Pada masa kerajaan bercorak hindhu-budha dan islam pun, orang cina sudah
tinggal di pesisir bahkan mereka menikah dengan orang jawa
VOC sengaja mendatangkan orang Cina untuk ke Jawa agar mendorong
kemajuan perekonomian di Jawa
Banyak orang Cina yang datang ke Indonesia dengan keadaan yang miskin
Untuk membatasi orang-orang Cina yang datang ke Batavia, VOC
menerapkan aturan yaitu mereka harus mempunyai surat ijin bermukim
(permissiebriefjes) atau disebut surat pas
Apabila mereka tidak mempunyai surat izin, maka mereka akan dibuang ke
Srilanka untuk dipekerjakan di kebun-kebun milik VOC atau dikirim kembali ke
negara asal mereka
Mereka diberi waktu 6 bulan untuk mengurus surat ijin tersebut, dan
biayanya adalah 2 ringgit perorang
Dalam pelaksanaannya mengurus surat ijin terjadi penyelewengan yaitu
mereka disuruh membayar dengan harga yang mahal akibatnya banyak
yang tidak memiliki surat ijin tersebut
VOC bertindak tegas, orang-orang Cina yang tidak memiliki surat ijin
bermukim ditangkap
Orang Cina yang ditangkapi kemudian membentuk gerombolan dan
mengacaukan keberadaan VOC di Batavia
Pada tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia, dan VOC menduga ini ulah dari
gerombolan orang-orang Cina
VOC akhirnya melaksanakan sweeping, memasuki rumah-rumah orang Cina
dan membunuh mereka
Oey Panko atau Khe Panjang (pemimpin China ) berhasil meloloskan diri dan
melakukan perlawanan di berbagai daerah di Jawa Tengah
Di Jawa Tengah Oey Panko dijuluki Ki Sapanjang, nama ini diberikan karena
dia melakukan perlawanan daerah di sepanjang pesisir Jawa
Perlawanan orang Cina ini banyak mendapat dukungan salah satunya dari
Pakubuwa II
Tahun 1741, benteng VOC diserang sehingga banyak korban jiwa
VOC kemudian menyusun taktik yang akhirnya satu persatu pemberontakan
Cina dapat dipadamkan
Pakubuwana II akhirnya melakukan perjanjian damai dengan pihak VOC
karena orang-orang Cina telah kalah
Mangkubumi VS Masaid
Perlawanan VOC terhadap Mangkubumi dan Mas Said terjadi selama 20 tahun
Persahabatan antara Pakubuwana II (Kerajaan Mataram) dan VOC
menimbulkan kekecewaan pada Mas Said, sehingga dia melakukan
perlawanan
Raden Mas Said dulunya adalah seorang Gandek Kraton (pegawai rendahan
di Istana)
Perang Tondano 1
1.
2.
Perang Tondano 2
Terjadi abad ke 19
Latar belakang perang ini pada saat Daendels menjadi gubernur belanda (dia
mendapat mandat mempertahankan Jawa dari Inggris) salah satunya adalah
pada saat perekrutan tenaga pribumi untuk membantu belanda melawan
inggris (mereka yang dipilih adalah suku-suku yang memiliki keberanian
berperang)
Suku-suku yang dianggap pemberani seperti orang dayak, madura dan
minahasa
Dari minahasa di target mengumpulkan pasukan sejumlah 2.000 orang yang
akan dikirim ke Jawa, tetapi orang-orang Minahasa tidak setuju dengan usul
tersebut
Akhirnya banyak pemimpin desa Minahasa yang meninggalkan rumah dan
memerangi VOC
Mereka memusatkan perjuangannya di Tondano
Salah satu pemimpin perang tersebut bernama Ukung Lonto (ia menegaskan
bahwa rakyat harus memerangi VOC sebagai bentuk penolakan perekrutan
pegawai dan menolak memberikan beras secara cuma-cuma)
Akhirnya tanggal 23 Oktober 1808 terjadi perang antara rakyat minahasa vs
VOC di Tondano, Minawanua
Belanda membendung lagi sungai temberan
Prediger (salah satu orang VOC) menyusun 2 pasukan kuat untuk menyerang
orang Minahasa
Pasukan 1 menyerang Danau Tondano, pasukan 2 menyerang Minawanua
Pasukan I berhasil merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau
dengan perkampungan Minawanua, sehingga menerobos pertahanna orangorang Minahasa di Minawanua (walaupun malam, pasukan minahasa pantang
mundur menyerang VOC) danVOCpun sempat kewalahan
Tanggal 24 Okt 1808, pasukan belanda dari Barat membordir kampung
pertahanan Minawanua (Belanda terus melakukan serangan sehingga
kampung tersebut seperti tidak ada lagi kehidupan), Prediger pun akhirnya
menggendorkan serangan
Tetapi, tiba-tiba orang Tondano muncul dan menyerang akibatnya banyak
korban yang berjatuhan dari VOC
Pasukan bbelanda ditarik mundur, seiring dengan itu Sungai temberan yang
dibendung meluap sehingga mempersulit VOC sendiri (tersebar berita juga
bahwa kapal besar belanda yang paling besar tenggelam di Danau_
Perang Tondano II berlansung lama sampai dengan 1809
Dalam suasana kekurangan makanan ada pejuang Minahasa yang akhirnya
memihak belanda
Akhirnya tanggal 4-5 agustus 1809, benteng Moraya hancur bersama
pejuang yang akan mempertahankannya
Akhirnya para pejuang tersebut memilih mati daripada menyerah kepada
VOC
Perang Padri
Perang Padri terjadi di Minangkabau , Sumatera Barat yaitu tahun 1821-1837
Perang Padri terjadi antara Kaum adat dan kaum Islam
Perang ini bermula adanya pertentangan antara kaum padri dan kaum adat
telah menjadi pintu masuk bagi campur tangan Belanda
Perlu dipahami Masyarakat Sumatera barat telah memeluk islam, tetapi
sebagian masyarakat masih memegang teguh adat yang kadang
bertentangan dengan ajaran Islam
Tahun 1803,datanglah 3 orang ulama yang baru saja melaksanakan ibadah
haji, mereka adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang
Mereka datang untuk melakukan pemurnian ajaran Islam di Minangkabau ini
(yang disebut kaum padri)
*kaum padri ini oleh belanda disebut sebagai padre yang menunjuk pada
orang islam yang berpakaian putih, karena orang adat minangkabau
menggunakan pakaian hitam
Dalam melaksanakan pemurnian ajaran islam, kaum padri menentang kaum
adat (seperti berjudi, minum-minuman keras, menyabung ayam)
Kaum adat yang didukung pejabat menolak ajaran padri akhirnya terjadilah
pertentangan diantara mereka
Fase pertama (tahun 1821-1825)
September 1821, pos simawang menjadi sasaran paderi
Rakyat padri menggunakan tombak dan parang
Sedangkan belanda dan adat menggunakan senjata lebih modern seperti
meriam dan senjata api
1823 Padri bisa mengalahkan tentara Belanda di kapau
Kesatuan Padri kemudian berpusat di Bonjol, pemimpin mereka yang terkenal
bernama Peto Syarif
Karena pasukan padri berhasil menguasai pasukan Belanda, akhirnya
Belanda kewalahan dan mengambil strategi untuk berdamai
26 januari 1824, terjadilah perundingan damai yang mana perundingan ini
terkenal dengan nama Perjanjian Masang
Tetapi perundingan damai tersebut di ingkari oleh Belanda karena Belanda
menyerang pasukan padri
Fase II (1825-1830)
Karena tahun ini Belanda menghadapi perang Diponegoro, akhirnya Belanda
ingin mengakhiri perang dengan Padri
Awalnya Pasukan Padri yang dipimpin oleh Imam Bonjol menolaknya, tetapi
atas bantuan Sulaiman Aljufri (saudagar Arab) akhirnya imam bonjol mau
menyepakati perundingan damai tersebut
15 November 1825, terjadilah perjanjian Padang yang isinya:
1. Belanda mengakui kekuasaan pimpinan Padri
2. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang
3. Kedua belah pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang
sedang melakukan perjalanan
4. Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam
Fase III (1830-1837)
Kaum Padri mendapat simpati dari kaum adat
1831, Elout melakukan serangan besar-besaran
1834 belanda menyerang pasukan Imam Bonjol
Tanggal16 Juni 1835, benteng diperbukitan dekat bonjol di hujani meriam
Belanda mengajak berdamai lagi, tetapi Imam Bonjol mau menerima asal
Rakyat Bonjol dibebaskan dari kerja paksa tetapi pihak Belanda tidak
memberikan jawaban
Sampai tahun 1836, benteng Bonjol berhasil di pertahankan tetapi pasukan
mereka satu persatu di serang Belanda dan hal ini memperlemah posisi
mereka
Okt 1837, belanda menyerang Bonjol dan 25 Okt 1837 Imam Bonjol di
tangkap dia dibuang ke Cianjur, kemudian ke Ambon , dan Manado
Sampai akhirnya 6 November 1864 Imam Bonjol meninggal
Perang Diponegoro
Abad 19 keadaan di Jawa khususnya Surakarta dan Yogyakarta sangat
memprihatinkan
Belanda selalu intervensi pemerintahan kerajaan di Jawa akibatnya gaya
hidup mereka berubah, seperti minum-minuman keras
Rakyat juga banyak diperas akibatnya mereka semakin menderita karena
mereka harus membayar pajak, bahkan ibu-ibu yang menggendong anaknya
di jalan umum harus membayar pajak
Dalam penderitaan rakyat muncul bangsawan di kerajaan dia adalah anak
dari Pakubuwana III yaitu Raden Mas Ontowiryo atau Pangeran Diponegoro
Insiden Anjir
1823, smissaert dan patih danurejo memerintahkan untuk membuat jalan
dan memasang anjir (patok)
Secara sengaja pemasangan anjir ini melewati pekarangan milik pangeran
Diponegoro di tegalrejo tanpa ijin
Diponegoro memerintahkan rakyat untuk mencabut anjir, tetapi danurejo
memasang kembali anjir tersebut
Dengan keberaniannya anjir tersebut dicabut kembali oleh pengikut
diponegoro dan di ganti sama tombak
Akhirnya tanggal 20 Juli 1825, meletuslah perang Diponegoro
Rakyat tegalrejo berduyun-duyun berkumpul dan mereka membawa
persenjataan perang seperti tombak, pedang, lembing
Belanda membungihanguskan tentara pribumi, akhirnya diponegoro
menyingkir ke bukit selarong
Untuk mengawali perlawanannya pangeran Diponegoro membangun benteng
pertahanan di Gua Selarong dan beliau mendapat dukungan dari masyarakat
luas
Pangeran Diponegoro akhirnya melaukan langkah-langkah seperti:
Merencanakan serangan ke keraton
Mengirim kurir kepada bupati dan ulama agar mempersiapkan perang
melawan belanda
Menyusun daftar nama Bangsawan siapa yang lawan dan siapa yang kawan
Membagi kawasan perang
Dengan taktik yang demikian, diponegoro mendapatkan banyak kemenangan
Beberapa pos Belanda dapat dikuasai
Perluasan perang Diponegoro pun meluas sampai ke daerah Banyumas,
Kedu, Pekalongan, Semarang dan Rembang, Madiun , Magetan, Kediri
Perang Diponegoro menggerakkan seluruh kekuatan Jawa sampai akhirnya
perang ini disebut Perang Jawa
Sasaran belanda yaitu pos pertahanan pangeran Diponegoro di Gua Selarong
tanggal 4 Oktober 1825, tetapi ternyata pos tersebut sudah dikosongkan
(bagian dari strategi diponegoro)
Perang Bali
Sejak abad ke 19 Belanda sudah menjalin hubungan dagang dengan Bali
2 misi Belanda di bali ada 2 yaitu urusan politik dan ekonomi
Urusan ekonomi berjalan lancar, tetapi misi politik agak tersendat karena ajaraja di Bali menerapkan hak Tawan Karang
Akhirnya belanda mendekati raja-raja tersebut untuk mencabut hak tawan
karang
Kecuali Raja Buleleng dan Karangasem tidak mencabut hak tersebut
Belanda meminta ganti rugi terhadap perampasan kapal milik Belanda
tersebut
Atas usul patih I Gusti Ketut Jelantik, Raja Gusti Ngurah Made Karangasem
menolak permintaan Belanda
Akhirnya terjadilah perang
Selama dua hari para pemimpin, prajurit, dan rakyat Buleleng berperang
mati-matian
Mengingat persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya pasukan Buleleng
semakin terdesak
Benteng pertahanan Bulelng jebol dan Ibukota Singaraja di kuasai Belanda
Akhirnya patih jelantik terpaksa mundur sampai ke desa jagaraga
Sampai akhirnya pasukan Buleleng disuruh untuk menandatangani perjanjian
tanggal 6 Juli 1946, yang isinya:
1. dalam waktu 3 bulan raja buleleng harus mengancurkan benteng
pertahannya dan tidak boleh membangun benteng lagi
2. Raja buleleng harus membayar biaya perang sebesar 75.000 gulden, dan raja
harus menyerahkan patih jelantik kepada belanda
3. Belanda diijinkan menempatkan pasukannya di Buleleng
Perjanjian tersebut akhirnya di langgar oleh raja buleleng
Dia justru membangun benteng di desa jagaraga sebagai pertahanan dan
masih melaksanakan tawan karang
Tahun 1847 ada kapal asing yang singgah di bali, dan dirampas oleh rakyat
bali
Sudah tentu belanda sangat marah dengan keadaan ini, dan meminta raja
buleleng untuk menepati perjanjian tetapi malah raja buleleng tidak menuruti
aturan belanda. Akhirnya terjadilah perang
Tanggal 8 Juni 1848, Belanda menyerang benteng jagaraga dengan tembakan
meriam
Tetapi pasukan buleleng bisa menghalau tembakan tersebut, justru banyak
pasukan Belanda yang luka-luka akibat gelar supit urang oleh Patih jelantik
Belanda akhirnya mundur tetapi mempersiapkan perang lebih dasyat agar
bisa menang
Pada tanggal 15 April 1849 semua kekuatan Belanda dikerahkan untuk
menyerang Jagaraga.
Tanggal 16 April sore hari semua kekuatan di Jagaraga dapat dilumpuhkan
oleh Belanda.
Runtuhlah Benteng Jagaraga, sebagai pertanda lenyapnya kedaulatan rakyat
Buleleng.
Raja Buleleng diikuti I Gusti Ktut Jelantik dan Jero Jempiring menyingkir ke
Karangasem.
Mereka tertangkap dan terbunuh dalam upaya untuk mempertahankan diri.
Dengan terbunuhnya Raja Buleleng dan Patih Ktut Jelantik maka jatuhlah
Kerajaan Buleleng ke tangan Belanda
Perang Banjar
Di Kalsel ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan banjarmasin atau
Kerajaan banjar
Kerajaan ini terkenal dengan intan, emas, lada, rotan, dan damar. Salah satu
pihak asing yang berambisi menguasai banjar adalah Belanda
Tahun 1817 telah ada perjanjian antara Sultan Sulaiman (raja banjar) dengan
Belanda, salah satu isinya adalah sulaiman harus menyerahkan wilayah
banjarmasin kepada belanda
Dengan wilayah yang semakin sempit, banyak yang masala, seperti
penghasilan mereka semakin kecil dan Rakyat pun menjadi menderita akibat
pajak yang dibebankan mereka
Dalam keadaan yang serba sulit, ada pula masalah intern dalam kerajaan
(intervensi Belanda)
Permasalahan lain timbul juga yaitu kematian yang tiba-tiba Putera mahkota
Abdul Rahman
Sementara Sultan Adam memiliki kandidat sevagai penggantinya yaitu:
Pangeran Hidayatullah (didukung pihak istana dan mengantongi surat wasiat
sebagai pengganti sultan adam), Pangeran Tamjidillah (didukung Belanda),
dan Prabu Anom (didukung Mangkubumi)
Tahun 1857, Sultan Adam meninggal dan Belanda mengangkat Tamjidillah
sebagai pengganti dan Hidayatullah sebagai Mangkubumi (padahal menurut
wasiat tidak sesuai)
Oleh karena itu wajar jika banyak rakyat yang protes dan kecewa
Tamjidillah memiliki peragai yang tidak baik(suka minum-minuman keras,
menghapus hak istimewa pada saudaranya termasuk tidak menganggap
surat wasiat dari Sultan adam, keadaan di istana pun semakin memburuk)
Salah satu gerakan protes yang dilontarkan masyarakat datang dari Penghulu
Abdulgani
Ada salah satu masyarakat yang protes juga dia bernama Aling (Panembahan
Muning), dalam semedinya dia berfirasat kesultanan banjar sebaiknya
dipimpin oleh Pangeran Antasari (sepupu hidayatullah, karena dia juga
keturunan raja banjar)
Omongan Aling semakin membuat kacau kerajaan, dan dia mendirikan
gerakan Tambai Mekah (Serambi Mekkah) dan banyak pengikutnya, karena
dia dianggap sakti
Aling memanggil Antasari untuk bergabung dan memang Antasari juga
berniat untuk menggulingkan Tamjidillah dan VOC
Antasari selain di dukung oleh Aling dia juga dapat dukungan dari pemimpin
orang Dayak (Sultan Pasir&Tumenggung Surapati)
Tanggal 28 April 1859, Aling dan Kuning menyerbu kawasan Pengaron
Walaupun gagal menduduki benteng, tapi Aling dan pengikutnya berhasil
membakar kawasan tersebut dan pemukiman orang-orang Belanda yang ada
di Pengaron
Karena Tamjidillah tidak mampu memerintah dan banyak rakyat yang kecewa
akhirnya tanggal 25 Juni 1859 dia mengundurkan diri dan menyerahkan
Banjar kepada Belanda
Antasari beserta para Ulama yang mendukung dia berhasil menduduki
benteng Belanda di Tabanio
Semua para pejuang Banjar (termasuk Hidayatullah) mengucapkan sumpah
Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing para pejuang tidak akan menyerah
sampai titik darah penghabisan
Belanda sebenarnya mau mengajak Hidayatullah untuk bersatu dan akan
dijadikan Sultan banjar, tetapi karena Hidayatullah mengetahui akal licik
Belanda ia justru memilih untuk memerangi Belanda
Belanda pun memperkuat pasukan dan mendirikan benteng pertahanan
*perlu diketahui bahwa setelah Hidayatullah pergi dari martapura dia
diangkat sebagai Sultan
Hidayatullah menyatakan perang jihad fi sabilillah terhadap Belanda
Karena jumlah pasukan dan senjata belanda lebih unggul pasukan
Hidayatullah bersama yang lain berhasil dipukul mundur
Tanggal 28 Februari 1862, Hidayatullah berhasil ditangkap dan diasingkan di
Cianjur Jabar (berakhirlah perang Hidayatullah)
Di pihak lain, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangannya
Belanda berhasil memukul mundur pasukan antasari dan memindahkan
pertahanannya di hulu sungai teweh
Aceh Berjihad
Perang Aceh terjadi tahun 1873 1912
Aceh memiliki tempat yang strategis dan hasil bumi yang melimpah seperti
lada, hasil tambang, dan hasil hutan oleh karena itu belanda ingin
menguasainya
Strateginya belanda adalah dengan politik adu domba
Salah satu hal yang merugikan Aceh adalah adanya traktat sumatera (Inggris
memberikan kebebasan kepada belanda untuk memperluas wilayahnya
sampai Sumatera)
Hal ini merupakan ancaman bagi sultan Aceh
Aceh minta bantuan senjata kepada Turki, Italia, As
Langkah aceh diketahui oleh belanda, yang membuat belanda
mengultimatum agar aceh tunduk kepada Belanda
26 maret 1873 terjadilah pertempuran antara aceh dan belanda (karena Aceh
tidak menghiraukan ultimatum tersebut)
Aceh di pimpin oleh Sultan mahmud Syah II
Persiapan aceh antara lain: membangun pos pertahanan di sepanjang pantai
aceh
14 April 1873 terjadi pertempuran sengit antara pasukan Aceh dibawah
pimpinan Teuku Imeum Lueng Bata melawan tentara Belanda di bawah
pimpinan Kohler untuk memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman
Dalam perang pertama pasukan Belanda berhasil dipukur mundur
Pada tanggal 9 Desember 1873 , Belanda melakukan agresi atau serangan
yang kedua. Serangan ini dipimpin oleh J. van Swieten pertempuran ini terjadi
di masjid Baiturrahman dan tanggal 6 januari 1874, masjid ini dibakar oleh
Belanda
Belanda pun dapat menduduki Istana karena Sultan mahmud
mengkosongkan istana
28 januari 1874 Sultan Mahmud meninggal karena wabah kolera
Jatuhnya masjid dan Istana, belanda mengultimatum bahwa Aceh sudah
menjadi kekuasaan Belanda
Putra mahkota Muhammad Daud Syah sebagai sultan Aceh. Tetapi karena
masih di bawah umur maka diangkatlah Tuanku Hasyim Banta Muda sebagai
wali
Perang Batak
3.
1.
2.
3.
4.
1.