PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis atau yang biasa disebut OMSK merupakan suatu
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secara garis besar,
OMSK dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) OMSK tipe aman (tipe mukosa =
tipe benigna) dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Infeksi kronis
yang yang pada OMSK yang sudah terlalu lama akan mengalami komplikasi ke
rongga mastoid yang dikenal dengan mastoiditis.1,2,3
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain (1
mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy), (2) mastoidektomi radikal, (3)
mastoidektomi radikal dengan modifikasi, (4) miringoplasti, (5) timpanoplasti, (6)
pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty).1
Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses
infeksi pada tulang mastoid. Rongga udara pada mastoid merupakan sebuah
ruangan yang berisi udara yang terlokalisasi di sepanjang tulang mastoid,
penonjolan tulang yang berlokasi di belakang telinga yang berasal dari tulang
temporal. Rongga udara tersebut terhubung dengan sebuah kavitas pada bagian atas
tulang yang berhubungan dengan telinga tengah.1,2,4
Tujuan utama dari pembedahan ini adalah untuk mengangkat seluruh infeksi
sehingga dicapai kondisi telinga yang terbebas dari infeksi, kadang mastoidekstomi
juga dilakukan untuk memperbaiki saraf fasialis yang mengalami kelumpuhan.1-3
Terdapat beberapa macam tipe mastoidektomi seperti yang sudah dijelaskan
di atas dan di referat ini akan membahas lebih spesifik tentang mastoidektomi
radikal dengan modifikasi/mastoidektomi dinding runtuh yang biasa disebut canal
wall down mulai dari pembahasan anatomi telinga yang penting diketahui dalam
melakukan tindakan operasi mastoidektomi, teknik operasi, perbandingan canal
wall (mastoidektomi dinding utuh), perawatan paska operasi dan komplikasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Anatomi
2.1 Tulang Mastoid
Tulang mastoid adalah tulang keras yang terletak di belakang telinga,
didalamnya terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara.2 Rongga-rongga
udara ini ( air cells ) terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum mastoid.
2,3
Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan yang membantu
pergerakan normal dari gendang telinga, namun demikian hubungannnya dengan
rongga telinga tengah juga bisa mengakibatkan perluasan infeksi dari telinga tengah
ke tulang mastoid yang disebut sebagai mastoiditis.4
Struktur didalam tulang Mastoid : antrum mastoid ( rongga di belakang
epitimpani/ atik). Aditus ad antrum adalah saluran yang menghubungkan antrum
dengan epitimpani. Lempeng dura (dura plate ) adalah lempeng tips yang keras
dibanding tulang sekitarnya yang membatasi rongga mastoid dengan sinus
lateralis.2 Sudut sinodura adalah sudut yang dibentuk oleh pertemuan duramater
fosa media dan fosa posterior otak dengan sinus lateral di posterior. Sudut ini
ditemukan dengan membuang sebersih-bersihnya sel-sel pneumatisasi mastoid di
bagia posterior inferior lempeng dura dan postero superior lepeng sinus. Sudut
keras/ solid angel / hard angel adalah penulangan yang keras sekali yang dibentuk
oleh pertemuan 3 kanalis semisirkularis.3 Segitiga trautmann adalah daerah yang
terletak di balik antrum yang dibatasi oleh sinus sigmoid, sinus lateral ( sinus
petrosus superior), dan tulang labirin. Batas medialnya adalah lempeng dura fosa
posterior.3
Anatomi yang paling penting diketahui untuk melakukan operasi
Mastoidektomi adalah :2,3
1. Anatomi Auricula ( Telinga Luar )
2. Anatomi Kavum Timpani
3. Anatomi Tulang temporal
2
4. Anatomi N Fasialis
2.2 Anatomi Auricula (Telinga Luar)3,4
Terdiri dari : Daun telinga (Auricula ) dan liang telinga (CAE)
Daun telinga : merupakan lipatan kulit yang membungkus fibrokartilago kecuali
pada lobulus dan antara tragus-anti helix.
Liang Telinga :
- Lubangnya disebut meatus akustikus eksternaus
- Salurannya disebut Kanalis Auditorius Eksternus
Liang telinga terdiri dari :
- Bagian tulang rawan : 1/3 bagian lateral ( 8mm), merupakan kelanjutan
aurikula, terdapat kelenjar-kelenjar ( folikel rambut, kelenjar sebasea, kel
seruminosa)
- Bagian Tulang : 2/3 bagian medial (16 mm). Tidak mengandung folikel
rambut.
- Penyempitan (Isthmus) pada juctura kartilago-osea
3
4. Antrum Mastoid dan selulaenya
4
Batas Posterior : eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tepat keluarnya
korda timpani, fosa inkudis , dibaliknya terdapat antrum dan mastoid.
5
Gambar 2. Anatomi kavum timpani
6
Bila proses Pneumatisasi sempurna disebut tipe pneumatik, bila
Pneumatisasi sebagian disebut tipe diploik dan bila tidak terjadi
Pneumatisasi disebut tipe sklerotik
7
Gambar 4. Anatomi dan inervasi dari N.VII (fasialis)
2.4. Bagian – bagian yang Harus Diperhatikan Saat Mastoidektomi
N.VII merupakan salah satu bangunan penting yang harus diperhatikan saat
operasi agar tidak terjadi kerusakan.13 Bifurkasio N.VII merupakan salah satu
variasi bentuk N.VII yang mungkin ditemukan di segmen mastoid tepat diatas
foramen stylomastoid dan seringkali keliru dengan bagian utama N.VII dan korda
timpani.2,3,13
Processus mastoid seringkali abesn atau belum berkembang pada neonatus
atau anak – anak. Sebagai hasilnya, N.VII terlihat sangat superfisial saaat keluar
dari foramen stylomastoid.13
Bulbus jugularis memiliki tinggi yang bervariasi dan dapat mengisi kavum
timpani dibanding hanya terbatas pada hipotimpani. Bulbus jugularis ini berwarna
kebiruan yang menyerupai “blue drum” pada granuloma kolesterol.13,14
2.5 Alat Operasi5,7
Beberapa alat operasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Mikroskop operasi, dengan fokus lensa obyektif 25 cm shg tangan operator
leluasa untuk operasi.
2. Set alat :
a. Wullstein Retraktor minimal 2 buah, ( gigi 3, gigi 2 )
b. Hartmann ear speculum, diameter 5,6,7.5mm
8
c. Hartmann nasal speculum, panjang 13cm
d. Suction tube diameter 0,7, 1, 1.3, 1.5, 2, 2.2, 2.5, 3.2 mm dengan
panjang 10cm
e. Suction handle with cut-off hole
f. Scalpel handle
g. Blade scalpel no 15 dan 11
h. Spuit 3 ml dan 5 ml dengan jarum
i. Needle holder 13 cm
j. Mosquito forcep
k. Cauter dan kabelnya serta power supply nya
l. Gunting
m. Resparatorium Perios
n. Forsep arteri lurus
o. Forsep arteri curved
p. Forsep mikro telinga
q. Forsep mikro biopsi telinga lurus
r. Forsep mikro biopsi telinga ara hatas
s. Forsep biopsi telinga arah bawah
t. Forsep mikro gunting lurus, kanan dan kiri
u. Malleus nipper
v. Flap Knife
w. Round knife 45 dan 90 derajat
x. Sickle knife
y. Micro repatorium
z. Pick 45 derajat
å. Pick 90 derajat
ä. Handpiece : straight & angel
ö. Mata Bor : ada 3 macam
1. cutting buur/ kasar untuk mengikis tulang dengan cepat
2. polizing burr/ lebih halus permukaannya
9
3. diamond buur/ lebih halus dan tajam untuk bekerja di
tempat-tempat rentan.
Bisa disediakan bebagai ukuran dgn diameter 1mm (kecil), 3mm
(sedang ) dan 6 mm ( besar ). Jika dana terbatas cukup beli jenis
cutting dan polizing, karena jenis diamond sangat mahal. Kalau
hanya melakukan mastoidektomi simpel tanpa timpanotomi
posterior maka tidak perlu membeli diamond. Ukuran kecil sedang
dan besar sebaiknya disediakan.
aa. Dinamo Injakan kaki
bb. Mesin pengebor
cc. Pahat dan Palu
dd. Kuret
ee. Elevator PLESTER
ff. Elevator LEMPERT
10
menghisap serpihan tulang akibat pengeboran digunakan ujung penghisap yang
besar.2,4,13 Sebelum dibor permukaan tulang diirigasi dulu agar serbuk tulang tidak
berterbangan. Diharapkan daerah pengeboran tetap basah yang berguna untuk
meredam panas yang ditimbulkan oleh gesekan mata bor13
Pengeboran pertama adalah disepanjang linea temporalis dari depan ke
belakang, kemudian persis di belakang liang telinga sedalam kira-kira 2-3 mm ke
arah atas sehingga bertemu dengan garis pengeboran pertama di linea temporalis ,
ke arah bawah sampai paling sedikit setinggi lantai liang telinga.5 Patokan untuk
menemukan antrum adalah segitiga Mc. Ewen, yaitu segitiga imajiner yang
dibentuk oleh linea temporalis dan dinding posterior liang telinga. Batas
belakangnya bisa dikatakan garis tegak lurus linea temporalis yang menyinggung
dinding posterior liang telinga.8
Spina supra meatus yang sudah tak kelihatan atau hancur akan
mengakibatkan kita kesulitan menemukan antrum mastoid.3,4 Pengeboran
dilanjutkan ke seluruh korteks mastoid dengan kedalaman bertahap, melandai luas
ke belakang dengan bagian terdalam di daerah segitiga Mc. Ewen yang merupakan
daerah yang menutupi antrum mastoid.5,8
Pengeboran di dalam korteks mastoid harus cukup luas sebelum mengebor
lebih dalam untuk dapat mengenali landmark dengan lebih baik.5 Pengeboran yang
sempit tetapi dalam sering mengganggu orientasi dan cenderung mengakibatkan
kerusakan serta tidak sempurnannya membersihkan sel mastoid.4,5 Luas
pengeboran tergantung kebutuhan membuang sel pneumatisasi yang sakit dan
jaringan di dalamnya, ke belakang sampai sinus sigmoid, ke atas sampai tegmen
mastoid dan ke bawah ke seluruh prosesus sampai ujung mastoid.3,8
11
Gambar 5. Teknik pengeboran melalui korteks mastoid
12
semisirkularis .5 Syarat menemukan Antrum mastoid harus didapatkan
ruangan yang relatif lebih luas dibanding sekitarnya dan mempunyai
hubungan dengan kavum timpani melalui aditus ad antrum.3,5 Luas antrum
bervariasi untuk tulang dengan pneumatisasi yang baik ukuran antrum
besar, untuk tulang yang skelotik ukuran antrum kecil dan sangat jarang
antrum tidak terbentuk.5
4. Identifikasi Aditus Ad Antrum
Aditus ad Antrum bisa ditemukan dengan menyusuri bagian anterior
superior pertemuan dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.
Patensi dari aditus ad antrum merupakan syarat keberhasilan timpanoplasti
.3
5. Fosa Inkudis
Fosa inkudis paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang
zigomatikus yang menutupi antrum dekat dengan bayangan inkus apabila
area pengeboran dipenuhi cairan irigasi. Gunakan mata bor diamond atau
pahat kecil karena resiko menyentuh tulang pendengaran.3,13
6. N. Fasialis pars vertikalis
Pars verikalis N VII dimulai persis disebelah anteromedial kanalis
semiskularis lateralis.3,14 Patokan untuk menemukan perjalanan nervus ini
adalah fosa inkudis dan digastric ridge.5 Kanalis fasialis dapat ditemukan
disekitar garis yang menghubungkan fosa inkudis dengan digastric ridge.14
Pada mastoid dengan pneumatisasi yang baik, digastric ridge membagi sel-
sel mastoid menjadi kompartemen anterior dan kompatemen posterior
sehingga untuk mengidentifikasinya sebaiknya dilakukan pengeboran
sampai ditemukan alur yang mengandung serat otot.3,5
Harus diingat bahwa letak N. VII bervariasi pada setiap orang. Gunakan
mata bor diamon dan dengan arah dari superior ke inferior.14 Dengan
menipiskan kanalis fasialis akan tampak perubahan warna N VII. Harus
diidentifikasi juga korda timpani yang meninggalkan N. VII pada dataran
yang lebih rendah dari liang telinga.5,14
13
Gambar 6. Identifikasi bagian – bagian penting diantaranya antrum mastoid,
dinding kanal posterior, tegmen timpani, sinus sigmoid, digastric ridge
14
epitimpanum mencegah rekurensi dari kolesteeatoma dikarenakan seluruh
epitimpani sudah di eksteriorisasi3
15
Langkah selanjutnya adalah membuang mastoid tip untuk mengurangi
kavitas dengan sehingga jaringan lunak dapat jatuh ke dalam kavitas.8 Obliterasi
mastoid dapat dilakukan pada kondisi mastoid dengan pneumatisasi yang tinggi
agar kavitas tetap kering.10 Apabila perlu dilakukan obliterasi maka teknik yang
digunakan adalah myosubcutaneus occipital flap.10
Flap ini terdiri dari fascia subkutaneus dan otot yang diambil dari bagian
inferior dari arteri occipital yang kemudian diputar ke arah kavitas mastoid.5 Lebar
dari flap ini sekitar 3,5 cm dengan panjang sekitar 7,5 cm dimana ujung dari flap
tepat dibawah m. Temporalis.7,8
16
Gambar 9. Miosubkutaneus flap dengan dasar inferior a. Occipital
17
Gambar 10. Komplit meatoplasti
2.6.7 Macam – Macam Jenis Canal Wall Down Mastoidectomy
a. Mastoidektomi Radikal Modifikasi Bondy
Mastoidektomi radikal modikasi Bondy merupakan operasi mastoid radikal.
Indikasi untuk dilakukannya operasi ini adalah kolesteatoma yang terpisah dari
telinga tengah. Kolesteratoma attic yang telah meluas ke dalam epitimpani dan
antrum mastoid dan ditangani oleh prosedur operasi in yang memisahkan
membran timpani dan telinga tengah.13 Prosedur ini sangat berguna pada
telinga satu – satunya untuk mendengar pada pasien dengan usia tua dan pada
kasus dengan fistula kanalis lateral yang meluas dari atticoantral.13
Teknik operasi ini dimulai dari menekuk telinga ke arah dengan dengan
insisi vaskular standar sesuai prosedur CWD sebelumnya hanya yang berbeda
yaitu membran timpani tetap pada posisi awal.2,13 Perbaikan ossikular juga
tidak dilakukan.13 Matriks kolesteatoma yang sepanjang garis epitimpani atau
di atas fistula kanalis semisirkularis yang tetap di tinggalkan pada tempatnya
dikarenakan untk proses epitelisasi.2,13
18
Gambar 11. Prosedur Mastoidektomi radikal modifikasi Bondy
b. Canal Wall Down Mastoidectomy dengan Tympanoplasty
prosedur ini merupakan prosedur yang di namakan ulang oleh beberapa
peneliti sebagai mastoidektomi radikal modifikasi.13 Perbedaan dari prosedur
CWD biasa adalah grafting membran timpani, staging dan rekonstruksi
ossikular dilakukan pada prosedur ini. Penyakit telinga tengah yang terletak di
anteroinferior, anterosuperior, dan posteroinferior di kelola pertama.13
Saat seluruh prosedur CWD telah selesai dilakukan keputusan harus dibuat
seperti pada kasus jika kolesteatoma meluas, area residu biasaanya teletak di
mesotimpani.4 Jika kolesteatoma belum di buang atau jika terdapat
pertimbangan untuk membuang kolesteatoma selurunya atau terdapat
perluasan penyakit yang mengenai mukosa, dilakukan staging dengan silastic
pada telinga tengah sebeluh tandur membran timpani.4,13
Jika rekonstruksi ossikular dapat di selsaikan pada level yang sama
dilanjutkan dengan penanaman prostesa osskular baik total maupun parsial.13
Kartilago biasanya di tinggalkan dengan perlekatan pada bagian belakang
perikondrium yang menjadi jangkar pada kompleks kartilago-prostesa.13 Jika
pada rekonstruksi ossikular primer dilakukan tanpa melalui staging pada CWD,
grafting medial dilakukan, jika memungkinkan sisa membran timpani anterior
dan annulus intak secara anterior.13
19
Gambar 12. Prosedur CWD dengan Timpanoplasti
c. Mastoidektomi Radikal
Mastoidektomi radikal, penyakit yang meluas tidak bisa dilakukan
rekonstruksi ossikular; sebagai gantinya, telinga tengah dan kavum mastoid
dilakukan eksteriorasi.10,13 Mukus yang terdapat di telinga tengah harus di
eksisi bersama sel – sel mastoid yang mati. Tuba eustachii harus diperhatikan
jika ditinggalkan terbuka, refluks nasofaring dapat mencipatakan kelembaban
di kavum.13
20
Gambar 13. Radikal mastoidektomi
21
2.6.8 Perawatan Paska Operasi
Medikamentosa yang perlu diberikan paska operasi antara lain :7
Antibiotika injeksi : Ciprofloksasin 2x400 mg atau Ceftazidim 3x1
gr selama rawat inap
Analgetik : Paracetamol 3x1 gr atau Tramadol 3x100 mg atau
ketorolac 2x30 mg selama rawat inap selama 3-5 hari
Deksametason atau metilprednisolon injeksi jika diperlukan
Lain – lain : asam traneksamat jika diperlukan
Evaluasi outcome :
Evaluasi ada tidaknya komplikasi tindakn pasca operasi seperti
komplikasi reversible :paresis fasialis, vertigo, perdarahan masif,
kebocoran LCS, fistula labirin, infeksi tempat luka
Evaluasi komplikasi irreversible seperti tuli sensorineural.
Elastic verban yang melingkari kepala dilepas dan ganti verban luka operasi
dilakukan 24 jam pasca operasi apabila luka bekas operasi kering dan tidak ada
komplikasi pasien diperbolehkan rawat jalan. Ganti verban dan lepas jahitan
retroaurikuler pada hari ke-7 paska operasi sedangkan untuk tampon dalam
dikeluarkan pada hari ke 10-14 kecuali bila terjadi infeksi maka dapat diganti
sebelum hari ke-10.7
Medikamentosa rawat jalan yang dapat diberikan :7
Oflokasasin tetes telinga setelah lepas tampon telinga
Antibiotika oral : ciprofloksasin 2x500 mg selama 10 hari atau
levofloksasin 3x500mg untuk pasien dewasa sedangkan untuk
pasien anak diberikan amoksisilin klavulanat atau golongan
cefalosporin (cefixime) dengan dosis sesuai berat badan
22
Kontrol tiap bulan hingga 3 bulan paska operasi
Audiometri ulang 3 bulan paska operasi. Pada pasien yang tidak
kooperatif atau kondisi medis yang tidak memungkinkan dapat
dipilih pemeriksaan BERA.
23
BAB III
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher. Ed 7. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2012 (II) 65-66.
2. Lambert PR. Mastoidectomy. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al,
eds. Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia, Pa: Mosby
Elsevier; 2010:chap 142.
3. Bennett M, Warren F, Haynes D. Indications and technique in
mastoidectomy. Otolaryngology Clinics of North America. 2006/12;39(6):1095-1113.
4. Committee on Conservation of Hearing of the American Academy of Ophthalmology
and Otolaryngology: Standard classification for surgery of chronic ear
infection. Archives of Otolaryngology Head and Neck Surgery. 1965;81:204-205
5. Cjole RA, Brodie HA, Jacob A. Surgery of The Mastoid and Petrosa.In Byron J.Bailey
& Jonas T. Johnson Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 2. Ed 4. Philadelphia
: Lippincot Williams & Wilkins. 2006.
6. Pramesthi E, Ahadiah TH. Evaluasi Hasil Operasi Mastoidektomi Dinding Runtuh
Pada Penderita OMSK Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Januari 2007-Desember
2008. Surabaya. 2009.
7. Helmi et al. Panduan Praktik Klinis Di Bidang Telinga Hidung Tenggorok – Kepala
Leher.Ed 1. Jakarta: Pengurus Pusat Perhati-KL.2015.hal 46-48.
8. Sanna M, Sunose H, Mancini F, Russo A, Taibah A. Middle Ear Mastoid
Microsurgery. Thieme, Stuttgart, 2003.
9. Memari F, Delarestaghi MM, Mir P et al. Meatoplasty in Canal Wall Down Surgery :
Our Experience and Literature Review. Iran J Otolaryngol. 2017 Jan; 29(90) :11-17.
10. Linder T, Fagan J. Mastoidectomy and Epitympanectomy. 2017.
www.entdev.uct.ac.za .
11. Ajalloueyan M. Experience With Surgical Management of Cholesteatomas. Arch
Otolaryngol Head Neck Surg. 2006;132:932-33.
12. Lucidi D, De Corso E, Paludetti G, Sergi B. Quality of Life and Functional Results in
Canal Wall Up versus Canal Wall Down Mastoidectomy. Acta Otolaryngol Ital. 2019
Feb; 39 (1) : 53-60.
25
13. Arriaga MA. In, Brackman, Shelton, Arriaga Otologic Surgery. 4th ed. 2016.
Philadelpia : Elsevier.
14. Brennan PA, Mahadevan V, Evans BT. Clinical Head and Neck Anatomy for
Surgeons. 1th ed. 2016. London : Taylor & Francis Group LLC.
15. Abdullah A, Hashim SM, Awang MA, Sain L. Outcome of Canal Wall Down
Mastoidectomy : Experience in Sixty Three Cases. 2013. Med J Malaysia Vol 68 No
3 June 2013.
26