Dapartemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
BAB I
Pendahuluan
Kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan diplomasi semata. Anugerah ini bahkan harus
digenggam dengan menguras darah dan air mata. Dan berkat kerja keras para pejuang dan
pendiri bangsa yang tiada henti-hentinya berjuang & berdoa untuk mewujudkan negeri yang
merdeka tanpa adanya tekanan bangsa asing.
Bulan november selalu menjadi bulan yang dikenang dalam perjuangan bangsa Indonesia
untuk lepas dari cengkeraman bangsa luar. Pada bulan ini tepatnya pada 10 november 1945,
terjadi perang besar-besaran di Surabaya dalam melawan sekutu yang kemudian hari tersebut
diperingati sebagai Hari Pahlawan. Mengingat jarak dari Malang dan Surabaya yang cukup
dekat, maka banyak Arek Malang yang juga turut berjuang dalam perang tersebut, salah
satunya adalah Laskar Sabilillah yang dipimpin oleh KH Masjkur. Perlawanan yang
dilancarkan laskar ini didahului oleh Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh K.H Hasyim
Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) pada 22 oktober 1945. Inti dari Resolusi Jihad
tersebut ialah fardhu ‘ain bagi kaum Muslimin dalam jarak safar yang memperbolehkan qasar
menurut Madzhab Syafi’i adalah 94KM untuk berjihad dan fardhu kifayah bagi yang
diluarnya. Selanjutnya berbagai laskar yang pada waktu itu sudah berdiri pun melakukan
untuk usaha memperjuangkan kemerdekaan ini dan menggalang kekuatan Umat Islam untuk
melakukan Jihad Fisabilillah.Laskar yang sudah ada Di Jawa Timur dan salah satunya ialah
Laskar Sabilillah / Barisan Sabilillah pun angkat senjata untuk melawan sekutu.Adanya
Resolusi Jihad ini berhasil memompa dan mengobarkan perjuangan dan nasionalisme rakyat
khususnya kaum Muslimin. Berbondong-bondonglah para santri membentuk beberapa laskar
termasuk Laskar Sabilillah yang datang dari berbagai daerah dengan berjalan kaki hingga
berkereta api ke Surabaya untuk melakukan Jihad Fisabilillah.
Barisan Sabilillah yang artinya Barisan Di Jalan Allah terbentuk pada tahun 1943 di
Malang,Jawa Timur pendirinya ialah K.H Masjkur, Beliau adalah ulama NU dan Mantan
Ketua Umum Nahdlatul Ulama selama empat periode.Beliau lahir di Singosari,Malang pada
30 Desember 1904 beliau besar di keluarga pemeluk Islam yang taat bahkan dalam usia
sembilan tahun K.H Masjkur sudah menunaikan Ibadah Haji,Beliau merupakan ulama yang
sudah malang melintang dalam perjuangan kemerdekaan beliau juga tergabung dalam
anggota sidang PPKI dan juga pernah menjabat sebagai Mentri Agama pada saat Kabinet
Amir Syarifuddin dan Kabinet Hatta II. Beliau juga perancang pembuatan Al-Qur’an
raksasa.Pada saat membentuk Barisan Sabilillah K.H Masjkur sedang menjabat sebagai
Ketua Nahdlatul Ulama Cabang Malang.
Barisan Sabillillah terbentuk pada masa Penjajahan Jepang yang pada saat itu sudah mulai
kewalahan dalam menghadapi Sekutu. Sehingga Jepang mendirikan dan melatih para pemuda
untuk menguasai militer dengan tujuan membantu Jepang dalam menghadapi Perang Asia
Timur Raya. Jepang pada saat itu merangkul para Ulama-ulama untuk mengerahkan santrinya
agar mengikuti kegiatan pelatihan militer dan Ulama seperti K.H Hasyim Asy’ari pun
menyetujuinya asalkan pemuda ditempatkan di tanah air bukan di luar negeri karena jika
ditempatkan di Tanah Air berarti para pemuda sedang mempertahankan tanah airnya sendiri.
Selain membentuk PETA (Pembela Tanah Air) Jepang juga mengijinkan para pemimpin
ormas Islam yang terdiri dari Muhammadiyah,Nahdlatul Ulama (NU),PSII dan lain-lain yang
tergabung dalam Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) untuk membentuk barisan
relawan yang terdiri dari pemuda-pemuda Islam yang tidak bisa tergabung di PETA.
Landasan utama perjuangan Laskar rakyat ini adalah Al-Qur’an dan AhSunnah sebagai
landasan hidup. Dalam ajaran Agama Islam kedzaliman serta kebatilan harus dihilangkan.
Dengan semangat cinyta tanah air dan keinginan untuk merdeka dari bangssa asing dan
menentukan nasib sendiri maka terbentuklah Barisan Sabilillah.
Dalam bidang kerohanian para prajurit Sabilillah dan Hizbullah selama latihan mereka
dibawah bimbingan sejumlah ulama antara lain : K.H Mustafa Khamil dari Jawa Barat untuk
pembinaan jasmani,K.H Mawardi dari Solo untuk bimbingan Ketauhidan,K.H Imam
Zarkasyi,Kyai Mursyid,Kyai Syahiddan K.H Abdul Halim untuk bidang pilitik dan K.H
Thohir Dasuki untuk pelatihan bidang Sejarah.
Sebagai tanda lulus dari pelatihan mereka akan mendapat semacam sertifikat yang di
tandatangani oleh Ketua Masyumi yaitu KH.Hasyim Asy’ari.dan secara umum mereka
mempunyai kewajiban untuk “Tiap-tiap anggota yang sudah dilatih hendaklah berjanji
bahwa diri dan tenaganya diserahkan bulat-bulat kepada Masyumi”.
Anggota Laskar Sabilillah terdiri dari pemuda-pemuda Muslim dari berbagai daerah di Jawa
Timur,Jawa Tengah, Jawa Barat bahkan luar Jawa. Yang terbanyak ialah berasal dari Malang
bahkan di Kota Malang terdapat satu monumen yang dibangun untuk memperingati dan
mengenang perjuangan Laskar Sabilillah. Monumen ini memiliki bentuk sebagai Masjid dan
diberi nama “Masjid Sabilillah’ .Letaknya cukup strategis karena berada di salah satu jalan
protokol yaitu Jalan Ahmad Yani, Kota Malang. Pada saat Peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya saat terjadi perang besar-besaran melawan sekutu yang kemudian diperingati
sebagai Hari Pahlawan banyak sekali anggota Sabilillah yang berasal dari Malang berangkat
ke Surabaya untuk bertempur berjuang mempertahankan kemerdekaan. Mengingat jarak dari
Malang ke Surabaya cukup dekat sehingga banyak juga yang berangkat ke ke Surabaya
dengan berjalan kaki.
Malang sendiri menjadi pusat dari Laskar Sabilillah selain karena lokasinya yang sangat
dekat dengan Surabaya, Malang juga mempunyai bentang alam yang cocok untuk dijadikan
basis pertahanan dikarenakan Malang memiliki bentang alam yang bergunung-gunung. Dan
yang sangat penting ialah Malang merupakan tempat asal dari Pendiri Barisan Sabilillah yaitu
K.H Masjkur yang juga sebagai Panglima Barisan Sabilillah.
Kehadiran para ulama dalam perjuangan Pertempuran 10 November ditambah lagi dengan
turunnya KH Masjkur ke medan tempur tak ayal lagi menumbuhkan perasaan yang positif
bagi sejumlah tentara dan menambah semangat para pejuang kemerdekaan. Bung Tomo yang
juga seorang santri pun mengelurkan sebuah pidato yang berhasil membakar semangat rakyat
Surabaya.dimana pidato tersebut di awali dengan Takbir dan kalimat ‘Merdeka’ serta kalimat
‘Merdeka atau Mati’ yang kemudian dijadikan sebagai semboyan perjuangan.
Walau berpusat di Malang, namun anggota Laskar Sabilillah juga berasal dari sejumlah
ulama dan pesantren lain di seluruh wilayah Jawa Timur. Di Surabaya mereka berkumpul dan
bertempur bersama di bawah bendera Laskar Sabilillah dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia dari sekutu yang usianya masih terhitung bulan.
Secara tekad, Laskar Sabilillah merupakan salah satu barisan tentara yang paling kuat. Pada
dasarnya karena berasal dari golongan ulama dan santri, tidak banyak anggota laskar ini yang
memiliki pengalaman perang, selain itu mereka juga hanya menggunakan senjata-senjata
tradisional semata. Oleh karena itu, mereka ditempatkan sebagai salah satu pasukan
pembantu yang membantu menjaga garis pertahanan pasukan Republik Indonesia.
Dengan pengalaman dan persenjataan yang minim, senjata utama laskar ini adalah semangat
dan keberanian yang tinggi serta tekad kuat untuk mempertahankan kemerdekaan. Semangat
ini didasari atas sebuah kalimat yang menyebut hidup mulia atau mati sahid, selanjutnya
istilah ini berkembang di kalangan para pejuang dengan lebih singkat menjadi merdeka atau
mati.Walaupun memiliki moda dan senjatal yang sedikit, namun pada akhirnya Laskar
Sabilillah ini dengan gagah berani maju ke garis terdepan pertempuran untuk meningkatkan
semangat perjuangan para prajurit. Hasilnya, wilayah Surabaya menjadi sangat sulit
ditaklukkan oleh pasukan sekutu karena pertahanan serta perlawanan rakyat yang sangat luar
biasa dan sangat sulit untuk dijebol musuh yang menyebabkan pertempuran berlangsung
berlarut-larut.
Pada akhirnya, pertempuran di Surabaya benar-benar berhenti ketika digelar gencatan senjata
pada 14 oktober 1946. Laskar Sabilillah menunjukkan bahwa perjuangan dan pengorbanan
yang dilakukan oleh umat islam merupakan salah satu penyokong dari bertahannya
kemerdekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Mereka rela mengorbankan harta,waktu
bahkan nyawa mereka demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dan Semboyan hidup
mulia atau mati sahid benar-benar sudah menyatu kedalam jiwa para pejuang Barisan
Sabilillah.
BAB III
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa peran santri dan para ulama sangat besar dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Tanpa dukungan santri dan para ulama mungkin kemerdekaan akan
lebih sulit didapat dan peristiwa 10 November di Surabaya mungkin tidak mendapat
dukungan rakyat sampai sebanyak itu.
Banyak Laskar Umat Islam yang terbentuk dengan tujuan utamanya yaitu mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dan mengusir penjajahan bangsa asing. Salah satunya ialah
Laskar/Barisan Sabilillah yang lahir akibat rasa nasionalisme dan kesadaran untuk
melaksanakan jihad fisabilillah guna mempertahankan tanah air dari serangan bangsa asing.
Barisan Sabilillah mempunyai peran yang sangat besar karena menjadi wadah bersatunya
umat Islam bersatunya antara Ulama dengan santrinya untuk mengumpulkan tekad dan
semangat serta jiwa nasionalisme yang dilandasi rasa keimanan yang kuat untuk turun
kemedan pertempuran.
Banyak sekalali dari mereka yang menjadi korban bahkan tak sedikit juga yang mati syahid
sebagai syuhada.
Kemerdekaan Indonesia tidak bisa lepas dari peran Ulama dan para santri. Barisan Sabilillah
menjadi bukti bahwa peran santri dan ulama tidak hanya dalam bidang Rohani saja namun
dalam perjuangan fisik mereka pun mempunyai peran yang sungguh sangat penting.
Daftar Pustaka
Artikel internet :
-jejakislam.net
-Malang-Merdeka.com/sabilillah-laskar-ulama-dan-santri-pejuang-kemerdekaan-dari-
malang-161104o.html
-Serbasejarah.wordpress.com
-fimadani.com/peran-ulama-dalam-pertempuran/
Buku :
Foto
-Foto Arsip Jogja Library Center : Koran Harian Kedaulatan Rakyat Terbit 9 November
1945