Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 3

Kadet 1947
HARI INI ATAU TIDAK SAMA SEKALI
Film Kadet (Cadet) adalah film Indonesia
yang dirilis pada tahun 1947. Film ini
disutradarai oleh D. Djajakusuma dan
diproduksi oleh Perfini (Perserikatan Film
Nasional Indonesia). Film ini menjadi salah
satu film pertama yang diproduksi setelah
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945
dan menjadi film propaganda yang berusaha
mempromosikan semangat patriotisme di
kalangan pemuda.

Film Kadet mengisahkan tentang


sekelompok pemuda yang ingin bergabung
dengan organisasi pemuda militer yang
disebut sebagai "Kadet". Organisasi ini
bertujuan untuk melatih para pemuda dalam
hal kepemimpinan, disiplin, dan
kemampuan militer. Dalam perjalanan
mereka, para pemuda mengalami berbagai
macam rintangan dan tantangan, namun
mereka tetap bersemangat dan
memperjuangkan cita-cita mereka untuk
menjadi seorang Kadet.
film Kadet 1947 ini diangkat berdasarkan
kisah nyata aksi heroik para Kadet
penerbang pada tahun 1947 di Pangkalan
Udara Maguwo Yogyakarta. film ini
mengisahkan perjuangan tujuh orang
kadet atau siswa Angkatan Udara dalam
misi serangan ke markas Pertahanan
Belanda 29 Juli 1947 dengan kenekatan
dan keberanian mereka menyerbu markas
Belanda guna merebut kemerdekaan.
Beberapa kadet yang menjadi tokoh
UTAMA dalam film ini adalah Sutardjo
Sigit (Baskara Mahendra), Mulyono
(Kevin Julio), Suharnoko Harbani (Omara
Esteghlal), Bambang Saptoadji (Samo
Rafael), Sutardjo (Wafda Saifan), Kapoet
(Fajar Nugra), dan Dulrachman (Chicco
Kurniawan).
Sinopsis Kadet 1947
Satu tahun setelah menyatakan kemerdekaan, Republik Indonesia Para kadet mempunyai ambisi yang besar bahwa suatu saat
berunding dengan Belanda untuk memperoleh pengakuan nanti mereka akan menjadi penerbang yang akan
kedaulatan. Perundingan ini berlangsung sengit selama berbulan- menerbangkan pesawat. Walaupun mereka sering
bulan. Belanda akhirnya berjanji menarik kembali pasukan
direndahkan oleh seniornya, mereka tetap sabar dan terus giat
mereka. Empat bulan kemudian, Belanda melanggar perjanjian dan
untuk mematuhi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
melancarkan Agresi Militer besar-besaran, dimulai dari
pimpinannya.
penyerangan ke seluruh pangkalan udara pada Juli 1947.

Para kadet ditugaskan untuk membuat pesawat umpan karena


diberi kepercayaan oleh pimpinanannya, namun Sapto mengelak
bahwa menurutnya mereka para kadet seharusnya ditugaskan
dengan peran yang lebih dalam perang tersebut dan menurutnya
orang tua mereka akan kecewa jika mengetahui bahwa ternyata
anaknya tidak menerbangkan pesawat.
Sinopsis Kadet 1947
Pada kala itu, Perang Dunia II baru saja berakhir dan Belanda Pada saat mereka kembali ke markas, Belanda mengirimkan
kembali berusaha merebut kekuasaan dari tangan Indonesia. penyusup untuk membom wilayah Magoewo. Markas hancur
Langkah ini kembali menimbulkan gejolak di berbagai penjuru beserta pesawat-pesawatnya, mereka hampir menyerah namun
tanah air, terutama di tiga daerah yang dikenal sebagai lokasi mereka menyadari bahwa berkat Mas Kardi mereka masih hidup
markas Belanda. Pesawat udara Belanda mulai membombardir dan masih bernyawa, mereka bertekad untuk meneruskan
beberapa sarana publik vital milik Indonesia pada 1947. perjuangannya membela Magoewo dan Tanah Air sampai titik
penghabisan.
Adanya gerak griliya di pesisir Selatan yang bertambah aktif
sementara penduduk diungsikan termasuk desa Monokromo
dan Kesirat. Mendenger berita tersebut Sigit dan Sapto
mengajak Tardjo dan Dul untuk mendatangi wilayah tersebut
sambil mencari bangkai pesawat. Namun, sesampainya
mereka disana mereka hanya menemukan mayat para
penduduk.
Sinopsis Kadet 1947
Menghadapi kondisi yang demikian, TNI AU berencana untuk Walaupun belum menguasai medan, namun dengan tekad yang
melancarkan aksi balasan ke Belanda melalui aksi udara kuat dan anggapan bahwa tugas ketentaraan merupakan sebuah
dengan menjatuhkan 300 kilogram bom ke Salatiga, Semarang, perbuatan mulia yang patut dilakukan sekuat tenaga, ketujuh orang
dan Ambarawa., di mana tiga kota itu tengah menjadi tangsi- kadet tersebut tetap maju ke medan pertempuran dengan segenap
tangsi militer Belanda. Ketika konflik kian memanas, tujuh tenaga demi membantu tentara Republik Indonesia.
orang kadet atau siswa Angkatan Udara yang terdiri dari
Sutardjo Sigit, Mulyono, Suharnoko, dan keempat orang
lainnya ditugaskan untuk melakukan serangan udara tersebut.

Mereka bahu-membahu tanpa lelah mempertahankan sebuah


lokasi pangkalan udara yang pada saat itu bernama Magoewo.
Mereka menyusun strategi untuk menyerang Belanda.
NILAI MORAL
Dalam film ini terdapat beberapa nilai moral didalamnya. Berikut ini 5 nilai moral yang bisa diambil
dari Film Kadet 1947:

1. Kejujuran
Sikap kejujuran sudah selayaknya dimiliki oleh setiap orang. Seperti
Mulyono, Mulyono merupakan murid penerbang di Maguwo yang
memiliki etos kerja sangat tinggi. Semangatnya yang berapi-api ketika
belajar selalu disertai dengan kejujuran. Mul berani mengatakan bahwa
pesawat yang dibuatnya masih basah karena baru dicat pada Presiden
Soekarno saat datang melihat hanggar.
Padahal, tak ada anggota lain yang berani berkata jujur, bahkan untuk
berteriak kepada Soekarno. Sikap berani jujur itu langsung mendapat
pujian dari Sang Presiden.
NILAI MORAL
2. Kedisiplinan
Kadet 1947 yang kental dengan nuansa TNI AU memberi gambaran bagaimana suatu
kedisiplinan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Para murid penerbangan di
Maguwo harus selalu mematuhi komando dari pimpinan untuk menyelesaikan misi
menyembunyikan pesawat-pesawat di hutan agar terhindar dari intaian Belanda.
Meski ketujuh kadet sudah tidak sabar untuk menerbangkan pesawat, mereka tetap
harus mematuhi aturan dan misi dari atasan agar tidak gegabah. Tokoh Mul dan Har,
merupakan dua kadet yang cukup memegang teguh kedisiplinan. Keduanya mampu
menjaga amanah dari atasan untuk menjaga misi mereka tetap terlaksana
NILAI MORAL
3. Berani mengambil risiko
Berbeda dengan Mul dan Har, tokoh Sapto cenderung lebih vokal
dan berani dalam bertindak dan Har membawakan sisi kenakalan
anak muda yang selalu dipenuhi dengan rasa penasaran dan
semangat membara.
Har berani mengambil risiko untuk mencari onderdil pesawat di
daerah yang telah dikuasai Belanda. Tak peduli meski ia harus
menerima hukuman dari atasan, atau bahkan mati di tangan tentara
Belanda.
NILAI MORAL
4. Persahabatan 5. Tekad yang kuat
Film Kadet 1947 juga diwarnai dengan Para kadet mempunyai ambisi yang kuat untuk ikut serta
nuansa persahabatan dari ketujuh kadet mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Walaupun belum menguasai medan, namun dengan tekad
Maguwo. Meski kerap berkelahi karena
yang kuat dan anggapan bahwa tugas ketentaraan
perbedaan pendapat, ketujuh pemuda ini
merupakan sebuah perbuatan mulia yang patut dilakukan
tetap berada dalam satu tujuan mereka,
sekuat tenaga, ketujuh orang kadet tersebut tetap maju ke
yakni mempertahankan kemerdekaan medan pertempuran dengan segenap tenaga demi
Indonesia. membantu tentara Republik Indonesia.
NILAI MORAL
Tekad dan keberanian yang kuat menjadi inti dari film Kadet 1947. Nabi
shallalalhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya
tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat
bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (HR. Muslim).
Bagi umat memiliki peran yang sangat penting dan signifikan dalam
membantu mensukseskan perjuangan mereka. Namun, hanya tekad kuat yang
bertujuan untuk mencari hal yang manfaatlah yang dianjurkan dalam Islam.
Karenanya
ANGGOTA
KELOMPOK
1.U D Z M A N A Z I I H AT
2 . N A Z I L A N A S H I FA
I M

3 . I L H A M A B I A N S YA H
4.GHANI SEPTIAN
5 . S T E FA N U S TA E B O U K
6 . R E Z A FA H L E V I
7.KEPIN PRAMANA T
8 . M D Z A K Y S A FA H
Thank You

Anda mungkin juga menyukai