terdapat 2 saraf di telinga tengah, yaitu :

 Nervus korda timpani

Cabang nervus Fasialis masuk ke Kavum Timpani dari kanalis posterior pada
persambungan dinding lateral dan posterior Kavum Timpani yang kemudian
menyeberang dipermukaan medial membran timpani antara mukosa dan lapisan
fibrosa berjalan medial bagian atas manubrium malei, terus ke arah depan
meninggalkan kanalukili anterior, terus ke fisura petro timpanika, keluar dari
Kavum Timpani melalui kanalis Huguier.

 Pleksus Timpanikus

Dibentuk oleh cabang timpani nervus glossofaringeus dan nervus


karotikotimpanikus yang berasal dari pleksus simpatis sekitar arteri karotis
interna, saraf ini membuat pleksus di promontorium, yang kemudian
memberikan :
Cabang untuk mukosa di Kavum Timpani, tuba eustakii, antrum dan sel-sel udara
Mastoid. Cabang yang bersatu dengan nervus petrosus superfisialis mayor.
Nervus Petrosus superfisialis minor yang mengandung serabut parasimpatis
nervus glosofaringeus. Persarafan sensoris telinga tengah berasal dari pleksus
timpanikus yang mensarafi mukosa Kavum Timpani, tuba eustakii antrum
Mastoid dan sel udara Mastoid. Persarafan motorik telinga tengah dari cabang
mandibular nervus trigeminus untuk M. tensor timpani dan cabang Stapedius
nervus fascialis untuk M. Stapedius.

 Pembuluh darah balik dan limfe.

Peredaran darah balik atau pembuluh vena berjalan paralel dengan arteri yang
menuju sinus petrosus superior melalui pleksus pterigoideus. Pada tegmen
timpani ini terdapat komunikasi vena dan duramater pada beberapa kasus.
Pembuluh limfe menuju ke limponoduli retrofaringeal dan parotidea.

c. Tuba Eustakii
Tuba eustakii merupakan suatu saluran yang menghubungkan Kavum Timpani
dengan nasofaring, mempunyai panjang 36 mm, mengarah ke inferior-anterior-medial.

13
Sepertiga bagian atas lateral adalah bagian tulang yang terletak anterolateral Kanalis
Karotikus, sedangkan dua pertiga bagian bawah medial terdiri dari kartilago. Tuba
terletak dicelah yang sempit antara ala mayor os spenoid dan pars petrosa os temporalis.
Muara tuba terdapat di dinding anterior Kavum Timpani dan di dinding latero posterior
nasofaring sebelah kauda konka inferior. Letak ostium timpanika lebih tinggi dari Ostium
Faringeal, dimana pada orang dewasa kira-kira 2,0 - 2,5 cm bedanya, sedangkan pada
anak-anak, biasanya hampir sama tinggi. Dalam keadaan terbuka ostium di faring
berukuran kira-kira 1 – 1,25 cm. Pada dewasa biasanya berbentuk huruf "S" dengan
diameter lebih sempit dari pada anak-anak. Pada anak-anak disamping lurus tuba ini juga
mempunyai diameter lebih luas, sehingga memberikan drainase Kavum Timpani yang
baik. Tuba ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :

 Tuba Eustakii pars osseus

Terdapat dibagian lateral yang mempunyai ukuran panjang setengah dari pars
kartilagineus dan bagian ini selalu terbuka. Makin dekat keterbatasannya (isthmus)
diameternya semakin sempit.

 Tuba Eustakii pars kartilagineus

Terdapat di bagian medial yang mempunyai dinding dari jaringan ikat yang disebut
lamina membranasea. Hal ini menyebabkan tertutup (merupakan rongga gepeng)
pada saat istirahat, sedangkan pada saat mengunyah menelan dan menguap dapat
terbuka. Ini dikarenakan kontraksi dari M. Tensor Vili Palatini yang melekat di
anterior pars kartilagineus membuat kartilago tuba bentuknya lebih silindris dan jadi
terbuka. Pinggir belakang dan atas ostium tuba terdapat suatu tonjolan tulang rawan
asesorius yang disebut Torus Tubaris. Di belakang Torus Tubaris terdapat suatu parit
atau Resesus Faring yang disebut Fosa Rosenmulleri.
Di sekitar Ostium Nasofaring terdapat lingkaran jaringan limpoid pada mukosa yang
disebut Tonsila Tuba dari Gerlach. Penyempitan terdapat antara bagian kartilago dan
bagian tulang, disini lumen menyempit, disebut sebagai Isthmus dengan diameter 1 -
2 mm. Isthmus yang sempit ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa dan
akibat infeksi yang lama sehingga terbentuk sikatrik yang menyebabkan penutupan
permanen dari tuba.

14
Diatas tuba terdapat semikanal M. Tensor Timpani dan dibagian medio-inferiornya
terdapat Kanalis Karotikus.
Pada anak-anak tuba relatif lebih pendek, lebih horisontal dan lebih lebar bila
dibandingkan dengan orang dewasa sehingga infeksi dari nasofaring dapat masuk ke
Kavum Timpani. Tuba eustakii mendapat pendarahan dari cabang : A. Maksilaris
Interna, A. Maksilaris Interna / Palatina Asenden, A. Faringeal Desenden pembuluh
darah vena, sejajar dengan arterinya, menuju ke pleksus venosus, pterigoideus, dan
pembuluh limfenya mengalir ke limponodi retrofaringeal dan Servikalis Profunda.
Persarafan dari saraf sensoris pleksus timpanikus merupakan cabang dari Nervus

Glosofaringeal, sedangkan Ostium Faringeal 50% diurus oleh serabut-serabut


Ganglion Spenopalatina, Nervus V.3,4,6

B. LAPISAN KULIT DAN OTOT TEMPOROPARIETAL

Jaringan lunak di daerah temporoparietal dari luar ke dalam adalah kulit dan jaringan
subkutis. Di sebelah dalamnya dan melekat cukup erat dengan subkutis addalah fascia
temporoparietal yang sering disebut fascia temporalis superfisialis. Lapisan itu adalah terusan

15
dari system mukuloaponeurotik superfisialis (SMAS = superfisial musculoaponeurotik system)
yang pada perjalanannya melewati arkus zygomatikus ke wajah.

Di bawah fasia temporoparietal terletak jaringan areolar longgar dan relative avaskuler
yang memisahkan fasia temporoparietal dengan fasia muskulus temporalis profunda. Fasia
m.temporalis profunda sering disebut sebagai fasia m. temporalis saja. Jaringan arepolar tersebut
memungkinkan kulit kepala bergerak cukup bebas dari lapisan dalamn yang relatif terfiksir.
Fasia m. temporalis membelah dua di sekitar linea temporalis untuk membungkus jaringan lemak
sekitar 1-2 cm di atas arkus zigomatikus. Perdarahan di daerah ini disuplai dari arteri temporalis
superfisialis cabang dari arteri temporalis.

C. BAGIAN TULANG TEMPORAL


Tulang temporal terbentuk dari tiga bagian yang tumbuh bergabung menjadi satu tulang
utuh yaitu pars skuamosa dimana terdapat fossa artikularis dari sendi temporomandibular (TMJ);
pars petrosa yang berisi apparatus auditorius dan vestibuler; dan pars timpanika yang membentuk
bangunan kanalis audiorius eksternus (Gambar 5)

16
A B

Prosesus styloideus tampak sebagai seperti bagian dari pars timpanika karena lokasinya,
meskipun sebenarnya prosesus styloideus tumbuh berkembang dan merupakan bagian pars
petrosa tulang temporal.

D. PROSESUS ZYGOMATIKUS
Prosesus zygomatikus ke medial memberntuk dinding posterior fosa mandibular dan ke
posterior melengkung sedikit ke bawah menuju prosesus mastoideus. Bagian ini memiliki
tonjolan yang disebut spina Henle yang terletak pada fossa mastoidea sedikit di belakang liang
telinga. Pada bagian ini juga terletak segitiga imajiner Mc Ewen yang berbatas superior pada
linea temporalis, ke anterior pada tepi posterior liang telinga dan ke posterior dengan garis
imajiner yang tegak lurus pada linea temporalis dan menyinggung dinding posterior liang
telinga.

17
E. PROSESSUS MASTOID
Prosesus mastoid dewasa berbentuk kerucut dan sedikit miring ke depan dan ke bawah.
Batas anteriornya bulat dan vertikal. Perbatasan posterior condong sekitar 45° ke bawah dan ke
depan. Di belakang bagian superior prosesus mastoid, foramen mastoid terletak di mana vena
emissaria mastoid lewat. Tulang skuamosa membentuk bagian anterosuperior dari proses
mastoid, sedangkan tulang petrosa membentuk bagian postero-inferiornya. Persimpangan dua
bagian tulang ini membentuk sutura petrosquamous. (Gbr.6).

Gambar 6. Permukaan lateral tulang temporalis sinistra i.

Penanda Permukaan Prosesus Mastoid


Di sepanjang permukaan lateral prosesus mastoids, kami membedakan beberapa bedah
penting landmark:
Linea Temporalis

18
Linea temporalis adalah peninggian horizontal yang terletak di batas atas dari proses
mastoid, meluas di belakang akar posterior prosesus zygomatic dan menandai margin inferior
dari insersio otot temporal. Linea temporalis bisa berupa ujung tajam yang menonjol atau
prominensia yang luas, namun bisa juga tidak ada.
Secara luas diterima bahwa linea temporalis adalah penanda bagian inferior fossa dura
media. Karenanya, selama mastoidektomi, selalu disarankan untuk menelusuri sepanjang, dan
bukan di atas linea temporalis, untuk menghindari cedera yang tidak disengaja pada dura. Studi
kadaver menemukan linea temporal terletak sekitar 5 mm lebih rendah dari fossa dura media.
Hal ini disarankan agar pengeboran bisa dimulai bahkan pada 5 mm di atas linea temporalis
tanpa bahaya terhadap dura pada saat operasi yang bertujuan membuka antrum mastoid. Dalam
kasus di mana linea temporalis tidak ada, spina Henle bisa digunakan sebagai kriteria anatomi
untuk memeperkirakan level dari fossa dura media.
Spina Henle
Spina Henle adalah plana tulang yang menonjol yang terlihat di permukaan luar dari
prosesus mastoid. Spina Henle terletak di belakang dan di atas kuadran posterosuperior dari
meatus auditorius eksternal dan di bawah asal dari linea temporalis
Spina Henle bisa kecil dan halus atau tajam dan panjang. Spina tidak ada di sekitar 6%
dari populasi. Spina ini berfungsi sebagai titik perlekatan ke ligamen yang memfiksasi pars
kartilaginosa meatus akustikus eksternal. Spina Henle adalah landmark yang penting selama
mastoidektomi karena itu menunjukkan aditus ad antrum yang letaknya di dalam.

Spina Henle

Gambar 7. Gambaran mastoid kiri cadaver memperlihatkan Spina Henle dan Kanalis Akustikus
Eksternus (EAC )

19
F. ANTRUM MASTOID
Antrum mastoid adalah selulae mastoid terbesar. Dimensi 10 × 10 mm. Antrum terletak
di posterior kanalis auditorius eksternal dan telinga tengah, inferior dari dinding fossa dura
media, dan anterior dari sinus sigmoid dan fossa dura posterior. Antrum mastoid berhubungan
anterior dengan attic melalui aditus ad antrum.
Kedalaman antrum mastoid adalah hal penting dalam operasi mastoid. Kedalamannya
juga bervariasi dari orang ke orang dengan usia yang sama. Pada bayi kurang dari 1 tahun, jarak
antara tulang kortikal dan antrum hanya 2-4 mm. Pada usia 3 tahun, antrum berada di 10 mm
dari tulang kortikal, dan pada orang dewasa, antrum mungkin 25 mm dari tulang kortikal
mastoid.
Hubungan Posisi Antrum dengan Landmark Permukaan
Pada operasi mastoid anak kecil, antrum cepat tercapai dengan mengkuretase tulang
kortikal. Pada orang dewasa, antrum terletak di bawah peninggian supramastoid, di atas dan di
depan sutura petrosquamous. Segitiga Mac-Ewen adalah indikator penting untuk area antrum.
Antrum Mastoid

Tegmen Antrum

KSS Lateralis

Gambar.8 Antrum terletak supero posterior dari spina Henle dan CAE.

Hubungan Antrum
Beberapa struktur penting harus dipertimbangkan saat beroperasi di antrum mastoid;
yang paling penting adalah kanalis semisikulari horisontal, nervus fasialis, sinus lateral, plana
fossa dura posterior, dan tegmen antrum.

20
Sudut Kordofasialis Korda Timpani

Incus

Kanalis
Semisirkularis
Lateral

Digastric ridge Nervus Fasialis segmen Mastoid


Gambar 9. Struktur yang terlihat pada mastoidektomi
dengan timpanotomi posterior

Kanalis Semisirkularis Horizontal


Secara medial, antrum dibatasi oleh segitiga padat mastoid, yang merupakan sudut
bertulang dibentuk oleh tiga kanalis semisirkularis. kanalis semisirkularis lateralis terletak tepat
di belakang dinding bagian dalam antrum. Kanalis dikelilingi oleh selubung tulang padat, yang
dengan memberi resistensi yang kuat terhadap instrumen. Jarak dari tegmen antri ke kanal
setengah lingkaran lateral adalah sekitar 6 mm.
Kanalis semisirkularis superior berjalan tegak lurus ke kanal lateral, sekitar 2 mm lebih
terletak medial. Crus anteriornya berjalan ke superior menuju tympani tegmen dan kemudian
kurva posterior bergabung dengan posterior setengah lingkaran kanal membentuk crus comunis.
Kanalis posterior berjalan tegak lurus dengan kanalis lateral.

Segmen Mastoid Nervus Fasialis


Bagian vertikal dari saluran Fallopian turun di dinding anterior rongga mastoid di sebuah
plana hampir sejajar dengan dinding posterior kanalis aduitorius eksterna (Gambar 9). Melewati
lamina tulang yang kompak dikenal dengan nama dari lamina premastoid lengkung.
Pada orang dewasa, bagian inferior antrum bersebelahan dengan genu kedua dari saraf
wajah. Nervus fasialis muncul dari rongga timpani medial kanalis semisirkularis media dan

21
prosesus brevis incus. Prosesus incudis selalu lebih dari 2 mm lateral ke nervus fasialis dan
merupakan landmark penting untuk lokalisasi nervus fasialis.
Pada anak-anak, antrum sangat terletak di hubungan dengan saraf wajah; Oleh karena itu,
operasi pendekatan ke antrum adalah risiko rendah untuk suatu cedera wajah akhirnya.
Jarak dari segmen vertical saraf wajah ke posterior fossa dura berkisar dari 5 hingga 10
mm. Jarak antara segmen mastoid dari kanal saraf wajah dan sinus sigmoid sangat bervariasi;
ada di sekitar 4 mm..
Saraf wajah keluar melalui saluran Fallopi foramen stylomastoid. Kedalaman rata-rata
dari saraf wajah dari korteks mastoid di stylomastoid foramen adalah 13 mm

Sinus Sigmoid
Sinus sigmoid merupakan kelanjutan dari sinus transversus. Melewati prosesus mastoid
arah ke anteroinferior untuk bergabung dengan bulbus jugular, membentuk kelengkungan
dengan sudut anterior. Bagian posterosuperior dari sinus sigmoid adalah bagian yang paling
penting; dari sana, sinus terletak secara bertahap lebih dalam dalam proses mastoid (Gambar 10).
Pada tingkat ujung mastoid, sinus sigmoid lewat di medial ke digastrik ridge dan saraf wajah
untuk bergabung dengan bulbus jugularis.

Fossa Kranii Media


Sinus Sigmoid

Dura Retrosinus Sudut Sinodural

Gambar 10.. Struktur yang terlihat pada mastoidektomi


setelah tulang plat dura fossa posterior dihilangkan

22
Plat Fossa Dural Posterior
Plat dural fossa posterior adalah plat tipis tulang yang memisahkan antrum mastoid dan
sel udara mastoid dari fossa kranial posterior. Ini dibatasi oleh sinus petrosal superior superior,
oleh sinus sigmoid latero-inferior, dan oleh kanalis semisirkularis posterior

Tegmen Antrum
Tegmen antrum adalah bagian dari tegmen yang membentang di atas antrum mastoid.
Struktur ini memisahkan antrum dari fossa tengah atasnya dan dura lobus temporal.

Sudut Sino-dural (Sudut Citelli)


Sudut citelli adalah sudut antara tengah fossa dan plat dural fossa posterior. Pada mastoid
yang pneumatik, sudut ini ditempati oleh banyak sel udara kecil, yang disebut Sel Citelli. Sel-sel
ini harus sepenuhnya dimusnahkan selama mastoidektomi pada otitis media supuratif kronis. Jika
tidak, infeksi persisten dalam sel-sel ini dapat menyebabkan kekambuhan patologi.

Korner's Septum
Septum Korner adalah sebuah piringan bertulang tebal di dalam prosesus mastoid.
Septum ini adalah piringan yang persisten tulang dalam bidang perpaduan dua primordial antrum
mastoid: saccus medius dan superior saccus. Septum ini membagi proses mastoid menjadi
superficial bagian skuamosa dan bagian petrosa yang dalam.
Septum Korner memanjang dari posterior dinding saluran pendengaran eksternal;
tersebar di sel udara dekat dengan pelat fossa tengah, kemudian berjalan inferior ke lateral kanal
fasialis menuju ke ujung mastoid.

Gambar 6. Septum Korner’s (a) tampak setelah eksplorasi mastoid (b) potongan koronal mastoid.

23
Sel Udara Mastoid
Sistem sel udara mastoid dikategorikan menurut ke berbagai daerah tulang temporal.
Sel Squamomastoid
Sel-sel udara ini terbatas pada proses mastoid itu sendiri dan dibagi menjadi:
• Antrum.
• Saluran mastoid sentral, yang langsung ekstensi antrum lebih rendah.
• Area mastoid perifer yang timbul dari antrum.

Sel Petrous
Sel-sel petrous dibagi lagi menjadi perilabyrinthine sel dan sel apikal.
Sel Perilabyrinthine
Sel ini adalah sel-sel udara yang mengelilingi labirin; termasuk sel-sel supralabyrinthine
superior ke sel labirin dan infralabyrinthin. Sel-sel supralabyrinthine dibagi menjadi
posterosuperior, posteromedial, dan subarcuate sel
• Sel posterosuperior, timbul dari antrum, terletak di sekitar setengah lingkaran superior kanal
dan sepanjang permukaan posterior dari tulang petrous di atas auditori internal kanal.
• Sel posteromedial memanjang sepanjang permukaan posterior tulang petrous di bawahnya sel
posterosuperior menuju posterior dinding saluran pendengaran internal [36].
• Sel-sel subarkuata memanjang melalui lengkungan dari kanal setengah lingkaran superior ke
dalam subarcuate fossa.

24
Gambar. . Sistem sel udara pada tulang temporal

Volume Sistem Sel Air Mastoid


Sistem sel udara mastoid ditutupi dengan epitel berbentuk kubus tervaskularisasi. Kontak
antara pembuluh darah dan ruang bawah membran epitel ini agak dekat menyerupai alveoli
dimana pertukaran gas terjadi. Selain itu, sistem sel udara mastoid berfungsi sebagai reservoir
udara dan sistem penyangga untuk menggantikan udara di rongga telinga tengah sementara
dalam kasus disfungsi tuba eustachius.
Volume udara rata-rata dalam sel udara mastoid sistem bisa sekitar 5-8 ml. Evaluasi CT
scan tulang temporal dianggap sebagai modalitas terbaik untuk menilai sistem sel udara mastoid
dan jenis pneumatisasi.
Pneumatisasi sel udara mastoid sistem dapat dibagi menjadi tiga jenis:
1. Mastoid sklerotik - tidak ada pneumatization.
2. Mastoid diploik - pneumatisasi parsial.
3. Mastoid pneumatik - penuh dan lengkap pneumatisasi.

25
OPERASI MASTOIDEKTOMI

A. DEFINISI
Mastoidektomi merupakan tindakan operasi terhadap prosesus mastoideus beserta
organ-organ yang ada di dalam dan di sekitarnya dengan maksud mengangkat jaringan-
jaringan yang telah mengalami kerusakan sebagai akibat proses radang sehingga proses
peradangan tersebut dapat dihentikan.
Kita mengenal beberapa jenis mastoidektomi :
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy) adalah tindakan membuka korteks
mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti tulang yang
nekrotik atau jaringan lunak serta jaringan granulasi, menemukan antrum dan mebuka
aditus ad antrum yang tersumbat. Mastoidektomi sederhana yang lengkap harus
membuang seluruh sel mastoid termasuk yang berada di sudut sino-dura, sel mastoid di
tegmen mastoid, dan segitiga Trautmann, sampai seluruh sel mastoid di mastoid tip

b. Mastoidektomi radikal adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga


mastoid, meruntuhkan seluruh dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel
mastoid yang mempunyai drainase ke kavum timpani yaitu membersihkan total sel-sel
mastoid disudut sinodural, didaerah segitiga Trautmann, disekitar kanalis facialis,
disekitar liang telinga yaitu di prosesus zigomatikus, juga di prosesus mastoideus sampai
ke ujung mastoid. Kemudian membuang inkus dan maleus, hanya stapes atau sisa yang
dipertahankan, sehigga terbentuk kavitas operasi yang merupakan gabungan rongga
mastoid, kavum timpani dan liang telinga.

c. Mastoidektomi modifikasi adalah Tindakan bedah untuk membersihkan peradangan di


atik atau epitmpanum dan antrum mastoid, dimana dinding tulang yang membagi meatus
dari antrum dan atik diangkat
B. INDIKASI OPERASI
- OMSK tipe Benigna, dengan perforasi menetap lebih dari 3 bulan dengan keadaan keluar
cairan berulang dan gangguan pendengaran
- OMSK Tipe Maligna

26
- Kolesteatoma dengan otore yang kronis atau berulang dimana fungsi koklea yang tersisa
adalah hal yang dipertimbangkan dari timpanoplasti masa depan dan ketika eksteriorisasi
kolesteatoma diinginkan.
- Pada kasus-kasus dengan kolesteatoma pada atik, antrum atau prosesus mastoid.
- Mastoiditis koalesen
- Abses subperiosteal retroaurikular
C. KONTRA INDIKASI OPERASI
- Pada only hearing ear
- Pasien dengan risiko apabila dilakukan pembedahan, keadaan umum buruk
- Keadaan yang tidak memungkinkan dilakukan perawatan pascaoperasi dengan baik

D. PERSIAPAN OPERASI
Terdiri atas :
1. Persiapan penderita
2. Persiapan operator
3. Persiapan tata letak ruang operasi
4. Persiapan alat dan prasarana

1. Persiapan Penderita
 Persetujuan operasi/ informed consent
 Konsul anestesi/Kesehatan Anak/Penyakit Dalam/Kardiologi
 Cukur rambut pada telinga yang akan di operasi.
 Puasa 6 jam sebelum operasi.
 Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium (Darah Rutin, GDS, Ureum, Kreatinin, PPT, PPTK, Elektrolit)
 Foto mastoid (Schuller)
 CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
 Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur dan fungsi tuba
 Kultur dan tes sensitivitas sekret telinga
 Sebelum memasuki ruang operasi, lokasi operasi harus terkonfirmasi. Lokasi telinga
yang tepat ditandai dengan pen marking. .

27
 Saat di ruang operasi posisi kepala pasien membutuhkan posisi presentasi mastoid
dimana kepala dan badan pasien dalam satu bidang horizontal. Kecuali pada teknik
operasi stapes, kepala dalam posisi hiperekstensi.
 Premedikasi Penderita
o Injeksi antibiotika preoperative (sesuai hasil uji sensitifitas atau Ciprofloksasin
400 mg/12 jam iv pada dewasa, Ampicillin sulbactam 150 mg/kgBB/hari iv
terbagi dalam 3-4 dosis pada anak-anak).

Gambar 12. Posisihbjhhghgh


pasien horizontal pada meja operasi (Atlas of middle ear surgery, 2011)

 Pada pendekatan retroaurikular, rambut pasien harus dicukur sampai 2 cm dari plika
auricular. Plester rekat digunakan untuk membatasi area operasi, mengamankan
gulungan rambut, dan memudahkan adhesi pada proses draping operasi.

Gambar 13. Draping kepala pasien

2. Persiapan operator
Terdiri atas :
Operator dan asistennya
Ahli anestesi

28
Asisten peralatan
Khusus bagi operator :
 Harus menguasai anatomi dan fisiologi serta patologi telinga.
 Harus mengerti indikasi, kontra indikasi, komplikasi serta penanggulangannya pada
operasi telinga tengah.
 Harus mempunyai ketrampilan yang baik dalam melakukan operasi telinga tengah.
 Memakai Alat Pelindung Diri, Prosedur cuci tangan, Gowning dan Gloving

Gambar 15. A.Posisi duduk operator dengan mikroskop yang benar; B. Posisi duduk operator
yang salah

3. Persiapan Tata letak ruang operasi


Mikroskop diposisikan pada posisi kepala dengan standing terletak berseberangan
dengan telinga yang dioperasi. Meja instrumen dan asisten perawat posisi berseberangan
dengan operator. Mesin motor bor, mesin kauter, dan alat monitor pasien terletak
bersebelahan dengan kaki pasien, berdekatan dengan peralatan anestesi.

29
Keterangan :

A. Mikroskop
B. Instrument
C. Asisten Perawat
D. Mesin Kauter
E. Mesin Bor
F. Peralatan Anestesi
G. Asisten operator
H. Operator
I. Suction

Gambar 16. Tata letak ruang operasi (Atlas of middle ear surgery, 2011)

4. Persiapan Alat Dan Prasarana Lain


Prasarana :
ruang operasi dan meja operasi
ruang pemulihan
ruang perawatan dan
Bur lengkap dengan semua macam mata bur : 1 set
Skalpel (tangkai dan mata pisau) : 1 buah
Spuit 2 ml dan 5 ml dengan jarum : 1 buah
Spoon (karet) dari lampert dan volkman : 5 buah
Wullstein mastoid retraktor gigi 2 dan 3 : 2 buah
Resparator bengkok dan lurus ` : 2 buah
Hajek bone punch kecil, sedang, besar : 3 buah
Chissel kecil dan besar (lurus, lengkung dan
tumpul) : 2 buah
Gauge besar dan kecil : 2 buah
Tatah tumpul : 1 buah
Hammer : 1 buah

30
Spekulum telinga : 3 buah
Aligator kecil (Ear Forcep Hartman) : 2 buah
Arteri klem kecil, bengkok dan lurus : 8 buah
Pinset anatomis dan sirurgis : 2 buah
Elevator freer : 1 buah
Needle holder dan jarum : 1 buah
Tampon forsep : 1 buah
Suction tip Ferguson kecil dan besar : 2 buah
Mikroskop : 1 set

Gambar 17. Instrumen set Mastoidektomi; tanpa set bor

31
Mesin Suction Mesin Bor pengoperasian
dengan pijakan kaki

MIkroskop

32
FISCH Retractor MAYO Scissors,

Artery Forceps Scissors, delicate,

FISCH Suction Tube Surgical Handle, for Blades 15

FREER Raspatory, CURVED Double Curette

33
FISCH Perforator Elevator

FISCH-BELLUCCI Scissors Pick

Tissue Forceps Jeweler Forceps, fine

HARTMANN Ear Forceps, HARTMANN Ear Forceps

34
Mata Bor, Diamond dan Cutting
Set Bor system
Berbagai ukuran

Metal Tray, 275 x 175 x 36 mm Wire tray, holeplate, fold away handle

E. PROSEDUR ANESTESI DAN INSISI


Untuk pembedahan biasanya selalu kita memberikan rasa yang enak terhadap
penderita-penderita pada saat pembedahan ataupun sesudah pembedahan. Untuk ini perlu
ditempuh metode mematikan rasa/anestesi terhadap penderita-penderita yang akan
dioperasi. Demikian pula pada mastoidektomi
Anestesi:
Ada dua macam anestesia yaitu : lokal dan umum
Anestesi Umum :
Pilihan pemberian anestesi tergantung pada kondisi pasien, keadaaan patologi yang
mendasari, tipe operasi, dan pengalaman klinis ahli anestesi dan ahli bedah. Pada

35
kebanyakan kasus, anestesi umum selalu digunakan pada operasi Mastoidektomi. Anestesi
local dilakukan pada kasus sederhana, misal miringoplasti transkanal. General anestesi
hamper selalu dikombinasikan dengan infiltrasi obat anestesi local.

Anestesi Lokal :
Anestesi lokal dilakukan dengan injeksi lidokain 1% dan epinephrine 5 µg/mL
segera setelah proses sterilisasi dan draping. Jika pendekatan retroaurikular dilakukan,
plika retroaurikularis dan area mastoid diinjeksi secara subakutaneus. Panen tandur
kartilago konka dan tragus membutuhkan inflitrasi obat anestesi lokal pada permukaan
posterior aurikula atau region tragus.

Gambar. Lokasi injeksi anestesi pada aurikula pada meatus dan retroaurikula (sumber Atlas
A
of middle ear surgery, 2011 Thieme)

Pemberian anestesi lokal diberikan pada tetes batas pars oseous-cartilagenous


meatus untuk mematirasakan n. auriculko temporalis cabang timpani, untuk membrana
timpani dan saluran telinga luar depan .1 cc diberikan pada periost insura terminalis
mengarah ke atas ditiga tempat berdekatan, untuk mematirasakan n. aurikulo temporalis
cabang aurikula yang mensarafi bagian atas aurikula dan atas saluran telinga luar. 1 cc
diberikan di belakang aurikula mulai mastoid tip sampai atas aurikula kira-kira ditiga
tempat, untuk mematirasakan n. aurikularis magnus (C.3), yang mensarafi telinga/aurikula
bagian belakang dan depan atas. 1 cc diberikan pada periost depan mastoid proses dan kulit
dasar saluran telinga luar, untuk mematirasakan n. vagus cabang aurikula, yang menuju
saluran telinga luar.

36
Perhatian : agar berhati-hati saat menyuntikkan anestesi lokal tidak terlalu banyak pada
arah jam 6 di meatus, dan agar selalu mempalpasi tip mastoid sehingga injeksi tidak
mengarah ke anterinferior yang dapat menyebabkan blok nervus fasialis.

Insisi kulit
Untuk mencapai tulang temporal diperlukan membuka kulit yang terdapat di
atasnya. Yang paling klasik adalah membuka kulit di belakang aurikula / retroaurikular
insisi, tujuannya untuk mencapai antrum mastoid.
Insisi retroaurikuler :
Dibuat sayatan tajam dari kulit, subkutis dan periosteum secara bertahap, tidak
sekaligus. Insisi dilakukan dengan menggunakan scalpel no. 25, letak sayatan antara 0,5 –
0,8 cm dari insertia aurikula. Sayatan dimulai dari atas dekat ujung insersi aurikula ke
bawah sejajar sampai mendekati tip mastoid, kira-kira antara 5 – 7 cm.

Gambar. Garis Insisi retroaurikular 5-8 mm dari insisura Aurikula

Untuk mencegah perdarahan yang berlebihan, terutama metoda anestesi umum,


sebaiknya diinfiltrasikan dahulu Nacl cum adrenalin di daerah yang akan di insisi tadi,
sampai tampak kulitnya menguning. Sayatan dilakukan lapis demi lapis mulai kulit sampai
periost. Setelah itu periost dilepaskan dan planum mastoid dibersihkan, kulit dan subcutis
meatus dibebaskan dari os timpani.

37
Insisi fossa aural biasanya pada anak-anak agak mendatar tidak diarahkan ke
mastoid tip, terutama pada anak-anak di bawah 2 tahun. Ini perlu diketahui agar n. fasialis
tidak terkerat.

MASTOIDEKTOMI SEDERHANA
TEKNIK OPERASI
1.Operasi dilakukan dalam narcosis.

2. Pada daerah operasi yang akan di insisi


dilakukan suntikan dengan larutan
Xylocaine 1% dengan epinefrin 1 :
100.000 untuk memisahkan periosteum

3. Dilakukan insisi retroaurikular 5-8 mm


dari sulkus atau pada batas kulit rambut
daerah retroaurikular, mulai dari kulit,
subkutis, hingga periosteum, mulai dari
setinggi linea temporalis sampai mendekati
ujung mastoid.

38
4. Sayatan diperdalam lapis demi lapis
sampai terekspose fasia muskulus
temporalis

5. Pada pengambilan tandur fasia, self-


retraining retraktor di pasang di
anterosuperior insisi agar fasia sepenuhnya
dapat terpaparkan.

6. Self-retraining retraktor dapat dipasang


pada empat sisi yang berlawanan

7. Fasia diinsisi sepanjang 2 cm dengan


scalpel no 11.

Dilakukan pengambilan tandur fasia


muskulus temporalis

39
8. Lapisan fasia superfisial diangkat dan
fasia dibersihkan dengan freer. Dilakukan
Degloving fasia elevasi fasia dari muskulus
temporalis

9. Mastoidektomi superfasialis
 Borkorteks mastoid dengan
landmark segitiga McEwen, dengan
mengidentifikasikan:
1. dinding posterior liang telinga,
2. linea temporalis dan spina Henle.
3. tegmen timpani
4. tegmen mastoid
5. sinus sigmoid
6. kanalis semisirkulatis lateralis.

Arah pergerakan Bor harus paralel dengan


struktur vital, seperti :
1. Durameter
2. Sinus Sigmoid
3. Nervus Fasialis

40
Arah Bor yang benar menghasilkan kavitas yang Arah Bor yang salah dengan mengarahkan
berbentuk cekungan ss = sinus sigmoid; a = Bor langsung ke antrum. ss = sinus
anterior; p = posterior. sigmoid; a = anterior; p = posterior.

10. Mastoidektomi dalam

 Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasial pars vertical. Bila ada
jaringan patologis/jaringan granulasi dibersihkan.
 Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta periksa mobilitas osikel dan patensi
aditus ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi posterior.
 Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu teknik pemasangan graft (inlay,
underlay, overlay, inlay-underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti.
 Diletakan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh salep antibiotik.
 Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis.
 Bila perlu dipasang pipa salir didaerah insisi.

Jahitan luka operasi Aplikasi gauze antibiotik (tulle) sebelum

41
simple interupted ditutup kassa steril

A. KOMPLIKASI
- Paralisis fasial
- Cedera sinus (sinus sigmoid, sinus petrosal superior dan bulbus jugularis)
- Cedera dura
- Subluksasi inkus
- Ekstraksi inkus
- Tuli nada tinggi traumatik
- Anakusis
- Stenosis meatal
- Fiksasi tulang maleus dan inkus

B. PERAWATAN POSCA OPERASI


a. Perawatan Di Rumah Sakit
- Verban mastoid diganti setiap hari
- Drain dilepas apabila sudah tidak ada darah
- Pemberian antibiotik sesuai kultur dan tes resistensi
- Pemberian antibiotik sesuai kultur dan tes sensitivitas atau Ciprofloksasin 400 mg/12 jam
iv pada dewasa, Ampicillin sulbactam 150 mg/kgBB/hari iv terbagi dalam 3-4 dosis pada
anak-anak. Analgetik Parasetamol 1000 mg per 8 jam atau Tramadol 100 mg per 8 jam,
Ketorolac 30 mg per 8-12 jam
- Evaluasi ada tidaknya komplikasi tindakan pasca operasi
- Pasien meninggalkan rumah sakit segera setelah drain dilepas.

b. Perawatan selama di Rumah


- Keluarga pasien diminta agar dapat melakukan perawatan luka di rumah dengan
mengganti verban secara teratur tiap 48 jam sekali, atau jika terlihat kotor, verban
terjatuh, atau saat memberikan tetes telinga.
- Cara meneteskan tetes telinga :

42
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Buka verban
c. Miringkan pasien berlawanan dengan telinga yang dioperasi, teteskan obat 3-4 tetes
atau sesuai dosis
d. Tutup dengan verban baru yang bersih
e. Lakukan setiap hari sampai tiba waktunya kontrol di Rumah Sakit.
- Keluarga diminta menghubungi Rumah Sakit terdekat jika dijumpai :
a. Bengkak dan kemerahan pada bekas operasi
b. Rembes darah dari luka operasi
c. Nyeri baru atau nyeri yang tidak hiang dengan analgetik biasa
d. Demam tinggi

c. Perawatan di Poli Rawat Jalan


- Jahitan dibuka pada hari ke 6-7 atau setelah luka operasi kering
- Tampon dalam dikeluarkan setelah 1-2 minggu

MASTOIDEKTOMI RADIKAL
A. TEKNIK OPERASI
1. Dilakukan insisi postaural atau endaural
2. Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari
pangkal posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea
temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan cara mengelevasi perios
Mastoidektomi superfisialis:
- Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
- Identifikasi sinus sigmoid
- Identifikasi kanalis semisirkularis
Mastoidektomi dalam:
- Identifikasi aditus ad antrum
- Identifikasi fossa inkudis dan osikel
- Identifikasi kanalis fasialis
3. Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan kolesteatoma
4. Meruntuhkan bridge

43
5. Merendahkan dinding posterior
6. Meatoplasti
Suatu flap dasar lateralnya pada konka yang berasal dari posterior dan superior dinding
meatus dan masuk ke dalam kavum mastoid melapisi daerah fasial ridge.Tindakan ini
membantu epitelisasi kavum mastoid. Kartilago konka dapat dilepaskan untuk
memperlebar meatus dan mempermudah melihat dan melakukan tindakan pada kavum
timpani.
7. Jika kavum mastoid sangat besar dan kolesteatoma bersih, maka dilakukan obliterasi
dengan muskulus temporal atau jaringan lunak, hati-hati pada sisa penyakit
(kolesteatoma) yang tertinggal di bawah.
8. Menutup luka operasi. Kavum timpani ditutup dengan kain kasa, yang diberi antibiotik
atau antiseptik, dan luka operasi dijahit satu persatu

B. KOMPLIKASI OPERASI
1. Paralisis nervus facialis.
2. Perikondritis daun telinga.
3. Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
4. Labirintitis.
5. Kista coklat atau mukus.
6. Kolesteatome berulang.
7. Terbentuknya jaringan granulasi.

C. PERAWATAN PASCA BEDAH


 Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya, diganti dengan
perban biasa yang menutup luka operasi dan liang telinga.
 Perban tersebut dibuka pada hari berikutnya jahitan dibuka pada hari ke 7.
 Tampon dalam dikeluarkan pada hari ke 10-14, kecuali terjadi infeksi dapat diganti
sebelum hari ke 10.
 Bila dianggap perlu pasien di instruksikan meneteskan obat tetes telinga.

44
 Pemberian antibiotik oral pasca operasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan
waktu operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya
lingkungan tempat operasi dilakukan.
 Rencana pasien dipulangkan 2(dua) hari pasca operasi
 Jahitan dibuka pada hari ke 6-7 atau setelah luka operasi kering.

D. FOLLOW-UP
Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1 mingu pasca operasi, 2 minggu, 4 minggu, 6
minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan - 1 tahun sekali untuk mencegah
terjadinya debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3 bulan pasca
operasi.

MASTOIDEKTOMI MODIFIKASI
A. TEKNIK OPERASI
1. Insisi postaural atau endaural
2. Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid.
Daerah mastoid mulai dari pangkal posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut
suprameatal dan diatas linea temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan
cara mengelevasi periosteum dan meretraksi luka insisi.
3. Mengangkat tulang dan membuka atik dan antrum.
Dengan bantuan bor tulang diangkat dari daerah sudut supra meatal, spine of henle, pangkal
tulang zigoma sampai ke bagian atas dinding anterior meatus, bagian atas dinding superior
meatus juga diruntuhkan. Tindakan ini akan memaparkan daerah antrum dan atik. Kemudian
dilakukan identifikasi daerah tegmen mastoid dan kanalis semi sirkularis.
4. Angkat jaringan patologis.
Kolesteatoma, granulasi dan mukosa yang tidak sehat diangkat. Inkus dan kepala dari maleus
perlu untuk diangkat apabila kolesteatoma meluas ke arah medial, tetapi sedapat mungkin
dipertahankan.
5. Facial ridge direndahkan
6. Kavum mastoid dihaluskan dengan bor pemoles, kemudian irigasi dengan normal saline.
7. Rekonstruksi mekanisme pendengaran.

45
Pars tensa dari membran timpani dan telinga tengah apabila sehat, dibiarkan/tidak diganggu.
Bila penyakit meluas ke telinga tengah, hanya jaringan ireversibel yang dibuang.
Rekonstruksi dari membran timpani atau rantai osikel, apabila rusak dapat dilakukan
(mastoidektomi dengan timpanoplasti)
8. Meatoplasti dan penutupan luka operasi sama pada mastoidektomi radikal.

B. KOMPLIKASI OPERASI
 Cedera nervus fasialis.
 Perikondritis daun telinga.
 Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
 Labirintitis
 Trauma telinga dalam

C. PERAWATAN PASCA BEDAH


a. Perawatan di Rumah Sakit
Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya, diganti dengan
perban biasa yang menutup luka operasi dan liang telinga. Perban tersebut dibuka pada
hari ke 7 sekaligus buka jahitan kulit. Tampon liang telinga bagian luar sebaiknya
diangkat sekalian, tampon liang telinga dalam diangkat pada minggu ke 2. Setelah itu,
bila dianggap perlu pasien diinstruksikan meneteskan obat tetes telinga pada malam hari.
b. Perawatan di Rumah
Pemberian antibiotik oral pasca operasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan
waktu operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya
lingkungan tempat operasi dilakukan.
c. Kontrol
Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1 mingu pascaoperasi, 2 minggu, 4 minggu, 6
minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan-tahun sekali untuk
mencegah terjadinya debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3
bulan pascaoperasi.

46
47
DAFTAR PUSTAKA

1. Gersdorf M, Gérard JM. Atlas of middle ear surgery. New York : Thieme 2011
2. Mansour S, Magna J, Haidar H, Nicolas K, Louryan S. Comprehensive
3. and clinical anatomy of the middle ear. London : Springer 2013 1st Ed
4. Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Indonesia. Modul Utama Otologi.
Jakarta 2015
5. Brackman C, Selton M, Arriaga. Otologic surgery, fourth edition. Philadelphia : Elsevier 2016
6. Advance Medika Corpora. Recommendation set tympanoplasty. website : www.advancemedicorp.com
7. Soepardjo H. Kumpulan Kuliah THT. Naskah dipakai untuk kalangan sendiri Anatomi telinga, Fisiologi
telinga tengah, Mikroanatomi telinga tengah, Tuba Eustachius, Petunjuk operasi telinga tengah.
8. Modul Utama Otologi. Kolegium ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2015
9. Bagian IK THT KL FK Undip Semarang. RSUP Dr. Kariadi. Kelompok studi otologi IK THT KL. Perhati
KL cabang Jawa Tengah. 2018
10. Animation demonstrating how a mastoidectomy is performed (basic to canal wall down radical)
https://www.FauquierENT.net

48

Anda mungkin juga menyukai