Anda di halaman 1dari 8

Nama : Riri Anjeli

Npm : 19320030
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pegampu : Aditia Arief Firmanto, SH.,MH.

Quiz 5

1. Coba anda uraikan sejarah peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dalam Bela
negara mempertahankan kemerdekaan ? Jelaskan
Jawab:
Semangat bela negara dalam sejarah dapat dilihat pada awal kemerdekaan
1945 ketika segena komponen masyarakat bahu membahu mempertahankan
negaranya pada peristiwa 10 November 1945. Pertempuran surabaya dalam
Periode Perang Kemerdekaan Indonesia merupakan pertempuran yang
memiliki intensitas tinggi (Notosusanto, 195: 92-131). Pertempuran itu
merupakan pertempuran terbesar yag pernah dilakukan Inggris selama
bertugas atas nama Sekutu di Indonesia. Tidak kurnag dari satu divisi yang
terlatih baik dan mempunyai pengalaman baik dalam pertempuran besar,
seperti selama pertempuran Perang Dunia II, serta di dukung dengan
persenjataan lengkap dan modern dikerahkan Inggris untuk menhadapi
pemuda Surabaya yang belum berpengalaman tempur dengan persenjataan
yang digunakan saat itu sangatlah minim dan sederhana.

Pertempuran surabaya memperlihatkan ciri klasik dari sebuah Perang


Kemerdekaan, yakni pertempuran yang tidak seimbang antara negara muda
yang tidak memiliki pengalam bertempur dengan negara tua yang banyak
memiliki pengalaman bertempur. Pertempuran surabaya ini merupakan
klimaks dari rencana sekkutu yang akan datang ke Jawa untuk melucuti tentara
jepang yang kalah perang. Para pemuda beranggapan baha kedatangan sekutu
di boncengi oleh tentara NICA Belanda. Kekuatan para pemuda menghadapi
pihak lawan yang tidak seimbang dalam mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia dapat di lihat dari latar belakang peristwa itu terjadi. Satu aspek
penting yang meninjol adalah faktor semangat juang (berjihad) yang di
kobarkan para muda untuuk mempertahankan Tanah Air nya yang dianggap
sebagai panggilan suci agama.

Semangat juang suci (Resolusi Jihad) yang di kobarkan oleh K.H Hasyim
Asy’ari,tokoh ulama besarJawa Timur, pada 22 oktober 1945, menjadi pemicu
semangat para pemuda dalam pertempuran (nu.r.id). Meskipun para muda dan
elemen masyarakat Surabaya terpaksa meninggalkan kotanya dalam
pertempuran tersebut, namun mereka dapat menunjukkan kegigihan untuk
membela dan mempertahankan kemerdekaanya hingga empat tahun kemudia
saat kedaulatan Indonesia di akui oleh pihak lain.

Hal ini merupakan bagian terpenting dari peristiwa 10 November 1945.


Kronolofi peristiwa bermula saat ketegangan yang terus terjadi antara pihak
indonesia dan penjajah. Disatu sisi pihak indonesia masih berurusan dengan
tentara jepang yang tidak mau menyerahkan senjatanya nya ke Republik, di
sisi lain mengkhawatirkan Belanda akan datang kembali ke indonesia dengan
membonceng pasukan Inggris atau sekutu dan akan menduduki kembali
Indonesia yang baru saja merdeka pada 17 Agustus 1945. Kekhawatiran itu
muncul dimana-mana, termasuk pada pimpinan sosial saat itu karena
diprediksi akan terjadi pertempuran Bangsa indonesia dengan pihak mana pun
yang berusaha menduduki Tanah Air.

Presiden Soekarno sebagai pemimpin bangsa menyurati Hadratussyeikh K.H.


Hasyim Asy’ari yang isinya berupa pertanyaan, “Apa hukumnya orang yang
tidak membela tuhan, tidak membela agamanya, tapi berjuang untuk
mempertahankan negara dari serangan sekutu?” Pertanyaan tersebut dijawab
oleh dang kiai, “Hukumnya adalah wajib” dan Sejak itu muncul semangat
jihad yang akhirnya melahirkan semangat juang suci yang menggelorakan
pertempuran surabaya. Dalam pidatonya, K.H. Hasyim Asy’ari menggelorakan
semangat juang suci dihadapkan para peserta Muktamar Umat islam yang
berlangsung pada 21-22 Oktober 1945. K.H. Hasyim Asy’ari
mensdeklarasikan perang kemerdekaaan sebagai perang suci alias deklarasi itu
diminta untuk disebarkan kepada seluruh warga pesantren dan umat islam.
Syariat Islam menurut Kiai Hasyim tidak akan bisa di jalankan di negeri yang
terjajah. Dalam pertanyaanya ia katakan, “...tidak akan tercapai kemuliaaan
islam dan kebangkitan syariatnya didalam negeri-negeri jajahan”. Kaum
penjajah datang kembali dengan membawa persenjataan dan tipu muslihat
yang lebih canggih lagi. Dikatakannya lagi umat islam harus menjadi
pemberani.
Apakah ada dari kita orang yang suka ketinggalan, tidak turut berjuang pada
waktu-waktu ini, dan kemudian ia mengalami keadaan sebagaimana yang
disebutkan Allah ketika memberi sifat kepada kaum munafik yang tidak suka
berjuang bersama Rasulullah? Demikianlah, maka sesungguhnya pendirian
umat adalah bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan nya
dengan segala kekuatan dan kesanggupan yang ada pada mereka, tidak akan
surut seujung rambut pun. Barangsiapa memihakn kepada kaum penjajah dan
condong kepaa mereka, maka berarti memecah kebulatan umat dan mengacau
barisannya.... maka barang siapa yang memecah pendirian umat yang sudah
bulat, pancunglah leher mereka dengan pedang siapa pun orang itu.

Pesan yang dismapaikan Kiai Hasyim Asy’ari menggelorakan semangat juang


suci masyarakat sasat itu. Segera setelah itu, ribuan Kiai dan santri bergerak ke
surabaya. Pemerintah RI segera meneriakkan perang suci melaewan penjajah
yang ingi berkuasa kembalu. Keadaan itu kontan disambut rakyat dengan
semangat berapi-api. Para Kiai dan pendekar tua itu membentuk barisan
pasukan nonreguler Sabililllah. Para santri dan pemuda berjuang dalam
pasukan Hizbullah. Sementara Kiai para sepuh berada di barisa Mujahidin.
Bersamaan dengan itu badan-badan perjuangan seperti laskar PRI (Pemuda
Republik Indonesia), dan barisan pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI)
pimpinan soetomo (Bung Tomo) Dibentuk. Dengan organisasi ini Bung Tomo
berharap adanya suatu kejutan polistis pada pihak serikat, untuk memperlancar
perundingan-perundingan yang dilakukan oleh pimpinan nasional. Bung Tomi
(BPRI) menerima bantuan pesawat pemancar bergelombang pendek.

Pesawat pemancar radio ini digunakan untuk propaganda RI. BPRI menjadi
sangat terkenal dan menjadi satu-satunya organisasi yang memiliki pemancar
radio yang bernama Radio Pemberontakan. Dismaping memiliki radio, BPRI
juga melatih Barrisan Berani Mati disebut juga jibaku. Mereka dipanggil
secara sukarela lewat Radio Pemberontakan. Mereka medaftar kemudian
dilatih, terutama cara-cara menggunakan bahan peledak untuk menghadapi
kendaraan tempur musuh. Pada umumnya yang di gunakan adalah granat
meriam atau bekas Bom. Dan yang terpenting mereka dibekali dengan tekad
yang teguh yang itu “merdeka ataua mati”. Seandainya mereka mati “langsung
masuk ke surga” dari tempat itu juga. Semanagat bela negara dalam perang
Surabaya melibatkan TNI dan seluruh komponen masyaraka yang berjuang
tanpa pamrih untuk menegakkan kedaulatan negara dan harga diri bangsa
Indonesia.

2. Coba anda uraikan bagaimana bela negara yang dilakukan oleh Panglima Jendral
Soedirman dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan ?
Jawab:

Pada perang mempertahankan kemerdekaan berikutnya, Jendral Soedirman


menjadi figur yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Karakter
kepemimpinan, sikap patriotisme, dan semangat Bela Negaranya, menyatu
dalam jalannya sejarah Revolusi Indonesia. Peristiwa Yogyakarta di serang
Belanda pada 19 Desember 1948 menjadi titik balik dari dilakukannya
perjuangan bersenjata oleh TNI hingga diakui kedaulatan Indoonesia Oleh
Belanda Melalui Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949 yang
membawa keuntungan pada pihak Indonesia.

Panglima Besar Soedirman menyadari bahwa Belanda telah memulai


Agresinya. Panglima Besar Soedirman mengeluarkan perintah kilat No. 1 yang
mengintruksikan segenap jajaran angkatan perang RI untuk melaksanakan
rencana operasi yang telah ditetapkan masing-masing kesatuan TNI
berdasarkan Perintah Siasat Nomor 1 Panglima Soedirman pada 12 Juni 1948,
yang berisi antara lain, bahwa perang gerilya dalam rangka perang rakyat
semesta di gelar diseluruh jawa, dari Banten sampai Banyuwangi, untuk
sepanjang masa.

Perintah kilat dikeluarkan pada 19 Desember 1948, isi perintahnya adalah


sebagai berikut:

a. Kita telah diserang (Agresi Militer II)


b. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang
Kota Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo
c. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata
d. Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan
untuk menghadapi serangan Belanda.

Dipihak Belanda, Panglima Tentara Belanda, Jendral Spoor merumuskan


strategi yang dinamakan speerpunten strategie (strategi ujung tombak).
Strategi tersebutr terdiri dari dua tahap.
a. Tahap pertama yakni tahap penghancuran, dengan menyerang,
merebut, menduduki dan mendayagunakan segala keunggulan daya
tembak, daya gerak, dan keunggulan udaranya.
b. Tahap kedua adalah tahap pasifikasi, tahap pembersihan daerah
dimana pasukan disebar di daerah yang telah dikuasai dan gerakan
pembersihan dilakukan dengan taktik dan teknik VPTL 10.

Semangat Perlawanan TNI dalam Perang Kemerdekaan II itu terpompa


dengan tinggi, karena pimpinan TNI belajar dari pengalaman pahit semasa
Perang Kemerdekaan I tahun 1947 dan merumuskan strategi pertahanan
yang tepat untuk menghadapi Belanda, dan hal itu dapat dilaksanakan
dengan cukup memuaskan. Dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi
agresi Militer kedua, Dalam pidatonya kepada jajaran-jajaran TNI Panglima
Besar Soedirman mengungkapkan:

“Kita beruntung ALLAH SWT telah memberikan kepada kita gunung-


gunung, lembah-lembah, hutan-hutan, sungai-sungai, dan kekayaaan alam
lainnya yangh memungkinkan perang gerilya melawan musuh yang alat
persenjataannya lebih lengkap, dengan jiwa dan semangat perjuangan
yang lebih teguh daripada lawan” (Panglima Besar Jendral Soedirman)

Dalam perang mempertahankan Kemerdekaan itu, faktor Panglima Besar


Soedirman yang tiak ikut tertawan Belanda dan tetap berada diwilayah
gerilya, di tengah-tengah rakyat yang sedang berjuang meskipun secara
nyata tidak menjalankan pimpinan yang sebenarnya, secara psikologis
berpengaruh besar terhadap moril pasukan gerilya TNI. Posisi panglima
cukup kuat, sehingga semula enggan mengadakan penghentian tembak-
menembak pada tahun 1949 dan memenuhi ajakan pimpinan Poitik
Republik melakukan perundingan politik di Bangka dengan Belanda.

Tanpa ada ke relaan untuk meluangkan tenaga dan waktunya bagi


perjuangan bangsa tidak mungkin tujuan perjuangan dapat diwujudkan.
Teladan jendral soedirman tersebut menjadi bagian penting dalam
romantika sejarah Revolusi Infdonesian., untuk mempertahankan
kemerdekaaan. Soedirman dilihat sebagai sosok sederhana, tidak tamak,
paham sejarah kemenangan perjuanga,, ikhlas berjuang, serta rela
berkorban harta benda dan nyawa saat bergerilya dalam rentang wajtu 7
bulan, dengan jarak tempuh gerilya sejauyg 1.010 Kilometer pada Agresi
Militer Belanda II yang dimulai pada Desember 1948.
3. Coba anda uraikan sejarah terbentuknya Pemerintah Darurat RI sebagai penyelamat
Proklamasi kemerdekaan ?
Jawab:
Penyerangan kembali Belanda atas kedudukan Republik Indonesia di
Yogyakarta selalu masuk hitungan para pemimpin RI, baik dari kalangan sipil
atau pun militer.Serangan itu akhirnya datang tak berapa lama sesudah RI
menggulung Front Demokrasi Rakyar (FDR) yang akan menndirikan negara
“Soviet Indonesia” ala negara komunis Rusia. Musso pemimpin FDR,
ditembak mati, dan Amir Syarifuddin beserta beberapa elite komunis ditawan.
Kota Madiun, basis paling kuat mereka, dbebaskan oleh pasukan divisi
Siliwangi.

Belum sempat bernapas lega, RI sudah mengalami Agresi kedua Belanda pada
tahun 1948. Pertempuran yang Asimetris terjadi, Belanda yang bersenjata
lebih kuat, kini telah menemukan musuh rivalnya TNI yang lebih liat.
Akhirnya, ketika para pemimpin tertinggi RI memilih untuk tinggal dan
ditawan, TNI dibawah Pangsar Jendral Soedirman melawan tentara Belanda
dengan taktik perang gerilya. Pada saat kritis tersebut, hal yang kurang
dipikirkan oleh belanda adalah hadirnya kepemimpinan alternatif yang dengan
cepat menggantikan peran Soekarno dan Hatta yannf tertawan.
Ditunjuklah Syafruddin Prawiranegara, Menteri kemakmuran yang sedang
bertugas di Bukit Tinggi, Sumatra, sebagai pemimpin PDRI kala itu. Ia telah
berada disaba sejak November 1948 ketika diajak Wakil Presiden, Mohammad
Hatta ke wilayahbasis Republik Indonesia tersebut. Ketika wapres
menunggalkan kawasan tersebut, Syafruddin tetap tinggal, mempersiapkan
segala sesuatu bila keadaan berubah drastis. Pada pertengahan Desember 1948,
pemimpin India Jawaharlal Nehru, mengirim sebuah pesawat untuk
menjemput Soekarno dan Hatta guna menghadiri Konferensi Inter Asia di
New Delhi. Sejarah berkisah lain, pesawat tak sampai, Belanda menyerbu
Yogyakarta, lau Soekarno dan Hatta pun di tahan.
Selang 4 hari setelah pasca penyerbuan Belanda ke ibukota RI Syafruddin
memproklamasikan berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia pada
22 Desember 1948, setelah mengetahui bahwa Yogyakarta jatuh, Presiden dan
Wakil Presiden ditawan, dan pasukan TNI menyingkir keluar kota untuk
melawan.
Susunan Kabinet PDRI

a. Mr. Syafruddin Prawiranegara: Wakil Ketua merangkap Menteri


Pertahanan Negara dan Penerangan.
b. Mr. Soesanto Tirtoprodjo: Wakil Ketua merangkap Menteri
Kehakiman dan Menteri Pembangunan dan Pemuda.
c. Mr. A.A. Marmis: Menteri Luar Negeri (berkedudukan di New Delhi,
India)
d. Dr. Soekirman: Menteri Dalam Negeri merangkap Meteri Kesehatan.
e. Mr. Loekman Hakim: Menteri Keuangan.
f. Mr I.J. Kasino: Menteri Kemkmurn dan Pengawas Makann Rakyat.
g. K.H. Maskjoer: Menteri Agama.
h. Mr. T. Moh. Hssn: Menteri Pendidikn, Pengajrn dan Kebudayaan.
i. Ir. Indratjahja: Menteri Perhubungan
j. Ir. Mananti Sitompoel: Menteri Pekerjan Umum.
k. Mr. St. Moh. Rasjid: Menteri Perbuuruhan dan Sosial.

Merek pun mundur ke Halaban (kira-kira 16 km Payakumbuh), bersma para


pemimpin provinsi sumatra dan Komandan Militernya, Kolonel Hidayat.
Ditengah hutn Sumatra dan berpindh-pindah, dengan bekl radio penghubung
keduina luar., para pemimpin PDRI ini selalu berusaha menghindar dari
penangkapan pasukan Belanda dan melakukan serangan terhadap propaganda
negtif Belanda atas kedudukan RI. Karena perjuangan para pemimpin PDRI
inilah, Belnda tidak bisa mendiktekan kemauanyya pada dunia internasionl,
bahwa Republik Indonesia telah hilang dari peta bumi. Apalagi pemimpin
miiter, yakni Pangsar Jendral Soedirman yang memimpin gerilya di jawa,
mengakui kepemimpinan PDRI di Sumatra. TNI pun kembali leluasa
menerobos garis Van Mook, yang semula terlarang karerna termaktub dalam
perjanjian Renville.Inilah keuntungan RI yang semula terpojok di kota sempit
di sekitar Jawa Timur, kini memperluas medan pertempurannya.

Sementara itu pada 1 januari 1949 juga membentuk lima wilayah


pemerintahan militer di Sumatra.

a. Aceh, dengan Gubernur Militer Tgk. Daud Beureuh.


b. Daerah tapanuli dn sumatra timur Bagian Selatan dengan Gubernur
Ferdinand Lumban Tobing.
c. Riau, dengan Gubernur Militer R.M Utoyo.
d. Sumatra Barat dipimpin oleh Gubernur Militer Mr. Sultan
Muhmmad Rasjid dengan Wakil Gubernur Militer Letnn Kolonel
Dahlan Ibrahim.
e. Sumatra Selatan dengan Gubernur Militer Sr. Adnan Kapau Gani.

Pembentukkan Militer di Sumatra maupun perlawanan efektif di Jawa


memperlihatkan bagaimana Pemerintahan RI melalui PDRO tetap
mempertahankan diri dan saling berkoordinasi antar pemimpin, sekecil apapun
kontak itu karena terbentang kekurangan saran dan prasarana. Hal ini menjadi
semacam posisi tawa, political leverage yang seimbang sehingga NICA
sebagai perwakilan pemerintahan sipil Belanda di hindia tidak bisa menafikan
PDRI begitu saja. Kebuntuan dalam penyerbuan tak mampu dalm
menaklukkan RI. Disertai pula dengan protes Negara Indonesia Timur (NIT)
melalui PM. Mr. Ida Anak Agung Gde Agung, menjadikan Belanda bersedia
membuka perundingan kembali. Meskipun yang diajak berunding dengan
perantaraan Komisi Jasa Baik (Goodwill Comission) adalah pemimpin
tertawan, Soekarno-Hatta. Namun tanpa adanya PDRI, yang mampu
memobilisasi perlawanan sipil araupun Militer (TNI), tak mungkin Belanda
membuka kesempatan untuk berunding kembali.
Atas usaha Pemerintahan Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan
Indonesia. Pejanjian Roem-Royen- mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya
Soekarno-Hatta dan para tokoh lainnya dibebaskan dan di kembalikan ke
Yogyakarta. Pada 13 Juli 1949, di adakan sidang antara PDRI dengan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah Menteri kedua Kabine. Serah
Terima pengembalian mandat dari PDRI ke pemerintah puuusat secara resmi
terjasi pada 14 Juli 1949 di Jakarta.
4. Coba anda uraikan sejarah Mosi Integrasi Natsir dalam Kulminasi Perjuangan
menuju Negara Kesaruan ?
Jawab:
Sekalipun Belanda merasa telah berhasil mendapatkan hak-haknya atas tanah
dan rakyat Hinidia-Belanda secara maksimal dengan penukarannya berupa
pengakuan kedaulatan republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember
1949, pada diri RIS tersebut masih terjadi persoalan yang pelik. Belanda telah
berhasil memecah RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 dengan
penanaman negara-negara bagian.
Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia Belanda pda Konferensi Meja
Bundar, dirasakan bahwa “bom-bom waktu” telah ditanamkan dalam
perjanjian KMB pada diri Bangsa Indonesia. Tak lama pasca keputusan KMB,
terjadi kekacauan- kekacauan berupa pemberontakan yang mengguncang antar
lain:

a. Munculnya gerakan APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) yang dipimpin


oleh Westerling, seorang serdadu Belanda yang dikenal sebagai “penjagal”
arga Sulawesi Selatan.
b. Pemberontakan Kapten Andi Aziz. Andi Aziz adalah orang Indonesia yang
terlatih sebagai pasukan khusus.

Dua kejadian ini merupakan bom waktu yang bisa diperkirakan di tengah
pertikaian kelompok pro-Federal dan Pro-Unitaris (RI). Namun, dikalangan
masyarakat sendiri maupun partai-partai politik yang ada, terjadi gelombang
ketidakpuasan atas adanya RIS, dan mereka menginginkan dihapuskannya
negara-negara Federal RI untuk dikembalikan lagi kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Pada 7 Maret 1950, Negara Pasundan membubarkan diri, di susul Negara Jawa
Timur, Jawa Tengah, Madura, hingga DPR RIS mengeluarkan berbagai
undang-undang untuk mengabsahkan penggabungan-penggabungan Negara ini
ke pangkuan RI. Ada dua pendapat utama dalam menyikapi penggabungan ini
yakni:

a. Pendapat tokoh PNI Soesanto Tirtoprodjo yang menganjurkan agar negara-


negara bagian yang ada bergabung ke RI, namun pendapat ini rawan
kegoncangan karena akan memunculkan konflik antar negara-negara
bagian.
b. Pendapat dari Mohammad Natsir dari Masyumi, menurutnya yang pokok
adalah pembentukan Negara Kesatuan, bukan penggabungan negara-negara
bagian ke RI atau melalui RIS. Pembentukan negara kesatuan hendaklah
dilaksanakan tanpa menimbulkan konflik, baik antara negara-negara bagian
maupun dalam golongan masyarakat.

Setelah melakukan pendekatan dan Lobbying politik yang alot dengan kepala-
kepala negara bagian dan ketua fraksi lainnya di Parlemen, Natsir
menyampaikan pidato di sidang Parlemen RIS pada 3 April 1950, antara lain:
“Menganjurkan kepada pemerintah supaya mengambil inisiatif untuk
mencari penyelesaian bagi soal-soal yang hangat, yang tumbuh sebagai
akibat perkembangan politik diwaktu yang akhir-akhir ini dengan cara
integral dan program yang tertentu”

Lebih lanjut Natsir menghimbau :

”Sekarang ini seluruh wakil rakyat negara bagian manapun, semuanya


menghendaki terwujudnya Negara Kesatuan, dalam hal ini tidak ada negara
bagian yang satu merasa lebih tinggi dari yang lain, semuanya sama dari
yang lain, marilah negara kesatuan kita dirikan bersama dengan cara semua
negara bagian termasuk juga negara RI jogja dilikuidasi sama sekali dan
marilah atas dasar hak yang sama mosi integral ini sebelum dibicarakan
dalam parlemen diperiksa oleh presiden dan menteri dan parlemen secara
aklamasi menyetujuinya”

Mosi ini kemudian dikenal sebagai “Mosi Integral Natsir” yang didukung oleh
banyak pihak, lalu disusul dengan konferensi antara pihak RIS yang di wakili
Mohammad Hatta dan pihak RI yang diwakili oleh Perdana Menteri Abdul
Halim. Konferensi ini menghasilkan Piagam Persetujuan antara RIS dssn RI
yang di tanda tangani pada 19 Mei 1950 yang isinya:

a. Bahwa kami menyetujui dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama


melaksanakan negara kesatuan sebagai jelmaan RI berdasarkan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 atas pokok-pokok:
 Kedalam : menyempurnakan penghidupan rakyat dan persatuan
bangsa Indonesia
 Keluar : memelihara hubungan baik dengan negara-negara lain.

b. Bahwa kami menyetujui pembuatan UUD sementara bagi negara kesatuan


ini oleh suatu panitia yang dibentuk untuk itu.
Panitia yang terdiri dari pihak RIS, dipimpin oleh Menteri Kehakiman dab
PM Dr. Abdul Halim darin pihak RI, menyelesaikan tugas pada 20 Juli
1950. Rencana UUD NKRI di setujui oleh BP-KNIP RI dalam sidangnya
pada 12 Agustus 1950, dan sidang DPR dan senat RIS pada 14 Agustus
1950. Pada 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menyetujui dan menanda
tangani Rancangan UUD itu menjadi UUD sementara NKRI, atau lebih di
kenal sebagai UUDS 1950. Kemudian pada 17 Agustus 1950, dengan resmi
RIS dibubarkan dan NKRI diproklamasikan oleh Ir.Soekarno terpilih
sebagai Presiden RI dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Cita-cita
sebagai negara dan bangsa yang bersatu telah dipurnakan.

Anda mungkin juga menyukai