Anda di halaman 1dari 9

KODE 11

45. Aspek Klinis Penyakit Imunodefisiensi

- HIV/AIDS

Penyebab :

Virus HIV ( Human Imunodeficiency Virus )

Cara Kerja :

Menyerang sistem Imun ( sel target berupa CD4+ ) yang menyebabkan melemahnya tubuh
manusia.

Pengobatan :

- Belum ditemukan untuk menghilangkan penyakit


- Penunda Kematian :
o Obat antiretroviral ( menekan replikasi virus HIV )
- Menentukan orang terinfeksi HIV melalui menilai jumlah sel T CD4+

Letak Virus :

- Darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu dan jaringan limfonodi

Patofisiologi :

1. Tahap Primer
a. Gejala mirip flu
b. Terjadi setelah 1-6 minggu infeksi
c. Dapat menginfeksi orang lain
2. Tahap Asimtomatik
a. Bertahan hingga 10 tahun
b. Tidak ada gejala/penyakit
c. Ditemui pembesaran kelenjar ( terkadang )
d. Terdapat antibody HIV
3. Tahap Simptomatik
a. Terkena infeksi oportunistik
b. Gejala dengan tingkat sedang
c. Sistem imunitas menurun
4. Tahap HIV/AIDS
a. Sistem imun menurun
b. Sakit meningkat dan terdapat infeksioportunistik

Patogenesis :

1. Virus masuk pada sel target sel CD4 + ( bisa makrofag )


2. CD4 + ada reseptor gp 120 virus
3. Virus melebur ke dalam membrane sel CD4+
4. Virus mengubah susunan DNA sehingga tidak dikenal ( sebagai antigen )
5. Mentranskripsikan gen dengan enzim reveersi transcription
6. DNA virus terintegrasi ke DNA CD4+ menggunakan enzim integrase

-Chronic Granulomatous Disease ( CGD )

Penyebab : Defisiensi Sistem Fagositis

Mekanisme : Ketidakmampuan neutrophil untuk membentuk H202 dan metabolic oksigen

Manifestasi : Tubuh rentan infeksi bakteri gram positif maupun negative


-X-linked Agammaglobulinemia ( XLA )/ Bruton’s disease

Penyebab : Gagalnya sel pre B berdiferensiasi menjadi sel B

Mekanisme : Tidak ada immunoglobulin

Faktor Resiko :

- Kromosom X pada bayi laki berusia 5-6 blan


- Mutasi protein kinase (Bruton tyrosin kinase) menyebabkan tidak ada sinyal reseptor
pre B untuk ubah jadi sel B matur sehingga sel pre B tidak mengalami
rearrangement. Tidak memiliki rantai ringan maka sel B tidak matur dan tidak bisa
dikeluarkan

Patogenesis :

- Sel pre-B tidak mengasilkan Ig sehingga semua jenis rendah


- Kandungan sel B di serum rendah

Manifestasi :

- Mudah terserang penyakit lewat opsonifikasi antibody ( influenza )


- Bronkitis,arthritis,meningitis, maupun dermatitis oleh S. Pneumonia

-Disgammaglobulinemia
Penyebab : Penurunan satu atau lebih adar Ig

Faktor Resiko : Belum diketahui dasar molecular

Patogenesis : Sel B tidak melepaskan Ig A

Manifestasi :

- Infeksi sinopulmoner dan gastrointestinal recurrent oleh virus/bakteri


- Peningkatan penyakit autoimun,keganasan, dan alergi

-Hyper IgM syndrome


Penyebab : kadar igM yang tinggi dibanding Ig lainnya

Faktor Resiko :

- Ketidakmampuan sel T membantu isotype sswitching untuk memproduksi Ig lain


selain IgM
- Mutasi ligand CD40 (X-linked), sitokin, enzim terlibat dalam isotype switching

Patogenesis :

- Tidak ada Ig lain selain IgM


- Kecacatan produksi antibody dengan afinitas tinggi
- Kecacatan imunitas selular karena interaksi CD40-CD40L menyebabkan aktivasi
makrofag oleh sel Th

Manifestasi :

- Peka terhadap pantogen intraselular ( Pneumocytes jiroveci )

-Digeorge Syndrome

Penyebab :

Kegagalan maturasi timus, kelenjar paratiroid penyebab hipokalsemia pada bayi

Patomekanisme :

- Kegagalan pembentukan pouch 3 dan 4 yang membentuk timus dan glandula


paratiroid sehingga terjadi penurunan sel T dan IgG

-Ataxia Telangiectasia
Penyebab :

- Kesalahan genetic kromosom 14 pada TCR yang berpengaruh pada perbaikan DNA
yang rusak

Patogenesis :

- Kesalahan gen ATM yang menyebabkan sel tidak dapat berdiferensiasi dan
memperbaiki kerusakan
- Sel yang mati tidak dapat diregulasi
- Sel T akan mengalami perkembangan yang tidak normal penyebab leukemia dan
lymphopenia

Manifestasi :

- Kelainan saraf
- Ataksia
- Limfopenia

-Severe Combined Immunodeficiency (SCID)

X-Linked SCID
Etiologi :

- Defek pada beberapar reseptor dan terpaut kromosom X

Patogenesis :

- IL-15 untuk sel NK yang menghambat maturasi dan proliferasi sel NK


- Mutasi gen rantai gamma C
- IL-4 untuk menahan respon sel B

Defisensi ADA dan PNP

Patogenesis :

- Defek pada gen dalam menyandi asam nukleat ADA yang bertugas mengkatalisis
perubahan adenosine dan deoksiadenosis, PNP untuk mengakumulasi inosin dan
guanosin yang bersifat toksik
- Defek metabolisme ADA menyebabkan sel B dan sel T tidak dapat dihasilkan
- Penumpukan d-ATP dan D-GTP yang menghambat maturasi limfosit

Lain-lain

Patogenesis :

- Gen penyandi JAK-3


- Gen RAG1 dan RAG2 apabila defek menghambat pengeluaran reseptor
- Mutasi rantai CD3 (pada TCR) yang mengganggu maturasi sel T karena TCR tidak
ada sehingga tidak bisa aktivasi sel B

Manifestasi :

- Limfositopenia
- Rentan terhadap infeksi virus,bakteri,jamur,protozoa (MCV)
- Pneumatositis karini
- Kandida

-Sindrom Nezelof
Penyebab :

Terjadi penurunan imunitas sel T menyebakan antibody tidak memberi respon pada antigen
spesifik

Manifestasi :

- Penderita rentan terhadap infeksi bakteri recurrent


- Defisiensi sel B variable dan Ig spesifik bisa rendah-normal-meningkat

-Wiscott-Aldrich Syndrome
Penyebab :

Defisiensi imun dengan trombositopenia dan eczema

Faktor Resiko :

- Terpaut kromosom x resesif


- Kehilangan imunitas selular
- Seiring bertambahnya usia terjadi pesmunahan limfosit di daerah perifer dan KGB
- Terdapat mutasi pada wiscott-aldrich syndrome protein yang terikat pada beberapa
reseptor membrane sitoskelet yang menyebakan kelainan :
o Morfologi trombosit
o Cacat isyarat aktivasi yang bergantung sitoskleton – limfosit dan leukosit lain
- Kelainan adhesi antara sel dan migrasi leukosit

Manifestasi :

- Trombositopenia
- Ekzema
- Infeksi Bakteri recurrent
o Otitis media
o Meningitis
o Pneumonia
- IgM rendah sehingga tidak bisa merespon antigen polisakarida
- Kadar IgG normal,IgA, dan IgE meningkat

46. Defisiensi Anemia ?


Etiologi :

- Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang


o Karena perdarahan maupun proses penghancuran eritrosit ( hemolysis )

Morfologi :

- Mikrositik ( Defisiensi zat besi, talasema )


- Makrositik ( Kekurangan folat atau vitamin B12 )
- Normositik ( bentuk tidak normal bawaan ( sferositosis ), sel sabit )

47. Klasifikasi Anemia berdasar Etiologic dan Indeks Eritrosit


Berdasar Etiologi :

- Gangguan pembentukan oleh sumsum tulang


- Kehilangan darah keluar tubuh ( pendarahan )
- Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya ( hemolysis )

Indeks Eritrosit :

- Mean cell Volume (MCV) :


volume rata2 sel darah merah yang dinyatakan dalam femtoliter (micron kubik)
- Mean cell Hemoglobin ( MCH ) :
Rerata massa haemoglobin dalam tiap sel darah merah yang dinyatakan dalam
picogram
- Mean cell haemoglobin concentration :
Kosentrasi rerata haemoglobin dalam volume sel darah merah yang dipadatkan
(packed cell) tertentu yang dinyatakan dalam per desilliter
- Read cell distribution width (RDW) :
Lebar distribusi sel darah merah : koefisien variasi volume sel darah merah

Pada Anemia :

- Anemia hipokromik mikrositer


o MCV <80 fl dan MCH <27 pg
- Anemia normokromik normositer
o MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
- Anemia makrositer
o MCV > 95 fl

48. Patofisiologi anemia normositik normokromik dan contoh penyakit


Disebabkan karena kegagalan produksi eritrosit dan peningkatan destruksinya. Kegagalan
produksi terjadi kelainan pada sumsum tulang ( pansitopenia )

Peningkatan destruksi dapat disebabkan oleh perdarahan maupun hemolisis yang biasanya
dikompensasi oleh sumsum tulang dengan meningkatkan eritropoiesis

Dapat berbentuk penyakit kronis ( 70% kasus menunjukkan normosit normokrom, 30 %


menunjukkan mikrosit hipokrom )

Anda mungkin juga menyukai