PERJUANGAN BANGSA
Disusun oleh :
Aulia Putri Ananta (06)
Chantika Alma Desita (08)
Dalia (09)
Dewi Anggraeni Kusuma (10)
Naufal Muhammad Ikbar (22)
Sehari setelah Indonesia merdeka, Moh Hatta memanggil empat tokoh muslim
untuk menanggapi keberatan masyarkat non muslim tentang dimuatnya Piagam Jakarta
dalam pembukaan UUD 1945. Demi menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, KH.
Wahid Hasyim mengusulkan agar Piagam Jakarta diganti dengan "Ketuhanan yang
Maha Esa. Kata "Esa berarti keesaan Tuhan (Tauhid) yang ada hanya dalam agama
Islam, dan usul ini diterima. Pada 16 September 1945 tentara Belanda (NICA) tiba
kembali di Indonesia dengan tujuan ingin kembali menguasai Indonesia. Melihat
ancaman tersebut, NU segera mengundang para utusan dan pengurus seluruh Jawa dan
madura dalam sidang Pleno Pengurus Besar pada 22 Oktober 1945. Pada rapat tersebut
dikeluarkan "Resolusi Jihad yang secara garis besar berisi:
Setelah Kabinet Ampera terbentuk (25 Juli 1966), menyusul tekad membangun
dicanangkan UU Penanaman Modal Asing (10 Januari 1967), kemudian Penyerahan
Kekuasaan Pemerintah RI dari Soekamo kepada Mandataris MPRS (12 Februari 1967),
lalu disusul pelantikan Soeharto (12 Maret 1967) sebagai Pejabat Presiden sungguh
merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Gerakan Pemuda Ansor. Luapan kegembiraan
itu tercermin dalam Kongres VII GP Ansor di Jakarta, Ribuan utusan yang hadir seolah
tak kuat membendung kegembiraan atas runtuhnya pemerintahan Orde Lama,
dibubarkannya PKI dan diharamkanya komunisme, Marxisme dan Leninisme di bumi
Indonesia.
Bukan berarti tak ada kekecewaan, justru dalam kongres Vil itulah, rasa tak puas
dan kecewa terhadap perkembangan politik pasca Orla ramai diungkapkan. Seperti
dungkapkan Ketua Umum GP Ansor Jahja Ubald SH, bahwa setelah mulai rampungnya
perjuangan Orde Baru, diantara partner sesama Orba telah mulai melancarkan siasat
untuk mengecilkan peranan GP Ansor dalam penumpasan G 30 S/PKI dan
penumbangan rezim Orde Lama. Bahwa suasana Kongres VII, dengan demikian,
diliputi dengan rasa kegembiraan dan kekecewaan yang cukup mendalam.Kongres VII
GP Ansor berlangsung di Jakarta, 23-28 Oktober 1967. hadir dalam kongres tersebut
sejumlah utusan dari 26 wilayah (Propinsl) dan 252 Cobang (Kabupaten) se-Indonesia.
Hadir pula menyampaikan amanat; Ketua MPRS Jenderal A.H.Nasution; Pejabat
Presiden Jenderal Soeharto; KH. Dr Idham Chalid (Ketua PBNU): H.M.Subchan ZE
(Wakil Ketua MPRS); H. Imron Rosyadi, SH (mantan Ketua Umum PP.GP Ansor) dan
KH. Moh. Dachlan (Ketua Dewan Partai NU dan Menteri Agama RI).
Dalam kongres ini juga merumuskan Penegasan Politik Gerakan sebagai berikut:
Pada masa Orde Baru, Soeharto memaksa NU berfusi dengan faksi Islam lain
dengan membentuk PPP paska pemilihan umum 1971 di mana NU meraih suara
terbesar kedua setelah Golkar. Pembentukan PPP ini mengulang kejadian pembentukan
Masyumi di mana peran NU termarjinalkan oleh faksi Islam modern. Puncaknya pada
Muktamar NU Situbondo pada 1984 dengan dimotori Gus Dur mencoba "menetralkan"
NU dari politik praktis dengan kembali ke khitthah 1926. Selama 14 tahun Gus Dur
mencoba menjaga jarak dengan kekuasaan dan bermain politik bebas aktif dengan
bermain di dua kaki, ikut gerakan pro demokrasi dengan salah satunya mendirikan
Fordem tapi di sisi lain berdampingan dengan lingkar kekuasaan. Masih ingat
pernyataan Gus Dur tentang Mbak Tutut sebagai calon pemimpin masa depan Indonesia
dan menemani safari politik Tutut ke kantong kantong NU. Aktivitas Gus Dur membuat
gerah Soeharto sehingga pada Muktamar di Cipasung Tasikmalaya 1994, mencoba
didongkel dengan pencalonan Abu Hasan namun ternyata gagal.
1) Refleksi reformasi ini berisi delapan butir pernyataan sikap dari PBNU, yaitu:
2) Nahdlatul Ulama memiliki tanggung jawab moral untuk turut menjaga agar
reformasi berjalan kearah yang lebih tepat.
3) Rekonsiliasi nasional jika dilaksanakan harus ditujukan untuk merajut kembali
ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dan dirancang ke arah
penataan sistem kebangsaan dan kenegaraan yang lebih demokratis, jujur dan
berkeadilan,
4) Reformasi jangan sampal berhenti di tengah jalan, sehingga dapat menjangkau
terbentuknya sebuah tatanan baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5) Penyampaian berbagai gagasan yang dikemukakan hendaknya dilakukan
dengan hati-hati, penuh kearifan dan didasari komitmen bersama serta dihindari
adanya pemaksaan kehendak,
6) Kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu harus disikapi secara and dan
bertanggung jawab.
7) TNI harus berdiri di atas semua golongan.
8) Pemberantasan KKN harus dilakukan secara serius dan tidak hanya dilakukan
pada kelompok tertentu.
9) Praktik monopoli yang ada di Indonesia harus segera dibasmi tuntas dalam
setiap praktik ekonomi.
1) Menghimbau kepada semua pihak agar tetap menjunjung tinggi kesatuan dan
pesatuan bangsa.
2) Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan memberdayakan lembaga
3) perwakilan sebagai penjelmaan aspirasi rakyat.
4) Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat sebagai asas perjuangan di dalam
proses pembangunan bangsa.
5) Pelaksanaan reformasi harus diletakkan dalam perspektif kepentingan yang
akan datang.
6) Segera dilaksanakan pemilu oleh pelaksana independent.
7) Penghapusan dwi fungsi ABRI secara bertahap, paling lambat 6 tahun dari
tanggal pernyataan ini dibacakan.
8) Menghapus dan mengusut pelaku KKN, yang diawali dari kekayaan Soeharto
dan kroni-kroninya. 8. Mendesak untuk segera dibubarkannya PAM Swakarsa
Gerakan reformasi harus dijalankan dengan cara-cara yang damai dan menolak
segala bentuk tindakan kekerasan atas nama reformasi, Di berbagai wilayah Indonesia
digelar istighosah yang bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar bangsa
Indonesia dapat segera terbebas dari krisis yang sedang melanda. Istighosah terbesar
yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama diadakan di Jakarta pada bulan Juli 1999,
yang dihadiri tokoh-tokoh nasional. Dengan penyelengaraan istighosah, diharapkan
dapat mempererat silaturahim dan mengurangi ketegangan antar komponen bangsa.
Presiden NU pertama lahir di era ini, yakni KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) seorang
tokoh NU yang kontroversial (baca: pola pikimya sulit dipahami dan sering Meskipun
pemerintahan Gus Dur hanya berlangsung dua tahun, Gus Dur telah berhasil
meletakkan dasar-dasar demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan
dalam dunia internasinal. Dua presiden RI yang disegani oleh Amerika Serikat adalah
Bung Karno dan Gus Dur.
Pada masa Reformasi, NU dari tingkatan pusat hingga daerah semakin tertata
dalam penggodogan" kader-kadernya untuk berkiprah membangun bangsa, namun
masih kurangnya respon distribusi kader (baca: mainstream penokohan) sehingga
sedikit terhambat dalam beberapa hal teknis dan kurang merata. Oleh karena itu sebagal
Jam'iyah NU harus kembali merealisasikan cita-cita luhur dalam pengembangan
keagamaan dan kebangsaan. Memulai dari hal kecil untuk gerakan yang lebih besar,
dari NU untuk Indonesia. NU dikenal sebagai organisasi keagamaan yang mengusung
moderatisme yang rahmatan lil alamin. Islam dalam coraknya NU diapresiasi oleh
banyak kalangan juga berkat konsep tawazunisme, i'tidalisme, dan tawasutisme, namun
dinamis dan kontekstual. Islam tidak hanya ramah terhadap sesama umat Islam tetapi
juga terhadap lainnya, bahkan terhadap seluruh lingkungan. Islam sebagai mayoritas
dapat menjadi pelindung bagi kaum minoritas. Makanya harus terdapat formulasi yang
tepat untuk semuanya itu. Di dalam sistem kenegaraan, maka pilihannya adalah NKRI
dengan asas Pancasila dan UUD 1945.