Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Othematom merupakan hematom daun telinga akibat ruda paksa yang menyebabkan
timbulnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.Keadaan ini biasanya terdapat
pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan yang memerlukan kekerasan, namun
bisa juga dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak.Bagi dokter THT sangat mudah mendiagnosis
othematoma, akan tetapi tenaga medis lainnya tidak jarang keliru mendiagnosis, sehingga
menerapkan cara pengobatan yang tidak semestinya.
 Masalah ini paling sering terjadi pada atlet muda, terutama pegulat atau pemain football
yang berlatih tanpa tutup kepala mereka. Namun setiap trauma tumpul berat untuk daun telinga
membuat akumulasi subperikondrial darah, dengan pembuluhdarah, dengan kambuh dan
kurangnya reabsorbsi, sebuah kemungkinan. Biasanya hematoma pada permukaan superolateral,
berpusat diatas konkha scapha dan atas.
Terjadi proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu aliran darah kedaerah itu menigkat,
permeabilitas kapiler meningkat, mula-mula neutrophil dan makrofag,lalu limfosit keluar dan
kapiler menuju ke jaringan sekitranya. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah pengaruh
stimulus-stimulus kemotaktik.
Peradangan pada telinga yang muncul dalam waktu seminggu setelah penyebeb yang
didugaicidera,ttraumaalangsungfpadaftelingafsecarafmendahului pembengkakan. Peradangan dit
elinga mungkin memeliki warna kebiru-biruan dan kadang-kadang dapat menimbulkan
perdarahan.
Mekanismegbiasanyagmelibatkanggangguangtraumatisgpembuluhgdarah perikondrial. 
Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang
rawan. Efek pengobatan yang paling baik untuk aurikularis hematom adalah insisi dan drainase
yang memadai dengan melalui suture secured gulung seperti gulungan gigi.
Kesalahan penanganan othematoma, dapat menyebabkan perikondritis supuratifaurikuler,
komplikasi infeksi daun telinga ini sangat ditakuti karena dapat menyebabkan seluruh daun
telinga terkeninfeksi dan mengubah bentuk daun telinga (Cauliflower ear). Beberapa cara
pengelolaan banyak ditulis , antara lain dengan tindakan operasi atau insisi pembersihan,
kemudian dilakukan pembalutan. Tindakan ini tidak hanya dapat menimbulkan kekambuhan
tetapi juga dapat menyebabkan ketidak nyamanan dalam tugas sehari-hari ataupun melakukan
latihan/pertandingan bagi olahragawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1: Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga

A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai
membrane tymphani.
Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk dan ditutupi
oleh kulit tipis dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot-otot dan ligamentum.
Lekukan- lekukan ini dibentuk oleh heliks, anti heliks, tragus, antitragus, fossa
skafoidea, fossa triangularis, konka dan lobulus. Tepi daun telinga yang
melengkung disebut heliks. Pada bagian posterior-superiornya terdapat tonjolan
kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwins’s tubercle). Pada bagian
posterior heliks terdapat lengukngan yang disebut antiheliks.
Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan
bagian kedua krura ini disebut fossa triangularis.Diatas kedua krura ini terdapat
fossa scapha.Didepan antiheliks terdapat lekukan menyerupai corong yang
menuju meatus yang disebut konka, yang terdiri atas dua bagian samba konka,
merupakan bagian antero-posterior yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum
konka yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka yang terletak
dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang
disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas antihelik disebut
antitragus.
Satu-satunya bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan
adalah lobules. Tulang rawan daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan
liang telinga luar.

Gambar 2: Anatomi Telinga Luar

Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang


terbentang antara auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari auricular ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang nya ±2,5
cm – 3 cm dan dapat diluruskan untuk memasang otoskop dengan menarik auricular
keatas dan kebelakang. Pada anak, auricular cukup ditarik lurus ke belakang, atau ke
bawah dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit ± 5mm dari membarana
tympani yang miring, maka meatus paling panjang pada dinding anterior inferiornya.
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan dua
pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit dan
sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang
terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lili coklat
kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya
benda-benda asing. Suplai saraf sensoris kekulit pelapisnya, berasal dari n.
Auriculotemporalis dan cabang n. Vagus. Drainase limf ken l. Parotidei superficialis,
mastoidei dan cervicales Superficiales.

B. Telinga Tengah
Cavum tympani adalah ruang berisi udara dalam pers petrosa ossis temporalis yang
dilapisi membrane mukosa. Di dalamnya didapatkan tulang-tulang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membrane tympani (gendangan) ke perilimf telinga dalam.
Merupakan suatu ruang mirip celah sempit yang serong, dengan sumbu panjang terletak
sejajar dengan bidang membrane tympani.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : Membrana tympani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena Jugularis
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
Batas Dalam : Kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Membrana tympani adalah membrane fibrosa tipis yang berbentuk bundar yang
berwarna kelabu mutiara. Permukaan luarnya ditutupi oleh epitel berlapis gepeng dan
permukaan dalamnya oleh epitel silindris rendah. Membrana tympani ini terpasang secara
serong menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaan konkaf ke lateral pada dasar
cekungan terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang ditimbulkan oleh ujung manubrium
mallei. Bila membrana ini terkena cahaya stetoskop, bagian cekung ini menghasilkan “
kerucut reflex/cone of light”, yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo. Bagian
atas membrane tympani disebut pars flaksida (membrane sharpnell), sedangkan bagian
bawah pars tensa (membrana topia)
Gambar 3: Anatomi Telinga Tengah

C. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu:
- Kanalis semisirkularis superior
- Kanalis semisirkularis posterior
- Kanalis semisirkularis lateral
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule disebelah atas, skala tymphani
disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan
skala tympani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala
vestibule disebut sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar
skala media adalah membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ korti. Pada skala
media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria dan pada
membrane basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis
korti, yang membentuk organ korti.
Gambar 4: Anatomi Telinga Dalam

D. Perdarahan Telinga
Perdarahan daun telinga bagian superior berasal dari cabgang posterior a.
carotis eksterna yang mnedarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga.
Sebagian permukaan belakang daun telinga juga diperdarahi a.occipitalis. Permukaan
depan daun telinga terutama diperdarahi oleh cabang anterior a. temporalis superfisialis
anterior."

2.2 Fisiologi Pendengaran


Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energy bunyi (gelombang
suara) oleh daun telinga dan melalui liang telinga diteruskan ke membrane tympani.
Getaran tersebut menggetarkan membrane tympani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian luas membrane tympani dan tingkap lonjong (ovale
window).
Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke satpes yang
menggetarkan ovale window sehingga perilmfa pada skala vestibule bergerak.Getaran
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini
merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi steresilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter kedalam sinaps yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke kortex
pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis.

2.3 Definisi
Othematom merupakan hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa
yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan
kartilago. Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang
mempunyai kegiatan memerlukan kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia
lanjut dan anak-anak.
2.4 Epidemiologi
Penderita othematom di RSU Ulin Banjaramasin berasarkan usia sekitar 22
laki-laki (100%) diantaranya anak 1 orang (5%) dan dewasa 20 orang (90%)
sedang penderita diatas 50 hanya tahun 1 orang (5%).2 Othematom berdasarkan
lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka. Sedang Priyono dkk
(1983) mendapatkan 80 % pada konka. Lima orang (25%) menderita perluasan
dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan hanya
16%. Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%).
2.5 Etiologi
Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah
telinga seperti yang ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga
terdapat penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan
menerima pasokan darah dari perichondrium atasnya. Luka geser menyebabkan
gangguan hubungan anatomi normal dari perichondrium ke tulang rawan, dengan
nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.
2.6 Patofisiologi
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu
kejadian yang mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi
sel, kerusakan jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda
inflamasi berupa kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi.Terjadi 3
proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu meningkat,
permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu
limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera
dibawah pengaruh stimulus –stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula
respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil,
inflamasi akut berhenti. Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon
imun spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila
usaha ini berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali
menyebabkan destruksi yang irreversible pada jaringan.
2.7 Manifestasi Klinis
Pada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara
prikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan maka
dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen
serta dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol. Penampilan karakteristik telinga
kembang kol adalah konsekuensi dari fibrosis berikutnya, kontraktur dan pembentukan
neokartilage.
2.8 Tanda dan Gejala
Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak,
garis lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya
dapat mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada
setengah bagian atas saja.Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri
tidak begitu nyata, daun telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.Bila tidak
segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang menyebabkan
nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut yang
berlekuk-lekuk ini, terutama dari tyrauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas
yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan
kehilangan pendengaran.
2.9 Diagnosis
 Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena
hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat
terasa nyeri dan bengkak. Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering kali
mengeluhkan pendengarannya terganggu.
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada
daun telinga. Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri
tekan yang ringan. Pada kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul
pengerutan pada daun telinga (cauliflower ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan
dijumpai cairan serohemoragis.
2.10 Diagnosa Banding
 Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi
karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi.
 Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan
cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.

2.11 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah
subperikondrial dan untuk mencegah reakumulasi. Dahulu dilakukan aspirasi
sederhana pada hematoma, namu kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi
yang lebih ekstensif dengan insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi.
steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan khusunya pada konka. Tekanan
setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus diatas dental roll atau
materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi organisasi
hematoma. Para pegulat perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala, juga pada
saat berlatih.
Indikasi:
 Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi
normal dari pinna.
 Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan
jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk
kespesialis).
Kontra indikasi
 Hematoma yang lebih dari 7 hari
 Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja debridement
bedah oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom, granulasi jaringan
atau keduanya dapat ditemukan didalam tulang rawan dan bukan di
subperichondrial).
 Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting
diberikan antibiotic yang adekuat.
 Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang
kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
 Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan
penekanan.
Instrumren dan bahan yang disediakan :
 Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G
 Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya
 Curved hemostat (mosquito)
 Penrose drain
 Salep betadine
 Betadin scrub
 Kain kassa steril
 2-0 nylon atau prolene
 Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)
 Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
 Bahan untuk penekanan
 Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan elastic
bandage

 Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster mold),
balut tekan dengan kancing baju yang difiksasi dengan nilon atau benang prolen
dan penekanan dengan gips.
Anestesi
 Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau
tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi
dan drainase.
 Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian
agen vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature
menyetujui keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti
hidung dan daun telinga.
Dengan persiapan: bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan
betadine cleanser, dengan anestesi local lidokain 1%.
2.12 Komplikasi
Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis
adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi
telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis
media kronik, pseudokista. Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi
komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga
lingsut. Selain itu bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi.
BAB III
PENUTUP

Kejadian hematoma daun telinga atau othematoma biasanya didahului dengan


adanya trauma, seringkali terjadi pada olahragawan yang banyak kontak fisik seperti
pemain gulat, petinju dan pemain rugby dan dapat menyebabkan masalah kosmetik
seperti cauliflower ear atau bahkan kehilangan kampuan mendengar. Diagnosis dari
hematoma daun telinga ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
aspirasi.
Beberapa teknik diaplikasikan sebagai terapi dari othematoma, antara lain dengan
aspirasi, pemasangan gips, insisi, dan drainase serta penempatan pembalut tekan yang
ditujukan untuk mengeluarkan isi hematoma, mencegah berulangnya hematoma
mencegah perikondritis, dan mencegah deformitas kosmetik.
Othematom merupakan hematoma pada daun telinga akibat suatu rudapaksa yang
menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan
kartilago. Hematoma pada daun telinga disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat
penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah
ini tidak dikeluarkan dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi
padat dan permanen.
Indikasi untuk dilakukan aspirasi dan fiksasi pada othematoma yaitu: 1) tender
anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang merusak bentuk anatomi normal dari
pinna, dan 2) Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan
jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk
kespesialis THT).
Daftar Pustaka

1. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar
Penyakit THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku
Kedokteran, Hal: 75- 84
2. Sosialisman and Helmi inSoepardi A.E Iskandar N edt. Kelainan Telinga luar
in Buku Ajar Ilmu Keshatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala Leher, Ed
5, FKUI 2001, hal : 9-11,45
3. Mansjoer Arif, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan in Kapita Sekelta
Kedokteran , Ed 3, Jilid 1 , Media Aesculapius , FKUIU,2001.
4. Sosialisman and Helmi Insoepardi H.E Iskandar N edt. Kelaina Telinga Luar In Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Dan Tenggorokan Kepala Leher, Ed 5, FKUI
2001
5. T.K Timothy Jinn Hoon, Disease of The auricular externa in Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery,London.2002.P: 230-235
6. Auricular Hematom Available from
http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/PathwayAurHemat.htm
7. Kelainan Telinga Luar Available from : http://www.blog.wordpress.com
8. Snell S.R in Tambayong J Anatomi Klinik, Bagian 3, Ed 3, EGC, Jakarta.2006,
Hal 128-139.
9. Mansjoer Arif, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok in Kapita Selekta
Kedokteran, Ed 3, Jilid 1, Media Aesculapius,FKUI,2001. Hal 94.

Anda mungkin juga menyukai