Anda di halaman 1dari 67

BAB I

SEJARAH TNI ANGKATAN DARAT

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus


1945 terdapat pertimbangan dari para tokoh pejuang untuk segera
membentuk tentara reguler dengan merekrut dari unsur-unsur Badan
Kelaskaran, KNIL (Koninklijke Netherlands Indische Leger), Peta, Heiho
dan lain sebagainya. Secara otentik pada tanggal 5 Oktober 1945
merupakan hari lahirnya TNI yang termasuk di dalamnya adalah TNI
Angkatan Darat. Kelahiran TNI Angkatan Darat yang masih relatif muda
telah mendapat berbagai tantangan terutama pada Pertempuran
Ambarawa, TNI Angkatan Darat dan seluruh elemen berjuang melawan
penjajah dan TNI Angkatan Darat berhasil memenangkan pertempuran.
Hari kemenangan tersebut pada tanggal 15 Desember 1945 yang
dijadikan menjadi Hari Juang Kartika.

Seiring dengan perjalanan waktu Pimpinan TNI Angkatan Darat


selalu membenahi organisasi dan membina TNI Angkatan Darat sambil
tetap berjuang menumpas pemberontakan dalam negeri dan tugas-tugas
lainnya serta adanya intervensi dari luar negeri. Dan dalam perjuangan
ini selalu pengalami perubahan atau perkembangan di bidang taktik
maupun strategi. Fakta di lapangan menyatakan bahwa pada umumnya
pertempuran selalu didukung oleh rakyat dan selalu berada pada
pemukiman penduduk. Hal yang tidak berubah dari TNI Angkatan Darat
adalah nilai-nilai perjuangan TNI Angkatan Darat, seperti yang
terangkum pada jati diri TNI. Namun dalam implementasinya
menyesuaikan dengan situasi yang berlaku.

1. TNI Angkatan Darat dalam Sejarah.

a. Pada masa penjajahan Belanda, dalam rangka membantu


menjaga keamanan dan ketertiban dibentuklah pasukan bantuan
yang anggotanya adalah orang bumi putra, yang disebut KNIL dan
CORO (Corp Opleiding Reserve Officiren). Pada jaman
Doktrin KEP -
1
penjajahan Jepang, para pemuda dan pemudi dilatih kemiliteran
untuk dikerahkan di medan pertempuran membantu Jepang serta
diajarkan kepatuhan kepada pemerintah Jepang. Perasaan
senasib dan kebersamaan serta didikan kemiliteran telah
membangkitkan rasa nasionalisme dan “patriotisme” serta
menyadarkan akan dirinya untuk membela harkat dan martabat
bangsanya. Modal inilah yang dapat mempersatukan berbagai
elemen bangsa Indonesia dalam mengabdikan dirinya sebagai
prajurit.

b. Sebelum resmi menjadi tentara reguler, institusi kemiliteran


hanya sebuah “Badan”, yaitu Badan Keamanan Rakyat (BKR),
sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang
(BPKKP), yang belum menunjukkan suatu figur dan simbol
kemiliteran yang jelas. Maka pada tanggal 5 Oktober 1945 melalui
Maklumat Pemerintah dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Belum satu tahun berdiri TKR selanjutnya berubah menjadi
Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), pada tanggal 7 Januari 1946.
Belum satu bulan, tepatnya tanggal 25 Januari 1946, berubah lagi
namanya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), dan akhirnya
tanggal 3 Juni 1947 berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia
(TNI). Organisasi TNI ini merupakan bentuk baru dari
penggabungan antara TRI dengan seluruh badan perjuangan dan
kelaskaran yang ada di seluruh Indonesia.

c. Tindakan pasukan NICA yang membonceng sekutu


melanggar kedaulatan Indonesia yang salah satunya dengan
memasuki kota Magelang dan dihadapi oleh pasukan yang
dipimpin Letkol M. Sarbini. Selanjutnya pada tanggal 21
November 1945 Sekutu mundur ke arah Ambarawa dan terjadi
pertempuran dengan TKR di daerah Jambu, Ngipik dan
Ambarawa. Sampai di Ambarawa Sekutu berhadapan dengan
pasukan TKR di bawah pimpinan Letkol Isdiman. Pada tanggal 27
November 1945 Letkol Isdiman gugur di desa Kelurahan,
- Doktrin KEP
2
kemudian Kolonel Sudirman mengambil alih pasukan, dan
melaksanakan serangan untuk merebut Ambarawa. Dengan
hancurnya pertahanan musuh di Ambarawa pada tanggal 15
Desember 1945 merupakan hari kemenangan bagi TKR,
kemudian tanggal tersebut dijadikan “ Hari Juang Kartika “.

d. Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 TNI Angkatan Darat


berhasil menguasai kota Yogyakarta yang berada dalam
kekuasaan pasukan Belanda selama 6 jam, sehingga TNI
Angkatan Darat berhasil membuktikan eksistensi Republik
Indonesia dan TNI kepada dunia internasional. Peristiwa
monumental itu akhirnya mengundang perhatian Dewan
Keamanan PBB untuk membuka sidang guna membahas
pertikaian antara Belanda dan Indonesia, yang pada akhirnya
menghasilkan pengakuan kedaulatan terhadap RI sebagai hasil
dari Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 27 Desember 1949.
Keberhasilan ini karena adanya kemanunggalan antara TNI
dengan Rakyat. Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan
merdeka secara de facto dan de jure setelah perang kemerdekaan
selama kurang lebih empat tahun.

e. Pada waktu Perang Kemerdekaan menghadapi agresi


Belanda ke II, TNI mengubah taktik dari pertahanan yang bersifat
linier dengan taktik gerilya yang bersifat nonlinier sebagaimana
tertuang pada Perintah Siasat Nomor 1 Panglima Besar Jenderal
Sudirman.

f. Pada waktu menghadapi pemberontakan DI/TII Jawa Barat,


Angkatan Darat menggunakan taktik lawan insurgency yang
disebut dengan taktik pagar betis. Dan berhasil menghancurkan
pasukan pemberontak pimpinan S.M. Kartosuwiryo. Keberhasilan
TNI Angkatan Darat dalam menumpas pemberontakan ini tidak
terlepas dari adanya kebersamaan antara TNI Angkatan Darat
dengan rakyat.
Doktrin KEP -
3
g. Ketika TNI menghadapi Pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS), yang didukung oleh pasukan elite Belanda.
Muncul gagasan untuk membentuk pasukan khusus, yang saat ini
kita kenal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat
(Kopassus). Dan pada saat menjelang operasi pembebasan Irian
Barat (Trikora) dibentuk pasukan cadangan TNI Angkatan Darat
yang sekarang kita kenal dengan Komando Cadangan Strategis
TNI Angkatan Darat (Kostrad).

h. TNI Angkatan Darat telah memberikan konstribusi yang


signifikan dalam operasi guna melaksanakan amanat UUD Negara
RI tahun 1945 untuk mempertahankan keutuhan NKRI, seperti
pelaksanaan Opskamdagri dalam rangka menumpas
pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958, perjuangan merebut
kembali Irian Barat di tahun 1961, dan operasi di Timor Timur
serta di Aceh.

i. TNI Angkatan Darat bukan hanya melaksanakan operasi


tempur saja tetapi juga melaksanakan operasi selain perang,
seperti operasi penanggulangan akibat bencana alam. Contoh dari
pelaksanaan operasi ini yaitu penanggulangan bencana akibat
gempa bumi di Maumere NTT, Tsunami di Aceh, gempa di
Yogyakarta, gempa di Bengkulu, gempa di Sumatera Barat dan
lain-lain.

j. Sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945 dan atas


permintaan dari DK PBB, TNI Angkatan Darat telah beberapa kali
mengirimkan pasukannya ke berbagai belahan dunia dengan misi
menjaga perdamaian. Beberapa penugasan tersebut seperti
contoh konflik di Kongo, Mesir, Kamboja dan lain-lain. Dari hasil
evaluasi, bahwa prajurit TNI Angkatan Darat dapat melaksanakan
tugasnya hal ini terbukti dari pernyataan PBB, negara yang bertikai
maupun penduduk setempat.

- Doktrin KEP
4
2. Tantangan Sejarah.

“TNI hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan


kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau
tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin
harus dipegang teguh”.
(Panglima Besar Jenderal Sudirman)

a. Tantangan yang akan dihadapi kedepan tidak hanya dalam


bentuk perlawanan bersenjata tetapi juga dalam bentuk terorisme,
persengketaan perbatasan wilayah, konflik komunal, dan bencana
alam. Dengan tantangan tersebut TNI Angkatan Darat harus
meningkatkan profesionalisme serta bekerjasama dengan instansi
terkait dalam menghadapi tantangan tersebut.

b. Dengan mempelajari sejarah perjuangan TNI Angkatan


Darat akan diperoleh inspirasi dan pelajaran kepada generasi
muda prajurit TNI Angkatan Darat. Bahwa setelah Perang
Kemerdekaan, muncul harapan yang luas dan masuk akal atas
sebuah perdamaian. Dengan demikian diharapkan intensitas
konflik semakin kecil dan ancaman semakin berkurang namun
kenyataannya harapan tersebut belum dapat terwujud dengan
baik.

c. Ledakan bom 12 Oktober 2002 di kawasan Legian, Kuta Bali


menunjukkan realitas lingkungan keamanan. Di mana Indonesia
harus terlibat dalam perang melawan terorisme yang
pelaksanaannya telah diatur dalam OMSP.

d. Sepanjang sejarahnya, TNI Angkatan Darat dihadapkan


pada tantangan, invasi, pemberontakan bersenjata/insurgency,
terorisme, bencana alam, maupun tantangan lainnya. Meskipun
dalam keterbatasan Alutsista, namun berbekal jiwa kejuangan
yang tinggi, semua tantangan itu dapat diatasi. Dalam
menghadapi tantangan tugas pada masa mendatang tidak cukup

Doktrin KEP -
5
bermodalkan jiwa kejuangan tetapi harus didukung Alutsista yang
memadai.

3. Profesionalisme Prajurit TNI Angkatan Darat.

a. Tujuan dari setiap profesi adalah untuk melayani masyarakat


secara efektif dan bermanfaat memberikan layanan khusus.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, profesi seperti
kedokteran, hukum, rohaniwan dan militer mengembangkan dan
memelihara pengetahuan khusus serta mengasah keahlian
melalui pendidikan formal, teoritis dan praktis. Setiap profesi
memiliki subkultur yang unik yaitu dapat membedakan praktisi dari
masyarakat yang mereka layani serta mendukung dan
mengembangkan masyarakat tersebut. Profesi dapat
menentukan standar kinerja mereka sendiri dan kode etik untuk
menjaga efektivitas dalam menjalankan perannya. Profesi
kemiliteran sangat berbeda dari profesi lainnya, baik dalam
hubungan kesatuan maupun perorangan.

b. Pilihan hidup untuk menjadi tentara mengharuskan prajurit


dilatih, dididik dan diperlengkapi serta diberikan pengalamanan
untuk meningkatkan profesionalismenya. Bagi seorang prajurit
melaksanakan tugas adalah suatu kehormatan meskipun
mengandung resiko fisik, non fisik bahkan nyawa sekalipun.
Setiap anggota tentara wajib memegang teguh apa yang pernah
diamanatkan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman yaitu
“Kewajiban mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga
keselamatannya”.

c. Perlu kita sadari bersama bahwa kegagalan seorang prajurit


dalam pelaksanaan tugas, jauh lebih beresiko daripada profesi
lainnya, karena seorang prajurit mengabdikan dirinya, yaitu
bertempur menghadapi musuh yang dapat menggangu kedaulatan
NKRI. Tindakannya di lapangan dapat berupa pemulihan dari
- Doktrin KEP
6
satu komunitas yang hancur karena bencana alam, bertempur
menghadapi musuh dan tugas-tugas lain dalam rangka menjaga
keamanan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya untuk
mempertahankan kedaulatan negara tentara harus bekerja sama
dengan rakyat, namun tidak boleh menjadi alat suatu golongan
atau siapapun. Prajurit profesional harus bekerja, berlatih dan
belajar sepanjang karier mereka di kemiliteran, hal ini harus selalu
dilaksanakan untuk memperoleh kesiapan dalam menghadapi
panggilan tugas.

d. Etika Keprajuritan yang dipegang teguh oleh setiap prajurit


mengisyaratkan bahwa seorang prajurit mempunyai “kewajiban
yang tidak terbatas”, hal ini mengandung makna bahwa hanya
anggota militer yang dapat diperintah untuk mempertaruhkan
hidupnya dimanapun mereka ditugaskan. Kewajiban yang
dikerjakan oleh prajurit dalam mempertaruhkan hidup demi
kepentingan bangsa dan negara adalah suatu bentuk
pengorbanan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh institusi lain.
Prajurit TNI Angkatan Darat memiliki jati diri yang terbentuk oleh
proses perjuangan panjang bangsa Indonesia pada umumnya dan
perjuangan TNI pada khususnya dalam merebut,
mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan, kedaulatan
serta keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
ini menunjukkan jiwa, semangat dan tekad pengabdian TNI
Angkatan Darat sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara
nasional dan tentara profesional yang tetap terjaga.

e. TNI Angkatan Darat tidak berperang berdasarkan kemauan


sendiri, tetapi berdasarkan keputusan politik negara. Karena
negara yang menganut demokrasi berprinsip bahwa militer berada
di bawah kontrol pemerintahan sipil.

f. Melakukan hal yang benar untuk alasan yang tepat dan


dengan niat yang benar selalu merupakan tantangan yang harus
Doktrin KEP -
7
dihadapi. Pada kenyataan di lapangan tantangan yang dihadapi
jauh lebih sulit mengatasinya terutama dalam suatu pertempuran
yang penuh dengan kekerasan dan kekacauan yang tidak
terkendali. Situasi seperti itu dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan moril dan tekanan kejiwaan pada Prajurit. Komandan
satuan bertanggung jawab untuk memastikan kondisi moril dan
etika prajuritnya dalam kesiapan menghadapi tugas. Perilaku
seorang komandan satuan sangat berpengaruh dalam
pembangunan karakter dan tindakan para prajuritnya, hal ini dapat
dilakukan melalui contoh keteladanan, pengajaran dan pembinaan
secara terus-menerus. Selain itu para komandan satuan harus
mampu mempertahankan dukungan rakyat, jiwa korsa satuan dan
menjaga loyalitas prajurit yang dipimpinnya.

g. Dimensi kemiliteran TNI Angkatan Darat mengakar pada


nilai moral sejarah perjuangan nasional dan nilai perjuangan TNI.
Adapun wujud dari nilai moral sejarah perjuangan nasional dan
nilai perjuangan TNI tersebut tercermin dalam sikap pantang
menyerah, rela berkorban, tahan menderita, patriotisme, dan
loyalitas.

h. Beberapa nilai perjuangan prajurit TNI Angkatan Darat yang


patut di jadikan contoh :

1) Serka (Anumerta) Suparlan, pada waktu kontak


senjata dengan 1 kompi GPK Fretilin di Timtim, untuk
menyelamatkan seluruh rekannya, dengan penuh keikhlasan
bersedia menghambat musuh seorang diri sampai titik darah
penghabisan.

2) Letda Inf. Ahmad Kirang, pada waktu operasi


pembebasan sandera Woyla di Bandara Don Muang
Bangkok, Thailand, telah menunjukkan keberanian dan
kerelaan berkorban walaupun harus gugur.
- Doktrin KEP
8
3) Jenderal TNI G.P.H. Djatikusumo, telah menunjukkan
loyalitas yang tinggi kepada TNI Angkatan Darat. Karena
setelah menjabat Kasad rela untuk ditempatkan sebagai
Komandan SSKAD (sekarang Seskoad), Karo Perancang
Operasi Kemiliteran di Kementerian Pertahanan dan
kemudian menjadi Danpusziad. Selain itu, beliau rela
dirasionalisasi dari pangkat Mayor Jenderal menjadi Kolonel.

4) Letkol Soeharto yang menjabat sebagai Komandan


Werhkreise III Yogyakarta telah menunjukkan kepercayaan
kepada kekuatan sendiri dalam serangan Umum 1 Maret
1949 berhasil menduduki kota Yogyakarta yang dikuasai
oleh pasukan Belanda selama 6 jam. Akibat dari peristiwa
itu, opini Belanda yang mengatakan bahwa RI dan TNI
sudah hancur ternyata tidak terbukti.

5) Mayor Inf L.B. Murdani dalam operasi Trikora di Irian


Barat memiliki dedikasi dan keberanian yang tinggi. Sebagai
pimpinan unit dengan pangkat Kapten bersama 2 Batalyon
melaksanakan tugas-tugas khusus intelijen telah melakukan
penyusupan ke wilayah Irian Barat yang dikuasai oleh
Belanda.

i. Beberapa contoh intelektual pemimpin kemiliteran yang


mempunyai wawasan yang jauh ke depan untuk kemajuan
Angkatan Darat antara lain Jenderal Sudirman, Jenderal Urip
Sumoharjo, Jenderal A.H. Nasution, Jenderal Gatot Subroto,
Jenderal T.B. Simatupang.

j. Disamping itu terdapat pula beberapa prajurit TNI Angkatan


Darat yang mendapat penghargaan Bintang Sakti dari pemerintah
karena mereka telah memperlihatkan tekad yang kuat, semangat
pantang menyerah, kerelaan berkorban, dan pengabdian yang
tulus ikhlas melampaui dan melebihi panggilan jiwa untuk kejayaan
Doktrin KEP -
9
bangsa dan negara. Prajurit TNI Angkatan Darat yang mendapat
penghargaan Bintang Sakti tersebut adalah : Jenderal Besar
Soedirman, Jenderal Besar A.H. Nasution, Jenderal Besar
Soeharto, Jenderal TNI Oerip Soemohardjo, Jenderal TNI Gatot
Soebroto, Jenderal TNI L.B. Moerdani, Jenderal TNI Subagyo
Hadisiswoyo, Letnan Jenderal TNI I Gde Awet Sara, Mayor
Jenderal TNI Sintong Panjaitan, Mayor Jenderal TNI Yasir
Hadibroto, Mayor Jenderal TNI Drs. Soemadi, Mayor Jenderal TNI
Aloysius Benedictus Mboi, Brigadir Jenderal TNI Slamet Riyadi,
Brigadir Jenderal TNI Sunarto, Letnan Satu Inf. Soebroto, Letnan
Satu Inf. Siprianus Gebo, Letnan Satu (Anumerta) Ahmad Kirang,
Pembantu Letnan Satu Sukardi, Pembantu Letnan Satu Suwanda,
Pembantu Letnan Satu Ruchijat, Pembantu Letnan Dua Karyono,
Sersan Mayor Matsyeh Pangma, Sersan Mayor I Nyoman Cakra,
Sersan Satu Rabino, Sersan (Anumerta) Oesman, Kopral
(Anumerta) Harun, Kopral Dua Ili Sadeli, dan Kopral Dua Suparlan.

4. Hikmah yang dapat dipetik dari Sejarah. Dari peristiwa-


peristiwa sejarah di atas, dapat dipetik berbagai hikmah sebagai
berikut :

a. TNI Angkatan Darat dalam pelaksanaan tugasnya dari sejak


merebut, dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia sampai kini senantiasa tidak dipisahkan dari
partisipasi, dan dukungan segenap rakyat Indonesia dari berbagai
pelosok Tanah Air. Oleh sebab itu kemanunggalan TNI-Rakyat
merupakan faktor yang sangat dominan dalam mencapai
keberhasilan pelaksanaan setiap tugas yang dipercayakan kepada
unsur-unsur TNI Angkatan Darat. Sehingga dalam kesehariannya
setiap prajurit TNI Angkatan Darat senantiasa diharuskan
melaksanakan delapan kewajibannya terhadap rakyat, yaitu
untuk : (1) bersikap ramah tamah terhadap rakyat; (2) bersikap
sopan santun terhadap rakyat; (3) menjunjung tinggi kehormatan
wanita; (4) menjaga kehormatan diri di muka umum; (5)
- Doktrin KEP
10
senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaan; (6)
tidak sekali-kali merugikan rakyat; (7) tidak sekali-kali menakuti
dan menyakiti hati rakyat; (8) menjadi contoh dan mempelopori
usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya. Dari
penguraian sejarah yang sedemikian ini dapat dilihat jati diri TNI
sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional.

b. Pada hakekatnya TNI Angkatan Darat tidak pernah


melaksanakan tugas negara secara spontan, atau atas ‘inisiatif
sendiri’. Begitu pula dalam penataan organisasi, TNI Angkatan
Darat senantiasa berupaya membangun dan mengembangkan
kemampuan, kekuatan dan doktrinnya, agar dapat melaksanakan
berbagai tugas yang diamanatkan oleh rakyat dan negara.
Berbagai upaya penyesuaian di bidang strategi, taktik dan
persenjataan senantiasa dilakukan dalam menyikapi setiap
perubahan yang berpengaruh langsung terhadap TNI Angkatan
Darat. Ini semua merupakan wujud dari jati diri TNI sebagai
Tentara Profesional. Sebagai Tentara Profesional TNI Angkatan
Darat tentunya juga memiliki ‘kode etik profesi’ yaitu Sumpah
Prajurit dan Sapta Marga. Di samping Sumpah Prajurit dan Sapta
Marga tersebut, maka prajurit TNI Angkatan Darat dalam
kehidupannya terikat kepada 11 Asas Kepemimpinan TNI dan 8
Wajib TNI.

c. Keseluruhan pelaksanaan tugas TNI Angkatan Darat yang


terkait dengan operasi tempur dilaksanakan bersama komponen
bangsa lainnya di dalam negeri, atau di wilayah NKRI, demi tetap
utuhnya wilayah, dan tetap tegaknya kedaulatan NKRI. Tidak
hanya operasi tempur, akan tetapi operasi militer non tempur pun
juga sering dipercayakan negara kepada para prajurit TNI
Angkatan Darat. Seperti tugas-tugas perbantuan kepada
Kepolisian Negara (Polri) dalam penanganan Kamtibmas, dan
bantuan kepada Pemerintah dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan, percepatan program kemanusiaan serta
Doktrin KEP -
11
penanggulangan bencana. Tugas-tugas unsur TNI Angkatan
Darat yang dilakukan di luar negeri umumnya berupa pengiriman
pasukan untuk pelaksanaan misi perdamaian di bawah Bendera
PBB, atau tugas lain berupa tugas-tugas bantuan kemanusiaan,
terutama dalam penanggulangan bencana alam. Dari uraian ini
terlihat bahwa TNI Angkatan Darat tidak pernah melaksanakan
operasi militer di daerah yang tidak berpenduduk.

d. Sejarah juga telah banyak membuktikan, bahwa kekuatan


utama TNI Angkatan Darat adalah terlekat pada kehandalan dan
ketangguhan para prajurit dalam menyelesaikan tugas pokok yang
dipercayakan kepadanya. Dalam pelaksanaan tugasnya, sampai
kini hampir semua unsur TNI Angkatan Darat belum pernah
mendapat dukungan perlengkapan, peralatan dan persenjataan
yang memadai, apalagi ideal. Meski demikian, semua tugas dapat
dilaksanakan dengan baik. Bahkan dalam pelaksanaan tugas
mengemban misi perdamaian PBB, cukup sering satuan TNI
Angkatan Darat mendapatkan pujian dari berbagai komunitas
militer dunia. Tidak hanya PBB, kedua belah pihak (negara) yang
bertikai pun sering memberikan apresiasinya terhadap
profesionalitas satuan TNI Angkatan Darat tersebut. Ini
menunjukkan bahwa kekuatan utama TNI Angkatan Darat terletak
pada profesionalitas dan soliditas para prajuritnya, serta
kedekatannya dengan rakyat. Maka peran sumber daya manusia
dalam pembinaan TNI Angkatan Darat bersifat mutlak.

BAB II
DINAMIKA LINGKUNGAN STRATEGIS

Bangsa Indonesia dengan tujuan nasionalnya untuk melindungi


segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
- Doktrin KEP
12
perdamaian abadi dan keadilan sosial, menganut politik luar negeri
bebas aktif. Di dalam menyelenggarakan hubungan Internasionalnya,
tidak menerapkan keberpihakan terhadap salah satu blok atau negara
tertentu dan senantiasa menjalin persahabatan terhadap semua negara
di dunia, serta ikut aktif dalam misi-misi perdamaian dunia.

Fenomena perkembangan global senantiasa menunjukkan bahwa


hubungan antar negara sering kali dilatarbelakangi oleh kepentingan
nasionalnya, sehingga kemungkinan munculnya konflik antar negara
masih cukup besar. Terutama bagi negara-negara berkembang yang
merupakan prioritas kepentingan politik dan ekonomi dari negara-negara
maju. Indonesia menganut paham cinta damai, tetapi lebih mencintai
kemerdekaan, maka perang merupakan jalan terakhir apabila upaya
diplomasi mengalami jalan buntu.

TNI Angkatan Darat yang merupakan bagian dari TNI dibangun


dan dikembangkan secara proporsional sesuai kepentingan politik
pertahanan negara yang defensif aktif. Demikian juga TNI Angkatan
Darat dalam melaksanakan perannya harus mengacu pada nilai dan
prinsip demokrasi, supremasi sipil, Hak Azasi Manusia, ketentuan hukum
nasional dan ketentuan hukum internasional yang sudah diratifikasi dan
dibangun oleh negara secara transparan dan akuntabel.

5. Lingkungan Keamanan Nasional.

a. Sumber kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia cukup


besar dan berlimpah, sementara banyak negara yang sudah atau
yang mengalami krisis sumber daya. Sehingga hal tersebut dapat
merupakan ancaman potensial dari negara-negara yang kesulitan
akan sumber daya tersebut. Atas dasar kepentingan tersebut,
suatu negara dapat melakukan agresi militernya terhadap
Indonesia.

Doktrin KEP -
13
b. Posisi strategis wilayah Indonesia, yang merupakan posisi
silang dunia, di sisi lain dapat merupakan kerawanan bagi
Indonesia karena memilki garis pantai yang panjang tanpa
perlindungan, akan memudahkan penyusupan/infiltrasi serta
memudahkan masuknya pengaruh-pengaruh asing yang
mengancam keutuhan dan kedaulatan NKRI.

c. Wilayah Republik Indonesia yang berbatasan langsung


dengan 10 (sepuluh) negara tetangga (Malaysia, Singapura,
Filipina, Thailand, Timor Leste, India, Australia, Vietnam, PNG dan
Palau) memiliki potensi konflik perbatasan. Penyelesaian masalah
perbatasan perlu dilaksanakan secara intensif dengan negara
bersangkutan, agar tidak menimbulkan permasalahan, baik
menyangkut masalah kewenangan eksploitasi kawasan potensial
maupun penentuan koordinat batas wilayah negara.
Kecenderungan yang terlihat dewasa ini mengharuskan
keseluruhan konflik tersebut diselesaikan semaksimal mungkin
dengan cara-cara damai melalui jalur diplomasi, terutama di dalam
komunitas Asean.

d. Solusi konflik antar negara dengan cara-cara militer, dewasa


ini merupakan opsi yang paling akhir yang harus dipilih, dan
kalaupun perang itu terjadi, umumnya tidak hanya melibatkan
kedua negara yang bersengketa. Perang sudah menjadi
‘urusannya’ dunia yang paling merepotkan. Sehingga banyak
negara berupaya mencegah terjadinya perang. Adagium si vis
para bellum telah bergeser menjadi vis si pacem para pacem atau
si vis pacem para pactum. Siapa yang menghendaki perdamaian
harus mempersiapkan diri untuk menerima opsi damai.

e. Demografi Indonesia yang heterogen sangat rentan


terhadap timbulnya konflik komunal terutama yang berkaitan
dengan masalah Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA).

- Doktrin KEP
14
Hal tersebut merupakan kerawanan timbulnya disintegrasi bangsa
Indonesia.

f. Kondisi perekonomian negara masih belum mampu


mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, sehingga dapat
menimbulkan kesenjangan sosial yang signifikan, yang berdampak
pada munculnya kecemburuan sosial. Kondisi tersebut merupakan
kerawanan sosial bagi bangsa Indonesia.

g. Letak geografi Indonesia berpotensi terjadinya bencana


alam, dalam bentuk gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah
longsor, banjir, angin kencang, dan sebagainya yang sangat sulit
diprediksi. Sehingga diperlukan kesiapsiagaan satuan TNI
Angkatan Darat untuk mengantisipasi penanggulangan akibat
bencana alam tersebut.

h. Menghadapi kemungkinan ancaman yang terjadi, Indonesia


memiliki pendirian terhadap perang hanya dilakukan apabila
keadaan terpaksa. Perang merupakan perlawanan reaktif, perang
bermotif ideologi, perang bersifat semesta dan perang adalah
suatu keadaan hukum yang memungkinkan terjadinya tindak
kekerasan.

i. Karakteristik perang saat ini dan ke depan, bentuknya tidak


linier/tidak teratur dan asimetris/tidak berimbang serta melibatkan
lebih dari dua negara yang bersengketa, sesuai dengan
kepentingan strategis dari negara yang bersangkutan.

j. Globalisasi menunjukkan kecenderungan perkembangan


adanya hubungan timbal balik antara keamanan nasional dengan
keamanan regional maupun keamanan global. Sejalan dengan
hal tersebut, maka terjadinya ancaman pada kawasan tertentu
akan mengganggu kepentingan-kepentingan mekanisme kerja
ekonomi dunia yang begitu kompleks dan dapat mendorong
Doktrin KEP -
15
intervensi kekuatan militer komunitas internasional sebagai upaya
untuk mencegah atau mengatasinya.

k. Kecenderungan dalam globalisasi adalah meningkatnya


kerjasama di bidang pertahanan, kebutuhan teknologi dan tuntutan
kepentingan tata tertib internasional telah mendorong
meningkatnya kerjasama militer baik di bawah naungan PBB
maupun koalisi regional yang di bentuk untuk menanggulangi
krisis tingkat regional.

l. Terjadinya pertentangan antar etnis, perpecahan dalam


suatu negara dan konflik antar kelompok dalam suatu negara
sering berpengaruh secara signifikan terhadap kepentingan global.
Sehingga komunitas internasional berusaha menempatkan
pasukannya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dengan
pertimbangan untuk menjaga kepentingan global dan regional
terhadap instabilitas di suatu kawasan.

m. Isu Hak Asasi Manusia dan demokratisasi telah dijadikan


pertimbangan militer oleh negara-negara kuat untuk digunakan
sebagai alasan pembenaran dalam memaksakan kehendaknya
terhadap suatu negara tertentu demi kepentingan nasional atau
kelompoknya.

n. Kemajuan perkembangan teknologi militer akan memberikan


keuntungan dan keunggulan yang sangat besar bagi negara kaya
yang memilikinya. Kemajuan teknologi militer akan memperbesar
daya deteksi, manuver, tembakan, komando dan pengendalian
serta dukungan yang menunjang keberhasilan tugas.
Keunggulannya sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan
angkatan perang dalam memanfaatkan kemajuan perkembangan
teknologi militer tersebut.

- Doktrin KEP
16
6. Aspek Pembinaan Teritorial.

a. Spontanitas rakyat Indonesia dalam perjuangan merebut


dan menegakkan kemerdekaan pada tahun 1945 merupakan
puncak semangat juang rakyat untuk membebaskan diri dari
penjajahan dan penindasan di muka bumi Indonesia. Dalam
perjalanan sejarah semakin terlihat jelas bahwa semangat
kerakyatan, semangat kesemestaan dan semangat kewilayahan
timbul secara spontan, yang terlihat pada saat menghadapi agresi
milter Belanda II yang terkoordinir di bawah pimpinan Panglima
Besar Jenderal Soedirman. Perlawanan dilancarkan berdasarkan
strategi dan taktik yang tertuang dalam Perintah Siasat Nomor I.
Pada saat itu seluruh seluruh potensi yang ada ikut serta
menghadapi Belanda, sesuai kemampuan profesi masing-masing
yang saat ini biasa kita sebut dengan perang rakyat semesta.
Pada waktu itu, Angkatan Perang Indonesia disusun dalam
Batalyon Mobil dan Batalyon Teritorial. Batalyon Mobil untuk
melaksanakan penghambatan gerakan musuh dan menjadi inti
tenaga penggempur dalam susunan Batalyon, Kompi dan Peleton.
Sedangkan Batalyon Teritorial mengadakan penjagaan kabupaten
demi kabupaten, menyebar menjadi inti gerakan rakyat di bagian
daerah yang lebih kecil seperti Distrik dan Onderan atau
Kecamatan. Organisasi Kewilayahan ketika itu adalah Komando
Militer Daerah (KMD), Komando Distrik Militer (KDM), Komando
Onder Distrik Militer (KODM) dan Kader Desa. Gelar inilah yang
menjadi cikal bakal Komando Teritorial (Koter) yang saat ini kita
kenal dengan Komando Kewilayahan (Kowil), yang merupakan
gelar kekuatan TNI Angkatan Darat, dan diyakini sebagai gelar
yang memiliki efek tangkal serta sebagai langkah dini dalam
penyelenggaraan pertahanan negara, yang disusun secara
mendalam.

b. Perlawanan menghadapi agresi militer Belanda II tersebut


jelas adanya bantuan rakyat kepada Angkatan Perang Indonesia
Doktrin KEP -
17
sehingga dapat mengalahkan kekuatan Belanda di kala itu. Dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia, terdapat berbagai peristiwa
pemberontakan bersenjata dan makar politik seperti
pemberontakan PKI Madiun, Permesta, DI TII, G.30.S/PKI, GAM,
OPM, RMS dan lain-lain, semua dapat teratasi karena adanya
dukungan rakyat yang penuh kesadaran, keikhlasan dan tanggung
jawab untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerja sama dan soliditas
inilah yang saat ini kita sebut dengan Kemanggulan TNI-Rakyat.
Karena kemanunggalan TNI-Rakyat itu merupakan salah satu
kekuatan untuk menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan
NKRI, maka dari waktu ke waktu harus kita bangun dan pelihara
melalui Pembinaan Teritorial.

c. Mengingat TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan bala darat,


maka harus memiliki kemampuan menyelenggarakan upaya
pertahanan negara wilayah di daratan, berdasarkan konsepsi
pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-pulau kecil,
serta memiliki kemampuan untuk melaksanakan bantuan antara
lain bantuan kemanusiaan untuk mengatasi kesulitan masyarakat
dengan melakukan kegiatan Bakti TNI. Karena itulah TNI
Angkatan Darat menggelar unsur-unsurnya dalam Balahanwil dan
Balahanpus. Kodam sebagai Balahanwil dirancang sebagai
Kompartemen Strategis, utamanya pada Palagan Dalam dari
strategi pertahanan berlapis, agar mampu melaksanakan operasi
dalam bentuk perang berlarut, dengan melakukan berbagai upaya,
pekerjaan dan tindakan untuk menyiapkan kondisi lingkungan
operasi.

d. Sejarah mencatat bahwa dalam pertempuran, pengaruh


lingkungan operasi merupakan salah satu aspek non fisik dari
lingkungan yang sangat mempengaruhi untuk pencapaian
kemenangan. Aspek non fisik dari lingkungan operasi tersebut
adalah dalam wujud ruang, alat dan kondisi juang, diantaranya
- Doktrin KEP
18
adalah kemanunggalan TNI-Rakyat. Karena itulah, sejak awal
jauh sebelum adanya UU RI No. 3/2002 dan UU RI No. 34/2004,
TNI khususnya TNI Angkatan Darat melakukan berbagai upaya,
pekerjaan, tindakan membangun lingkungan operasi untuk
mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh, guna
mendukung tercapainya tugas pokok. Apa yang dilakukan
TNI/TNI Angkatan Darat itu kita kenal dengan nama Pembinaan
Teritorial atau Binter. Di dalam perjalanan sejarah bangsa, apa
yang dilakukan TNI/TNI Angkatan Darat itu, saat ini telah
mendapatkan payung hukum yang signifikan.

e. Tugas pokok TNI sesuai UU RI No. 34 Tahun 2004 adalah


menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Sedangkan dalam pasal 27 ayat 2,
salah satu bentuk tugas Operasi Militer Selain Perang yang
dilaksanakan TNI adalah “memberdayakan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta”. Adapun dalam pasal 28, salah satu tugas
TNI Angkatan Darat adalah “melaksanakan pemberdayaan
wilayah pertahanan di darat”. Dalam rangka terdukungnya tugas
tersebut, TNI Angkatan Darat harus melakukan berbagai upaya,
pekerjaan dan tindakan agar tugas tersebut dapat dilaksanakan
dengan sukses. Upaya, pekerjaan dan tindakan tersebut
dilakukan dengan cara yang disebut dengan Pembinaan Teritorial,
yang dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan operasi ataupun
pembinaan, yang sifatnya sebagai salah satu fungsi utama TNI
Angkatan Darat, dalam rangka tercapainya tugas-tugas TNI
Angkatan Darat.

Doktrin KEP -
19
f. TNI Angkatan Darat dalam memantapkan
kemanunggalannya dengan rakyat yaitu melaksanakan segala
usaha, pekerjaan dan tindakan untuk mencegah terjadinya perang,
karena perang menimbulkan korban jiwa dan harta benda
penduduk. Artinya, apabila terpaksa terjadi perang, maka TNI
Angkatan Darat harus mampu untuk melindungi jiwa dan harta
benda penduduk, mampu memisahkan rakyat dengan lawan dan
simpatisannya. Oleh karena itu prajurit TNI Angkatan Darat harus
mampu merebut simpati rakyat. Upaya yang dilaksanakan dalam
praktek di lapangan adalah menjawab pertanyaan, “Bagaimana
dapat memenangkan hati dan pikiran rakyat?”, yang oleh Jendeal
A.H. Nasution dipopulerkan sebagai : ”How to win the heart and
mind of the people”. Sebab pertahanan terakhir bagi kelestarian
suatu negara menghadapi kecenderungan perkembangan
fanatisme sempit primordialisme, sektarianisme dan supranasional
dari para provokator, agitasi serta propaganda elite politik lokal
dengan kedok membela HAM dan mengatasnamakan rakyat,
adalah ketahanan pribadi tiap warga negara. Sehingga “The real
battle field”-nya adalah “in the mind of the people and their hearts
as well”. Sehingga di dalam situasi yang demikian, yang
terpenting bukan saja cara mempengaruhi dan membina rakyat
agar bersedia melakukan hal-hal yang diinginkan TNI, melainkan
sebaliknya. Yaitu, bagaimana agar setiap prajurit TNI memahami
benar-benar hati nurani dan apa yang dipikirkan rakyatnya.
Nantinya jika rakyat telah mempercayai, mencintai dan menaruh
simpati terhadap TNI, barulah mereka akan mau mendengarkan
apa yang dikehendaki oleh TNI. Bila sebaliknya, jangan harap
mereka mau membantu TNI.

7. Strategi Militer.

a. Presiden berwenang dan bertanggung jawab atas


pengerahan kekuatan TNI atas persetujuan DPR. Menteri
Pertahanan merumuskan kebijakan umum penggunaan TNI dan
- Doktrin KEP
20
komponen pertahanan lainnya, menetapkan kebijakan
penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya
nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang
diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya. Panglima
TNI menyelenggarakan rencana strategi militer dan operasi militer,
pembinaan profesi dan kekuatan militer, serta memelihara
segenap komponen pertahanan negara dalam kesiagaan
operasional, berwenang menggunakan segenap komponen
pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer
berdasarkan ketentuan undang-undang.

b. TNI menjalankan strategi militer dalam konteks Strategi


Pertahanan Nasional dengan peran sebagai alat negara di bidang
pertahanan dengan fungsi sebagai penangkal, penindak dan
pemulih serta tugas menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, yang berdasarkan
Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Keberhasilan tugas TNI memerlukan kekuatan TNI Angkatan
Darat.

8. Kewajiban Konstitusional TNI.

a. Ayat 3 Pasal 30 UUD 1945 mengamanatkan kepada TNI


untuk mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan
dan kedaulatan negara.

b. Ayat 3 Pasal 10 UU RI No. 3 Tahun 2002, mengamanatkan


kepada TNI agar mempertahankan kedaulatan negara dan
keutuhan wilayah, melindungi kehormatan dan keselamatan
bangsa, melaksanakan Operasi Militer Selain Perang dan ikut
serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional
dan internasional.
Doktrin KEP -
21
c. Ayat 1 Pasal 7 UU RI No. 34 Tahun 2004, mengamanatkan
kepada TNI agar menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.

9. Perencanaan Pembangunan Kemampuan dan Kekuatan.


Beragam upaya yang ditujukan untuk membangun rasa saling
mempercayai (confidence building measure) antar negara atau semakin
intensif dilakukan oleh banyak negara, termasuk Indonesia yang
menganut paham cinta damai, tetapi lebih mencintai kemerdekaan,
maka perang merupakan jalan terakhir apabila upaya diplomasi
mengalami jalan buntu.

Perencanaan pembangunan kemampuan dan kekuatan TNI AD


bukan semata-mata didasari kepentingan untuk mengantisipasi
terhadap kemungkinan ancaman (militer) dari negara lain, akan tetapi
dihadapkan pada kapasitas minimal yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas yang diamanatkan oleh undang- undang.

Dari catatan sejarah diketahui pada hakekatnya, bahwa TNI AD


dilahirkan oleh bangsa Indonesia tidak semata-mata untuk memerangi
negara lain, akan tetapi untuk merebut kemerdekaan dari kekuatan
militer penjajah, dan kemudian berkembang untuk menjaga tetap
tegaknya kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sehingga pembangunan kemampuan dan kekuatan
TNI AD, digelar dengan strategi pengaman pulau-pulau besar dan kecil,
agar dapat mengemban tugas-tugas sesuai yang diamanatkan oleh
undang-undang.

- Doktrin KEP
22
BAB III
PEMBINAAN TNI ANGKATAN DARAT

10. Kewajiban Konstitusional TNI Angkatan Darat.

a. Pasal 8 UU RI No. 34 Tahun 2004, mengamanatkan kepada


TNI Angkatan Darat untuk : melaksanakan pertahanan negara di
daratan, menjaga keamanan wilayah perbatasan darat,
membangun dan mengembangkan kekuatan matra darat serta
memberdayakan wilayah pertahanan di darat.

b. Ayat 2 Pasal 37 UU RI No. 34 Tahun 2004, mengamanatkan


kepada Prajurit TNI Angkatan Darat untuk menjunjung tinggi
kepercayaan yang diberikan oleh bangsa dan negara, melakukan
usaha pembelaan negara sebagaimana termuat dalam Sumpah
Prajurit.

11. Visi dan Misi TNI Angkatan Darat.

a. Visi. TNI Angkatan Darat adalah menjadi prajurit


kebanggaan rakyat Indonesia.

b. Misi. Guna mewujudkan visi TNI Angkatan Darat tersebut,


maka misi yang diemban oleh TNI Angkatan Darat meliputi :
menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menjaga keselamatan bangsa Indonesia serta
menjaga perdamaian dunia.

12. Peran.

a. Selaras dengan hakikat pertahanan negara, penyiapan TNI


Angkatan Darat dalam upaya pertahanan negara harus
dikembangkan sesuai dengan sistem pertahanan negara, yaitu
Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta) yang telah ditetapkan oleh
Doktrin KEP -
23
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, UU RI Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dan UU RI Nomor 34
Tahun 2004 tentang TNI.

b. TNI Angkatan Darat sebagai bagian dari TNI, yang


merupakan komponen utama kekuatan pertahanan negara di
darat, bersama komponen kekuatan pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia lainnya, harus dapat memberdayakan dan
memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga siap dimobilisasi
dan digunakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, untuk mewujudkan kesemestaan dalam
menanggulangi setiap ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
mewujudkan perlawanan untuk menanggulangi setiap ancaman
dan gangguan tersebut, diperlukan kesamaan persepsi tentang
peran, tugas, dan fungsi TNI Angkatan Darat sesuai dengan
peran, fungsi, dan tugas TNI yang telah tercantum dalam UU RI
No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dan UU RI No. 34
Tahun 2004 tentang TNI.

c. Sebagai bagian dari TNI, TNI Angkatan Darat berperan


sebagai alat negara di bidang pertahanan di darat yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan
politik negara, yaitu sebagai :

1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer


dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri
terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa.
2) Penindak terhadap setiap bentuk ancaman.
3) Pemulih terhadap kondisi keamanan negara di darat
yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

- Doktrin KEP
24
13. Tugas-tugas. Dalam rangka melaksanakan tugas yang telah
diamanatkan dalam Undang-undang, TNI Angkatan Darat mempunyai
tugas-tugas sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan,


yaitu dengan melakukan Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah


perbatasan darat dengan negara lain, yaitu dengan melakukan
segala upaya, pekerjaan, dan kegiatan untuk menjamin tegaknya
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa di
wilayah perbatasan darat dengan negara lain dan di pulau-pulau
terluar/terpencil dari segala bentuk ancaman dan pelanggaran.

c. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan


pengembangan kekuatan matra darat, yaitu dengan melakukan
segala upaya, pekerjaan, dan kegiatan untuk mewujudkan
penampilan postur Angkatan Darat yang merupakan keterpaduan
kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan Angkatan Darat serta
tersusunnya komponen cadangan dan komponen pendukung
pertahanan negara matra darat.

d. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat,


yaitu dengan :

1) Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan,


pengerahan, dan pengendalian wilayah pertahanan untuk
kepentingan pertahanan negara di darat sesuai dengan
Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta) melalui pembinaan
teritorial.
2) Membantu pemerintah sebagai penyelenggara tugas
dan fungsi Departemen Pertahanan (Dephan) di daerah
dengan :
Doktrin KEP -
25
a) Menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan
pertahanan yang dipersiapkan secara dini, yang
meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan
pendukungnya, guna melaksanakan operasi militer
untuk perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada
kepentingan pertahanan negara sesuai dengan
Sishanta.
b) Menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib bagi warga negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c) Memberdayakan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.

14. Kebijakan. Kebijakan yang ditetapkan dalam pembinaan


kemampuan dan kekuatan TNI Angkatan Darat tidak lagi menggunakan
metode threat based planning. Kebijakan ini sejalan dengan Perpres
no : 7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara yang
mengatur dan menetapkan bahwa, pembangunan Komponen Utama
(termasuk TNI Angkatan Darat) didasarkan pada konsep Pertahanan
yang berbasis kemampuan (capacity-based defence), dan
pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya tugas pokok minimum
(minimum essential force), yakni tingkat kekuatan yang mampu
menjamin kepentingan strategis pertahanan yang mendesak.

Menindaklanjuti kebijakan ini maka penyusunan berbagai


perangkat lunak tidak dihadapkan pada ancaman militer tradisional,
tetapi dihadapkan pada berbagai skenario operasi militer yang paling
mungkin melibatkan kehadiran unsur atau satuan TNI Angkatan Darat.
Tidak hanya untuk menghadapi operasi militer dalam konteks perang
(OMP), tetapi lebih dari itu; pembinaan latihan dan prosedur juga
diintensifkan untuk mengantisipasi digelarnya operasi militer selain
perang (OMSP) seperti penanggulangan teror, pemberian bantuan

- Doktrin KEP
26
kepada Polri dalam penanganan Kamtibmas, dan penanggulangan
bencana alam yang melibatkan kekuatan TNI Angkatan Darat.

Mengacu pada kebijakan pembinaan kekuatan dan kemampuan


TNI Angkatan Darat, maka strategi yang dipilih dalam pembinaan
kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Darat ditujukan pada
terwujudnya postur TNI Angkatan Darat yang mampu melaksanakan
semua tugas pokoknya sesuai undang-undang. Bahasan utuh tentang
postur tentunya meliputi kekuatan, kemampuan dan penggelarannya.

Perencanaan kebutuhan kekuatan pertahanan negara matra darat


dan pembinaannya, tidak hanya dihadapkan pada skenario yang
memerlukan penggelaran operasi militer yang melibatkan kekuatan
unsur-unsur TNI Angkatan Darat. Tetapi juga dihadapkan pada
pelaksanaan tugas TNI Angkatan Darat yang diamanatkan oleh UU No.
34 Tahun 2004 tentang TNI. Sehingga ke depan diharapkan dapat
ditemukan rasio kebutuhan personel TNI Angkatan Darat minimal
memiliki kemampuan untuk ditugasi menjaga keutuhan wilayah darat
seluas lebih dari 2 juta km2, sekaligus menegakkan kedaulatan negara,
serta kebutuhan minimal yang diperlukan untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia yang berjumlah lebih dari 230 juta jiwa.

Agar efektif dalam melaksanakan tugas-tugas yang diamanatkan


oleh undang-undang, pada organisasi TNI Angkatan Darat melekat
fungsi utama berupa ; Pertempuran, Penyiapan Kekuatan dan
Pembinaan Teritorial. Organisasi di tingkat Markas Besar (Mabesad)
memiliki fungsi organik militer ; Pengamanan, Operasi, Personel,
Logistik, Teritorial, Perencanaan, Pengawasan dan Pemeriksaan,
dengan dilengkapi Badan Pelaksana Pusat sebagai unsur pelayanan
dan dukungan.

Sementara itu sebagai unsur pelaksana TNI Angkatan Darat di


lapangan adalah Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan
Darat) dan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) berstatus sebagai

Doktrin KEP -
27
Kekuatan Terpusat yang utamanya difungsikan untuk pertempuran,
kemudian Kodiklat TNI AD (Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan
Latihan TNI Angkatan Darat) yang menata Doktrin, Pendidikan dan
Latihan dalam rangka penyiapan kekuatan dan 13 Kodam (Komando
Daerah Militer) sebagai Kekuatan Kewilyahan yang berfungsi dalam
Pembinaan Teritorial.

Mencermati kondisi nyata kekuatan personel, persenjataan dan


dukungan anggaran seperti sekarang ini, tentu sulit untuk membangun
kemampuan dan kekuatan TNI Angkatan Darat yang menggetarkan,
sehingga mampu mendukung strategi penangkalan denial.
Kemampuan dan keuatan TNI Angkatan Darat hanya dapat dibangun
untuk memiliki kekuatan balas (minimal) yang menjadi basis dari strategi
penangkalan reprisal. Penangkalan dengan cara pembalasan (reprisal)
merupakan konsep pertahanan yang paling cocok bagi negara-negara
berkembang yang mempunyai kendala dalam membangun pertahanan
militer berbasis Alutsista secara ideal. Strategi ini menjadi pilihan
strategi pertahanan Indonesia. Dengan strategi penangkalan seperti ini
diharapkan siapa pun, atau negara mana pun yang hendak menyerang
Indonesia akan berpikir banyak, manakala keinginan untuk menduduki
wilayah Indonesia.

Untuk mendukung strategi penangkalan reprisal ini, maka satuan


TNI Angkatan Darat digelar dalam bentuk satuan yang bersifat ‘statis’
(kekuatan kewilayahan) dan ‘mobil’ (kekuatan terpusat). Satu hal yang
perlu ditegaskan kembali adalah penggelaran satuan TNI Angkatan
Darat sekali lagi tidak didasarkan atas pertimbangan politis, apalagi
didasarkan pada kesetaraan dengan organisasi pemerintah daerah,
tetapi didasarkan pada pertimbangan strategis, taktis dan teknis
pengerahannya. Gelar seperti ini lazim ditemui dalam taktik pertahanan
mobil, yang terdiri dari satuan mobil dan satuan statis yang menduduki
‘titik-titik kuat’. Bagi TNI Angkatan Darat titik-titik kuat itu adalah Kodam
(Komando Daerah Militer) bersama dengan satuan di jajarannya seperti
diantaranya Korem (Komando Resort Militer) dan Kodim (Komando

- Doktrin KEP
28
Distrik Militer) serta satuan lapangan lainnya. Sedangkan satuan mobil
adalah Kostrad dan Kopassus.

Gelar unsur satuan TNI Angkatan Darat disepanjang perbatasan


darat di Kalimantan, Papua dan NTT dapat digunakan sebagai ilustrasi
model penggelaran unsur satuan TNI Angkatan Darat. Agar
pelaksanaan tugas pengamanan perbatasan negara dapat efektif, maka
beberapa unit satuan darat ditempatkan pada pos-pos perbatasan yang
difungsikan sebagai ‘titik kuat’. Sedangkan unsur lain yang lebih kuat
disiapkan sebagai cadangan yang bersifat mobil dan senantiasa siap
digerakkan untuk memperkuat pos-pos perbatasan manakala terjadi
kontinjensi. Kekuatan pasukan yang ditugaskan di pos perbatasan itu
relatif kecil, karena hanya di siapkan untuk tugas-tugas ‘monitoring’ dan
melaksanakan pertahanan dalam menghadapi kontijensi taktis. Agar
dalam pelaksanaan tugasnya menjaga keutuhan wilayah dapat
dilaksanakan dengan baik, para prajurit tadi berupaya membangun
“territorial awareness” dikalangan masyarakat di sekitar pos. Dalam
skala besar atau skala nasional, ‘pos perbatasan’ itu adalah Kodam, dan
‘cadangan’nya adalah Kostrad. Sedangkan kegiatan membangun
“territorial awareness” itu dapat dikategorikan sebagai bagian dari
Pembinaan Teritorial (binter).

Adanya tekad, dan telah diwujudkannya netralitas TNI untuk


tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis, diharapkan dapat
mengeliminasi, minimal mereduksi kecurigaan para politisi terhadap
kegiatan binter, yang sesungguhnya adalah bagian dari upaya untuk
membangun “territorial awareness” bangsa, atau membangun kepekaan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan binter dan
komando kewilayahan bukan sebagai ‘kepanjangan politik penguasa’.
Secara faktual terwujudnya ketahanan pangan dan terwujudnya
berbagai program pemerintah lainnya yang bersentuhan langsung
dengan rakyat, langsung atau tidak langsung terkait dengan kegiatan
binter dan keberadaan komando kewilayahan.

Doktrin KEP -
29
Dengan pertimbangan seperti inilah TNI Angkatan Darat dalam
strategi pembinaan kekuatan dan kemampuannya tetap melakukan
revitalisasi peran binter, dikarenakan perkiraan ancaman terhadap
keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI yang paling mungkin, dan nyata
dalam waktu dekat ini bukan dikarenakan adanya invasi militer musuh,
namun sebaliknya justru karena faktor-faktor internal, seperti lemahnya
“territorial awareness”.

Keberadaan Kodam dalam konteks seperti ini tentu ‘tidak mudah’


untuk digantikan dengan organisasi lain yang bersifat gabungan,
misalnya Kodahan (Komando Daerah Pertahanan) seperti yang
belakangan ini pernah ‘diusulkan’ oleh beberapa pakar pemerhati
masalah pertahanan. Selain dikarenakan belum dimilikinya peralatan
utama dan sistem persenjataan (alut sista) udara dan laut yang ideal,
organisasi Kodam tidak didisain hanya untuk mempertahankan negara
dengan cara-cara bertempur. Tetapi juga ditujukan untuk menyiapkan
pertahanan negara matra darat melalui OMSP yang kebanyakan
dilaksanakan melalui penyelenggaraan operasi matra tunggal, misalnya
seperti operasi pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

Sementara itu meski menghadapi kendala seperti keterbatasan


anggaran dan sarana, kesiagaan pasukan (military readiness) tetap
dijaga sesuai dengan contingency plan yang disiapkan. Kualitas
kesatuan tempur seperti Kopassus, Kostrad dan Raider tetap
ditingkatkan melalui intensifikasi latihan. Juga Satuan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (SRCPB) disiagakan untuk setiap saat dapat
membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana. Bahkan
belakangan ini bersama unsur TNI lainnya disiapkan satuan siaga (stand
by force) untuk tugas-tugas misi perdamaian PBB, dan atau tugas-tugas
OMSP lainnya seperti penindakan aksi terorisme, dan penanganan
separatis bersenjata misalnya OPM (Organisasi Papua Merdeka) di
Papua.

- Doktrin KEP
30
Dalam membina fungsi militer umum seperti Infanteri, Kavaleri,
Artileri Medan, Artileri Pertahanan Udara, Penerbangan, Zeni,
Perhubungan, Peralatan, Pembekalan Angkutan, Kesehatan, Polisi
Militer, Ajudan Jenderal, Topografi, Hukum, dan Keuangan
diselenggarakan oleh masing-masing kecabangan.

Sedangkan untuk membina fungsi militer khusus diperuntukkan


bagi Pasukan Khusus yang dibina oleh Kopassus dan Raider yang
dibina oleh Pussenif (Pusat Kesenjataan Infanteri). Demikian pula
halnya fungsi khusus yang terdiri dari Jasmani Militer, Pembinaan Mental,
Psikologi, Penelitian dan Pengembangan, Sejarah, Sistem Informasi dan
Penerangan yang ditangani langsung oleh masing-masing Dinas.

15. Eksistensi kelembagaan TNI Angkatan Darat untuk medukung


pelaksanaan fungsi-fungsinya yaitu merancang, meningkatkan, melatih,
melengkapi, menggelar, mempertahankan dan memastikan kesiapan
operasi seluruh satuan TNI Angkatan Darat. Kelembagaan meliputi
sekolah-sekolah, pusat pelatihan prajurit, dan pusat-pusat pelatihan
tempur yang mengembangkan dan memelihara keterampilan
perorangan dan satuan. Pusat-pusat pendidikan dan latihan juga
mengembangkan doktrin, penelitian, dan kegiatan belajar berbasis
pengetahuan militer profesional.

16. Kelembagaan TNI Angkatan Darat menyediakan sarana dan


prasarana dan kemampuan yang dibutuhkan untuk kecepatan manuver
dan pengerahan pasukan. Dan menyelaraskan usaha-usaha
pembangunan kekuatan dengan kemampuan industri nasional dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyediakan peralatan, logistik
dan jasa. Juga mengatur pengelolaan sumber daya, kapabilitas markas
yang dikerahkan untuk mendukung operasi. Fungsional kelembagaan
memberikan dukungan penting bagi pelaksanaan tugas TNI Angkatan
Darat.

Doktrin KEP -
31
“Bangunlah Angkatan Perang yang dapat menjadi kebanggaan dari rakyat
Indonesia, yang mampu melindungi kemerdekaan Negara Indonesia dan dapat
menjamin keamanan rakyat Indonesia”

(Amanat Panglima Besar Soedirman kepada Kolonel TB. Simatupang,


menjelang wafat di Magelang),

17. Sebagai kekuatan militer organisasi TNI Angkatan Darat berperan


untuk menyelenggarakan pertempuran di darat, dapat sebagai bagian
dari suatu Komando Operasi Gabungan maupun dalam bentuk operasi
darat secara mandiri baik dalam OMP maupun OMSP.

18. Dalam rangka kesiapan operasional, TNI Angkatan Darat


mempersiapkan Batalyon Tim Pertempuran (BTP) sebagai kekuatan
tempur dasar. BTP terdiri dari satuan perkuatan atau gabungan dari
berbagai kesenjataan dengan titik berat satuan Infanteri sebagai inti.
BTP merupakan paket kekuatan yang fleksibel dan responsif yang
mampu bergerak dengan cepat dan mampu beralih dari satu operasi ke
operasi yang lainnya.

19. Dalam peran sebagai kekuatan militer TNI Angkatan Darat


menyiapkan kekuatan dan kemampuan pasukan di bidang tempur dan
Binter untuk mendukung operasi-operasi yang diselenggarakan TNI.

“Angkatan Darat adalah tentara rakyat dan untuk rakyat yang tetap menjadi satu
karena ikatan darah, hubungan TNI dengan rakyat bagai ikan dan air”.

(Jenderal TNI A.H. Nasution, 16 Juli 1962).

20. Kesejahteraan dan Kesiapan.

a. Kesejahteraan prajurit dan keluarganya wajib dipenuhi oleh


negara sesuai dengan ketentuan undang-undang RI No. 34 tahun
2004 tentang TNI. Keberhasilan seorang prajurit dalam
melaksanakan tugas, membutuhkan dorongan motivasi, dedikasi
dan semangat yang tinggi. Untuk mewujudkan semangat tempur

- Doktrin KEP
32
yang tinggi perlu dilakukan upaya pembinaan yang mengarah
kepada peningkatan kesejahteraan prajurit beserta keluarganya.

b. Keluarga besar TNI Angkatan Darat yang meliputi prajurit


beserta keluarganya memiliki peran yang besar atas semua
keberhasilan tugas-tugas TNI Angkatan Darat. Semangat
kejuangan dan pengabdian prajurit, merupakan salah satu hal
yang penting dalam menunjang kesiapan operasional TNI
Angkatan Darat dalam menghadapi tantangan tugas.

Keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas TNI Angkatan Darat


sangat ditentukan oleh efektivitas pelaksanaan pembinaan TNI Angkatan
Darat melalui pembinaan fungsi utama TNI Angkatan Darat. TNI
Angkatan Darat dibangun dan dipersiapkan sebagai komponen utama
pertahanan negara di darat untuk mampu menyelenggarakan upaya
pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta. Oleh
karena itu, pelaksanaan pembinaan TNI Angkatan Darat diarahkan pada
fungsi pertempuran, pembinaan kekuatan, dan pembinaan teritorial serta
mampu menerapkan sistem pertahanan semesta secara profesional dan
modern.

21. Pokok-pokok Pembinaan TNI Angkatan Darat.

a. Pembinaan TNI Angkatan Darat pada hakikatnya


diselenggarakan dengan melakukan kegiatan penyiapan semua
aspek yang berpengaruh terhadap pencapaian tugas Angkatan
Darat, dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan
dengan menggunakan manajemen modern serta
diimplementasikan secara dinamis agar sesuai dengan tuntutan
perubahan.

b. Pembinaan TNI Angkatan Darat bertujuan untuk menyiapkan


penyelenggaraan pertahanan wilayah darat melalui upaya
mewujudkan penampilan kekuatan pertahanan negara di darat
Doktrin KEP -
33
yang merupakan keterpaduan kekuatan, kemampuan, dan gelar
kekuatan TNI Angkatan Darat sebagai komponen utama
pertahanan darat. Pembinaan dilaksanakan dengan menjalankan
segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, penyusunan, pembangunan, pengembangan, dan
pengendalian segala kekuatan pertahanan darat agar selalu siap
menghadapi setiap tuntutan tugas dalam rangka penyelenggaraan
tugas pokok dan tugas-tugas TNI Angkatan Darat.

c. Sasaran pembinaan meliputi pembinaan fungsi pertempuran,


pembinaan kekuatan, dan pembinaan teritorial.

22. Pembinaan Pertempuran. Pembinaan ruang pertempuran


adalah pembinaan pengaturan ruang sebagai sarana penyelenggaraan
pertempuran di darat, baik dalam rangka OMP maupun OMSP.

a. Dasar Pemikiran.

1) Sistem pertahanan negara yang bersifat defensif aktif


dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
keselamatan segenap bangsa perlu menyusun dan
menyiapkan ruang pertempuran yang berada di wilayah
teritorial Indonesia, dilakukan sejak dini dengan
mempertimbangkan prediksi ancaman, karakter wilayah,
sistem pertahanan semesta, strategi dan taktik, serta
kekuatan TNI Angkatan Darat saat ini.

2) TNI Angkatan Darat sebagai bagian dari komponen


utama pertahanan negara matra darat, di dalam menyusun
ruang pertempuran harus menyesuaikan dengan RUTR
yang dibuat oleh Pemerintah. Strategi penangkalan yang
diwujudkan dalam tahap penindakan dan perlawanan
wilayah dengan menerapkan konsep perang berlarut di
- Doktrin KEP
34
wilayah pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-
pulau kecil sebagai kompartemen strategis pertahanan
matra darat dengan melaksanakan OMP maupun OMSP.

b. Penyusunan Ruang Pertempuran. Ruang pertempuran


matra darat disusun dan dipersiapkan sejak dini yang meliputi
seluruh wilayah kompartemen strategis masing-masing wilayah
dan ditentukan klasifikasi daerahnya disesuaikan dengan
kepentingan pertempuran di darat dalam rangka mendukung
penyelenggaraan OMP maupun OMSP.

1) Penyelenggaraan OMP.

a) Untuk menghadapi agresi musuh, setiap


kompartemen strategis pertahanan matra darat
disusun dan disiapkan dengan membuat titik-titik kuat
dan satuan pemukul yang bersifat mobil.
b) Perang berlarut/menghadapi musuh. Dalam
rangka penyelenggaraan perang berlarut pada bentuk
perang menghadapi musuh, ditentukan pembagian
klasifikasi daerah, yaitu daerah pangkal perlawanan,
daerah penyangga, daerah senja, dan daerah operasi.

(1) Daerah pangkal perlawanan, yaitu suatu


daerah yang merupakan pusat operasi pasukan
kita darimana kegiatan dilancarkan, tempat
penyusunan kekuatan, konsolidasi, istirahat, dan
penimbunan barang-barang logistik. Daerah ini
melingkari daerah penyangga.
(2) Daerah penyangga, yaitu daerah yang
merupakan lingkaran pengamanan terhadap
daerah pangkal perlawanan, yang sekaligus
merupakan lingkaran pertahanan garis pertama
dari daerah pangkal perlawanan untuk
Doktrin KEP -
35
memungkinkan pencegahan, penerobosan
musuh ke daerah pangkal perlawanan. Daerah
ini dilingkari oleh daerah pangkal perlawanan
dan melingkari daerah senja.
(3) Daerah senja, yaitu daerah yang
merupakan lingkaran pertahanan garis kedua
dari daerah pangkal perlawanan yang dilingkari
oleh daerah penyangga dan melingkari daerah
operasi. Di daerah ini merupakan daerah
perebutan simpati rakyat antara pasukan kita
dengan musuh.
(4) Daerah operasi, yaitu daerah yang
dikuasai penuh oleh musuh dan merupakan
sasaran utama bagi operasi tempur. Daerah ini
dilingkari oleh daerah senja.

2) Penyelenggaraan OMSP. Dalam rangka


penyelenggaraan OMSP menghadapi insurjen, operasi yang
digunakan adalah operasi lawan insurjen dengan penentuan
pembagian klasifikasi daerah operasi, yang meliputi daerah
pertempuran, daerah komunikasi, daerah belakang, dan
daerah pangkal perlawanan.

a) Daerah pertempuran, yaitu wilayah daratan


yang relatif telah dikuasai oleh insurjen atau musuh,
sehingga daerah tersebut dijadikan sebagai ajang
pertempuran dan merupakan bagian dari mandala
operasi yang digunakan oleh satuan tempur untuk
melaksanakan pertempuran.
b) Daerah komunikasi, yaitu bagian belakang dari
mandala operasi yang digunakan untuk menimbun
barang-barang yang akan diteruskan ke depan
kepada satuan pemakai/satuan yang melaksanakan
pertempuran.
- Doktrin KEP
36
c) Daerah belakang, yaitu bagian dari wilayah
nasional di dalam mandala perang yang tidak
termasuk mandala operasi, merupakan tempat untuk
menghasilkan dan merehabilitasi barang-barang
perbekalan dan penyiapan personel guna mendukung
operasi.
d) Daerah pangkal perlawanan, yaitu daerah yang
dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam rangka mendukung daya tempur, daya
intelijen, daya teritorial dan daya wilayah pada
umumnya.

23. Daya tempur TNI Angkatan Darat merupakan perpaduan dinamis


atau integratif antara unsur fisik dan unsur nonfisik ; unsur fisik sebagai
alat bertempur, dan unsur nonfisik terdiri dari unsur intelek yang
memberikan pengetahuan/cara bertempur, serta unsur mental yang
memberikan kemauan dan daya juang untuk bertempur.

a. Daya Tempur Fisik. Daya tempur yang berdaya fisik


menyediakan alat bertempur bagi TNI Angkatan Darat, berisi
kombinasi dari komponen doktrin, personel, perlengkapan,
Alutsista, logistik, fasilitas komando dan pengendalian. Kesemua
daya tempur tersebut diatur ke dalam sistem pengoperasian
dengan mengelompokkan fungsi-fungsi yang dimiliki ke dalam
susunan Satuan Tempur, Satuan Bantuan Tempur, Satuan
Bantuan Administrasi, Satuan Intelijen, Satuan Kewilayahan, dan
Satuan Khusus, yang akan memberikan peluang bagi seorang
komandan di medan tempur untuk menentukan cara bertindak
dalam ruang dan waktu yang tersedia guna mencapai sasaran
yang ditentukan. Pembinaan kemampuan daya tempur fisik
dilakukan melalui proses pengadaan, pemeliharaan, perawatan, uji
coba, pendidikan dan pelatihan, serta pembinaan satuan sesuai
dengan sistem-sistem pembinaan yang berlaku, yang pada
dasarnya terintegrasi dengan proses pembinaan daya tempur
Doktrin KEP -
37
nonfisik sebagai suatu keutuhan. Kemampuan daya tempur fisik
terdiri dari empat kemampuan utama, yaitu daya tembak, daya
gerak, daya gempur, dan daya hancur.

1) Daya Tembak. Daya tembak merupakan kemampuan


membinasakan musuh atau memaksanya tidak berdaya,
dengan ketepatan dan kepadatan tembakan serta
penggunaan alat-alat senjata.
2) Daya Gerak. Daya gerak merupakan kemampuan
untuk mendekatkan diri pada sasaran atau pemindahan
kedudukan dengan maksud melakukan pertempuran melalui
ketepatan, kecepatan, serta keutuhan ruang dan waktu yang
tersedia.
3) Daya Gempur. Daya gempur merupakan kemampuan
menghancurkan musuh dengan pertempuran jarak dekat,
disamping mempunyai efek penghancuran juga mempunyai
efek psikologi yang sangat besar. Daya gempur dimulai
pada saat pasukan penyerang menyerbu ke depan dengan
mempergunakan segala kekuatan senjata untuk
pertempuran jarak dekat sehingga musuh terpaksa
menyerah atau dihancurkan.
4) Daya Hancur. Daya hancur merupakan kemampuan
untuk menghancurkan kekuatan musuh yang menyerang,
baik secara fisik maupun psikologis, sehingga musuh dalam
kondisi tidak berdaya atau kehilangan momentum untuk
melanjutkan serangannya.

b. Daya Tempur Nonfisik. Unsur intelek dan mental


menggambarkan dimensi daya tempur yang bersifat nonfisik,
meliputi kecerdasan, emosi, motivasi, dan kepemimpinan untuk
bertempur. Pembinaan kemampuan daya tempur nonfisik
dilakukan melalui proses pendidikan, pelatihan, dan berbagai
bentuk penugasan yang sangat penting dalam dimensi daya

- Doktrin KEP
38
tempur, yang memungkinkan individu dan satuan berhasil
mengatasi masalah dan situasi medan tempur yang begitu sulit.

24. Pembinaan kesiapan operasi TNI Angkatan Darat merupakan


kegiatan yang diproyeksikan pada penyelenggaraan operasi militer untuk
perang dan operasi militer selain perang.

25. Ketentuan Pokok Penyiapan Operasi. Dengan dihadapkan


pada kemungkinan ancaman dan gangguan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri, serta keterbatasan kemampuan yang ada dan agar
tercapainya optimalisasi, efektivitas, dan efisiensi, ketentuan pokok
penyiapan TNI Angkatan Darat, adalah sebagai berikut :

a. Memelihara kekuatan satuan sesuai TOP/DSPP, ketentuan ini


dimaksudkan agar satuan dapat memelihara, mempertahankan,
dan meningkatkan tingkat kesiapan yang telah dicapai oleh tiap-
tiap satuan sehingga siap untuk dioperasionalkan setiap saat.

b. Memelihara dan meningkatkan kemampuan satuan melalui


pembinaan latihan secara bertahap, bertingkat, dan berlanjut,
serta berkesinambungan sehingga satuan memiliki kesiapan yang
tinggi untuk menghadapi tugas sesuai dengan perkiraan ancaman
yang terjadi dan dalam rangka menghindari pendadakan.

c. Menyiapkan kemampuan satuan yang akan melaksanakan


tugas operasi melalui tahapan yang berjenjang dan menyeluruh,
meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan psikologi,
pemenuhan materiil, dan pembekalan pengetahuan tentang aturan
pelibatan (Rule of Engegement) serta pelatihan pratugas sehingga
satuan memiliki kesiapan ditinjau dari segi personel, materiil
maupun kemampuannya.

d. Meningkatkan kemampuan operasional sistem komando,


kendali, komunikasi, komputerisasi, intelijen pengamatan, dan
Doktrin KEP -
39
penginderaan (K4IPP) dengan menata dan menyempurnakan
Puskodal Mabesad serta Puskodal Kotama. Demikian juga, untuk
satuan-satuan operasional dibentuk suatu pusat Kodal yang
dilengkapi dengan peranti keras yang memadai serta peranti lunak
yang terintegrasi dari satuan paling bawah sampai dengan satuan
tingkat atas. Dengan demikian, diperoleh efektivitas dan efisiensi
Kodal.

e. Meningkatkan peran Pussen/Pus dan Dit/Dis dalam


pembinaan satuan sesuai dengan Lapangan Kekuasaan Teknis
(LKT), meningkatkan kemampuan pengawasan komando satuan
sesuai dengan tingkat jabatannya, serta meningkatkan
profesionalisme keprajuritan sesuai dengan tingkat dan fungsinya,
kondisi tersebut akan dicapai bila didukung dengan doktrin yang
valid, terukur, dapat dipertanggungjawabkan dan mampu
diaplikasikan.

f. Meningkatkan kualitas pengawasan dan pengendalian


penyiapan satuan melalui suatu sistem yang dibangun dengan
prinsip-prinsip pengawasan yang menggabungkan aspek terpusat
dan tersebar secara simultan.

26. Pembinaan Kekuatan TNI Angkatan Darat. Pembinaan kekuatan


pertahanan matra darat dilaksanakan sesuai dengan batas kemampuan
negara dengan tetap berupaya untuk terpenuhinya kekuatan yang
minimal. Pembinaan kekuatan TNI Angkatan Darat meliputi hal berikut :

a. Pembinaan Struktur/Organisasi. Pembinaan struktur/


organisasi merupakan landasan pemikiran dan penentuan unsur-
unsur dan mekanisme kerja dalam jajaran TNI Angkatan Darat
yang dilaksanakan melalui upaya pemeliharaan pembangunan
kekuatan satuan. Pembinaan kesiapan dalam melaksanakan
tugas-tugas strategis, taktis, dan teknis dilaksanakan melalui

- Doktrin KEP
40
upaya pengkajian terhadap struktur kekuatan yang memadai dan
upaya pengisian struktur.

b. Pembinaan Personel. Pembinaan personel diarahkan


untuk mengisi kebutuhan organisasi sesuai dengan TOP/DSPP
serta memenuhi kebutuhan untuk kepentingan pertahanan darat.

c. Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil dilaksanakan


dengan upaya pemeliharaan dan pembekalan yang diarahkan
agar memenuhi keandalan kualitas secara teknis dan mampu
memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Darat.

d. Pembinaan Pangkalan. Pembinaan pangkalan diarahkan


untuk mewujudkan kesiapsiagaan satuan, kelancaran proses
pembinaan kemampuan, dan terpeliharanya moril serta
kesejahteraan personel beserta keluarganya. Fasilitas pangkalan
meliputi bangunan, perkantoran, perumahan, fasilitas pendidikan,
medan latihan, dan perangkat latihan lainnya serta sarana
prasarana yang diperlukan untuk memudahkan, baik bagi kegiatan
pembinaan satuan maupun memperlancar pelaksanaan tugas
satuan. Fasilitas pangkalan diperlukan, baik di daerah
belakang/basis maupun di daerah tugas.

e. Pembinaan Peranti Lunak. Pembinaan peranti lunak


dengan sasaran ketersediaan peranti lunak dalam kuantitas dan
kualitas yang cukup, dilaksanakan melalui evaluasi, penyusunan
doktrin baru, dan revisi doktrin yang tidak valid serta studi banding
dengan doktrin angkatan/militer negara lain.

27. Pembinaan Kemampuan TNI Angkatan Darat. Mengalir dari


peran, tugas-tugas, dan fungsi TNI, pembinaan kemampuan pada
hakikatnya diarahkan untuk mewujudkan profesionalitas keprajuritan
(kemampuan, keterampilan, dan etika keprajuritan), baik secara

Doktrin KEP -
41
perseorangan maupun satuan meliputi kemampuan intelijen, tempur,
pembinaan teritorial, dan kemampuan dukungan, sebagai berikut :

a. Kemampuan Intelijen. Pembinaan kemampuan intelijen


ditujukan pada sasaran terwujudnya kemampuan penyelidikan,
pengamanan, dan penggalangan untuk melaksanakan kegiatan
dan operasi intelijen baik untuk kepentingan strategis maupun
taktis.

b. Kemampuan Tempur. Pembinaan kemampuan tempur


ditujukan pada sasaran terwujudnya kemampuan untuk
melaksanakan operasi tempur, baik pada tingkat strategis maupun
taktis, sesuai dengan bentuk dan jenis operasi pada berbagai
karakter wilayah tugas, baik sebagai satuan utama operasional
maupun sebagai satuan bantuan.

c. Kemampuan Pembinaan Teritorial. Pembinaan


kemampuan Binter ditujukan pada terwujudnya kemampuan
prajurit, baik perseorangan maupun satuan guna menyiapkan
potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan negara di darat.

d. Kemampuan Dukungan. Kemampuan dukungan meliputi :

1) Kemampuan diplomasi militer disiapkan untuk


pelaksanaan operasi yang bersifat pencegahan dengan
melakukan kerjasama di bidang pendidikan, pelatihan,
operasi bersama, kunjungan, dan kerjasama industri
pertahanan dalam rangka mencegah keinginan permusuhan
dari negara lain. Kemampuan diplomasi militer juga
disiapkan untuk melakukan negosiasi penyelesaian konflik
baik yang sedang terjadi maupun pemulihan hubungan baik
antarnegara pascakonflik.
2) Kemampuan untuk menguasai perkembangan
teknologi industri militer disiapkan untuk membangun
- Doktrin KEP
42
kewaspadaan sehingga TNI Angkatan Darat dapat
menentukan kebijakan pembangunan kekuatan materiil dan
perlengkapan militernya serta menyesuaikan dengan
doktrin.
3) Kemampuan manajemen disiapkan untuk
melaksanakan kegiatan organisasi secara teratur serta
menggunakan mekanisme dan prosedur baku untuk
menghilangkan keragu-raguan dalam mengambil tindakan
yang efisien, efektif, tepat, dan terukur.
4) Kemampuan dalam menyelenggarakan K4IPP
disiapkan untuk melaksanakan setiap kegiatan, khususnya
kegiatan operasional dalam rangka mengendalikan kegiatan
sesuai dengan rencana dan dinamika yang terjadi.
5) Kemampuan untuk melaksanakan operasi bantuan
kemanusian dan bantuan penanggulangan akibat bencana
alam.
6) Kemampuan untuk melaksanakan bantuan kepada
Pemda dan Polri.
7) Kemampuan untuk turut serta mewujudkan
perdamaian dunia yang abadi.

e. Pembinaan kemampuan yang profesional dilaksanakan


melalui siklus pendidikan, pelatihan, dan penugasan, yang harus
memenuhi prinsip utama, apa yang dilaksanakan (dalam
penugasan) itulah yang dilatihkan (dalam pelatihan), dan apa
yang dilatihkan itulah yang diajarkan (dalam pendidikan), dengan
berpedoman kepada doktrin sesuai dengan fungsi masing-masing.

28. Pembinaan Gelar Kekuatan TNI Angkatan Darat.

a. Gelar kekuatan TNI Angkatan Darat.

1) Gelar kekuatan TNI Angkatan Darat didasarkan pada


konsep pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-
Doktrin KEP -
43
pulau kecil (kompartemen strategis pertahanan matra darat)
dalam hal ini strategi pertahanan negara di darat
menggunakan operasi perlawanan wilayah yang melibatkan
Balahanwil dan Balahanpus yang pada akhirnya
menggunakan atau menerapkan konsep perang berlarut di
wilayah pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-
pulau kecil sebagai kompartemen strategis pertahanan
darat. Kita meyakini bahwa gelar kekuatan TNI Angkatan
Darat diarahkan pada terwujudnya totalitas efek tangkal dan
tersedianya kekuatan penangkal awal terhadap setiap
ancaman yang diprediksi.
2) Pembangunan dan penggelaran kekuatan TNI
Angkatan Darat harus memperhatikan dan mengutamakan
wilayah rawan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan
konflik, dan pulau terluar/terpencil sesuai dengan kondisi
geografis dan strategi pertahanan dalam sistem pertahanan
yang bersifat semesta.
3) Pembangunan dan penggelaran kekuatan TNI
Angkatan Darat harus memenuhi tersedianya unsur-unsur
Komando, Satpur, Satbanpur, Satbanmin, dan Satkowil,
yang besaran kekuatannya ditentukan dengan dasar
pertimbangan adanya keseimbangan yang proporsional
antara satuan operasional dan satuan pendukung, kondisi
geografi, kondisi demografi, kemungkinan ancaman, dan
beban tugas yang dihadapi.

b. Strategi pembangunan dan pergelaran kekuatan TNI


Angkatan Darat adalah dengan menyiapkan kekuatan terpusat,
kekuatan kewilayahan, dan kekuatan pendukung.

1) Kekuatan Terpusat. Kekuatan ini terdiri dari satuan


pemukul strategis (Kostrad dan Kopassus) yang memiliki
unsur-unsur Satpur, Banpur, dan Banmin yang disiapkan,
baik untuk melaksanakan operasi taktis dan strategis di
- Doktrin KEP
44
dalam dan di luar negeri, maupun sebagai penangkal awal
terhadap ancaman di daerah yang tidak dapat diatasi oleh
kekuatan kewilayahan, serta tersedianya Satbanpur/
Satbanmin Balakpus TNI Angkatan Darat. Kekuatan
terpusat disiapkan untuk mampu dikerahkan secara cepat
setiap saat ke setiap daerah konflik sesuai dengan intensitas
ancaman.
2) Kekuatan Kewilayahan. Kekuatan kewilayahan terdiri
atas unsur-unsur Komando Kewilayahan, Satpur, Banpur, dan
Banmin yang berada di setiap kompartemen strategis
pertahanan matra darat (Kodam-Kodam). Kekuatan
kewilayahan disiapkan untuk mampu beroperasi di
wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan untuk
mencegah, menangkal, dan mengatasi setiap bentuk
ancaman di dalam wilayah kompartemen sendiri serta bila
diperlukan, kekuatan ini mampu beroperasi di luar wilayah
kompartemennya.
3) Kekuatan Pendukung. Kekuatan pendukung terdiri
dari unsur-unsur Kodiklat TNI Angkatan Darat,
Lemdikpus/Lemdikrah, dan Pus/Cab/Fung TNI Angkatan
Darat, yang disiapkan sebagai kekuatan pendukung
komponen utama pertahanan, yang bertugas untuk
membantu kekuatan terpusat dan kekuatan kewilayahan,
yang disusun dalam struktur kekuatan pendukung atau
perseorangan/kelompok sesuai dengan kemampuan/
keahliannya.

29. Pembinaan Teritorial. Undang-undang RI No. 34 tahun 2004


diantaranya mengamanatkan, bahwa salah satu tugas TNI Angkatan
Darat adalah memberdayakan wilayah pertahanan di darat. Pengertian
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat, secara sederhana dapat
diartikan sebagai penataan wilayah untuk persiapan perang darat.
Pemberdayaan wilayah pertahanan, bagi TNI Angkatan Darat

Doktrin KEP -
45
pelaksanaannya langsung atau tidak merupakan bagian dari tanggung
jawab aparat kewilayahan (teritorial).

a. Hakikat Binter TNI Angkatan Darat. Pembinaan teritorial


dilakukan dengan menggunakan Bhakti TNI, Pembinaan
Ketahanan Wilayah dan Komunikasi Masyarakat. Kegiatan ini
secara terus-menerus dilakukan oleh Kowil TNI dan seluruh
kekuatan kewilayahan dalam upaya untuk memelihara dan
meningkatkan kepekaan teritorial seluruh komponen bangsa
terhadap semua permasalahan yang terkait dengan : kedaulatan
negara, keutuhan wilayah/teritorial dan keselamatan bangsa.
Muara dari keseluruhan kegiatan pembinaan teritorial ini adalah
terwujudnya Ruang, Alat dan Kondisi juang yang tangguh.

b. Peran Binter TNI Angkatan Darat. Sebagai salah satu


kegiatan utama dalam rangka mencapai tugas pokok TNI
Angkatan Darat dengan mewujudkan potensi wilayah menjadi
kekuatan dalam menyelenggarakan tugas pertahanan negara
aspek darat sesuai dengan sistem pertahanan negara yang
dilaksanakan terus-menerus baik masa damai, sebelum, selama,
dan sesudah perang.

c. Fungsi Binter TNI Angkatan Darat. Binter TNI Angkatan


Darat diarahkan agar dapat digunakan untuk :

1) Membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional


menjadi kekuatan pertahanan aspek darat yang
dipersiapkan secara dini, yang meliputi wilayah pertahanan
serta kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan operasi
militer untuk perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada
kepentingan pertahanan negara semesta.
2) Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib bagi warga negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
- Doktrin KEP
46
3) Membantu pemerintah memberdayakan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.
4) Membantu tugas pemerintah untuk pemberian
bantuan kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian, rehabilitasi infrastruktur, dan mengatasi
masalah akibat pemogokan serta konflik komunal.
5) Membangun, memelihara, meningkatkan, dan
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

d. Kebijakan. Pembinaan teritorial TNI Angkatan Darat


dilaksanakan untuk pemberdayaan wilayah pertahanan di darat
dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta dan terwujudnya kemanunggalan TNI–
Rakyat yang kokoh, melalui pengembangan doktrin, sistem, dan
metode serta kegiatan Binter dan pengembangan kemampuan
Binter untuk meningkatkan kerjasama antar instansi terkait.

30. Pembinaan Fungsi Binter TNI Angkatan Darat. Pembinaan


terhadap fungsi Binter digunakan agar pembinaan teritorial dapat
dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna melalui
manajemen pembinaan secara terprogram, terukur dan terkoordinasikan
dalam rangka penyiapan kekuatan pertahanan di darat. Pembinaan
fungsi tersebut pada dasarnya terkait dengan Sistem Pembinaan TNI
Angkatan Darat, Sistem Pertahanan Semesta dan Rencana
Pembangunan dari pemerintah. Untuk tercapainya kegiatan Binter
tersebut dilakukan dengan pembinaan terhadap berbagai kegiatan yang
saling terkait dalam fungsi Binter, meliputi Bidang Perencanaan, Bidang
Kemampuan Teritorial, Bidang Perlawanan Wilayah, Bidang Komunikasi
Sosial dan Bidang Bhakti TNI.

a. Pembinaan Bidang Perancanaan. Pembinaan bidang


perencanaan dalam fungsi Binter dilaksanakan melalui
penyusunan program dan pengendalian serta pengawasan

Doktrin KEP -
47
anggaran Binter untuk kegiatan aspek Kemampuan Teritorial,
Perlawanan Wilayah dan Komunikasi Sosial serta Bhakti TNI.

b. Pembinaan Bidang Kemampuan Teritorial. Pembinaan


bidang Kemampuan Teritorial dalam fungsi Binter dititikberatkan
kepada pembinaan ke dalam, baik dalam bentuk satuan maupun
perseorangan. Untuk menyiapkan satuan dan prajurit TNI
Angkatan Darat agar memiliki kemampuan untuk melaksanakan
Binter secara profesional, dan proporsional dilakukan dengan
melaksanakan membinaan kesiapan aparat kewilayahan,
pembinaan kemampuan teknis teritorial, dan pengkajian organisasi
komando kewilayahan.

c. Pembinaan Bidang Perlawanan Wilayah. Pembinaan


bidang Perlawanan Wilayah dalam fungsi Binter dilaksanakan
dengan usaha, pekerjaan, dan kegiatan penyusunan tata ruang
wilayah pertahanan, pembinaan Sumber Daya Alam dan Buatan
(SDAB), Sumber Daya Manusia (SDM), dan Kondisi Sosial
(Konsos) bagi kepentingan pertahanan negara aspek darat,
melalui koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah.

d. Pembinaan Bidang Komunikasi Sosial. Pembinaan


bidang Komunikasi Sosial dalam fungsi Binter dilaksanakan
dengan usaha, pekerjaan, dan kegiatan berkomunikasi dengan
seluruh komponen bangsa yang meliputi komunikasi dengan
masyarakat, komunikasi dengan aparatur pemerintah, dan
komunikasi dengan keluarga besar TNI.

e. Pembinaan Bidang Bakti TNI. Pembinaan bidang Bakti


TNI dalam fungsi Binter dilaksanakan dengan usaha, pekerjaan,
dan kegiatan untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat,
sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-undangan
melalui Operasi Bakti TNI dan Karya Bakti TNI.

- Doktrin KEP
48
31. Penyelenggaraan Fungsi Binter TNI Angkatan Darat.
Penyelenggaraan Fungsi Binter dikaitkan dengan waktu terjadinya
perang :

a. Masa damai, merancang, menyusun, dan menyiapkan


segenap potensi wilayah daratan untuk dijadikan sebagai ruang,
alat, dan kondisi juang yang tangguh dalam rangka menghadapi
berbagai bentuk ancaman, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.

b. Selama perang, menyelenggarakan binter selama perang


dilaksanakan dengan operasi teritorial.

c. Sesudah perang, merancang, menyusun, serta menyiapkan


kembali ruang, alat, dan kondisi juang yang tangguh untuk
menghadapi berbagai bentuk ancaman.

d. Sebelum, selama, dan sesudah perang, kegiatan binter


yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
untuk mempersiapkan wilayah beserta isinya dalam menghadapi
berbagai bentuk ancaman; kegiatan tersebut dilaksanakan dengan
mengorganisir, mengerahkan, dan mengendalikan penggunaan
personel dan peralatan satuan TNI Angkatan Darat untuk
membantu pemerintah dalam mempersiapkan kekuatan
pertahanan aspek darat, sesuai dengan Sistem Pertahanan
Semesta (Sishanta) dan kewenangan serta peraturan perundang-
undangan.

BAB IV
PENGGUNAAN KEKUATAN TNI ANGKATAN DARAT

Penggunaan kekuatan merupakan wujud tampilan TNI Angkatan


Darat sebagai komponen kekuatan TNI dalam penyelenggaraan
Doktrin KEP -
49
pertahanan darat negara. Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat
ditujukan untuk menanggulangi ancaman dan gangguan yang
pengerahannya berdasarkan Keputusan Presiden RI dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penggunaan kekuatan
diselaraskan dengan postur TNI Angkatan Darat yang merupakan
keterpaduan pengerahan kekuatan, kemampuan, dan gelar pasukan di
lapangan sesuai dengan peran, tugas, dan fungsi masing-masing yang
diproyeksikan melalui operasi militer untuk perang dan operasi militer
selain perang.

32. Kebijakan Pelibatan Kekuatan TNI Angkatan Darat. Dengan


berpedoman kepada sistem penggunaan kekuatan TNI, TNI Angkatan
Darat sebagai kekuatan bala darat harus memiliki kemampuan
menyelenggarakan operasi militer untuk perang, sebagai upaya
pertahanan wilayah daratan berdasarkan konsepsi pertahanan pulau-
pulau besar dan rangkaian pulau-pulau kecil (kompartemen strategis
pertahanan matra darat) dalam rangka menghadapi ancaman agresi
militer dari luar negeri, serta memiliki kemampuan operasi militer selain
perang sebagai upaya menghadapi berbagai bentuk ancaman dari
dalam negeri. Untuk menjamin keberhasilan pada setiap operasi yang
melibatkan TNI Angkatan Darat, diperlukan suatu tatanan operasional
yang meliputi norma persyaratan dan konsep penggunaan kekuatan TNI
Angkatan Darat sebagai berikut :

33. Norma Persyaratan. Mengingat operasi yang diselenggarakan


TNI Angkatan Darat merupakan bagian integral dari operasi TNI, maka
norma persyaratan operasi tersebut harus sejalan dengan norma
persyaratan operasi TNI, yaitu sebagai berikut :

a. Kemantapan dan kesiapan operasional.

b. Kesiapsiagaan yang tinggi dengan sistem gelar yang


memiliki efek tangkal dan mampu bertindak dini secara cepat dan
tepat dalam mengatasi setiap bentuk ancaman dan gangguan.

- Doktrin KEP
50
c. Pengakomodasian penggunaan komponen cadangan dan
pendukung kekuatan pertahanan negara, khususnya yang
mempunyai aspek pertahanan darat dalam sistem pertahanan
semesta.

d. Pelibatan kekuatan nyata yang profesional sehingga


menjamin keberhasilan pelaksanaan tugas.

e. Pelibatan kekuatan nyata secara kenyal dengan kedalaman


yang terbatas.

f. Keterpaduan antara fungsi yang serasi dan seimbang sesuai


dengan peran fungsi masing-masing.

g. Pengerahan kekuatan didasarkan pada keputusan Presiden


dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

34. Konsep Penggunaan Kekuatan TNI Angkatan Darat. Berbagai


perubahan kondisi lingkungan di luar maupun di dalam negeri dapat
mengarah menjadi sumber ancaman nyata. Pelibatan TNI Angkatan
Darat dalam hubungan operasi TNI untuk menghadapi ancaman dari
luar negeri dikembangkan dengan operasi militer untuk perang.
Sementara itu, untuk menyikapi perkembangan kondisi lingkungan
strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dikembangkan
operasi militer selain perang. Guna keberhasilan penyelenggaraan
setiap operasi dengan baik, perlu diatur rumusan penggunaan kekuatan
TNI Angkatan Darat dalam berbagai kemungkinan pelibatan adalah
bagian integral dari kepentingan pertahanan negara yang dilaksanakan
TNI dan mendukung kebijakan politik luar negeri Indonesia untuk ikut
serta memelihara perdamaian dunia dalam rangka mendukung
kepentingan nasional bangsa Indonesia. Penggunaan kekuatan TNI
Angkatan Darat senantiasa dilandasi oleh peraturan perundang-
undangan nasional, hukum internasional, doktrin operasi TNI, dan
Doktrin KEP -
51
idealisme perjuangan TNI. Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat
bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menjaga keselamatan bangsa dan negara serta
berperan dalam menjaga perdamaian dunia.

Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat harus mempunyai sasaran


yang jelas, yaitu :

a. Tercapainya efek tangkal yang optimal untuk mencegah


munculnya ancaman militer yang berasal dari luar negeri dan
mencegah konflik di dalam negeri.

b. Penanggulangan terhadap ancaman baik tradisional


maupun nontradisional di wilayah darat nasional.

c. Mampu dilibatkan dalam tugas-tugas bantuan.

Selain itu penggunaan unsur-unsur satuan atau kekuatan TNI AD


secara keseluruhan melalui penyelenggaraan operasi militer dalam
konteks OMP atau OMSP, di dalam atau di luar negeri dilakukan atas
perintah, dan dikendalikan oleh Panglima TNI. Kekuatan pasukan,
susunan dan bentuk organisasi, serta spesifikasi prajurit yang
mengawakinya disesuaikan dengan tuntutan tugas dan jenis operasi
yang ditetapkan oleh Panglima TNI.

Operasi milter TNI yang memerlukan pelibatan unsur-unsur TNI


AD adalah Operasi Intelijen, Operasi Tempur di darat, Operasi Teritorial,
dan Operasi Dukungan. Satuan TNI AD yang senantiasa disiapkan dan
disiagakan untuk setiap saat dikerahkan untuk menangani kontijensi
taktis di seluruh wilayah Indonesia adalah unsur dari Kostrad
berkekuatan 1 Divisi diperkuat dengan unsur dari TNI AL dan TNI AU
yang bergabung dalam satuan gabungan (tri matra) PPRC (Pasukan
Pemukul Reaksi Cepat) TNI. Di samping itu satuan yang senantiasa
disiapkan sebagai penindak awal dalam penanggulangan bencana alam
- Doktrin KEP
52
diorganisasikan dalam bentuk Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan
Bencana (SRCPB) dengan kekuatan setingkat Brigade (-). Satuan ini
dilengkapi dengan peralatan dan kemampuan untuk melakukan tindakan
awal dalam penanggulangan bencana alam gempa bumi, tsunami dan
bencana alam lainnya yang bersifat masif.

Pengerahan satuan TNI AD dalam operasi militer yang bersifat


terus-menerus/rutin dilaksanakan sepanjang tahun adalah Operasi
Pengamanan Daerah Rawan di Papua, dan Operasi Pengamanan di tiga
daerah perbatasan darat dengan negara Malaysia, Papua New Guenia
dan Timor Leste. Operasi militer lain yang juga dapat dikategorikan
‘terus-menerus’ adalah berbagai operasi militer yang berada dalam
kerangka misi perdamaian PBB, yang diselenggarakan di luar negeri.
Satuan TNI AD dilibatkan dalam pelaksanaan misi perdamaian PBB ini
adalah satuan yang telah ‘diakreditasi PBB’ memiliki standar
internasional atau world class dalam berbagai aspek.

Operasi militer lain yang bersifat rutin adalah “Operasi Teritorial”


yang digelar bersama pemerintah daerah dan dengan institusi lainnya,
dilaksanakan rutin dua kali dalam setahun. Operasi ini dikenal dengan
sebutan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Penggunaan
unsur-unsur TNI AD dalam pembinaan teritorial dilakukan dengan
menggunakan Bhakti TNI, Pembinaan Ketahanan Wilayah dan
Komunikasi Masyarakat. Kegiatan ini secara terus-menerus dilakukan
oleh Kowil TNI dan seluruh kekuatan kewilayahan dalam upaya untuk
memelihara dan meningkatkan kepekaan teritorial seluruh komponen
bangsa terhadap semua permasalahan yang terkait dengan : kedaulatan
negara, keutuhan wilayah/teritorial dan keselamatan bangsa. Muara dari
keseluruhan kegiatan pembinaan teritorial ini adalah terwujudnya Ruang,
Alat dan Kondisi juang yang tangguh. Dalam kerangka penyiapan
pertahanan negara, terwujudnya kepekaan teritorial masyarakat hasil
dari penyelenggaraan pembinaan teritorial dapat efektif mendukung
penyelenggaraan operasi pemberdayaan wilayah pertahanan (wilhan).

Doktrin KEP -
53
Dalam penyelenggaraan operasi Pemberdayaan Wilhan ini, unsur-
unsur satuan TNI AD membantu pemerintah secara dini menyiapkan
potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan, meliputi wilayah
pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan
OMP, yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan
negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta. Bantuan kepada
pemerintah dilakukan dalam wujud penyelenggaraan pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib bagi warga negara, dan memberdayakan rakyat
sebagai kekuatan pendukung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pada situasi dan kondisi tertentu, sesuai amanat undang-undang,


satuan TNI AD dapat digunakan untuk membantu tugas pemerintah di
daerah, seperti membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam kondisi
dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan kemampuan TNI untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Antara lain
seperti membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra
struktur, serta mengawasi masalah akibat pemogokan dan konflik
komunal.

Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat dikelompokkan sesuai


dengan sumber ancaman yang dihadapi pada Operasi Militer untuk
Perang dan Operasi Militer Selain Perang :

a. Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat pada Operasi


Militer untuk Perang dilaksanakan untuk menghadapi agresi
musuh dari luar negeri yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
prinsip penyelenggaraan pertahanan negara yang bersifat
pertahanan defensif aktif. Tindakan pencegahan terhadap
timbulnya ancaman dari luar negeri merupakan tindakan yang
diprioritaskan. Apabila terjadi tindakan permusuhan dari luar
negeri maka penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat diarahkan
untuk melaksanakan tindakan preventif (menggagalkan tindakan
permusuhan) seperti halnya melaksanakan diplomasi di bidang
- Doktrin KEP
54
ekonomi, politik maupun militer. Tindakan represif/penindakan
dilaksanakan dalam keadaan terpaksa apabila musuh atau lawan
terus melakukan tindakan permusuhan. Apabila musuh berhasil
menguasai sebagian atau seluruh wilayah darat nasional,
dilaksanakan operasi perlawanan wilayah dalam bentuk perang
berlarut yang bersifat perang semesta. Perang semesta tidak
hanya mengacu pada peperangan di darat dan menggunakan
kekuatan darat saja. Perang semesta juga tidak hanya dilakukan
manakala kekuatan militer musuh telah berada di wilayah daratan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dikarenakan kekuatan
tempur TNI di udara dan di laut tidak mampu menghadang dan
menghancurkan musuh ketika memasuki wilayah laut dan udara
NKRI. Sehingga TNI dan rakyat yang dipersenjatai melakukan
perlawanan wilayah secara berlarut dengan melancarkan ‘perang
gerilya’.

Meskipun berlangsung lama (berlarut), perang semesta


tidak dapat disamakan dengan perang gerilya yang memerlukan
pelibatan sebanyak mungkin tenaga untuk dikerahkan dalam
peperangan. Dewasa ini perang semesta tentunya tidak lagi
sepenuhnya serupa dengan perang kemerdekaan yang terjadi
pada masa lalu.

Perang semesta dapat diselenggarakan jauh sebelum


terjadinya perang terbuka yang dilakukan dengan cara-cara militer,
behkan penyelenggaraan perang semesta dalam ‘bentuk baru’
yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ‘smart
power’ justru ditujukan untuk mencegah terjadinya perang dengan
menggunakan cara-cara militer. Semua komponen bangsa
berperan menjadi kekuatan bersama. Kekuatan militer dan sipil di
udara dan laut, kekuatan politik, hukum dan diplomasi dikerahkan
sesuai dengan penanganan konflik yang terjadi

Doktrin KEP -
55
b. Penggunaan Kekuatan TNI Angkatan Darat pada Operasi
Militer Selain Perang dilaksanakan untuk menghadapi ancaman
dan gangguan di dalam negeri, baik yang bersifat tugas tempur
maupun melaksanakan tugas-tugas yang lebih bersifat nontempur
dalam rangka kepentingan pertahanan negara dan mendukung
kepentingan nasional.

35. Pokok-pokok Penggunaan TNI Angkatan Darat. Penggunaan


TNI Angkatan Darat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat untuk


kepentingan pertahanan negara di dasarkan pada putusan politik
pemerintah yang sah.

b. Penggunaan kekuatan tempur TNI Angkatan Darat


merupakan alternatif terakhir yang diarahkan untuk pemulihan
menuju kondisi damai.

c. TNI Angkatan Darat senantiasa membedakan antara


kombatan dan nonkombatan.

d. Prinsip proporsionalitas (adanya rasionalitas pengerahan


pasukan dan dampak yang ditimbulkan) diterapkan dalam
penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat.

e. Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat dalam upaya


pertahanan negara dilakukan dengan melibatkan kekuatan TNI
Angkatan Darat bersama kekuatan angkatan lainnya dan
penyertaan komponen cadangan serta pendukung secara terpadu.

36. Operasi. Dalam rangka menghadapi dan mengatasi ancaman


baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri diterapkan operasi
militer untuk perang dan operasi militer selain perang.
- Doktrin KEP
56
a. Operasi Militer untuk Perang. Operasi militer untuk
perang dilaksanakan dalam rangka menghadapi agresi lawan
yang datang dari luar negeri.

b. Operasi Militer Selain Perang.

1) Penggunaan kekuatan TNI Angkatan Darat pada


Operasi Militer Selain Perang diselenggarakan dalam
bentuk-bentuk tugas operasi, baik yang bersifat tempur
maupun nontempur untuk kepentingan pertahanan negara
dan/atau dalam rangka mendukung kepentingan nasional
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Operasi
tersebut dilaksanakan sesuai dengan Doktrin dan
profesionalitas TNI Angkatan Darat. Penggunaan dalam
bentuk tugas operasi bersifat tempur dimulai sejak embrio
ancaman terhadap keamanan negara berkembang di
wilayah secara eskalatif, mulai dari keadaan aman, rawan,
dan gawat serta tidak dapat diatasi dengan cara-cara
penanganan pada kondisi Tertib Sipil maupun Darurat
Sipil, diperlukan cara penanganan dengan menggunakan
kekuatan bersenjata dalam status darurat militer. Sejak
dinyatakan keadaan darurat militer, melalui suatu
keputusan politik (Keppres), pada tahap ini Panglima
Kodam selaku Penguasa Darurat Militer Daerah
menyelenggarakan operasi militer selain perang, dengan
bentuk operasi gabungan atau terpadu. Dalam rangka
penyelenggaraan tugas yang bersifat membantu,
penggunaan kekuatan satuan TNI Angkatan Darat harus
memperhatikan keutuhan taktis, ditentukan sasaran tugas,
waktu, dan daerah operasi tertentu, serta Kodal taktis dan
teknis operasional tetap berada pada komandan satuan
militer. Dalam hal membantu tugas pemerintahan di daerah
dan memberi bantuan kemanusiaan, pengerahan kekuatan
Doktrin KEP -
57
hanya dilakukan atas permintaan kepala daerah, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal
membantu tugas kepolisian negara Republik Indonesia
dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat,
pelaksanaannya dilakukan atas permintaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan
tugas dalam rangka operasi perdamaian dunia dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia dan
mandat dari PBB atau organisasi internasional/regional yang
diakui oleh pemerintah. Dalam hal pelaksanaan operasi
dengan metode Operasi Bakti, perencanaan, dan
pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan pihak
yang dibantu atau pihak-pihak lain yang terlibat.

2) Penyelenggaraan Operasi Militer Selain Perang yang


bersifat tugas tempur yaitu mengatasi gerakan separatis
bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata,
mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah
perbatasan, mengamankan obyek vital nasional yang
bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia
sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan
Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya dan
membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan pemerintah asing yang berada di
Indonesia. Sedangkan yang bersifat tugas nontempur
antara lain memberdayakan wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta, membantu pemerintah di daerah,
membantu Polri dalam rangka tugas Kamtibmas, membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan
pertolongan dalam kecelakaan serta membantu pemerintah
dalam mengamankan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
- Doktrin KEP
58
3) Penyelenggaraan Operasi Militer Selain Perang
lainnya, baik yang bersifat tempur maupun nontempur
dilaksanakan atas dasar permintaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dan dilakukan bersama-
sama dengan pihak terkait.

BAB V
TNI ANGKATAN DARAT
DI MASA DEPAN

“Semangat untuk mempertahankan tanah air dalam Angkatan Perang


memang harus dipelihara akan tetapi dengan semangat saja belum cukup dalam
dunia modern sekarang ini. Prajurit-prajurit negara kita disamping mempunyai
semangat juga harus mempunyai pengetahuan yang cukup”.
(Jenderal TNI A.H Nasution)

Sebagai suatu organisasi militer yang berada dalam lingkungan


strategis yang senantiasa berkembang, dan dalam pengaruh kehidupan
kenegaraan yang dinamis, TNI AD senantiasa perlu melakukan berbagai
penyesuaian dengan semua perkembangan yang dinamis tersebut.
Teknologi persenjataan dan peralatan militer yang senantiasa
berkembang dan berimplikasi pada validitas doktrin militer juga
memerlukan respon.

Kebijakan politik negara dan strategi pertahanan negara tidak


sedikitpun menyinggung adanya kemungkinan bahwa Indonesia akan
mengirimkan kekuatan militer untuk menyerang negara lain. Singkatnya
Indonesia tidak akan pernah berperang di negara lain, meski anggaran
negara memungkinkan untuk membiayainya. Ini dikarenakan Indonesia
bukanlah negara agresor dan memiliki faham ekspansionis. Atas dasar
pemahaman ini maka kalaupun terjadi perang darat dapat dipastikan
akan terjadi di wilayah daratan Indonesia, bukan di negara lain. Oleh
Doktrin KEP -
59
sebab itu bukan suatu hal yang aneh bila seluruh komponen bangsa
bersama-sama menyiapkan medan atau daerah-daerah yang
memungkinkan akan menjadi daerah pertempuran manakala perang
darat terjadi.

Pelibatan TNI Angkatan Darat sebagai salah satu komponen


utama pertahanan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis. Dinamika lingkungan
strategis tersebut menuntut kemampuan TNI Angkatan Darat untuk
melaksanakan berbagai operasi dalam jangka waktu yang bervariasi di
seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, TNI Angkatan Darat harus
melakukan pembinaan yang baik, guna penyiapan satuan sesuai dengan
kekuatan dan kemampuan yang dibutuhkan dalam berbagai operasi.

Dari hasil evaluasi pelaksanaan tugas TNI Angkatan Darat di


dalam maupun di luar negeri diperlukan langkah strategis untuk
penataan ulang pembinaan TNI Angkatan Darat. Penataan ulang
pembinaan yang signifikan diperlukan sebagai prakondisi guna
meningkatkan profesionalisme keprajuritan. Penataan ulang tersebut
akan membawa konsekuensi logis yang tidak kecil. Diperlukan
keberanian untuk penyesuaian dengan perubahan struktur organisasi,
paradigma, prosedur dan kultur organisasi. Termasuk dalam
konsekuensi ini adalah kemauan merubah proses pembinaan yang tidak
efisien. Pembinaan yang berkelanjutan akan meningkatkan kesiapan
operasional, pasukan yang responsif dan efektif, yang bermuara pada
kemampuan TNI Angkatan Darat dalam melaksanakan penugasan
sesuai dengan standar yang diharapkan.

37. Tantangan Operasi Masa Depan.

a. TNI Angkatan Darat dipersiapkan untuk menghadapi


perang asimetris dan nonlinier. Perang ini menggunakan
seluruh sarana dan prasarana serta sistem persenjataan yang
ditujukan terutama untuk menghancurkan kemauan bertempur
- Doktrin KEP
60
musuh. Perang ini sangat dekat dengan perang gerilya (perang
semesta).

b. Pertempuran yang berkesinambungan. Sehubungan


dengan kemajuan sejumlah teknologi, khususnya teknologi yang
membantu penglihatan pada malam hari, maka pertempuran
mempunyai potensi menjadi penomena 24 jam yang mungkin
berlanjut sampai satu pihak atau lainnya kehabisan segalanya.

c. Kecepatan Pertempuran. Kemajuan dalam mobilitas


medan pertempuran dan teknologi informasi secara dramatis telah
meningkatkan kecepatan pertempuran yang memungkinkan para
komandan untuk mempengaruhi dan menentukan tempo operasi
serta menetapkan tuntutan-tuntutan baru kepada para prajurit.

d. Kepadatan Medan Pertempuran. Kemajuan yang berlanjut


pada ketepatan dan daya muat akan berakibat pada kekuatan
yang lebih kecil dan lebih dapat menyesuaikan diri untuk
melakukan perang konvensional. Pengurangan-pengurangan
semacam ini akan menyebabkan medan tempur kurang padat
dengan batas-batas yang tidak jelas, sehingga memungkinkan
ruang yang lebih luas untuk bermanuver pada tingkat komando
operasional dan komando taktis.

e. Jarak dan Ketepatan. Jarak pertempuran akan bertambah


lebih jauh dan melibatkan ketepatan yang lebih baik dari pada
dimasa lampau karena peningkatan pada sistem senjata dan
penguasaan sasaran.

f. Pertempuran Multidimensi. Perang akan dilaksanakan di


dan dari udara, darat, laut ruang angkasa, serta dalam spektrum
elektromagnetik. Perang akan melibatkan tidak hanya kekuatan
militer melainkan juga lembaga pemerintahan lainnya, khususnya

Doktrin KEP -
61
pada tingkat strategis. Perang akan terjadi secara simultan dan
pada semua tingkat intensitas di seluruh medan tempur.

g. Pertempuran Informasi. Kemajuan revolusioner dalam


kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi mempunyai
potensi untuk memberikan tingkat-tingkat pengetahuan situasi,
yang sebelumnya belum pernah terjadi, pada para komandan
yang bertikai. Pencarian keuntungan pada pertempuran informasi
perlu diimbangi dengan fleksibilitas dan pengambilan keputusan
yang tepat waktu.

h. Pertempuran Persepsi. Perjuangan demi hati nurani


dan pendapat masyarakat domestik maupun internasional secara
potensial adalah sesuatu unsur yang menentukan dalam perang
modern. Perjuangan ini akan dimenangkan oleh suatu kombinasi
integritas pada pelaksanaan operasi militer, hubungan yang
cermat dan jujur dengan media serta ketaatan pada hukum konflik
bersenjata.

i. Pertempuran Prajurit. Medan tempur modern akan


sering lebih kompleks dari pada medan tempur masa lampau.
Desentralisasi medan tempur akan meletakkan tanggung jawab
yang lebih banyak dibahu para komandan satuan bawah. Di masa
depan, tindakan-tindakan taktis kemungkinan akan menimbulkan
dampak strategis yang besar, sehingga meningkatkan nilai para
komandan unit kecil yang terlatih dengan baik.

38. Perubahan di TNI Angkatan Darat.

a. Perubahan merupakan suatu proses merubah kondisi


kekuatan sekarang menjadi kekuatan masa depan, dilakukan
dengan cara meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Darat
dengan cara melatihkan hal-hal yang baru kepada prajurit. TNI
Angkatan Darat akan selalu berupaya mencapai keunggulan masa

- Doktrin KEP
62
depan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh TNI Angkatan Darat
untuk menuju masa depan antara lain: meningkatkan kerja sama
dengan berbagai pihak, meningkatkan kemampuan tempur
dengan mempelajari dan melatihkan kemampuan operasi lawan
insurjensi, operasi di daerah urban serta melatihkan kemampuan
pertempuran setingkat Batalyon Tim Pertempuran (BTP), dan
meningkatkan diplomasi militer serta kemampuan Binter.

b. Peningkatan kemampuan satuan TNI Angkatan Darat dapat


dicapai melalui peningkatan dan penyesuaian doktrin, struktur
organisasi, latihan, materiil, kepemimpinan dan pendidikan serta
pembinaan personel dan dukungan fasilitas. Peningkatan dapat
dicapai melalui siklus yang terus-menerus dengan daya inovasi
yang adaptif, eksperimen, dan pengalaman, peningkatan
kemampuan guna mewujudkan kekuatan darat yang diharapkan.

c. Rencana pelibatan TNI Angkatan Darat mendasari tindakan


perubahan TNI Angkatan Darat. Rencana ini merumuskan tujuan
khusus, tanggung jawab pelaksanaan dan sumber daya.
Komitmen yang jelas dan ketersediaan sumber daya memberi
andil bagi tercapainya sinkronisasi dan kecepatan perubahan.
Rencana pelibatan TNI Angkatan Darat juga akan memberi
dukungan operasional dalam rangka menjaga kualitas satuan.

39. Strategi Perubahan TNI Angkatan Darat.

a. Restrukturisasi TNI Angkatan Darat secara


komprehensif. Strategi ini berpusat pada satuan, prajurit,
kesejahteraan prajurit, pembinaan teritorial dan sarana prasarana.

1) Satuan. Menyiapkan pasukan darat setingkat Batayon


Tim Pertempuran (BTP) yang relevan dan siap untuk
digerakkan.

Doktrin KEP -
63
2) Prajurit. Melatih prajurit agar menjadi prajurit
profesional dalam mengatasi pertempuran di daerah
bangunan, pemukiman, dan perkotaan serta
mengembangkan kemampuan prajurit yang kompeten,
fleksibel, mampu beradaptasi dan siap menghadapi
tantangan tugas.
3) Kesejahteraan prajurit. Memenuhi kesejahteraan demi
pencapaian kualitas hidup personel TNI Angkatan Darat.
4) Pembinaan teritorial. Membangun kekuatan teritorial
yang merupakan titik-titik kuat pertahanan negara dan
memberikan kemampuan teritorial bagi prajurit untuk dapat
berpengaruh positif bagi lingkungan tempat tinggal dan di
daerah penugasannya serta mempersiapkan daerahnya
untuk menghadapi perang rakyat semesta atau lebih dikenal
dengan penataan wilayah untuk persiapan perang darat.
5) Sarana dan prasarana. Membangun dan memelihara
sarana dan prasarana termasuk jaringan informasi yang
diperlukan untuk mengembangkan, menghasilkan, melatih
dan mempertahankan operasional satuan. Strategi yang
saling berkaitan ini menyatukan upaya perubahan TNI
Angkatan Darat. Penerapan yang benar akan menghasilkan
TNI Angkatan Darat yang mampu memenuhi semua
tuntutan tugas.

b. Esensi Perubahan TNI Angkatan Darat.

1) Rencana pelibatan TNI Angkatan Darat menetapkan


tujuan yang memungkinkan TNI Angkatan Darat untuk
mencapai perubahan yang diharapkan, secara tegas, jelas,
dan terukur.

2) Tujuan yang akan dicapai ialah :

- Doktrin KEP
64
a) Mendukung operasi penjaga perdamaian
dibawah bendera PBB, dengan mengatur, melatih,
memperlengkapi, sehingga mampu melaksanakan
tugas-tugas operasi penjaga perdamaian.
b) Menyesuaikan dan meningkatkan kemampuan
tempur TNI Angkatan Darat, dengan menyusun
satuan tempur dasar setingkat Batalyon Tim
Pertempuran (BTP). Mendesain satuan berbasis
kemampuan yang dapat melaksanakan operasi-
operasi darat secara berkesinambungan.
c) Membangun sumber daya prajurit. Merekrut dan
membina prajurit TNI Angkatan Darat yang memiliki
kompetensi untuk kesiapan satuan pada saat ini dan
jangka panjang.
d) Membangun kekuatan masa depan.
Mengembangkan kemampuan pasukan masa depan
untuk memenuhi persyaratan kekuatan darat yang
diperlukan dalam tugas OMP dan OMSP.
e) Menyesuaikan kelembagaan TNI Angkatan
Darat. Menata kelembagaan TNI Angkatan Darat,
sehingga dapat melaksanakan fungsi dengan baik
dalam memelihara dan meningkatkan kualitas TNI
Angkatan Darat.

c. Mengembangkan struktur organisasi logistik. Membuat


kemampuan dukungan logistik yang terintegrasi, bertanggung
jawab dan berkesinambungan untuk mendukung pasukan dalam
berbagai operasi.

d. Mengembangkan struktur organisasi teritorial.


Meningkatkan kekuatan dan kemampuan teritorial yang tangguh
dalam rangka menyiapkan ruang, alat dan kondisi juang.

Doktrin KEP -
65
40. Perubahan yang Dilakukan. Untuk menjawab tantangan tugas
Agkatan Darat ke depan, perlu mempercepat perubahan. Perubahan
disesuaikan dengan kemampuan anggaran negara. Perubahan TNI
Angkatan Darat bertujuan untuk kepentingan negara dan bangsa.
Perubahan yang dimaksud tidak terlepas dari upaya penataan medan
perang darat dalam rangka menghadapi perang rakyat semesta. Oleh
karena itu untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara terhadap
kemungkinan serangan musuh dari luar maka pertahanan yang paling
dapat diandalkan adalah perang semesta atau perang gerilya yang
dalam generasi peperangan lebih dikenal dengan Strategi Perang
Generasi ke-4.

41. Perubahan di Bidang Teritorial. Untuk mewujudkan keinginan


tersebut kita harus memperhatikan organisasi komando kewilayahan
tingkat Koramil ke bawah yang perlu segera ditata ulang baik dalam
strata kepangkatan dan kekuatan personelnya.

42. Hal-hal yang tidak Boleh Berubah. Ketika TNI Angkatan Darat
bergerak ke masa depan, ada dua hal yang tidak boleh berubah, yaitu :
jati diri TNI dan nilai-nilai intrinsik perjuangan TNI.

“Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa”

(Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada)

- Doktrin KEP
66
PENUTUP

Doktrin Kartika Eka Pakçi sangat penting untuk dipedomani


dalam pengembangan kekuatan TNI Angkatan Darat yang tangguh,
fleksibel, dan modern serta mampu beroperasi dalam OMP dan OMSP.
Dokumen ini memberikan dasar bagi keberhasilan dalam perang darat
masa kini melalui doktrin yang mencerminkan pengalaman bertempur
dan cara bertempur yang diharapkan dalam menghadapi konflik-konflik
masa kini dan masa yang akan datang.

Doktrin KEP -
67

Anda mungkin juga menyukai