Mata Pelajaran : MP Sejarah Perjuangan Bangsa, TNI/TNI AL.
Judul Buku : Pasukan M menang tak dibilang, gugur tak dikenang
Penerbit/Tahun : Red and White Publishing
RESUME
1. BAB 1 : Merdeka VS Persemakmuran belanda
a. Revolusi Indonesia dan Pandangan Dunia
Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 oleh dua tokoh
besat pergerakan nasional Ir. Sukarno dan Drs. Muhammad Hatta, Menjadi momentum penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dalam Suasana Euforia kemerdekaan, Presiden Sukarno menyatakan berdirinya 3 badan nasional yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR dan Badan perjuangan memiliki tujuan sama untuk mengawal dan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal 19 September 1945, Pasukan sekutu pertama datang ke Indonesia di bawah pimpinan Mayor Greenhalgh. Kedatangan pihak Sekutu awalnya di sikapi dengan netral oleh Indonesia, namun setelah di ketahui mereka membawa pasukan Belanda maka sikap Indonesia Berubah. Kedatangan belanda menuai reaksi keras. Selanjutnya BKR berubah menjadi Pasukan perang. TKR kekuatannya lebih besar dari pasukan Sekutu.akan tetapi karena tidak di dukung sarana persenjataan yang memadai maka strategi yang di gunakan bergerilya.Situasi memburuk dengan kekerarasan yang di lakukan oleh Belanda dan Sekutu. Setelah perjuangan panjang dan fase perundingan, akhirnya Belanda dan Indonesi berdamai
b. Peran Pelaut dalam Kemerdekaan
Nasionalisme para pemuda pejuang pada masa Revolusi 1945-1949, memunculkan spontanitas mereka untuk ikut membela tanah air dengan berbagai cara. Sebagain kecil pejuan tersebut para pemuda pelaut. Mereka menjadi pelopor sekaligus representasi kelompok pejuang bervisi maritim. TKR laut bermarkas di Yogyakarta dan sejak 1 Desember 1945 TKR terdapat 2 kepemimpinan. Pertama TKR laut Yogyakarta di bawah pimpinan M. Pardi, Kedua Markas Besar Tertinggi (MBT) di Lawang Malang di bawah pimpinan Atmadji. c. Revolusi di Jawa Timur Situasi Jawa Timur pascaproklamasi 17 Agustus 1945 sangat dinamis. Pelucutan senjata berhasil di lakukan para pemuda bekas Kaigun Heiho, Djawa Unko Kaisya dan sekolah pelajaran Tinggi (Sekolah Pelaut) yang tergabung dalam pasukan BKR Laut. Para pemuda menuju pulau Nyamukan untuk mengambil alih pangkalan Kaigun. Berhasi merampas senapan karaben, senapan mesin, pistol, peti munisi LCVP dan samurai. BKR Laut Surabaya pada tanggal 5 Oktober 1945 sudah mengoperasionalkan dua kapal pemburu kapal selam dan seminggu kemudian mendapatkan satu kapal penyapu ranjau yang di beri nama Merbaboe. Ketika pertempuran 10 November 1045 pecah di Surabaya, TKR laut juga ikut bertempur bersama rakyat Surabaya. 2. BAB 2 : Bali sebelum kedatangan Belanda a. Bali di Awal Proklamasi Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak segera di ketahui rakyat Bali karena sulitnya komunikasi saat itu. Pemerintahan di Bali di ambil alih oleh Mr. Ketut Pudja sebagai Gubernur Sunda Kecil. Walaupun berita tentang proklamasi terlambat di Bali, namun para aktivis gerakan perjuangan bawah tanah pada zaman Jepang telah bekerja. Akhir Agustus 1945 BKR lahir di bali di pimpin I Made Putu dan kemudian BKR berubah menjadi TKR di pimpin I Gusti Ngurah Rai. Upaya menyerbuan dan perebutan senjata berakhir dengan aksi pembalasan Jepang dengan menyerbu desa-desa serta memeriksa rumah yang di curigai sebagai tempat bersembunyinya para pejuang.Pasukan induk di pimpin oleh I Gusti Ngurah Rai di Bali, pemuda pemuda bali juga ada yang tergabung dengan kesatuan militer di Banyuwangi. b. Ekspedisi TKR Bali ke Jawa Ekspedisi TKR Sunda Kecil ke Jawa berlangsung tanggal 1 Januari 1946 setelah 13 hari meninggalkan Carangsari. Saat tiba menghadap Presiden Sukarno di Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta. Dalam perjalan pulang I Gusti Ngurah Rai singgah di Mojokerto dan Malang untuk menghadap Panglima Divisi II Suropati Mayor Jenderal Imam Sudja’i dan berkenalan dengan Kapten Markadi Komandan Pasukan-M. Mereka akan melaksanakan operasi lintas laut Jawa-Bali yang merupakan operasi pendaratan gabungan pertama dalam sejarah TNI. Strategi yang di pakai adalah menjadikan Banyuwangi sebagai markas penghubung, karena jaraknya paling dekat dengan Bali. c. Jaringan Mata-mata Republik Untuk menghadapi musuh yang lebih unggul dari sisi persenjataan, organisasi dan taktik, salah satu cara mengatasinya adalah dengan membangun jaringan mata mata.” Pasukan mata-mata Khusus”, menyususp mejadi pasukan Belanda salah satu agennya adalah I gede Wayan Samba. Jaringan mata-mata dan pejuang juga di bentuk dibentuk di Banjar Palasari, Denpasar. Operasi Intelejen tersebut berjalan mulus dan saling menunjang antara pasukan gerilya dengan mata-mata Republik. d. Di Bali Banyak Senjata Saat perang Pasifik pecah, pulau Bali disiapkan Jepang sebagai batu loncatan penyerbuan ke Australia dan Oceania. Setelah pengeboman sekutu ke Hirosima Nagasaki senjata Jepang masih banyak tersimpan di Bali, info di perkuat seorang jepang Tomegoro Yoshizumi. e. TKR Laut Dipersiapkan ke Bali Hasil persetujuan Denpasar tentang rencana perebutan senjata dari tangan Kaigun di Denpasar di sampaikan ke Markas Besar TKR Laut di Lawang. Awal Desember 1945 Pasukan-M di berangkatkan ke Banyuwangi. Pemuda Bali menyerang tangsi-tangsi Jepang secara serantak pada tanggal 13 Desember 1945, peristiwa penyerbuan tersebut akhirnya membatalkan persetujuan Denpasar yang sudah di sepakati sebelumnya. Pasukan-M diutus ke Bali untuk melaksanakan perang yang sesungguhnya. Selain 30 orang CIS sebagai pasukan inti pasukan-M, Markadi juga masih punya pasukan temput yang anggotanya mantan Seinendan, PETA, dan Keigun Heiho. f. Sisipkan: Sosok Pemuda Revolusioner, Gondrong dan Berkuku Panjang. Semasa revolusi fisik muncul “stereotype”tentang para pemuda pejuang yang disebut liar dan berbahaya olehh sekutu dan Belanda. Mereka di gambarkan memelihara rambut dan kuku yang sama panjang, Mereka tidak akan memotongnya sebelum Republik Indonesia merdeka sepenuhnya dan Belanda berhasil di usir dari Nusantara. Pemuda tersebut banyak tergabung dalam berbagai organisasi perjuangan. Pemerintah bung Karno dan Hatta kerap mengalami kesulitan karena di tuding Sekutu tidak mampu mengendalikan keamanan dan ketertiban di wilayah Republik Indonesia oleh sebab para pemuda terkadang bergerak sendiri sesuai agenda masing masing kelompok. Masa selepas Proklamasi 45 hingga awal 1946 di kenal sebagai “masa bersiap” para pemuda meneriakkan semboyan “merdeka” dan “siap” sebagai lambang antisipasi kedatangan sekutu yang disertai “NICA” 3. BAB 3 : Belanda Menduduki Bali a. Konsolidasi Pasukan Belanda Pasca kekalahan Jepang Setelah Jepang takluk dengan sekutu pada bulan Agustus 1945, Belanda mencoba kembali ke Hindia Belandauntuk menegakkan kekuasaannya. Namun negri yang di sebut sebagai Zamrut khatulistiwa sudah memproklamirkan diri kemerdekaannya dengan nama Republik Indonesia. Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan RI, dan tetap bertekad untuk kembali masuk ke Indonesia. Hingga November 1945 Jumlah pasukan Belanda yang di siapkan 100.000 orang. Tetapi ternyata tidak mudah menguasai Indonesia kembali. Setelah mendarat di Indonesia, keberadaan pasukan Belanda dan NICA mulai menimbulkan masalah terutama di kantung perlawanan Republik Indonesia di Jawa dan Sumatera. b. Pasukan Belanda Mendarat di Bali Pendaratan kapal Belanda yang membonceng sekutu di pulau Bali pertama kali terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945 tepatnya di Kota Singaraja, Bali bagian utara. Pendaratan besar besaran 2000 pasukan Sekutu dan Belanda di pulau Bali terjadi pada tanggal 2 Maret 1946. Pasukan Belanda yang berhasil mendarat di Sanur adalah Brigade Y Gadja Merah (De Rode Olifent). Pasukan ini langsung bergerak cepat menduduki wilayah-wilayah strategis di Bali. Melihat gerak maju pasukan Belanda dan Sekutu di Bali, Markas Besar Umum di Yogyakarta segera memerintahkan Resimen Sunda Kecil untuk menyiapkan serangan. c. Gadja Merah Inti Pasukan Belandan di Bali Pada akhir September 1945 bekas pasukan KNIL waktu pendudukan Jepang sebagai tawanan perang di Thailand berhasil di rehabilitasi kembali. Diperkirakan ada 10.000 prajurit berhasil di rehabilitasi lalu di mobilisasi. Pada bulan Oktober 1945 sebanyak 700 orangberhasil di daratkan Sekutu di Pulau Jawa. d. Perundingan di Istana Buleleng Selisih satu hari setelah pasukan sekutu menduduki Singaraja, J.A van Beuge atas nama sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 mengajak otoritas pemerintah Indonesia di Bali untuk berunding. Perundingan itu berfokus pada sosialisasi tugas tugas Pasukan Sekutusetelah menang perang, yakni memelihara ketertiban umum, mengurus tawanan perang, serta melucuti senjata pasukan pendudukan Jepang di Pulau Bali. Perundingan dilaksanakan di Kerajaan Buleleng. J.A van Bouge berbicara atas nama Allied Military and Civil Administration Branch (AMACAB) atau pemerintahan cabang sipil dan Militer sekutu dan Indonesia di wakili oleh Gubernur Sunda Kecil Mr. Ketut Poedja 4. BAB 4 : Pasukan-M : Operasi Lintas Laut Jawa-Bali a. Kelahiran Pasukan-M Malang dan sekitarnya merupakan salah satu tempat konsentrasi kesatuan- kesatuan bersenjata Indonesia terutama setelah pecahnya pertempuran Surabaya, 10 November 1945. Bulan desember 1945, pemimpin tertinggi MBT Lawang ini menunjuk Kapten Markadi, Komandan Kompi Polisi Tentara laut dari Resimen II TRI Laut Malang untuk membentuk sebuah unit pasukan kecil yang akan dikirim ke Bali dengan tugas menghimpun informasi intelejen yang akan di gunakan untuk berbagai operasi yang tarkait dengan pengambilalihan senjata Jepang dan memperkuat pasukan TRI di Bali. Penunjukan Markadi dilandasi oleh pengalamannya saat bertugas dalam misi rahasia bersama Kolonel Prabowo dan Kolonel Moenadji untuk mengambil alih persenjataan Jepang di Bali. b. Personil Pasukan-M Secara keseluruhan terdapat 290 orang Pasukan-M yang terlibat dalam operasi lintas laut Jawa-Bali. Mereka berasal dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia c. Persiapan Operasi di Banyuwangi Pangakaln X ALRI di Banyuwangi bertanggung jawab menyediakan akomodasi dan logistik bagi unit-unit tempur yang akan diseberangkan ke Bali, namun juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan pasukannya untuk operasi tersebut. Kesatuan di pimpin Kapten Sriaman menggelar operasi Intelejen untuk mendapatkan informasi tentang Bali dari hari ke hari. Selain itu ALRI Banyuwangi juga harus memelihara kewaspadaan akan kegiatan intelejen lawan. d. Siasat Pendaratan di Bali Operasi tempur yang akan digelar merupakan operasi gabungan dan bercorak amfibi. Disebut gabungan karena di lakukan oleh satuan satuan dari dua matra (darat dan laut). Pada pelaksanaan operasi tidak ada seorang komandan yang memimpin seluruh satuan yang terlibat dalam operasi ini. Kolonel Moenadji hanya bertindak sebagai pengawas pada pelaksanaan bantuan unsur unsur ALRI kepada Resimen TRI Sunda Kecil. Sementara Letkol I Gusti Ngurah Rai meskipun berpangkat lebih tinggi dari para komandan angkatan laut di Banyuwangi, namun kedudukannya dalam operasi ini setara dengan Kapten Waroka dan Kapten Markadi. e. Mulusnya Pendaratan di Waroka Berdasarkan rencana operasi, pasukan Waroka diberangkatkan pada gelombang pertama 3 April 1946. Kekuatan 160 orang ini di lepas Komandan ALRI Pangkalan X Banyuwangi, Kapten Sriaman, dengan tiga trip. Semua pendaratan dapat berjalan dengan mulus karena adnya bantuan masyarakat yang sudah di galang dalam memandu tempat pendaratan. f. Pendaratan I Gusti Ngurah Rai: Diselamatkan Pasukan Markadi Pasukan I Gusti Ngurah Rai bergerak bersamaan dengan pasukan Waroka, 3 April 1946 malam. Perbedaannya, pasukan TRI Sunda Kecil berangkat dari Muncar dengan pertimbangan mendekati pantai pendaratan di Yeh Kuning. Pendaratan pertama gagal karena serangan dari pihak patroli belanda. Tetapi pada malam berikutnya pendaratan berhasil karena tidak adanya patroli dari pihak belanda. g. Api Segi tiga: Kode Pendaratan Pasukan Markadi Sehari sebelum hari H, Kapten Markadi masih mengirim beberapa anak buahnya ke Bali, mereka di tugaskan sebagai pemandu untuk menuntun pendaratan perahu Pasukan-M. Kodenya berupa api bebentuk segitiga. Yang menandakan bahwa pantai itu aman untuk di darati. h. Pertempuran Laut Pertama dalam Sejarah RI Tanggal 5 April 1946 dua perahu Madura yang salah satunya di tumpangi Kapten Markadi sudah hampir sampai titik pendaratan di pantai panginuman. Meskipun posisi kedua perahu tersebut kurang 2 Mil laut dari pantai Bali namun keduanya masih terkatung katung di laut dan bergerak berlahan. Mungkin karena kelebihan muatan sehingga menjadi susah diolah gerakkan dengan hanya mengandalkan kayuhan dayung para penumpang. Dan secara tiba tiba LCM belada mendekat. Terjadilah pertempuran sengit dan heroik selama kurang lebih 15 menit dan akhirnya di menangkan Pasukan-M. Pertempuran ini di sebut-sebut sebagai pertempuran laut pertama yang di menangi oleh angkatan perang Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. 5. BAB 5 : Perjuangan Pasukan-M di Bali a. Peh, Titik Api Pasukan-M Dusun Peh, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali dijadikan markas Pasukan-M. Penduduk sekitar mendukung perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia b. Serangan Pertama Pasukan-M Pasukan M semula hendak menyerbu dan merebut kota Negara yang dikuasai Belanda. Secara geografid, posisi Peh lebih tinggi daripada Negara. Pada sabtu malam 11 April 1946 Pasukan-M bersama pejuang Bali menuju Negara. Disana ternyata sudah ditunggu Belanda, akhirnya pasukan mundur ke barat tepatnya di Desa Beluk. c. Kemenangan Pertama Pasukan-M Pagi pagi Kapten Markadi dan pasukan tiba di pesisir pantai Candikesuma. Di tepi sungai Sanghyang tangal 13 April 1946 mereka beristirahat dan mengatur siasat perang. Pertempuran antara Pasukan-M dan Belanda terjadi dari pukul 14.30 sampai dengan 18.30 di menangkan Indonesia tetapi dengan 1 korban jiwa yaitu sersan Reso. d. Sepucuk Surat dari Kapten Markadi Pada hari Kamis, 16 April 1946 pukul 21.00 sebuah kapal jukung meluncur menuju pantai pebuahan, Jembrana. Didalamnya Lingga dan Ramidi beserta istrinya masing masing tujuannya adalah mengantar surat dari kapten Markadi tetepi di tengah jalan bertemu dengan patroli NICA sehingga surat tersebut di buang ke laut sehingga amanlah merekan dari interograsi patroli. Sampai di Markas Tentara Sunda Kecil di banyuwangi merekan menyampaikan lisan isi surat tersebut. e. Upacara Pengibaran Bendera Pertama Desa Gelar memiliki arti penting dalam literatur perjuangan kemerdekaan karena di desa Gelar untuk pertama kalinya dilaksanakan upacara pengibarab bendaera merah putih di Bali. f. Konsulidasi Angkatan Perang Pertama di Bali Sewaktu di lembah Merdeka, Kapten Markadi melontarkan gagasan pembakuan hubungan pasukan-M dengan organisasi-organisasi pejuang yang ada di Jembrana. Perundingan tersebut menyepakati pembentukan markas besar yang di namai Markas Besar Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia, di singkat MB DPRI, di sepakati forum dan suara bulat memilih : Ketua umum : Ida Bagus Gde Dosther Wakil Ketua Umum : Kapten Markadi Kepala Polisi Militer : Suparlan (ALRI) Kepala Bagian penyidik : S. Suwondo (ALRI) Waka Bagian penyidik : I Nyoman Nirba Dan seterusnya g. Pertempuran Pulukan Perkebunan karet pelukan didirikan pada 1917 oleh pengusaha Jerman dengan badan usaha bernama Culture Maatschapij Bali. Tahun 1942 di ambil alih Jepang dan Tahun 1945 di ambil alih NICA di jadikan markas pertahanan karena lokasinya berada di ketinggian sehingga dinilai strategis. Pada kamis 23 April 1946 Malam, perkebunan karet di pulukan di serbu namun pada pertempuran ini pasukan Markadi kalah karena kuatnya pertahanan Belanda. h. Gelar di Bombardir Pada hari Jumat, 24 April 1946 tepat sehari setelah pasukan tempur pimpinan Kapten Markadi ke Pulukan, pagi itu sejumlah Pasukan MB DPRI Jembrana tengah asik menikmati kopi di warung Men Santita di Pulungan Batu. NICA menyerang dan berhasil memukul mundur pasukan pejuang kemerdekaan sehingga pejuang tersebar ke hutan-hutan. Tidak ada korban jiwa dari pejuang kemerdekaann. i. Bergabung dengan Pasukan I Gusti Ngurah Rai Sekitar Mei 1946 I Gusti Ngurah Rai dengan beberapa orang dari Markas Munduk Malang datang menemui Kapten Markadi di Munduk Blatung. Banyak di bahas dalam pertemuan ini salah satunya rencana pendaratan pasukan gabungan dari Jawa ke Bali. j. Pembentukan Pasukan MGGSK Sepucuk surat yang mengabarkan keadaan Pasukan-M lekas menyita perhatian menteri pertahanan Amir Syarifudin. Begitu pula Laksamana Muda Atmadji yang menerima tembusan laporan tersebut, situasi bali saat itu genting dan perlu tambahan pasukan. Terbentuklah MGGSK ( Markas Gabungan Gerakan Sunda Kecil) sebagai wadah dari perjuangan yang di gagas untuk melakukan koordinasisemua kekuatan bersenjata baik militer maupun badan-badan perjuangan, khususnya untuk membantu perjuangan di Bali. k. Persiapan Operasi Unsur pertama MGGSK adalah pasukan ALRI dampai di Banyuwangi. Unsur kedua yang di perbantukan ke Pasukan-M adalah Pasukan-D Unsur ketiga adalah Pasukan dari Surabaya : Barisan Berani Mati (BBM) Unsur keempat adalah Pasukan Pesindo Pujon Malang berjumlah 35 orang. Pada pertengahan Mei 1946 ke empat unsur pasukan ini sudah berada di bawah Komando Moenadji. Perahu yang disiapkan untuk mengankut pasukan terdiri dari tiga jenis yaitu Jukung, Perahu Mayang, dan Perahu Madura. Embarkasi dari pelabuhan Banyuwangi. l. Operasi Juli MGGSK Hari pemberangkatan diundur 1 hari karena arus laut,sehingga menjadi 2 Juli 1946 pukul 19.00 WIB. Pendaratan pasukan tersebar di tiga tempat yakni Klatakan, Batukarung, dan Pengimunan. m. Pertempuran MGGSK di Klatakan Pada pertempuran ini banyak pasukan MGGSK yang tercerai berai di Klatakan, mereka berkelana di hutan-hutan. Tidak lagi menghiraukan konsolidasidan sasaran. Dalam situasi seperti itu sebagian dari mereka mati kelaparan atau di tangkap dan kemudian di jebloskan ke penjara. n. Pertempuran di Lereng Gunung Agung Pada tanggal 5 Juli 1946 pasukan longmarch tiba ditanah Aron, perkampungan paling tinggi di lereng Gunung Agung. Tanggal 7 Juli 1946 pukul 07.00, rapat di gelar menyusun strategi menghadapi kedatangan NICA di Tanah Aron. Tetapi di lereng Gunung Agung ini pasukan pejuang terjepit sehingga I Gusti Ngurah Rai memutuskan untuk mundur dan mendaki Gunung Agung selama tiga hari sampailah ke daerah Klandis dan di sambut hangat oleh masyarakat dengan menyuguhkankan ubi jalar, keladi, dan singkong. Dan setelah itu I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukan untuk membubarkan diri dan kembali ke daerah masing masing. 6. BAB 6 : Pasukan M Kembali ke Jawa a. Kembalinya Kapten Markadi ke Tanah Jawa Perjanjian Linggarjati yang di tandatangani tanggal 25 Maret 1947 membuahkan kekecewaan dan tanda tanya besar di seluruh kalangan pejuang kemerdekaan dan masyarakat Indonesia. Pejuang Bali mendengar delegasi RI menerima hasil perjanjian Linggarjati yang isinya bahwa Belanda hanya mengakui kedaulatan Indonesia atas Jawa dan Sumatera. Guna kejelasan situasi Letkol I Gusti Ngurah Rai mengirimkan surat ke Pemerintah pusat RI di Yogyakarta. Surat tersebut di bawa oleh Kapten Markadi, rombongan Kapten Markadi sampai di Tanjung Sembulungan, Muncar. Kemudian surat di serahkan kepada Kolonel Moenadji, Kolonel Soetopo, dan Kolonel Suyono di Banyuwangi. b. Menteri Pertahanan Menerima Laporan Pasukan-M Pada hari Selasa, 28 April 1946 sebanyak 105 anggota Pasukan-M yang selama sebulan lebih turut bertempur di bali kembali ke Jawa. Sesampainya di Jawa mereka membuat laporan ke Markas Tentara Sunda Kecil. Hari Kamis 30 April 1946 surat tersebut di terima Menteri Pertahanan di Yogyakarta. c. Sisipan: Surat dari Bali Surat ini berisi keadaan bagaimana pertempuran di Bali dan Sisa senjata dan munisi yang di miliki pejuang Bali, yang sangat menipis dan pembububaran diri MBU. d. Pasukan-M “Baru” Pada bulan Juli 1946, Pasukan-M yang berada di basis Sukiwidi hanya tersisa beberapa orang staf dan unit pasukan kecil di bawah komando Kapten Jacoep Kertodihardjo, Kepala Staf Pasukan-M. Kekuatan Pasukan-M yang berkekuatan dua Kompi bertugas di Bali. Guna mengantisipasi situasi baru di bali di lakukakanlah rekrutmen baru. Hasil rekrutmen itu terbentuk tiga Kompi setara dengan satu batalyon pasukan. Isi pasukan berasal dari pemuda Sunda Kecil (NTT dan NTB) dan beberapa pemuda Maluku. e. Dalam Pusaran Agresi Militer I Menjelang pertengahan tahun 1947 saat kerajaan Belanda tengah berusaha memulihkan kembali kondisi sosial ekonomi dalam negerinya yang hancur pasca perang dunia II Eropa, dihantam krisis ekonomi yang cukup hebat. Dalam situasi sulit tersebut Belanda memilih mempercepat penguasaan atas Indonesia dengan mengangkat senjata. Atas dasar tersebut 27 Mei 1947 van Mook atas nama Belanda menekan Indonesia agas menjalankan perjanjian Linggarjati. 20 Juni 1947 Belanda memberi instruksi menggunakan jalur kekerasan ke pemerintah Republik Indonesia. 18 Juli 1947 Belanda melakukan agresi militer kepada RI. 20 Juli 1947 menyatakan Belanda tidak terikat lagi perjanjian Linggarjati. Panglima Besar Jenderal Soedirman melalui nota Panglima menyatakan bahwa akan kemungkinan serangan Belanda besar-besaran. Pada tanggal 20 Juli 1947 Kepala Staf TLRI Kesatuan VII, Kapten Jacoeb mendapat laporan bahwa iring-iringan kapal perang Belanda menuju ke arah timur, untuk mendaratkan pasukan di teluk Meneng, Banyuwangi dengan kekuatan lima LCTdan dua LCI yang mengangkut marinir dan KNIL dari Bali. Pada pertengahan 1948 di laksanakan perjanjian Renvilledan diadakan genjatan senjata antara Indonesia dan Belanda dan di tetapkan garis demarkasi. Pada saat itu kota Malang di kuasai Belanda. f. Operasi Menjaga Idiologi Pancasila Pada tanggal 18 September 1948 meletus pemberontakan PKI yang di mulai dari Madiun. Guna menanggulangi di bentuk Komando Gabungan Angkatan Perang dengan pimpinan Mayor Markadi yang membawahi pasukan AD dan AL di daerah Kawedanan Wlingi. Selesai operasi di Wlingi pada bulan November 1948 pasukan-M di perintahkan ke Nganjuk untuk menahan rembesan PKI dari Madiun. g. Menghadapi Agresi Militer II Belanda Sebulan sebelum Agresi militer II Belanda, bulan desember 1948 tawanan Pasukan-M di lepaskan sebagai bentuk pertukaran dengan Belanda sesuai perjanjian Renville. Selama Agresi Militer II, jalan besar membelah sektor antara Wlingi dan Kesamben yang sepenuhnya di kuasai Pasukan-M. Bulan Januari 1948 Mayor Markadi memerintahkan lettu K. Soebagio untuk menghancurkan semua jembatan di Wlingi sehingga mobilitas darat Belanda terganggu. Pada Agustus 1949 sebagai tindak lanjut dari Konferensi Meja Bundar di perintahkan untuk menghentikan tembak menembak di semua medan. Pada 1949-1950 terjadi rekontruksi TNI dengan hasil Pasukan- M/ETSK KRU X Brigade XVI menjadi Kompi D28 TNI AD di Jawa Timur. Pada perkembangan selanjutnya kompi 49 Devisi I berkedudukan di Paiton, Jawa Timur. Pada tahun 1951 anggota Pasukan-M di bubarkandan anggotanya tersebar di Kompi Batalion 509 Resimen 19 dan Batalion 527 Resimrn 18 Devisi I/Brawijaya, sebagiankembali ke AL dan selebihnya di tampung di Corps Tjadangan Nasional (CTN) 7. BAB 7 : Epilog Upaya meraih kemerdekaan memang bukan perkara mudah. Keterlibatan Pasukan- M dalam berbagai pertempuran baik di Bali maupun di Jawa. Perjuangan Pasukan- M tidak terlepas dari konteks perlawanan yang di lakukan oleh masyarakat Bali saat fase konsolidasi kedaulatan RI belum sepenuhnya selesai karena pendudukan Belanda. Ekspedisi Bali merupakan embrio perang rakyat semesta yang menyatukan kekuatan TKR Laut, Darat, Badan-badan perjuangan, Para neleyan serta rakyat Bali. Ekspedisi itu berhasil menggerakkan semangat perjuangan rakyat Bali . Di tanah Jawa Pasukan-M juga mengambil peranan yang tidak kecil, tidak ada keluh kesah atas pengorbanan yang mereka lakukan. Memang pembentukan pangkalan ALRI yang menjadi tujuan utama tidak berjalan mulus. Kisah heroik itu jelas tidak akan pernah hilang dalam memori kolektif masyarakat Bali. Pemerintah inisiatif membangun monumen Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali pada 4 April 1988 di Cekik, Gilimanuk. Sebelum monumen berdiri Pasukan-M telah mendirikan Yayasan Lembah Merdeka sakti. Sejarah tentu akan mengenang semua pengorbanan itu dengan manis, terlebih bagi TNI Angkatan Laut.