Anda di halaman 1dari 4

K E L O M P O K 5

PERANG
PUPUTAN DI BALI
RAAFI HAIDAR A.
RACHEL AMELIA L
SALMA NAFISAH
SITI SHARFINA C.
ZAKI WILDAN Z.

S E J A R A H I N D O N E S I A K E L A S X I S M A T A R U N A N U S A N T A R A
Puputan berasal dari kata “puput” yang
PERANG artinya “tanggal” / “putus” / “habis” / “mati”.
Puputan sendiri berarti perang sampai mati

PUPUTAN dan wajib berlaku untuk seluruh warga


yang ada di semua kasta sebagai bentuk
perlawanan. Termasuk mengorbankan jiwa
dan raga sampai titik darah penghabisan.

Bukan hanya pimpinan (raja) dan prajurit,


seluruh rakyat di wilayah bersangkutan
juga ikut berperang. Bagi yang sudah cukup
umur, wajib ikut berperang, laki-laki atau
perempuan. Bagi yang tidak mau terlibat,
diharapkan pergi sejauh mungkin dari
wilayah bersangkutan sebelum perang
dimulai. Biasanya tidak banyak warga yang
mau pergi dan sebgian besar akan membela
tanah kelahirannya walau tahu pasti akan
kalah.
PUPUTAN
MARGARANA
MERUPAKAN SALAH SATU PERTEMPURAN ANTARA INDONESIA DAN BELANDA
DALAM MASA PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA YANG TERJADI PADA 20
NOVEMBER 1946. PERTEMPURAN INI DIPIMPIN OLEH KEPALA DIVISI SUNDA
KECIL KOLONEL I GUSTI NGURAH RAI. DIMANA PASUKAN TKR DI WILAYAH INI
BERTEMPUR DENGAN HABIS HABISAN UNTUK MENGUSIR PASUKAN BELANDA
YANG KEMBALI DATANG SETELAH KEKALAHAN JEPANG, UNTUK MENGUASAI
KEMBALI WILAYAHNYA YANG DIREBUT JEPANG PADA PERANG DUNIA II,
MENGAKIBATKAN KEMATIAN SELURUH PASUKAN I GUSTI NGURAH RAI YANG
KEMUDIAN DIKENANG SEBAGAI SALAH-SATU PUPUTAN DI ERA AWAL
KEMERDEKAAN SERTA MENGAKIBATKAN BELANDA SUKSES MENDIRIKAN
NEGARA INDONESIA TIMUR.
Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya
untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di Kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada
20 November 1946 (malam hari) dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta
pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut menggabungkan diri
kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga. Pada 20
November 1946 sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai nengadakan pengurungan
terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak
antara pasukan NICA dengan pasukan Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan
bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera
mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat
pengebom yang didatangkan dari Makassar. Di dalam pertempuran yang sengit itu semua
anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.
Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "Puputan" atau perang habis-habisan di Desa
Margarana sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, ermasuk
Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas.
Untuk mengenang peristiwa tersebut pada tanggal 20 November 1946 dikenal dengan
perang puputan margarana, dan kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu
Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.
PERISTIWA PUPUTAN
MARGARANA

Anda mungkin juga menyukai