Npm : 19320030
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pegampu : Aditia Arief Firmanto, SH.,MH.
Quiz 5
1. Coba anda uraikan sejarah peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dalam Bela
negara mempertahankan kemerdekaan ? Jelaskan
Jawab:
Semangat bela negara dalam sejarah dapat dilihat pada awal kemerdekaan
1945 ketika segena komponen masyarakat bahu membahu mempertahankan
negaranya pada peristiwa 10 November 1945. Pertempuran surabaya dalam
Periode Perang Kemerdekaan Indonesia merupakan pertempuran yang
memiliki intensitas tinggi (Notosusanto, 195: 92-131). Pertempuran itu
merupakan pertempuran terbesar yag pernah dilakukan Inggris selama
bertugas atas nama Sekutu di Indonesia. Tidak kurnag dari satu divisi yang
terlatih baik dan mempunyai pengalaman baik dalam pertempuran besar,
seperti selama pertempuran Perang Dunia II, serta di dukung dengan
persenjataan lengkap dan modern dikerahkan Inggris untuk menhadapi
pemuda Surabaya yang belum berpengalaman tempur dengan persenjataan
yang digunakan saat itu sangatlah minim dan sederhana.
Semangat juang suci (Resolusi Jihad) yang di kobarkan oleh K.H Hasyim
Asy’ari,tokoh ulama besarJawa Timur, pada 22 oktober 1945, menjadi pemicu
semangat para pemuda dalam pertempuran (nu.r.id). Meskipun para muda dan
elemen masyarakat Surabaya terpaksa meninggalkan kotanya dalam
pertempuran tersebut, namun mereka dapat menunjukkan kegigihan untuk
membela dan mempertahankan kemerdekaanya hingga empat tahun kemudia
saat kedaulatan Indonesia di akui oleh pihak lain.
Pesawat pemancar radio ini digunakan untuk propaganda RI. BPRI menjadi
sangat terkenal dan menjadi satu-satunya organisasi yang memiliki pemancar
radio yang bernama Radio Pemberontakan. Dismaping memiliki radio, BPRI
juga melatih Barrisan Berani Mati disebut juga jibaku. Mereka dipanggil
secara sukarela lewat Radio Pemberontakan. Mereka medaftar kemudian
dilatih, terutama cara-cara menggunakan bahan peledak untuk menghadapi
kendaraan tempur musuh. Pada umumnya yang di gunakan adalah granat
meriam atau bekas Bom. Dan yang terpenting mereka dibekali dengan tekad
yang teguh yang itu “merdeka ataua mati”. Seandainya mereka mati “langsung
masuk ke surga” dari tempat itu juga. Semanagat bela negara dalam perang
Surabaya melibatkan TNI dan seluruh komponen masyaraka yang berjuang
tanpa pamrih untuk menegakkan kedaulatan negara dan harga diri bangsa
Indonesia.
2. Coba anda uraikan bagaimana bela negara yang dilakukan oleh Panglima Jendral
Soedirman dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan ?
Jawab:
Belum sempat bernapas lega, RI sudah mengalami Agresi kedua Belanda pada
tahun 1948. Pertempuran yang Asimetris terjadi, Belanda yang bersenjata
lebih kuat, kini telah menemukan musuh rivalnya TNI yang lebih liat.
Akhirnya, ketika para pemimpin tertinggi RI memilih untuk tinggal dan
ditawan, TNI dibawah Pangsar Jendral Soedirman melawan tentara Belanda
dengan taktik perang gerilya. Pada saat kritis tersebut, hal yang kurang
dipikirkan oleh belanda adalah hadirnya kepemimpinan alternatif yang dengan
cepat menggantikan peran Soekarno dan Hatta yannf tertawan.
Ditunjuklah Syafruddin Prawiranegara, Menteri kemakmuran yang sedang
bertugas di Bukit Tinggi, Sumatra, sebagai pemimpin PDRI kala itu. Ia telah
berada disaba sejak November 1948 ketika diajak Wakil Presiden, Mohammad
Hatta ke wilayahbasis Republik Indonesia tersebut. Ketika wapres
menunggalkan kawasan tersebut, Syafruddin tetap tinggal, mempersiapkan
segala sesuatu bila keadaan berubah drastis. Pada pertengahan Desember 1948,
pemimpin India Jawaharlal Nehru, mengirim sebuah pesawat untuk
menjemput Soekarno dan Hatta guna menghadiri Konferensi Inter Asia di
New Delhi. Sejarah berkisah lain, pesawat tak sampai, Belanda menyerbu
Yogyakarta, lau Soekarno dan Hatta pun di tahan.
Selang 4 hari setelah pasca penyerbuan Belanda ke ibukota RI Syafruddin
memproklamasikan berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia pada
22 Desember 1948, setelah mengetahui bahwa Yogyakarta jatuh, Presiden dan
Wakil Presiden ditawan, dan pasukan TNI menyingkir keluar kota untuk
melawan.
Susunan Kabinet PDRI
Dua kejadian ini merupakan bom waktu yang bisa diperkirakan di tengah
pertikaian kelompok pro-Federal dan Pro-Unitaris (RI). Namun, dikalangan
masyarakat sendiri maupun partai-partai politik yang ada, terjadi gelombang
ketidakpuasan atas adanya RIS, dan mereka menginginkan dihapuskannya
negara-negara Federal RI untuk dikembalikan lagi kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pada 7 Maret 1950, Negara Pasundan membubarkan diri, di susul Negara Jawa
Timur, Jawa Tengah, Madura, hingga DPR RIS mengeluarkan berbagai
undang-undang untuk mengabsahkan penggabungan-penggabungan Negara ini
ke pangkuan RI. Ada dua pendapat utama dalam menyikapi penggabungan ini
yakni:
Setelah melakukan pendekatan dan Lobbying politik yang alot dengan kepala-
kepala negara bagian dan ketua fraksi lainnya di Parlemen, Natsir
menyampaikan pidato di sidang Parlemen RIS pada 3 April 1950, antara lain:
“Menganjurkan kepada pemerintah supaya mengambil inisiatif untuk
mencari penyelesaian bagi soal-soal yang hangat, yang tumbuh sebagai
akibat perkembangan politik diwaktu yang akhir-akhir ini dengan cara
integral dan program yang tertentu”
Mosi ini kemudian dikenal sebagai “Mosi Integral Natsir” yang didukung oleh
banyak pihak, lalu disusul dengan konferensi antara pihak RIS yang di wakili
Mohammad Hatta dan pihak RI yang diwakili oleh Perdana Menteri Abdul
Halim. Konferensi ini menghasilkan Piagam Persetujuan antara RIS dssn RI
yang di tanda tangani pada 19 Mei 1950 yang isinya: