Disusun Oleh:
Winne Irene Putri Yulian (12-207)
Pembimbing:
dr. Fransiskus Harf Poluan, Sp. THT-KL
ANATOMI
• Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas dan
dibentuk oleh sebuah tulang dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan
satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh
mukosa. Laring terletak setinggi vertebra servicalis IV – VI.
2
5
ANATOMI
Gambar 4. Otot-otot ekstrinsik Gambar 5. Otot-otot intrinsik
laring laring
Spector, Ogura JH. Tumor Laring dan Laringofaring. Dalam. Ballenger JJ,
Ed. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid I.
Edisi ke-13. Jakarta : Binarupa Aksara. 1997. h. 621-77 3
4
DEFINISI
• Kanker laring adalah tumor ganas
yang berasal dari sel epitel yang
menganggu pada jaringan kotak
suara yang terletak di laring.
Kanker di laring hampir selalu
merupakan karsinoma sel
skuamosa.
• Kanker laring dapat menyebar
dengan metastasis ke kelenjar
getah bening daerah leher rahim,
atau lebih jauh, melalui aliran
darah.
Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2001. h. 156-62
6
ETIOLOGI
Virus HPV
Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2001. h. 156-62 5
6
KLASIFIKASI
Supraglotis (30-
35%)
Subglotis (1%)
Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2001. h. 156-62
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
• Supraglotis
– Tis: Karsinoma insitu
– T0: tidak jelas adanya tumor primer
– T1 :Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik).
– T1a: tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika,
ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.
– T1b: tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita
suara palsu
– T2: Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis masih
bisa bergerak (tidak terfiksir).
– T3: Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan arah ke
rongga pre epiglotis.
– T4: Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak
pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid. 8
9
KLASIFIKASI
• Glotis
– Tis: Karsinoma insitu.
– T0: Tak jelas adanya tumor primer
– T1: Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau
posterior.
– T1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
– T1b : tumor mengenai kedua pita suara
– T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
– T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
– T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring
9
10
KLASIFIKASI
• Subglotis
– Tis karsinoma insitu
– T0 Tak jelas adanya tumor primer
– T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
– T1a : tumor terbatas pada satu sisi
– T1b : tumor telah mengenai kedua sisi
– T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir.
– T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
– T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau
perluasan keluar laring atau kedua-duanya.
10
11
KLASIFIKASI
• Penjalaran ke Kelenjar Limfa (N)
– N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
– N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3
cm homolateral.
– N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral, ukuran diameter 3-6 cm.
– N2a : satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3cm tapi
tidak lebih dari 6cm
– N2b : multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6cm
– N2c : metastasisbilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari
6cm
– N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
11
12
KLASIFIKASI
12
13
PATOFISIOLOGI
Paparan
Paparan Destruksi
Destruksi
karsinogenik
karsinogenik komponen
komponen
Proliferasi terus-
Proliferasi terus-
berulang-ulang
berulang-ulang darah,
darah,
menerus dari
menerus dari sel
sel
menyebabkan
menyebabkan penurunan
penurunan
anaplastik yang
anaplastik yang
struktur DNA
struktur DNA trombosit
trombosit
akan mengambil
akan mengambil
terdiferensiasi
terdiferensiasi menyebabkan
menyebabkan
supply oksigen,
supply oksigen,
dan proliferasi
dan proliferasi gangguan
gangguan
darah dan
darah dan
abnormal.
abnormal. perdarahan,
perdarahan,
nutrien dari
nutrien dari sel
sel
Adanya mutasi
Adanya mutasi penurunan
penurunan
normal sehingga
normal sehingga
serta perubahan
serta perubahan jumlah eritrosit
jumlah eritrosit
penderita akan
penderita akan
pada fungsi
pada fungsi dan
dan menyebabkan
menyebabkan
mengalami
mengalami
karakteristik sel
karakteristik sel anemia dan
anemia dan
penurunan berat
penurunan berat
berakibat
berakibat penurunan
penurunan
badan
badan
kematian sel
kematian sel leukosit dan
leukosit dan
status imunologi
status imunologi
Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers EN, Suem JY. Ed. Cancer of the Head and Neck. Churchill
Livingstone. h. 533-60
14
PATOFISIOLOGI
Proliferasi sel
Proliferasi sel
kanker yang
kanker yang
terus berlanjut
terus berlanjut
hingga
hingga
membentuk
membentuk
suatu massa
suatu massa
mengakibatkan
mengakibatkan
kompresi pada
pada Kanker dapat
Kanker dapat
kompresi Iritasi pada
Iritasi pada
pembuluh darah
darah bermetastasis ke
bermetastasis ke
pembuluh nervus laringeus
nervus laringeus
sekitar dan
dan saraf
saraf jaringan sekitar
jaringan sekitar
sekitar
sehingga
sehingga
terjadilah
terjadilah
odinofagi, disfagi,
odinofagi, disfagi,
dan nyeri
dan nyeri pada
pada
kartilago tiroid
kartilago tiroid
Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers EN, Suem JY. Ed. Cancer of the Head and Neck. Churchill
Livingstone. h. 533-60
15
MANIFESTASI KLINIS
• Suara serak
• Sesak nafas dan stridor
• Disfagia dan Odinofagia
• Batuk dan Hemoptisis
• Nyeri tekan daerah laring
Adams et al. BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology) Edisi 6. Jakarta; EGC 1997
Schwartz R. Seth, Magit Anthony, Rosenfield Richard, Ballachanda Bopanna. Clinical Practice Guideline (Update):
Earwax (Cerumen Impaction). Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2017, Vol 156(IS) SI-S29
Tanto C. Liwang F. Hanifatri S. Pradipta E. Kapita Selekta Kedokteran of Essentials Medicine. Jilid 2. Edisi IV. Jakarta;
16
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Anamnesis
– Keluhan sesuai manifestasi klinis
– Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat, peminum alkohol atau
seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang :
• Laringoskop: lokasi tumor dan penyebaran tumor
• Biopsi laring: pemeriksaan patologi anatomi dan dari hasil patologi
anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa
• Foto torak: keadaan paru, ada tidaknya proses spesifik dan metastasis di
paru.
• Pemeriksaan CT Scan laring: keadaan tumor pada tulang rawan tiroid adan
daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher
Romdhoni AC. Aspek klinis dan diagnosis keganasan laring. Dalam naskah lengkap update in management of sinonasal and laryngeal cancer.
Surabaya. 2010. 109-19.
Mendenhall WM, Amdur RJ, Morris CG, Hinerman RW. T1-T2N0 Squamous Cell Carcinoma of the Glottis Larynx Treated with Radiation Therapy.
JclinOncol. 2001; 19(20):4029-36
17
PENATALAKSANAAN
• Radioterapi
• Radioterapi merupakan modalitas untuk mengobati tumor glotis dan
supraglotis dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%).
Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara
masih dapat dipertahankan.
• Pembedahan
– Laringektomi parsial : Diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I
yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II
– Laringektomi total: Pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari
batas atas (epiglotis dan os hyioid) sampai batas bawah cincin trakea
Romdhoni AC. Aspek klinis dan diagnosis keganasan laring. Dalam naskah lengkap update in management of sinonasal and laryngeal cancer.
Surabaya. 2010. 109-19.
Mendenhall WM, Amdur RJ, Morris CG, Hinerman RW. T1-T2N0 Squamous Cell Carcinoma of the Glottis Larynx Treated with Radiation Therapy.
JclinOncol. 2001; 19(20):4029-36
18
PENATALAKSANAAN
• Diseksi Leher Radikal
– Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1-T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah.
Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium
lanjut sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher
sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
• Kemoterapi
• Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik
daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau
radiasi. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 .
Romdhoni AC. Aspek klinis dan diagnosis keganasan laring. Dalam naskah lengkap update in management of sinonasal and laryngeal cancer.
Surabaya. 2010. 109-19.
Mendenhall WM, Amdur RJ, Morris CG, Hinerman RW. T1-T2N0 Squamous Cell Carcinoma of the Glottis Larynx Treated with Radiation Therapy.
JclinOncol. 2001; 19(20):4029-36
PROGNOSIS
• Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, dan
lokasi tumor.
• Secara umum dikatakan five years survival rate Pada
karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%,
stadium III 60– 70% dan stadium IV 40– 50%. Adanya
metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five
years survival rate sebesar 50%.
Romdhoni AC. Aspek klinis dan diagnosis keganasan laring. Dalam naskah lengkap update in management of sinonasal and laryngeal cancer.
Surabaya. 2010. 109-19.
Mendenhall WM, Amdur RJ, Morris CG, Hinerman RW. T1-T2N0 Squamous Cell Carcinoma of the Glottis Larynx Treated with Radiation Therapy.
19
JclinOncol. 2001; 19(20):4029-36