Anda di halaman 1dari 5

Resensi Buku Kumpulan Cerpen

Judul : Segi Empat (Antologi Cerita Pendek)

Penulis : Afdiswan Karunia, Garnetta Liya, Keisha Akmalia


Namira L. P, Intan Maharani Annora Nityasya, Panji
Wirawan, Nurul Fitria Utami Ningsih, Shabrina,
Zainina, Putri Zahra, Najma Tharifa Fa’iqatun Nuha,
Nindi Amalia Putri Abdul Syakur, Kharisma Fika Arini,
Nabila Fauziah, Oryza Sativa, Nisrina Afifah, Zafira
Afra, Nabil Sabila Aflah, Daffa Arian, Naila Mizabil
Aliya, Ayunda, Nayla Sabitha Irajanto, Hayya Sabrina
Ihsan, Garnetta Liya Widyanti, Anatasya Faradina Anwar.

Penerbit : Delta Pijar Khatulistiwa

Tahun Terbit : Maret, 2022

Jumlah Halaman : 158 halaman

Buku kumpulan cerpen ini hadir membawa angin segar di tengah maraknya akibat
penggunaan bahasa asing di masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan pelajar. Dengan buku
ini diharapkan dapat kembali menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tidak terancam
kedudukannya oleh bahasa asing.

Melalui salah satu cerpen yang berjudul Aku Orang Indonesia, menceritakan sudut
pandang penulis di tengah maraknya penggunaan bahasa asing di sekelilingnya. Di satu sisi
walaupun menggunakan bahasa baku dalam percakapan sehari-hari terkesan aneh, namun
frekuensi penggunaannya sangat berpengaruh. Karena penggunaan bahasa Indonesia termasuk
salah satu unsur pemersatu bangsa.

Selain itu, cerpen dengan judul Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan
menjelaskan tidak ada batasan dalam mempelajari bahasa Indonesia sama halnya dengan
pendidikan. Sehingga dengan mempelajari bahasa Indonesia dengan baik, maka kita tidak akan
salah dalam mengucapkan kata-kata dan intonasinya.
Cerpen terakhir dengan judul Perbedaan yang Menyatukan memiliki pesan bahwa dalam
bahasa daerah yang beragam jenisnya, terdapat bahasa Indonesia yang menjadi pemersatu.
Sehingga dengan bahasa yang berbeda inilah banyak pengetahuan dan pengalaman yang
didapatkan.

Judul yang unik dan pemilihan sampul yang berwarna lembut membuat buku ini menarik
minat pembacanya. Selain itu, terdapat beberapa cerpen yang inspiratif. Keunggulan lainnya
yaitu isi dari keseluruhan buku yang bermanfaat dan menarik pembaca terutama dalam
mempelajari bahasa Indonesia.

Buku ini juga diperkaya dengan adanya kosakata bahasa daerah, asing, maupun gaul
sehingga kita bisa mendapat banyak pengetahuan. Namun, beberapa cerita tidak memiliki
terjemahan untuk kosakata tersebut. Jadi sulit dimengerti bagi yang tidak tahu. Selain itu, sangat
disayangkan banyak kata yang masih salah ketik. Hal inilah yang bisa menjadi ketidakpahaman
saat membaca bagi para pembaca.
Resensi Buku Antologi Cerpen

Judul : Segitiga (Antologi Cerita Pendek)

Penulis : Nayla Sabitha Irajanto, Siti Nur Lailatus Solikha,


Anatasya Faradina Anwar, Farid Nadi Alfarisi, Naila
Mizabil Aliya, Dini Fitriani, Elsa Salsabiella, Mayvania
T, Nazwa Hariyono Putri, Shofiyah Fithrotun, Elga
Sylvia, Agus Rahmatullah Huda, Ni‘ma Syahara
Najwa, Nindi Amalia Putri Abdul Syakur.

Penerbit : Delta Pijar Khatulistiwa

Tahun Terbit : Maret, 2022

Jumlah Halaman : 108 halaman

Menulis sebuah buku bukanlah suatu hal yang mudah. Menghasilkan sebuah karya
melalui kepenulisan bisa dimulai dari cerita pendek (cerpen). Seseorang yang biasanya hanya
membaca karya, sekarang mencoba hal baru dengan menulis sebuah karya. Siswa-siswi MAN
Sidoarjo menuangkan karyanya melalui buku antologi cerpen yang berjudul Segitiga. Di awal
buku dibuka dengan cerpen yang berjudul Bahasa Istimewa oleh Nayla Sabitha Irajanto. Dan di
akhir ditutup dengan cerpen oleh Nindi Amalia Putri Abdul Syakur yang berjudul Cahaya dari
Timur.

Buku ini secara garis besar berisi tentang cerpen yang menceritakan bagaimana
masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bisa bersatu dan berkomunikasi dengan
baik melalui bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan tema yang dimuat buku ini adalah bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Cerpen pertama pada buku ini menceritakan tentang seorang anak SMA yang dikucilkan
teman-temannya hanya karena ia berbicara bahasa Indonesia setiap hari. Namun hal itu berubah
ketika seorang anak pindahan dari sekolah lain menjelaskan pentingnya bahasa Indonesia kepada
mereka.

Salah satu cerpen yang menarik dalam buku ini adalah Dwi Bahasa oleh Naila Mizabil
Aliya. Cerpen ini berisi tentang dua sahabat yang masih mengenyam pendidikan sekolah
menengah. Salah satu orang yang bernama Rara merupakan penggemar K-Pop akut. Dalam
kesehariannya, ia sering mencampuradukkan bahasa Korea dan Indonesia menjadi satu hingga
sahabatnya bingung. Dalam cerpen ini pembaca bisa memetik pesan penting untuk menggunakan
bahasa dengan baik, benar, dan pada tempatnya.

Berbeda dengan yang lainnya, cerpen yang berjudul Cahaya dari Timur di akhir buku
menceritakan tentang bagaimana perbedaan beragama justru dapat bersatu dengan komunikasi
yang baik. Cerpen ini tidak memuat unsur bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Melainkan
tentang perbedaan dan konflik antar umat beragama yang kemudian akan menjadi penyokong
persatuan. Namun, meski begitu cerpen ini masih berkaitan dengan perbedaan yang menjadi akar
persatuan.

Buku ini memiliki banyak sekali cerpen menarik lainnya. Pemilihan diksi di setiap
cerpennya beragam karena penulisnya yang berbeda-beda. Begitupun dengan gaya penulisannya.
Seperti yang diketahui, semua cerpen di buku ini ditulis oleh para remaja. Meski begitu, semua
cerpen yang termuat memiliki sisi uniknya masing-masing dan patut diacungi jempol. Sebab
ceritanya sangat menarik perhatian dan seolah-olah para penulis menuangkan kisah mereka
sendiri ke dalamnya. Kita sebagai pembaca dapat memahami kata-kata yang digunakan karena
sebagian besar menggunakan bahasa sehari-hari.

Dibalik banyaknya keunggulan di atas, ada kekurangan yang luput dari perhatian penulis
maupun penerbit. Banyak kata yang salah pengetikan dan cenderung seperti auto-correct oleh
komputer. Contohnya kata 'bahasa' yang berubah menjadi '7ahasa7'. Hal ini dapat
membingungkan pembaca karena banyaknya pengetikan yang salah.

Selain itu, di beberapa cerpen termuat kata-kata asing yang berasal dari bahasa daerah
maupun bahasa asing. Kata-kata tersebut tidak diartikan atau diberi catatan tersendiri agar
pembaca paham dengan apa yang dibacanya. Ada juga beberapa salah penulisan tanda baca
seperti titik (.) hingga dua kalimat manjadi satu. Beberapa dari kata-kata asing yang termuat di
buku ini juga tidak ditulis dengan huruf miring. Sebagian besar alur dan penceritaan memang
sangat bagus, namun penulisan dan pengetikannya yang belum benar.

Buku ini sangat cocok untuk mereka yang belum mengerti betul pentingnya persatuan
khususnya melalui bahasa Indonesia. Karena sebagian besar latar yang diambil adalah kehidupan
remaja, buku ini sangat patut dibaca oleh para pelajar masa kini. Buku ini mengajak kita untuk
memahami pentingnya unsur persatuan khusunya bahasa. Oleh sebab itu, mari semuanya
gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar!

Nama anggota kelompok : 1) Nur Lailatul M (28)

2) Sofi Maharani (33)

Kelas : XI-IPA 2

Anda mungkin juga menyukai