BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber hukum bagi pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi itu telah mewujudkan Negara Republik Indonesia
dari Sabang sampai Merauke Negara yang diproklamasikan kemerdekaannya itu bukanlah merupakan
tujuan semata-mata, melainkan alat untuk mencapai cita-cita bangsa (Sutami. 2007:471. Pasca
runtuhnya kekuasaan orde baru. Indonesia mengalami banyak perubahan-perubahan dalam sistem
ketatanegaraannya. Reformasi yang terjadi pada tahun 1999 telah memberikan perubahan yang sangat
mendasar bagi sistem ketatanegaraan Indonesia.
Syarat salah satu berdirinya negara adalah pengakuan dari negara lain secara hukum atau di
jure. Pasca proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, upaya
untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain dilakukan oleh bangsa Indonesia. Salah satu
caranya adalah mengirim misi diplomasi ke negara lain untuk mendapatkan dukungan
kemerdekaan. Indonesia membutuhkan pengakuan dari negara lain dikarenakan Belanda
tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan berupaya menguasai kembali Indonesia. Pada
pemerintahan Perdana Menteri Sutan Syahrir mengupayakan untuk menarik dukungan
internasional terhadap kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh meminta
Adalah menjalin hubungan diplomatik dengan mengutus beberapa tokoh untuk meminta
dukungan kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan dari negara lain terhadap kemerdekaan Indonesia antara lain Mesir (10 Juni
1947), Suriah (2 Juli 1947), Lebanon (29 Juli 1947), Irak (16 Juli 1947), Arab Saudi (23
November 1947), Myanmar Biram (23 November 1947), Inggris (31 Maret 1947), Amerika
Serikat (19470, Yaman (4 Mei 1948), dan Uni Soviet (5 Mei 1948)
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja respons internasional terhadap kemerdekaan Indonesia?
b. Bagaimana bentuk respons internasional terhadap kemerdekaan Indonesia?
c. Bagaimana Konferensi Meja Bundar dan sikap Belanda ?
3. TUJUAN PENULISAN
Agar dapat memahami respons internasional terhadap kemerdekaan Indonesia.
4. MANFAAT
a. Mengetahui dan memahami apa saja dan bagaimana respons internasional terhadap kemerdekaan
Indonesia.
b. Mengetahui bentuk respons internasional terhadap kemerdekaan Indonesia,
c. Mengetahui bagaimana alur dan apa saja yang didapat untuk Indonesia, dari diadakannya
Konferensi Meja Bundar dan bagaimana sikap Belanda dengan Kemerdekaan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
1 Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia
Perjuangan mempertahankan Indonesia Di Berbagai Daerah. Setelah Proklamasi kemerdekaan
Indonesia tersebar ke seluruh penjuru dunia, muncul berbagai respons dari negara-negara
internasional. Belanda merespons hal tersebut dengan datang kembali ke Indonesia untuk merebut
kekuasaan dari pemerintah Indonesia pimpinan Soekarno-Hatta. Belanda datang ke Indonesia dengan
menumpang kapal tentara Sekutu (AFNEI) yang sedang bertugas untuk melucuti dan memulangkan
tentara Jepang di Indonesia. Pada 15 September 1945, Pasukan Belanda tiba di Jakarta dan berupaya
untuk menaklukkan beberapa wilayah Indonesia. Rakyat Indonesia merespons kedatangan Belanda
dengan melakukan perlawanan di beberapa daerah, di antaranya:
1. Pertempuran 10 November di Surabaya Dalam buku 10 November 1945: Gelora
Kepahlawanan Indonesia (1992) karya Berlian Setia dijaya, pertempuran di Surabaya dipicu
oleh Insiden perobekan bendera di hotel Tyamato dan tewasnya Malawy (perwira Inggris).
Pada 10 November 1945. Sekutu memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk
menyerah dan memberikan persenjataan mereka kepada AFNEL Ultimatum tersebut
diacuhkan oleh rakyat Surabaya dan mereka memilih bertempur mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Kolonel Sukono dan Bung Tomo membakar semangat bertempur
rakyat melalui Radio Perjuangan Diperkirakan ribuan rakyat Surabaya meninggal dalam
pertempuran ini. Untuk mengenang keberanian rakyat Surabaya, tanggal 10 November
dijadikan sebagai hari pahlawan (Gama Prabowo).
2. Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa berlangsung pada 26 Oktober – 15
Desember 1945. Latar belakang pertempuran ini adalah keinginan Sekutu untuk mengambil
alih kota Ambarawa. Hal tersebut ditentang oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR), mereka
melakukan perlawanan terhadap pasukan Sekutu hingga mampu menahan beberapa tentara
Sekutu. Pertempuran terus berlanjut demi mengusir pasukan sekutu dari Ambarawa. Pada 15
Desember, TKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga ke Semarang, (Cama
Prabowo),
3. Pertempuran Medan Area Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005)
karya M.C. Ricklefs, pertempuran Medan Area berlangsung dari 10 Desember 1945 10
Desember 1946. Latar belakang terjadinya pertempuran ini adalah – perampasan dan
penginjakan lencana merah putih oleh pasukan Sekutu. Selain itu, pasukan Sekutu juga
mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Medan agar menyerah dan memberikan persenjataan
kepada Sekutu. Namun, ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh rakyat Medan sehingga
Sekutu melancarkan aksi militer pada 10 Desember 1945 Rakyat Medan merespons tindakan
tentara Sekutu dengan melakukan perlawanan Rakyat Medan yang tergabung dalam Barisan
Pemuda Indonesia dan Komando Resimen Laskar Rakyat mengalami beberapa kesulitan
dalam pertempuran sehingga mengharuskan mereka mundur ke arah Pematang Siantar.
Pertempuran antara rakyat Medan dan Sekutu terus berlanjut hingga 10 Desember 1946
setelah NICA mengajukan gencatan Senjata. (Gama Prabowo).
4. Bandung Lautan Api Peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung pada 24 Maret 1946. Latar
belakang terjadinya peristiwa ini adalah ultimatum tentara Sekutu yang memerintahkan
pengosongan kota Bandung pada 24 November 1945. Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
menolak ultimatum tersebut dan bersiap untuk melakukan perlawanan di kawasan Bandung
Utara AH Nasution sebagai pemimpin pasukan tentara merundingkan rencana opsi
perlawanan dengan Sutan Sjahrir selaku perdana menteri pada masa itu (Gama Prabowo)
5. Pertempuran Puputan Margarani. Pertempuran di daerah Bali ini melibatkan pasukan TKR
divisi Sunda Kecil di bawah pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda
yang ingin menguasai wilayah Bali. Peperangan terjadi pada 20 November 1946 dini hari
sampai dengan siang hari. Pasukan I Gusti Ngurah Rai berhasil memojokkan Belanda, namun
Belanda yang terdesak segera memanggil bala bantuan. I Gusti Ngurah Rai beserta segenap
pasukannya terus memaksa bertahan hingga titik darah penghabisan, namun sayang mereka
harus gugur Pertempuran ini pun disebut sebagai Puputan Margarani (Ke Mendikbud, 2020).
5.Lebanon
Pada 21 Juli 1947, mint diplomatik Indonesa berlanjut ke Lebanon. Dalam kunjungan ini.
Agus Salim berunding dengan Perdana Menteri Lebanon: Riadh Al Solah Perundingan
keduanya berjalan dengan lancar Hani perundingan tersebut adalah pemerintah Lebanon
secara resmi memberikan pengakuan kemerdekaan kepada Indonesia pada 29 Juli 1947
(Verelladevanka Adry amarthanino).
1. Arab Saudi
Setelah diakui kemerdekaannya oleh Lebanon, misi Indonesia berlanjut ke Arab Saudi Dalam
kunjungan ke Arab Saudi ini Agus Salim digantikan oleh Mohammad Rasyidi sebagai ketua
diplomat karena Agus Salim harus menghadin Sidang Dewan Keamanan New York Rasjidi
pun melakukan perundingan bersama Raja Abdul Aziz al Saud Perundingan antara keduanya
pun menghasilkan pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia pada 21 November 1947
(Verelladevanka Adya amarthanino)
2. Yaman
3. Palestina
Palestina secara de facto mengakui RI sebagai negara yang merdeka setahun sebelum
kemerdekaan RI yang sebenarnya, yaitu pada 6 September 1944.
4. Vatikan
Vatikan merupakan negara Eropa yang resmi memberi pengakuan Kemerdekaan Indonesia
pada 6 Juli 1947. Pengakuan Vatikan atas kemerdekaan Indonesia ini ditandai dengan
dibentuknya Apostolic Delegate atau kedutaan besar Vatikan di Jakarta. Pengakuan
kemerdekaan Indonesia oleh Vatikan ini dilatar belakangi
Dengan persamaan prinsip antara keduanya, sebagai berikut:
Mendukung terciptanya perdamaian dunia.
Menolak pandangan ateisme di dunia.
1. Belanda
Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh pihak Belanda terjadi setelah melaksanakan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949
Indonesia mengirimkan tim delegasi yang dipimpin oleh Mohammad Hatta Dalam KMB,
Belanda bersedia mengakui kedaulatan RI secara penuh Kemudian Indonesia juga sepakat
untuk membentuk sebuah Uni Personal dengan kerajaan Belanda Setelah melalui berbagai
persoalan, akhirnya Indonesia berhasil memperoleh pengakuan kedaulatan dari dunia
internasional Belanda juga menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia (Verelladevanka
Adryamarthanino).
Penolakan Belanda
Setelah Jepang menyerah, Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia. Belanda bahkan
melancarkan Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948).
Berbagai upaya damai dengan jalan perundingan dilakukan, mulai dari Perjanjian Linggarjati
(1946), Perjanjian Renville (1948), Perjanjian Roem-Royen (1949), hingga Konferensi Meja
Bundar (1949). Belanda akhirnya baru mengakui kedaulatan RI berkat resolusi Konferensi
Meja Bundar 1949.
Konferensi Meja Bundar atau Perjanjian KMB merupakan sebuah pertemuan (konferensi)
yang bertempat di Den Haag Belanda, dari 23 Agustus sampai 2 November 1949 antara
perwakilan Republik Indonesia Belanda. Dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overlag),
yang mewakili beberapa negara yang diciptakan oleh Belanda di kepulauan
Indonesia.Konferensi Meja Bundar adalah konferensi yang dilakukan oleh Belanda dan
Indonesia di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949-2 November 1949 yang terjadi
di gedung perlemen Belanda.Latar Belakang Konferensi Meja Bundar adalah kegagalan dari
usaha Belanda untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan kekerasan Tindak lanjut dan
semua perundingan yang pernah dilakukan Indonesia dengan Belanda Tujuan dari Konferensi
Meja Bundar adalah untuk memperoleh pengakuan kedaulatan.Dani Belanda, untuk
menyelesaikan sengketa antara Indonesia-Belanda untuk menjadikan
Negara Indonesia yang benar-benar merdeka dan bebas dari penjajah pembentukan
Perwakilan Indonesia dan Peserta yang Hadir pada KMB
Pembentukan Perwakilan Indonesia pada KMB Pada tanggal 4 agustus 1949 pemerintahan RI
menyusun delegasi untuk menghadiri
KMB yang terdiri dari
Ketus Moh Hatta
Anggota-Mr Mob Roem
Prof Dr. Scepomo
Dr J. Lemina
Mr Ali s
Mr. Suyono Hadmoto
Dr. Sumitre Djojohadikusumo
2 SARAN
Agar Respon negara Intemanonal terhadap Kemerdekaan Indonesia tetap terjaga hubungan
baiknya dengan negara-negara lain demi memperoleh kerjasama antar negara. Perdagangan,
serta sistem ketatanegaraan antar Negara lam dengan Indonesia tetap terjaga