NAMA KELOMPOK:
1. ABID
2. AMELIA
3. IRFAN
PENDAHULUAN
Masa penjajahan Belanda yang tidak singkat melahirkan beberapa fase penting dalam blue
print bangsa Indonesia. Salah satu fase penting tersebut adalah masuknya zaman pergerakan
nasional yang dipelopori oleh para cendekiawan Indonesia. Pergerakan nasional menjadi bagian
yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa ini. Lahirnya sejarah pergerakan nasional sendiri
berasal dari kebijakan politik etis yang juga bagian dari kolonialisme Belanda.
Politik Etis merupakan kebijakan yang berawal dari rasa ‘hutang budi’ pemerintah kolonial
Belanda terhadap Indonesia, khususnya karena telah mengisi kembali kekosongan kas negara
Belanda akibat kerugian dari Perang Diponegoro dan Perang Kemerdekaan Belgia. Dengan
demikian, Van Deventer dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Een Eereschuld”atau
“Hutang Kehormatan” mengatakan bahwa orang Indonesia telah berjasa membantu pemerintah
Belanda memulihkan keuangannya meskipun dengan penuh pengertian. Oleh karena itu sudah
Hal yang paling tampak dalam upaya Belanda ‘membendung’ semangat nasionalisme
bangsa Indonesia yakni dengan menangkap dan mengasingkan para pemimpin organisasi.
Puncaknya yaitu penangkapan dan pengasingan ketua PNI, Ir. Soekarno ke Boven Digul pada
pelaksanaan politik keras dan pembuangan tokoh-tokoh nasionalis sebagai pelaksanaan politik
keras dan reaksioner pemerintah Hindia Belanda mempunyai dampak kuat pada sifat serta arah
perjuangan kaum nasionalis tidak dapat disangsikan lagi. Perjuangan radikal yang hendak
berkonfrontasi dengan penguasa kolonial pasti menemui kegagalan oleh karena pihak terakhir
Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak
menjadi akhir perjuangan dalam menghadapi ancaman bangsa lain. Melainkan periode awal
kemerdekaan yang menandai masuknya Indonesia ke masa yang baru yaitu masa Perang
Kemerdekaan 1945-1949 atau disebut Revolusi Fisik yakni periode penuh gejolak, ledakan
kekerasan, konflik sosial, perjuangan politik, dan segala sesuatu yang menimbulkan krisis politik
yang membawa distintregrasi orde sosial lama serta merombak struktur kekuasaannya sehingga
Pada periode ini seluruh bangsa ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja
diraihnya lewat serangkaian perjuangan yang panjang dari berbagai macam ancaman yang ada,
terutama ancaman dari pihak Belanda yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia bahkan
ingin menguasainya kembali. Hal ini dibuktikan dengan serangan Belanda yang pertama pada 21
Juli 1947.
Pada masa ini masing-masing daerah di Indonesia mengalami dampaknya, terutama wilayah
yang dianggap penting salah satunya adalah Yogyakarta yang pada tanggal 4 Januari 1946 resmi
dijadikan ibu kota negara. Penetapan sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia
menunjukan bahwa para pejuang Yogyakarta dianggap yang paling tepat untuk diberi tanggung
mudah untuk dikuasai. Oleh karena itu, Yogyakarta menjadi sasaran utama bagi pihak Belanda
untuk mencapai maksudnya menguasai kembali bangsa Indonesia. Kondisi negara yang semakin
kacau membuat peran serta rakyat sangat diperlukan untuk berjuang bersama melawan serangan
dari bangsa lain. Militer Indonesia mencanangkan adanya perang total, artinya melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Adanya peran serta rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan
masa perang kemerdekaan merupakan sebuah kekuatan tangguh yang dimiliki Indonesia dengan
Adanya serangan dari bangsa lain dan terancamnya kemerdekaan Indonesia mengundang
keprihatinan dari berbagai lapisan masyarakat untuk ikut membela tanah air. Mengingat
Indonesia adalah negara yang mayoritas agamanya adalah Islam maka ulama mempunyai
peranan penting, paling tidak mampu menggerakkan umat dan rakyatnya tergabung dalam
laskar-laskar rakyat yang dengan penuh semangat melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Keterlibatan mereka khususnya dalam periode perang kemerdekaan (1945- 1949) disamping
secara langsung di dalam berbagai pertempuran sehingga banyak yang gugur sebagai syuhada
juga mereka memberi bekal do’a, petunjuk, nasehat kepada para pejuang, dengan begitu mampu
memantapkan tekad dan mengobarkan semangat perjuangan dalam medan pertempuran. Kaum
ulama dianggap sebagai tokoh kharismatik yang dapat menggerakan masyarakat untuk ikut serta
melawan Imperialisme Belanda maupun gangguan keamanan dari oknum bangsa Indonesia
sendiri dan memberi pengaruh yang besar termasuk berjuang membela tanah air dari rongrongan
penjajah. Hal ini tidak lepas dari berbagai macam kelebihan yang dimiliki oleh seorang ulama,
sehingga mereka memiliki peran yang cukup dominan dan efektif dalam mempersatukan
nilai kepahlawanan juga mengandung nilai-nilai luhur yang perlu diteladani seperti misalnya
gotong-royong, nilai persatuan dan kesatuan, nilai rela berkorban tanpa pamrih dan sebagainya.
Ulama sebagai salah satu kekuatan sosial masyarakat yang dimiliki oleh Yogyakarta pada
saat itu untuk membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam misi memperjuangkan
kemerdekaan bangsa, baik dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Adapun cara
langsung dilakukan dengan membentuk laskar perjuangan rakyat berbasis islam yakni dengan
didirikannya Hizbullah dan juga Askar Perang Sabil (APS) di Yogyakarta dan cara tidak
langsung dengan melakukan pengajian dan berodoa pada Allah SWT agar Indonesia diberikan
kemerdekaan yang mutlak. Setelah Proklamasi kemerdekaan, para pemimpin Islam dan ulama
banyak tergabung dalam organisasi maupun badan politik Islam. Khususnya di Yogyakarta yang
pada awal kemerdekaan sudah muncul tokoh-tokoh muslim yang besar pengaruhnya tidak hanya
Pada awal tahun 1946 Masyumi cabang Yogyakarta, mengusulkan pada pihak pemerintah
Republik Indonesia (RI) untuk mengijinkan terbentuknya organisasi semi militer guna membantu
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam mempertahankan kemerdekaan. Organisasi semi militer
yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu kesatuan pejuang umat Islam yang sengaja
Bagus Hadikusumo, diawali sholat lail dan Itikaf bermunajat kepada Allah SWT di masjid
Taqwa suronatan Yogyakarta. Hasil dari pertemuan tersebut berdasarkan musyawarah ini
akhirnya diputuskan untuk membentuk badan kelaskaran di bawah pimpinan para ulama dengan
nama Angkatan Perang Sabil, namun kemudian diubah menjadi Askar Perang Sabil (APS) agar
tidak terjadi kekacauan dalam bentuk kesatuan yang ada dalam TNI, karena di dalam
kembali indonesia baik secara militer maupun politik. Namun selama itu pula rakyat Indonesia
terus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah. Selama
empat tahun lebih, Masyumi bersama golongan lain memusatkan perhatian pada perjuangan
1949, setelah perjanjian KMB (Konfrensi Meja Mundar) ditandatangani oleh pemerintah
Sebagai bentuk penghargaan kepada para anggota APS yang meninggal di medan
pertenpuran maka tepat di depan balai Rukun Warga (RW) Kauman Darussalam didirikan
sebuah monument bertuliskan syuhada fi sabilillah dan di masa selanjutnya dibangun pula
Agustus 1995.
Indonesia pasca proklamasi kemerdekan pada tahun 1945 mengalami banyak peristiwa sejarah
khususnya dalam mempertahankan kemerdekaan yng terlah dinantikan selama ini. Pada masa ini
Indonesia dengan segala kekuatan yang ada, berusaha untuk mempertagankan semua itu. Indonesia tak
lepas dari peristiwa revolusi yang terjadi. Istilah revolusi mempunyai makna historis yang sangat
mendalam bagi bangsa Indonesia karena memicu semangat persatuan dari rakyat seluruh Indonesia
dalam menghadapi musuh yang nyata. Menurut Sartono Kartodirdjo, revolusi Indonesia adalah proses
politik yang penuh dengan konflik antara golongan, pemberontakan masa terhadap tatanan
Masa revolusi merupakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan kendati banyak korban yang
menurut Bung Karno dilihat dari tingkatan revolusi, Indonesia berada pada masa revolusi fisik/physical
revolution. Dalam tingkatan ini Indonesia berada dalam fase merebut dan mempertahanan proklamasi
Menurut Anthony J. S. Reid, operasi Jepang untuk menaklukkan Indonesia hanya memakan waktu
dua bulan, Jawa jatuh pada tanggal 8 Maret 1942. Pemerintah Belanda, dengan segala kebanggaan akan
sifat-sifatnya yang kuat, praktis dan efisien, lenyap dalam sekejap. Bagi pihak militer Jepang yang
memerintah Indonesia, memenangkan perang merupakan prioritas di atas segala pertimbangan yang
semata-mata kolonial.
Penjajahan Jepang di Indonesia, lebih bersifat strategis militer karena Indonesia merupakan front
terdepan dalam menghadapi kekuatan Sekutu yang berpusat di Australia, oleh karena itu pemerintahan
Jepang di Indonesia merupakan pemerintahan pendudukan. Jepang menduduki Indonesia dalam rangka
Perang Dunia II. Dengan demikian, penjajahan Jepang sangat berbeda dengan penjajahan Belanda.
Situasi Jepang semakin buruk di dalam bulan Agustus 1944.Akhirnya, Perang Dunia II berakhir
dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa, serta menyerahnya Jepang kepada Sekutu
tanggal 15 Agustus 1945 sebagai akibat dari dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh
Amerika.7Dalam situasi yang demikian pada tanggal 17 Agustus 1945 SoekarnoHatta atas nama bangsa
Berita tentang proklamasi kemerdekaan disebarkan ke seluruh Jawa dalam beberapa jam oleh para
pemuda Indonesia melalui kantor-kantor berita dan telegraf Jepang. Sementara itu di Bandung, berita
mengenai proklamasi mencapai kantor Domei (kantor berita Jepang) di Bandung lewat radio pada 17
Agustus 1945 siang. Dari situ, berita merambat keseluruh kota, diikuti dengan cepat oleh bantahan
resmi dari Jepang satu jam kemudian. Kantor berita Bandung, Tjahaja, dan tidak mungkin
mempublikasikan berita proklamasi karena kombinasi faktor bantahan Jepang, keberadaan pengawas
Jepang di Tjahaja, dan keengganan editor pelaksana. Sebagian wartawan yang masih muda segera
membuat poster besar untuk dipasang di luar bangunan kantor, yang terus menerus dipasang ulang
setelah dicopot oleh pengawas. Pergulatan ini berlangsung untuk beberapa waktu hingga akhirnya para
Penyiaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ke luar negeri pada hari pertama disalurkan
pula melalui Stasion Radio Pemancar Pos Telegraf dan Telepon (PTT) di Dayeuh Kolot. Berita bahwa
Indonesia telah bebas tentu saja adalah berita yang baik, apapun itu artinya. Namun, sebagian besar
orang membutuhkan lebih banyak informasi. Dalam empat atau lima hari berikutnya, informasi mulai
menyebar dan masyarakat Bandung pada waktu itu mulai memiliki gambaran lebih jelas mengenaii apa
yang terjadi. Barulah setelah masyarakat Bandung lebih dalam menerima informasi yang beredar,
masyarakat mulai melambungkan asa lebih tinggi untuk Indonesia yang lebih baik di masa yang akan
datang. Didukung pula oleh semangat yang menggebu-gebu dari para pemuda untuk segera
Indonesia (PPKI) mengadakan sidang sebanyak tiga kali. Pada sidang PPKI yang ketiga salah satunya
Periode kemerdekaan 1945-1949 merupakan periode dimana rakyat Indonesia berjuang mengusir
pejajah Jepang serta sekutu dan Belanda (NICA) yang mengambil alih kekuasaan Jepang. Di Bandung,
banyak terjadi pertempuran dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berbagai
macam pertempuran banyak terjadi di kota Bandung, seperti peristiwa Bandung Lautan Api,
pertempuran di Jalan Lengkong melawan para sekutu NICA, pertempuran Forkewegg di Jalan Garuda,
dll. Dalam proposal ini, penulis mencoba untuk menuliskan mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana situasi dan kondisi politik di Indonesia pada masa pergerakan nasional
sebelum kemerdekaan?
Indonesia?
Tujuan penulisan proposal adalah untuk memperluas pengetahuan, menambah berbagai wawasan
serta sumbangsih ilmu pengetahuan tentang berbagai peristiwa. Adapun tujuan dari penelitian ini
1. Untuk mengetahui situasi dan kondisi politik Indonesia pada masa pergerakan nasional
sebelum kemerdekaan.
kemerdekaan Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA
GAPI sempat mendapat “persaingan” dari GNI yang merupakan suatu kesatuan
politik Dewan Rakyat yang beradi di daerah-daerah luar Jawa. GNI (Golongan Nasional
Indonesia) berdiri pada 10 Juli 1939. Organisasi ini ridak lain diprakarsai oleh Moh.
Yamin, Rasjid, dan Tadjoedin Noer. Tindakan GNI penulis kutip dibawah ini :