Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA

NAMA KELOMPOK:

1. ABID
2. AMELIA
3. IRFAN

SMAN 05 KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022-2021


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa penjajahan Belanda yang tidak singkat melahirkan beberapa fase penting dalam blue

print bangsa Indonesia. Salah satu fase penting tersebut adalah masuknya zaman pergerakan

nasional yang dipelopori oleh para cendekiawan Indonesia. Pergerakan nasional menjadi bagian

yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa ini. Lahirnya sejarah pergerakan nasional sendiri

berasal dari kebijakan politik etis yang juga bagian dari kolonialisme Belanda.

Politik Etis merupakan kebijakan yang berawal dari rasa ‘hutang budi’ pemerintah kolonial

Belanda terhadap Indonesia, khususnya karena telah mengisi kembali kekosongan kas negara

Belanda akibat kerugian dari Perang Diponegoro dan Perang Kemerdekaan Belgia. Dengan

demikian, Van Deventer dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Een Eereschuld”atau

“Hutang Kehormatan” mengatakan bahwa orang Indonesia telah berjasa membantu pemerintah

Belanda memulihkan keuangannya meskipun dengan penuh pengertian. Oleh karena itu sudah

sewajarnyalah bila kebaikan budi orang Indonesia itu dibayar kembali.

Hal yang paling tampak dalam upaya Belanda ‘membendung’ semangat nasionalisme

bangsa Indonesia yakni dengan menangkap dan mengasingkan para pemimpin organisasi.

Puncaknya yaitu penangkapan dan pengasingan ketua PNI, Ir. Soekarno ke Boven Digul pada

Februari 1934. Bahwasanya penangkapan dan pembuangan tokoh-tokoh nasionalis sebagai

pelaksanaan politik keras dan pembuangan tokoh-tokoh nasionalis sebagai pelaksanaan politik

keras dan reaksioner pemerintah Hindia Belanda mempunyai dampak kuat pada sifat serta arah

perjuangan kaum nasionalis tidak dapat disangsikan lagi. Perjuangan radikal yang hendak
berkonfrontasi dengan penguasa kolonial pasti menemui kegagalan oleh karena pihak terakhir

memiliki prasarana kekerasan.

Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak

menjadi akhir perjuangan dalam menghadapi ancaman bangsa lain. Melainkan periode awal

kemerdekaan yang menandai masuknya Indonesia ke masa yang baru yaitu masa Perang

Kemerdekaan 1945-1949 atau disebut Revolusi Fisik yakni periode penuh gejolak, ledakan

kekerasan, konflik sosial, perjuangan politik, dan segala sesuatu yang menimbulkan krisis politik

yang membawa distintregrasi orde sosial lama serta merombak struktur kekuasaannya sehingga

akhirnya melahirkan orde sosial politik baru.

Pada periode ini seluruh bangsa ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja

diraihnya lewat serangkaian perjuangan yang panjang dari berbagai macam ancaman yang ada,

terutama ancaman dari pihak Belanda yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia bahkan

ingin menguasainya kembali. Hal ini dibuktikan dengan serangan Belanda yang pertama pada 21

Juli 1947.

Pada masa ini masing-masing daerah di Indonesia mengalami dampaknya, terutama wilayah

yang dianggap penting salah satunya adalah Yogyakarta yang pada tanggal 4 Januari 1946 resmi

dijadikan ibu kota negara. Penetapan sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia

menunjukan bahwa para pejuang Yogyakarta dianggap yang paling tepat untuk diberi tanggung

jawab mempertahankan kemerdekaan.

Belanda menganggap dengan menguasai Yogyakarta maka Indonesia keseluruhan akan

mudah untuk dikuasai. Oleh karena itu, Yogyakarta menjadi sasaran utama bagi pihak Belanda

untuk mencapai maksudnya menguasai kembali bangsa Indonesia. Kondisi negara yang semakin
kacau membuat peran serta rakyat sangat diperlukan untuk berjuang bersama melawan serangan

dari bangsa lain. Militer Indonesia mencanangkan adanya perang total, artinya melibatkan

seluruh lapisan masyarakat. Adanya peran serta rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan

masa perang kemerdekaan merupakan sebuah kekuatan tangguh yang dimiliki Indonesia dengan

mengutamakan nilai persatuan.

Adanya serangan dari bangsa lain dan terancamnya kemerdekaan Indonesia mengundang

keprihatinan dari berbagai lapisan masyarakat untuk ikut membela tanah air. Mengingat

Indonesia adalah negara yang mayoritas agamanya adalah Islam maka ulama mempunyai

peranan penting, paling tidak mampu menggerakkan umat dan rakyatnya tergabung dalam

laskar-laskar rakyat yang dengan penuh semangat melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Keterlibatan mereka khususnya dalam periode perang kemerdekaan (1945- 1949) disamping

secara langsung di dalam berbagai pertempuran sehingga banyak yang gugur sebagai syuhada

juga mereka memberi bekal do’a, petunjuk, nasehat kepada para pejuang, dengan begitu mampu

memantapkan tekad dan mengobarkan semangat perjuangan dalam medan pertempuran. Kaum

ulama dianggap sebagai tokoh kharismatik yang dapat menggerakan masyarakat untuk ikut serta

melawan Imperialisme Belanda maupun gangguan keamanan dari oknum bangsa Indonesia

sendiri dan memberi pengaruh yang besar termasuk berjuang membela tanah air dari rongrongan

penjajah. Hal ini tidak lepas dari berbagai macam kelebihan yang dimiliki oleh seorang ulama,

sehingga mereka memiliki peran yang cukup dominan dan efektif dalam mempersatukan

kelompok-kelompok di dalam masyarakat serta memiliki nilai ganda. Di samping mengandung

nilai kepahlawanan juga mengandung nilai-nilai luhur yang perlu diteladani seperti misalnya

gotong-royong, nilai persatuan dan kesatuan, nilai rela berkorban tanpa pamrih dan sebagainya.
Ulama sebagai salah satu kekuatan sosial masyarakat yang dimiliki oleh Yogyakarta pada

saat itu untuk membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam misi memperjuangkan

kemerdekaan bangsa, baik dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Adapun cara

langsung dilakukan dengan membentuk laskar perjuangan rakyat berbasis islam yakni dengan

didirikannya Hizbullah dan juga Askar Perang Sabil (APS) di Yogyakarta dan cara tidak

langsung dengan melakukan pengajian dan berodoa pada Allah SWT agar Indonesia diberikan

kemerdekaan yang mutlak. Setelah Proklamasi kemerdekaan, para pemimpin Islam dan ulama

banyak tergabung dalam organisasi maupun badan politik Islam. Khususnya di Yogyakarta yang

pada awal kemerdekaan sudah muncul tokoh-tokoh muslim yang besar pengaruhnya tidak hanya

bagi kepentingan agama namun juga kepentingan nasional.

Pada awal tahun 1946 Masyumi cabang Yogyakarta, mengusulkan pada pihak pemerintah

Republik Indonesia (RI) untuk mengijinkan terbentuknya organisasi semi militer guna membantu

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam mempertahankan kemerdekaan. Organisasi semi militer

yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu kesatuan pejuang umat Islam yang sengaja

dibentuk dan bertindak sebagai kekuatan militer.

Bertepatan tanggal 17 Ramadhan 1367 H, diadakan musyawarah yang dipimpin oleh Ki

Bagus Hadikusumo, diawali sholat lail dan Itikaf bermunajat kepada Allah SWT di masjid

Taqwa suronatan Yogyakarta. Hasil dari pertemuan tersebut berdasarkan musyawarah ini

akhirnya diputuskan untuk membentuk badan kelaskaran di bawah pimpinan para ulama dengan

nama Angkatan Perang Sabil, namun kemudian diubah menjadi Askar Perang Sabil (APS) agar

tidak terjadi kekacauan dalam bentuk kesatuan yang ada dalam TNI, karena di dalam

menjalankan tugasnya APS selalu berada di bawah komando TNI.


Pada masa Perang Kemerdekaan, Belanda melancarkan serangannya untuk menjajah

kembali indonesia baik secara militer maupun politik. Namun selama itu pula rakyat Indonesia

terus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah. Selama

empat tahun lebih, Masyumi bersama golongan lain memusatkan perhatian pada perjuangan

mempertahankan kemerdekaan yang masih dirongrong keinginan Belanda untuk kembali

meneruskan penjajahan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan baru berakhir pada desember

1949, setelah perjanjian KMB (Konfrensi Meja Mundar) ditandatangani oleh pemerintah

Indonesia dan Kerajaan Belanda di Den Haag.

Sebagai bentuk penghargaan kepada para anggota APS yang meninggal di medan

pertenpuran maka tepat di depan balai Rukun Warga (RW) Kauman Darussalam didirikan

sebuah monument bertuliskan syuhada fi sabilillah dan di masa selanjutnya dibangun pula

monumen peresmian syuhada fi sabilillah yang bertuliskan tanggal peresmiannya pada 20

Agustus 1995.

Indonesia pasca proklamasi kemerdekan pada tahun 1945 mengalami banyak peristiwa sejarah

khususnya dalam mempertahankan kemerdekaan yng terlah dinantikan selama ini. Pada masa ini

Indonesia dengan segala kekuatan yang ada, berusaha untuk mempertagankan semua itu. Indonesia tak

lepas dari peristiwa revolusi yang terjadi. Istilah revolusi mempunyai makna historis yang sangat

mendalam bagi bangsa Indonesia karena memicu semangat persatuan dari rakyat seluruh Indonesia

dalam menghadapi musuh yang nyata. Menurut Sartono Kartodirdjo, revolusi Indonesia adalah proses

politik yang penuh dengan konflik antara golongan, pemberontakan masa terhadap tatanan

pemerintahan yang ada,disamping sebagai masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Masa revolusi merupakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan kendati banyak korban yang

mungkin berjatuhan. Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa kemerdekaan harus


dipertahankan secara fisik meskipun perang tetap akan dikobarkan. Oleh karena itu, pada masa itupun

menurut Bung Karno dilihat dari tingkatan revolusi, Indonesia berada pada masa revolusi fisik/physical

revolution. Dalam tingkatan ini Indonesia berada dalam fase merebut dan mempertahanan proklamasi

kemerdekaan dari tangan imperialisme dengan mengorbankan darah.

Menurut Anthony J. S. Reid, operasi Jepang untuk menaklukkan Indonesia hanya memakan waktu

dua bulan, Jawa jatuh pada tanggal 8 Maret 1942. Pemerintah Belanda, dengan segala kebanggaan akan

sifat-sifatnya yang kuat, praktis dan efisien, lenyap dalam sekejap. Bagi pihak militer Jepang yang

memerintah Indonesia, memenangkan perang merupakan prioritas di atas segala pertimbangan yang

semata-mata kolonial.

Penjajahan Jepang di Indonesia, lebih bersifat strategis militer karena Indonesia merupakan front

terdepan dalam menghadapi kekuatan Sekutu yang berpusat di Australia, oleh karena itu pemerintahan

Jepang di Indonesia merupakan pemerintahan pendudukan. Jepang menduduki Indonesia dalam rangka

Perang Dunia II. Dengan demikian, penjajahan Jepang sangat berbeda dengan penjajahan Belanda.

Situasi Jepang semakin buruk di dalam bulan Agustus 1944.Akhirnya, Perang Dunia II berakhir

dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa, serta menyerahnya Jepang kepada Sekutu

tanggal 15 Agustus 1945 sebagai akibat dari dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh

Amerika.7Dalam situasi yang demikian pada tanggal 17 Agustus 1945 SoekarnoHatta atas nama bangsa

Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaan.

Berita tentang proklamasi kemerdekaan disebarkan ke seluruh Jawa dalam beberapa jam oleh para

pemuda Indonesia melalui kantor-kantor berita dan telegraf Jepang. Sementara itu di Bandung, berita

mengenai proklamasi mencapai kantor Domei (kantor berita Jepang) di Bandung lewat radio pada 17

Agustus 1945 siang. Dari situ, berita merambat keseluruh kota, diikuti dengan cepat oleh bantahan

resmi dari Jepang satu jam kemudian. Kantor berita Bandung, Tjahaja, dan tidak mungkin
mempublikasikan berita proklamasi karena kombinasi faktor bantahan Jepang, keberadaan pengawas

Jepang di Tjahaja, dan keengganan editor pelaksana. Sebagian wartawan yang masih muda segera

membuat poster besar untuk dipasang di luar bangunan kantor, yang terus menerus dipasang ulang

setelah dicopot oleh pengawas. Pergulatan ini berlangsung untuk beberapa waktu hingga akhirnya para

wartawan menyerah dan memutuskan untuk mencetak sejumlah pamflet.

Penyiaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ke luar negeri pada hari pertama disalurkan

pula melalui Stasion Radio Pemancar Pos Telegraf dan Telepon (PTT) di Dayeuh Kolot. Berita bahwa

Indonesia telah bebas tentu saja adalah berita yang baik, apapun itu artinya. Namun, sebagian besar

orang membutuhkan lebih banyak informasi. Dalam empat atau lima hari berikutnya, informasi mulai

menyebar dan masyarakat Bandung pada waktu itu mulai memiliki gambaran lebih jelas mengenaii apa

yang terjadi. Barulah setelah masyarakat Bandung lebih dalam menerima informasi yang beredar,

masyarakat mulai melambungkan asa lebih tinggi untuk Indonesia yang lebih baik di masa yang akan

datang. Didukung pula oleh semangat yang menggebu-gebu dari para pemuda untuk segera

mengumumkan proklamasi. Setelah proklamasi kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) mengadakan sidang sebanyak tiga kali. Pada sidang PPKI yang ketiga salah satunya

membahas mengenai Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Periode kemerdekaan 1945-1949 merupakan periode dimana rakyat Indonesia berjuang mengusir

pejajah Jepang serta sekutu dan Belanda (NICA) yang mengambil alih kekuasaan Jepang. Di Bandung,

banyak terjadi pertempuran dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berbagai

macam pertempuran banyak terjadi di kota Bandung, seperti peristiwa Bandung Lautan Api,

pertempuran di Jalan Lengkong melawan para sekutu NICA, pertempuran Forkewegg di Jalan Garuda,

dll. Dalam proposal ini, penulis mencoba untuk menuliskan mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana situasi dan kondisi politik di Indonesia pada masa pergerakan nasional

sebelum kemerdekaan?

2. Bagaimana politik islam masa awal kemerdekaan di Yogyakarta?

3. Bagaimana perlawanan rakyat Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan

Indonesia?

4. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan proposal adalah untuk memperluas pengetahuan, menambah berbagai wawasan

serta sumbangsih ilmu pengetahuan tentang berbagai peristiwa. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui situasi dan kondisi politik Indonesia pada masa pergerakan nasional

sebelum kemerdekaan.

2. Untuk mengetahui politik islam masa awal kemerdekaan di Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui bagaimana perlawanan dari rakyat Indonesia untuk mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

4. Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pergerakan Nasional 1900-1942

GAPI sempat mendapat “persaingan” dari GNI yang merupakan suatu kesatuan

politik Dewan Rakyat yang beradi di daerah-daerah luar Jawa. GNI (Golongan Nasional

Indonesia) berdiri pada 10 Juli 1939. Organisasi ini ridak lain diprakarsai oleh Moh.

Yamin, Rasjid, dan Tadjoedin Noer. Tindakan GNI penulis kutip dibawah ini :

Anda mungkin juga menyukai