Anda di halaman 1dari 13

BAHAN AJAR

PERTEMPURAN-PERTEMPURAN DEMI
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA

Pendidikan Profesi Guru


Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Bidang study Sejarah

NURHASANAH
1

PENDAHULUAN

Identitas Modul
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas : XI MIPA/IPS
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Judul Modul : Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dengan Kekuatan Senjata

Kompetensi Dasar:

3.10 Menganalisis strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda.
4.10 Mengolah informasi tentang strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia
dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda dan
menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

Tujuan Pembelajaran

Melalui model pembelajaran Project Based Learning dengan pendekatan Ssaintifik dalam
meteri perjuangan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman sekutu
dan Belanda diharapkan peserta didik mampu menunjukkan sikap religius dan
menunjukkan semangat nasionalisme sebagai pemuda Indonesia. Selain itu, peserta didik
diharapkan mampu untuk menjelaskan latar belakang dan tujuan kedatangan Sekutu dan
Belanda ke Indonesia dan Peserta didik mampu untuk mengidentifikasi Informasi serta
menganalisis perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman sekuti dan Belanda
dengan kekuatan senjata., peserta didik mampu untuk mengolah informasi dan menyajikan
hasil analisis dalam bentuk cerita sejarah berupa Mading tentang perjuangan Bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman sekutu dan Belanda dengan
kekuatan senjata yang dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik,
jujur dan disiplin.

DESKRIPSI MATERI

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Demikianlah antara lain kalimat dalam Pembukaan UUD 1945. Atas
nama bangsa Indonesia, telah diproklamirkan kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan Muhammad Hatta.
Walaupun kemerdekaan sudah dimiliki, ternyata Belanda masih ingin menjajah kembali, yang kemudian
menimbulkan konflik. Kemerdekaan yang telah dimiliki bangsa Indonesia dipertahankan melalui berbagai
cara.
Perjuangan dilaksanakan dengan berbagai cara baik melalui peperangan maupun diplomasi. Diberbagai
daerah terjadi pertempuran menentang kembalinya Belanda menajajah kita. Selain perjuangan bersenjata, kita
juga melakukan perundingan dengan Belanda. Kamu akan dapat memamahi bagaimana perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan itu setelah menelaah uraian berikut.
2

Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung
Karno didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu langkah maju sudah
ada pada genggaman bangsa Indonesia melalui Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai
negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari bangsa-
bangsa di dunia. Hal ini tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17
Agustus 1945. Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945
ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan
Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.
Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka
mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil
Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya,sikap
rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkanorang-
orang Belanda yang melarikan diri ke Australiasetelah Belanda menyerah pada Jepang.
Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan bertambah buruk karena
NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya
keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana
terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands
East Indies (AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu
justru diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika Jepang
datang melarikan diri ke Australia dan membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan
untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula
menerima kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi
permusuhan

Perjuangan Menghadapi Sekutu dan NICA


Peristiwa menyerahnya Jepang kepada Sekutu 14 Agustus 1945 menunjukkan de jure wilayah jajahan Jepang
dikuasai Sekutu sebagai pihak yang menang dalam Perang Dunia II. Komando Pertahanan Sekutu di Asia
Tenggara yaitu South East Asia Command (SEAC) berpusat di Singapura, kemudian membentuk divisi yang
diberi nama AFNEI. Tugas yang diemban adalah mengambil alih Indonesia dari tangan Jepang. Pasukan ini di
bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tugas yang dibebankan kepada mereka adalah sebagai
berikut.

a. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang,


b. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
c. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan,
d. menciptakan keamanan dan perdamaian,
e. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat
perang.

Pasukan AFNEI melakukan pendaratan di Jakarta pada tanggal 29 September 1945. Tentara ini terdiri dari 3 divisi,
yaitu

1. Divisi India ke-23 yang ditempatkan di wilayah Jawa Barat dipimpin Mayor Jenderal D.C. Hawtowrn
2. Divisi India ke-5 untuk daerah Jawa Timur dipimpin Mayor Jenderal E.C. Mansergh
3. Divisi India ke-26 untuk wilayah Sumatera dipimpin Mayor Jenderal HM. Chambers
3

PERTEMPURAN DI SURABAYA

https://tirto.id/kronologi-pertempuran-surabaya-sejarah-latar-belakang-dampak-gaMi

Sejarah pertempuran Surabaya melawan Inggris mencapai puncaknya tanggal 10 November


1945. Latar belakang pertempuran Surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato
pada tanggal 18 September 1945. Pertempuran Surabaya adalah perang pertama bangsa Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sejarah pertempuran Surabaya kemudian
diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 5: Gerak Maju Jalur
Pemikiran Abad ke 21 Homo Sapiens Modern Kembali ke Benua Afrika (2009) menggambarkan
Pertempuran Surabaya 10 November 1945 lewat tulisan sebagai berikut: “Tiap kali kita merayakan
Hari Pahlawan, 10 November, kita menyatakan supaya kita membangkitkan semangat seperti pada
waktu 10 November 1945, di mana rakyat Kota Surabaya melawan tentara Inggris yang ingin
menghukum dan menundukkan penduduk Kota Surabaya. Sebuah pertempuran besar yang terkenal
secara internasional.” “Rakyat kampung-kampung Surabaya telah mengorbankan 20.000 jiwa
penduduknya dan Inggris kehilangan serdadunya dalam pertempuran dengan senjata modern pada
waktu itu.”

Latar Belakang & Kronologi


Sejarah Tanggal 31 Agustus 1945 atau kurang lebih setengah bulan setelah proklamasi
kemerdekaan, pemerintah menyerukan bahwa mulai 1 September 1945, bendera merah putih
dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia. Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) karya
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, para pemuda dan pejuang di Surabaya
menurunkan dan merobek warna biru dalam triwarna bendera Belanda yang dikibarkan di Hotel
Yamato 19 September 1945. Bendera tersebut kemudian dinaikkan kembali dengan menyisakan
warna merah dan putih yang merupakan warna bendera Indonesia.

Sebelumnya, pasukan Sekutu, termasuk ada Inggris dan Belanda (NICA), telah tiba di Jakarta
pada 15 September 1945. Pasukan gabungan yang baru saja memenangkan Perang Dunia Kedua atas
Jepang ini memasuki Kota Surabaya tanggal 25 Oktober 1945. Pasukan Sekutu termasuk Inggris dan
Belanda tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau
Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran untuk melucuti senjata tentara Jepang.
Perang pertama antara pejuang RI dan arek-arek Surabaya melawan Sekutu atau Inggris terjadi pada
27 Oktober 1945. Tanggal 30 Oktober 1945, dinukil dari Sedjarah TNI-Angkatan Darat 1945-1965
4

(1965), pemimpin pasukan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, tewas dalam
suatu insiden.

Akhir & Dampak Pertempuran


Surabaya Posisi Mallaby sebagai pemimpin pasukan di Jawa Timur kemudian digantikan oleh
Mayor Jenderal Robert Mansergh yang juga Komandan Divisi 5 Inggris. G. Moedjanto dalam
Indonesia Abad ke-20 (1998) menuliskan, tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal Robert
Mansergh mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya, yang isinya antara lain: Seluruh
pemimpin Indonesia di Surabaya harus melaporkan diri. Seluruh senjata yang dimiliki pihak Indonesia
di Surabaya harus diserahkan kepada Inggris. Para pemimpin Indonesia di Surabaya harus bersedia
menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Para pemimpin perjuangan, arek-arek Surabaya,
dan segenap rakyat tidak mengindahkan ancaman Inggris. Maka, terjadilah pertempuran besar di
Surabaya pada 10 November 1945.

Pertempuran ini menelan korban nyawa hingga ribuan jiwa, Surabaya pun hancur lebur. Salah satu
tokoh yang berperan besar mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini
adalah Bung Tomo. M.C. Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia (1993) mencatat, dampak dari
peristiwa bersejarah ini menewaskan setidaknya 6.000-16.000 orang dari pihak Indonesia. Sedangkan
korban tewas dari pasukan Sekutu kira-kira sejumlah 600-2.000 orang. Tak hanya itu. Menurut Stanley
Woodburn Kirby dalam The War Against Japan (1965), tidak kurang dari 200.000 orang yang terdiri
dari rakyat sipil terpaksa mengungsi dari Surabaya ke daerah-daerah yang lebih aman akibat pecahnya
pertempuran tersebut. Pertempuran Surabaya juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh
Indonesia untuk melakukan perlawanan. Setahun setelah peristiwa itu, yakni pada 10 November 1946,
Presiden Sukarno menetapkan bahwa setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan
dan diperingati hingga saat ini.

Pertempuran di Surabaya merupakan satu rangkaian pristiwa pertempuran antara tentara Indonesia dan
tentara sekutu. Jika dijabarkan berdasarkan waktunya adalah sebagai berikut
❖ Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Surabaya dipimpin oleh Brigadir
Jendral Mallaby.
❖ Tanggal 27-30 Oktober 1945, terjadi kontak sejata antara para pemuda Indonesia dng
pasukan Inggris. Dalam pertempuran ini, pasukan Inggris dapat dipukul mundur
bahkan puncak dari pertempuran tersebut adalah terbunuhnya pemimpin pasukan
Brigadir Jendral Mallaby.
❖ Tanggal 9 Nopember 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum yg berisi “semua
pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan
senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat
tangan”. Namun Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia.
❖ Tanggal 10 November1945 terjadi pertempuran yg sangat dasyat, pasukan Inggris
menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Namun, tanpa diduga oleh
tentara Inggris, pelopor pemuda seperti Bung Tomo dan tokoh-tokoh agama berhasil
mengobarkan semangat rakyat. Meskipun, akhirnya Surabaya berhasil dikuasai sekutu
namun pertempuran ini menjadi simbol semangat nasional. Sehingga Peristiwa 10
November ini diperingati sebagai HARI PAHLAWAN.
5

PERTEMPURAN MEDAN AREA

https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/1200x-
/news/2022/10/1f53068204cd71942b3e409a5916dca1.jpg

Pertempuran Medan Area adalah salah satu tragedi dalam sejarah Indonesia. Tragedi ini terjadi
saat rakyat Indonesia yang tinggal di Sumatra Utara melawan sekutu dan Nederlandsch Indische
Civiele Administratie (NICA) di kota Medan pada 9 Oktober 1945. Tragedi ini berawal dari
kedatangan pasukan sekutu yang merupakan pasukan Inggris ke Sumatra Utara di bawah pimpinan
Brigadir Jenderal T.E.D Kelly yang disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Bahkan pemerintah
Indonesia menyediakan hotel di kota Medan untuk mereka. Namun, perbuatan baik rakyat Indonesia
tidak berbalik, mereka justru mulai memancing konflik dengan Indonesia. Konflik yang pertama
terjadi di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang penghuni menginjak-injak serta merampas
lencana merah putih yang digunakan pemuda Indonesia. Kemudian, pada 13 Oktober 1945 pemuda
Indonesia menyerang mereka. Penyerangan tersebut juga merupakan upaya untuk merebut dan
mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari kuasa Jepang. Masalah pun berlanjut ke berbagai
daerah di Sumatra Utara. Sekutu turut melakukan intimidasi melalui berbagai langkah ultimatum agar
bangsa Indonesia menyerahkan senjata yang mereka miliki kepada pihak sekutu. Pada 1 Desember
1945, Sekutu kembali memberikan upayanya dengan memasang papan yang bertuliskan “Fixed
Boundaries Medan Area” di beberapa pinggiran kota Medan. Baca juga: Sejarah Pertempuran
Surabaya dan Latar Belakang Insiden Hotel Yamato Pemuda Indonesia semakin meningkatkan
perlawanannya. Lalu pada 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran
terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Kota Medan
berhasil dikuasai Sekutu pada April 1946 dan menyebabkan pindahnya pusat perjuangan rakyat
Medan ke Pematangsiantar. Para komandan pasukan berunding di Medan Area dan membentuk satu
komando bernama Komando Resimen Laskar Rakyar untuk memperkuat perlawanan di kota Medan.
Tepatnya komando tersebut dibentuk pada Agustus 1946. Komando ini terus menyerang sekutu di
wilayah Medan hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada 1949. Tragedi ini memakan
korban yang tercatat sebanyak 7 pemuda meninggal dunia, 7 orang pihak NICA meninggal dunia dan
96 orang pihak NICA mengalami luka-luka. Tak hanya itu, Sebagian kota Medan yang menjadi lokasi
pertempuran juga ikut hancur. Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/529470/sejarah-
pertempuran-medan-area
Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi serdadu Belanda dan
NICA di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di kota Medan. Pada awalnya
kedatangan mereka disambut oleh tokoh dan masyarakat di Sumatera Utara. Akan tetapi, tindakan
tentara Sekutu menyakitkan rakyat. Mereka membebaskan para tahanan Belanda dan dibentuk Medan
Batalyon KNIL, dari sinilah terjadi beberapa pertempuran yaitu:
❖ Pada tanggal 13 Oktober1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA
6

dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan
sekutu.
❖ Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-
besaran terhadap kota Medan. Dan pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki
kota Medan.
❖ Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan ini terus mengadakan
serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera
terjadi perlawanan rakyat.
https://tirto.id/sejarah-pertempuran-medan-area-f9sY
PERTEMPURAN DI AMBARAWA
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel
di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelahitu menuju
Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara
sepihak maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda.
Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Gerakan tentara Sekutu yang mundurke
ambarawa berhasil ditahan di desa Jambu berkat bantuan dari batalyon Polisi Istimewa di bawah
pimpinan Onie Sastroatmodjo, resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini, dan batalyon dari
Yogyakarta.
Pada pertempuran di desa Jambu tanggal 26 November 1945, Letkol Isdiman (Komandan
Resimen Banyumas) tewas sebagai pejuang bangsa. Lalu Kolonel Soedirman (Panglima Divisi di
Purwokerto) langsung naik mengambil alih pimpinan dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara
Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal
18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral.
Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.

BANDUNG LAUTAN API


Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki Kota Bandung. Ketika itu para pejuang
Bandung sedang melakukan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata dan peralatan dari tentara
Jepang.
Tanggal 21 November 1945, tentara Sekutumembacakan
ultimatum pertama, agar kota Bandung bagian utara selambat-
lambatnya pada tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh
pihak Indonesia dengan alasan demi keamanan. Namun para
pejuang Republik Indonesia tidak memperdulikan ultimatum
tersebut. Akibatnya sering terjadiinsiden antara tentara Sekutu
dengan pejuang Indonesia.
Tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan
ultimatum kedua. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan
para pejuang TRI (Tentara Republik Indonesia) mengosongkan
kota Bandung bagian selatan. Tokoh-tokoh pejuang, seperti
Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Harris
Nasution yang menjadi Panglima TRI waktu itu segera
bermusyawarah. Mereka sepakat untuk mematuhi perintah dari
Pemerintah Pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan kota
Monumen Bandung Lautan Api
Bandung bagian selatan itu secara utuh kepada musuh.
Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung. Sebelum meninggalkan kota Bandung Para pejuang
melancarkan serangan umum ke arah markas besar Sekutu dan berhasil membumi- hanguskan kota
Bandung. Dalam waktu tujuh jam kota Bandung menjadi kota yang berkobar, setiap warga membakar
rumah mereka, tidak kurang dari 200.000 rumah warga bandung dibakar dan mengungsikan diri ke
bandung bagian selatan, yang berupa daratan tinggi dan pegunungan. Pembakaran tersebut bertujuan
untuk menghentikan dan mencegah tentara sekutu dan tentara NICA yang ingin memanfaatkan kota
Bandung sebagai markas militer. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan terkenal dengan
7

sebutan Bandung Lautan Api.

PERTEMPURAN MARGARANA
Seperti daerah lainnya, rakyat Bali juga berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan
kemerdekaan dan merebut kekuasaan dari Jepang. Untuk itu, letkol I Gusti Ngurah Rai sebagai salah
seorang pimpinan di Bali pergi ke Yogyakarta untuk melakukan konsultasi ke Markas Besar TRI.
Saat Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk berkonsultasi
dengan markas tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi
Belanda, Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946 Belanda mendaratkan kira-kira 2000
tentara di Bali. Karena akibat perundingan Linggarjati, daerah kekuasaan de facto Republik Indonesia
yang diakui hanya terdiri dari Sumatera, Madura dan Jawa. ini berarti Bali tidak diakui sebagai bagian
dari wilayah Indonesia.
Ternyata sejak Maret 1946, Belanda sudah menduduki beberapa tempat di Bali. Kemudian I
Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Ngurah Rai
mendapat bantuan dari TRI – Laut dengan pimpinan Kapten Markadi. Dalam perjalanan
menyeberangi Selat Bali telah terjadi pertempuran laut antara pasukan Ngurah Rai dengan patroli
Belanda. Pertempuran juga terjadi di Cekik dekat Gilimanuk, Bali.
Setelah berhasil melaksanakan Operasi Lintas Laut. I Gusti Ngurah Rai di Markas TRI Sunda
Kecil segera memperkuat pasukannya . I Gusti Ngurah Rai segera membentuk Dewan Perjuangan
Rakyat Indonesia Sunda Kecil. Beberapa tokohnya di samping I Gusti Nguarh Rai adalah I Gusti Putu
Wisnu dan Subroto Aryo Mataram. Pada saat itu, Indonesia telah menyepakati Perundingan
Linggarjati, oleh karena itu Belanda terus berusaha menduduki daerah Bali. Kebetulan juga dalam
naskah kesepakatan Perundingan Linggarjati disebutkan bahwa Belanda hanya mengakui secara de
facto, wilayah RI yang terdiri atas Jawa, Sumatra dan Madura, Ngurah Rai terus berjuang untuk
mengusir Belanda dari tanah Bali. Pada tanggal 18 November 1946, tentara Ngurah Rai (dikenal
Pasukan Cing Wanara) mulai menyerang Tabanan dan berhasil. Belanda segera mengerahkan
kekuatannya dari Bali dan Lombok.Melihat dua kekuatan yang tidak seimbang pasukan Ngurah Rai
kemudian melakukan Perang Puputan (Pertempuran habis-habisan). Pertempuran dimulai pada
tanggal 20 November 1946 di Margarana sebelah utara Tabanan. Dalam pertempuran tersebut Ngurah
Rai gugur sebagai pejuang bangsa pada tanggal 29 November 1946.

AGRESI MILITER BELANDA I


Agresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan Belanda akibat perbedaan
penafsiran terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda
melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan agresi militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai
sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk
menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura. Berbagai reaksi bermunculan
akibat Agresi Militer I. Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian
tembak menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga Negara
(KTN). Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai
dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB.

AGRESI MILITER BELANDA II


Latar Belakang terjadinya agresi Belanda II disebabkan karena Perundingan Renville
mengalami kemacetan. Tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer yang kedua ialah ingin
menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah Indonesia dengan melakukan
serangan militer terhadap beberapa daerah penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada
saat itu. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan aksi polisionil ke
II. Belanda menduduki kota Yogyakarta, yang diawali dengan penerjunan pasukan payung di
Lapangan Udara Maguwo, serta mengepung dan menghancurkan konsentrasi TNI. Dalam agresi
kedua, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap para pemimpin politik serta militer.
SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta merupakan satu episode penting dalam sejarah
8

revolusi Indonesia. Berawal dari Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil mendudukiKota
Yogyakarta, yang saat itu merupakan Ibukota Republik Indonesia. Setelah kota Yogyakarta dikuasai,
Belanda kemudian berusaha menguasai kota-kota sekitar Kota Yogyakarta yaitu Gunung Kidul,
Sleman, Kulon Progo, dan Bantul.
Situasi ibukota negara saat itu sangat tidak
kondusif. Keadaan tersebut diperparah
propaganda Belanda di dunia luar bahwa tentara
Indonesia sudah tidak ada. Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, yang saat itu telah melepas
jabatannya sebagai Raja Keraton Yogyakarta
mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal
Soedirman untuk meminta izin diadakannya
serangan. Jenderal Sudirman menyetujuinya dan
meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi
dengan Letkol Soeharto yang saat itu menjabat
sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.
Sri Sultan HB IX mengadakan pertemuan empat mata dengan Letkol Soeharto di Ndalem
Prabuningratan. Pertemuan ini menghasilkan keputusan untuk melancarkan Serangan Umum pada
tanggal 1 Maret 1949 serta menyusun strategi serangan umum. Selain itu, beberapa kesatuan
diperintahkan untuk menyusup ke dalam kota Yogyakarta, di antaranya adalah kesatuan khusus di
bawah pimpinan Kapten Widodo.
Untuk mempermudah koordinasi penyerangan, wilayah penyerangan dibagi atas 5 sektor,
yaitu:
❖ Sektor barat, di bawah pimpinan Letkol Soeharto (sampai perbatasan Malioboro).
❖ Sektor timur, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual,
❖ Sektor utara, dipimpin oleh Mayor Kusno,
❖ Sektor selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono,
❖ Sektor kota, dipimpin oleh Letnan Marsudi dan Letnan Amir Murtono,
Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirene pukul 06.00 pagi
yang biasa dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pada tanggal 1 Maret 1949, beberapa jam
sebelum serangan umum berlangsung, sudah banyak gerilyawan yang mulai memasuki kota
Yogyakarta. dan Tepat pada pukul 06.00 pagi, sirene penanda berakhirnya jam malam berbunyi
dimana hal tersebut juga merupakan pertanda dimulainya serangan umum.
Kurang lebih 2.500 orang pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto melancarkan
serangan besar-besaran di jantung Kota Yogyakarta. Pasukan TNI mengepung Kota Yogyakarta dari
berbagai arah. dari arah utara pasukan gerilya yang dipimpin oleh Mayor Kusno, kemudian Mayor
Sardjono memimpin pasukannya melancarkan serangan dari arah selatan dan Di arah barat, pasukan
gerilya menggempur kota Yogyakarta dibawah pimpinan Letkol Soeharto..
Banyak pertempuran hebat terjadi di ruas-ruas jalan kota Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret 1949
terbukti ampuh untuk kembali merebut Yogyakarta dan mengalahkan Belanda. Belanda merasa kaget
dan sedikit persiapan dalam menangani serangan tersebut sehingga perlawanan yang dilakukan tidak
mampu mengimbangan serangan TNI. Dalam waktu singkat, Belanda berhasil didepak mundur. Pos-
pos militer ditinggalkan dan Beberapa buah kendaraan lapis baja dapat direbut oleh pasukan TNI.
Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam, sesuai dengan rencana semula,
sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota untuk mengosongkan kota dan kembali menuju
pangkalan gerilya seperti yang telah direncanakan sebelumnya sebelum pasukan bantuan Belanda tiba
di yogyakarta.
Berita kemenangan ini segera disebarkan secara estafet lewat radio dimulai dari Playen,
Gunungkidul, kemudian diteruskan ke pemancar di Bukit Tinggi, lalu diteruskan oleh pemancar
militer di Myanmar kemudian ke New Delhi (India) lalu sampai pada PBB yang sedang bersidang di
Washington D.C, Amerika Serikat.

Serangan Umum 1 Maret dapat meningkatkan posisi tawar Republik Indonesia serta mempermalukan Belanda
yang telah mengklaim bahwa Republik Indonesia sudah lemah, Kemenangan ini juga berhasil meningkatkan moril
9

dan semangat juang pasukan gerilya TNI di wilayah lainnya. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret, terjadi
Serangan Umum Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan penting pejuang Republik Indonesia yang paling
gemilang karena membuktikan kepada Belanda bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan sabotase atau
penyergapan secara diam-diam, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah kota Solo yang
dipertahankan dengan pasukan kavelerie, pasukan infantri serta komando yang tangguh dan terbukti serangan ini
mampu mengusir Belanda dari Indonesia.

Perjuangan K.H. Noer Alie

https://www.sejarahone.id/kh-noer-alie-pahlawan-nasional-dari-tanah-bekasi/
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya..” Bukan orang Bekasi namanya kalau tak
mengenal Sosok Pejuang sekaligus Ulama KH. Noer Alie, Ikon Perjuangan di Tanah Bekasi dan menjadi
kebanggaan masyarakanya..

Kembali ke KH. Noer Ali, selain berjuang melawan penjajah beliau juga memiliki pesantren At Taqwa yang
berpusat di Kampung Ujung Harapan (dulu bernama Ujung malang). Kini pesantren tersebut sudah memiliki lebih
dari 50 Cabang. Cerita perjuangan beliau begitu banyak yang saya dapatkan baik dari para orang tua maupun guru.
Ia selalu bisa lolos/menghilang ketika ditangkap belanda (mungkin karena itu kali ya dia berjuluk si belut putih)
Beliau juga sangat terkenal di mata masyarakat non muslim karena sikap tolerannya, hal itu dibuktikan ketika
beliau sangat melindungi masyarakat tiong hoa yang non Muslim dari penjajah Belanda.

Alhamdulillah pada 9 November 2006 akhirnya ia diangkat menjadi pahlawan Nasional, pemerintah RI
menganugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana. Berikut sekilas
dari biografinya KH. Noer Alie“Singa Karawang-Bekasi” Sebagaimana biografi yang ditulis Ali Anwar, Noer Ali
lahir tahun 1914 di Kp.Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester
Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H. Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj.
Maimunah binti Tarbin. Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan keras untuk menuntut
ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil selama
bertahun-tahun.

Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah. Saat di Mekah, semangat kebangsaannya tumbuh
ketika ia merasa dihina oleh pelajar asing yang mencibir: “Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa menjajah
Indonesia. Harusnya Belanda bisa diusir dengan gampang kalau ada kemauan!”. Noer Ali pun “marah” dan
menghimpun para pelajar Indonesia khususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang dijajah. Ia
diangkat teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937). Sekembalinya ke tanah
air, Noer Ali mendirikan pesantren di Ujungmalang. Ketika Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite
Nasional Indonesia Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika diselenggarakan Rapat
Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali mengerahkan massa untuk hadir.

Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia menjadi Ketua Lasykar Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan
Batalyon III Hisbullah Bekasi. Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya dalam Radio Pemberontak
menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali sehingga selanjutnya ia dikenal sebagai KH Noer Ali. Peranan
pentingnya muncul ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo
di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer
Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-
Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada.
10

Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas minyak ditempel di
pepohonan.

Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut karena ternyata RI masih eksis di wilayah
kekuasaannya. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang
memang bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil menemukan pasukan itu,
Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan
semangat rakyat sehingga banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS.

Kekuatan pasukan MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi, berpindah dari satu
kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa
Karawang-Bekasi”. Ada juga yang menyebutnya sebagai “Belut Putih” karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai
yang memiliki karomah, Noer Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada wirid-wirid
yang harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya ini tidak taat.

Tahun 1948 Residen Jakarta Raya mengangkat K.H. Noer Ali sebagai Koordinator Kabupaten Jatinegara. Ketika
terjadi Perjanjian Renville, semua pasukan Republik harus hijrah ke Yogyakarta atau ke Banten. Ia hijrah ke
Banten melalui Leuwiliang, Bogor. Di Banten, MPHS diresmikan menjadi satu baltalyon TNI di Pandeglang. Saat
akan dilantik, tiba-tiba Belanda menyerbu. Noer Ali pun bersama pasukannya bertempur di Banten Utara sampai
terjadinya Perjanjian Roem-Royen.

Dalam Konferensi Meja Bundar yang mengakhiri Perang Kemerdekaan 1946-1949, Noer Ali diminta oleh
Mohammad Natsir membantu delegasi Indonesia. Selain itu, ia pun masuk ke luar hutan untuk melakukan kontak-
kontak dengan pasukan yang masih bertahan. Ketika pengakuan kedaulatan ditandatangani Belanda, MPHS pun
dibubarkan. Jasa-jasanya selama masa perang kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang
menjadi Komandan Divisi Siliwangi waktu itu. Kemudian dimulailah perjuangan K.H. Noer Ali dalam mengisi
kemerdekaan melalui pendidikan maupun melalui jalur politik. Pemikiran Noer Ali untuk memajukan pendidikan
di negeri ini, sebenarnya sudah dimulai sejak ia mendirikan pesantren sepulang dari Mekah. Setelah merdeka,
peluang lebih terbuka.

Tahun 1949, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya Januari 1950 mendirikan Madrasah
Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai tempat di Bekasi,
kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa. Di lapangan politik, peran Noer Ali memang menonjol. Saat
Negara RIS kembali ke negara kesatuan, ia menjadi Ketua Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk bergabung ke
dalam NKRI. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua Masyumi Cabang Jatinegara.

Tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Dewan Konstituante dan tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan
Harian/Majelis Syuro Masyumi Pusat. Tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus Konferensi Alim Ulama-Umaro
se-Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.

Tahun 1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Di samping itu, sejak 1972 menjadi Ketua Umum Badan Kerja
Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Dalam perkembangan selanjutnya, ia bersikap sebagai pendamai,
tidak pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia bersikap baik.
11

EVALUASI
1. Perhatikan informasi berikut
1) Menerima penyerahan Belanda
2) Membebaskan para tawanan perang Jepang yang berasal dari Eropa.
3) Melucuti tentara Jepang dan mengumpulkan mereka untuk dipulangkan
4) Menegakkan serta memelihara kondisi damai untuk diserahkan kepada pemerintahan sipil
5) Mencari informasi tentang pasukan- pasukan militer
peninggalan Jepang di Indonesia.
Tugas AFNEI di Indonesia ditunjukkan oleh nomor...
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 3), dan 5)
C. 2), 3), dan 4)
D. 2), 3), dan 5)
E. 3), 4), dan 5)

2. Upaya mempertahankan kemerdekaan Infonesia dilakukan dengan cara...


A. Diplomasi antarnegara Asia dan forum PBB
B. Gerakan bawah tanah dan perjuangan fisik
C. Diplomasi dalam negeri dan luar negeri
D. Perjuangan senjata dan diplomasi
E. Gerakan rahasia dan diplomasi

3. Salah satu hal yang memicu peristiwa yang terjadi di hotel Yamato di Surabaya adalah....
a. Berkibarnya bendera Belanda di puncak hotel
b. Masuknya tentara sekutu melalui ujung Surabaya
c. Tewasnya beberapa orang Jepang yang menginap di hotel tersebut
d. Letak hotel tersebut berdekatan dengan markas Kompetai

e. Tentara sekutu menghina para pemuda Indonesia

4. Pemimpin yang memperjuangkan Ambarawa dengan taktik Sumpit Urang adalah....


a. Jendral Nasution
b. Jendral Soeharto
c. Jendral Moerdoko
d. Jendral Mulyono
e. Jendral Sudirman

5. Salah satu penyebab terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 23-29 Maret 1946 adalah....
a. terjadinya pertempuran antara sekutu dengan rakyat Bandung yang menyebabkan hancurnya kota
Bandung Selatan
b. terjadinya aksi pembumihanguskan kota Bandung Selatan oleh rakyat Bandung Selatan
c. terjadinya aksi pembumihangusan kota Bandung oleh Sekutu
d. rakyat Bandung tidak mau menyerahkan senjatanya dan menolak meninggalkan kota Bandung
e. Belanda telah melakukan pembakaran terhadap kota Bandung
6. Para pejuang membumihanguskan kota Bandung dengan alasan…..
a. membalas ultimatum yang dikeluarkan oleh tentara sekutu
b. kecewa dengan pemerintah RI yang memerintahkan mundur
c. Agar pihak musuh tidak sanggup memakai gedung- gedung yang ada
12

d. semoga gerak tentara sekutu untuk masuk ke kota bandung terhambat


e. memproses hasil perjanjian linggarjati yang sangat merugikan
7. Semua hutang Hindia Belanda harus dibayar RIS” merupakan salah satu isi dari....
a. Piagam Jakarta
b. Keputusan perundingan KMB
c. Maklumat 3 November 1945
d. Maklumat Politik No. X Tahun 1945
e. PBB
8. Perundingan yang dilaksanakan di atas kapal perang milik Amerika Serikat yang mendarat di pelabuhan
Tanjung Periok Jakarta adalah....
a. perundingan Roem-
Royen
b. perundingan Renville
c. perundingan Linggajati
d. perundingan KTN perundingan KMB

9. Perundingan Linggarjati merupakan perundingan yang paling penting dalam sejarah diplomasi antara
Indonesia dengan Belanda. Salah satu isi Perjanjian Linggarjati adalah…

a. Belanda secara de jure harus meninggalkan seluruh pulau Jawa paling lambat 1 Januari 1948
b. Pemerintah RI harus meninggalkan daerah Jawa, Sumatera, dan Madura
c. Pemerintah RI harus menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda
d. Belanda mengakui kekuatan RI secara de jure
e. RIS dan Belanda akan membentuk UNI Indonesia- Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketua
10. Berikut ini merupakan peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada masa awal kemerdekaan Indonesia,
kecuali...
a. PBB langsung menerima Indonesia sebagai anggota setelah merdeka
b. PBB membentuk UNCI
c. Dewan Keamanan PBB sering mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata
d. PBB berupaya mencari jalan damai untuk menyelesaikan sengketa Indonesia- Belanda
e. PBB membentuk KTN

Daftar Pustaka

Hapsari, Ratna. 2016. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sardiman, dkk. 2018. Sejarah Indonesia:Untuk SMA/MA/SMK/MAK.Depok:Kementrian


pendidikan dan kebudayaan.

Alin Rizkiyan Putra. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas XI. Jakarta: Direktorat
SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN

https://tirto.id/kronologi-pertempuran-surabaya-sejarah-latar-belakang-dampak-gaMi

https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/1200x-/news/2022/10/1f53068204cd71942b3e409a5916dca1.jpg

https://tirto.id/sejarah-pertempuran-medan-area-f9sY

https://www.sejarahone.id/kh-noer-alie-pahlawan-nasional-dari-tanah-bekasi/

Anda mungkin juga menyukai