Anda di halaman 1dari 41

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA

TRI DHARMA EKA KARMA


(KEP PANG TNI NO KEP /555/VI/2018 TGL 06 JUNI 2018)

BAB I PENDAHULUAN
1. Umum.
a. TNI sebagai salah satu lembaga negara dibentuk untuk mendukung pencapaian kepentingan
nasional, yaitu tetap tegaknya NKRI yg berdasarkan Pancasila & UUD 45.
b. TNI memerlukan suatu doktrin sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugasnya yg selaras dgn
banglingstra baik internasional, regional, maupun nasional.
c. Mengantisipasi tuntutan & tantangan tugas yg semakin kompleks, maka disusun Doktrin TNI Tridek
yg komprehensif,up to date, & dapat dioperasionalkan.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Untuk menyajikan aspek-aspek dalam penggunaan kekuatan dan pembinaan postur TNI
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
b. Tujuan. Agar tercapai kesamaan persepsi, keseragaman sikap, & keselarasan dlm konteks Gun & Bin
Kuat TNI dlm rangka mendukung pencapaian tujuan nasional.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.
a. Pendahuluan.
b. Hakikat TNI.
c. Ancaman dan Gangguan.
d. Kebijakan dan Strategi.
e. Ketentuan-ketentuan.
f. Doktrin Turunan.
g. Penutup.
4. Dasar.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 23/PRP Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya;
c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
5. Landasan.
a. Idiil/Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah & pandangan hidup bangsa Indonesia yg
mengandung nilai-nilai moral, etika, & cita-cita luhur bangsa Indonesia.
b. Konstitusional/UUD NRI 1945 merupakan hukum dasar tertulis NKRI, memuat dasar dan garis besar
hukum dalam penyelenggaraan negara.
c. Visional/Wawasan Nusantara adalah nilai ajaran utk mewujudkan semangat persatuan & kesatuan
dlm kemajemukan (daerah,suku, agama, bahasa, adat, budaya) serta menumbuhkan sikap
kepedulian utk mewujudkan daya perekat & pengendalian diri yang kuat.
d. Konsepsional/Ketahanan Nasional kondisi dinamis yg berisi keuletan & ketangguhan suatu
bangsa yg tercermin dalam astagatra (geografi, demografi, sumber kekayaan alam,
ipoleksosbudhankam) sebagai daya tahan bangsa yg dihadapkan berbagai ancaman yg timbul sebagai
dampak banglingstra.
e. Operasional. Ketentuan hukum nasional dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan
serta ketentuan hukum internasional seperti Piagam PBB (UN Charter), Hukum Humaniter
Internasional, dan Hak Asasi Manusia (HAM).
6. Referensi. ---
7. Kedudukan Doktrin TNI Tridek.
Doktrin TNI berada pada strata strategi militer yg bersifat filosofis & fundamental untuk pedoman bagi
doktrin angkatan & doktrin di bawahnya (strata operasional dan strata taktis).
8. Pengertian. ---
BAB II HAKIKAT TNI

9. Umum. TNI dibentuk untuk menyelenggarakan tugas negara di bidang pertahanan dalam
menghadapi berbagai ancaman & gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
10. Sejarah TNI.
a. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan TNI.
1) TNI lahir dari kancah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dimulai dari
pembentukan BKR pada 23 Agustus 1945. Pada 5 Oktober 1945 pemerintah membentuk TKR yang
anggotanya berasal dari personel BKR. Pada 1 Januari 1946 TKR diubah menjadi Tentara Keselamatan
Rakyat (TKR). Pada 26 Januari 1946 TKR menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Pada 3 Juni 1947
Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) mempersatukan TRI
sebagai tentara reguler dengan Badan-badan Perjuangan Rakyat. Momen pertama pembentukan
TKR tanggal 5 Oktober dijadikan sebagai hari jadi TNI.
2) Pada akhir 1949 dibentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu, dibentuk pula
Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL. Setelah pengakuan
kedaulatan oleh Hindia Belanda, pada bulan Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke
bentuk negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI). Sistem
demokrasi parlementer yang dianut pemerintah pada periode 1950-1959 yang akhirnya pada tahun
1962 terjadi penyatuan APRI dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menjadi organisasi
yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Pada tahun 1971 melalui Keppres
Nomor 69 Tahun 1971 nama APRI di dalam organisasi ABRI kembali menjadi TNI. Atas desakan
politik, tahun 2000 ABRI kembali berubah menjadi TNI setelah dikeluarkannya TAP MPR RI Nomor
VI/MPR/2000 Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri.
b. Sejarah Kelahiran Angkatan.
1) TNI Angkatan Darat (AD). Pada masa penjajahan Belanda, terbentuk pasukan bantuan yang
beranggotakan orang-orang Bumi Putera dalam wadah KNIL (Koninklijke Netherlands Indische
Leger) dan CORO (Corp Opleiding voor Reserve Officieren). Ketika penjajahan Jepang, pemuda
dan pemudi Indonesia dilatih kemiliteran dalam organisasi PETA (Pembela Tanah Air). TNI AD
ikut dalam dinamika transformasi sejarah TNI, mulai pembentukan Badan Keamanan Rakyat
(BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945, pembentukan organisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
pada tanggal 5 Oktober 1945, selanjutnya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) hingga
terbentuknya TNI. Meskipun TNI AD lahir bersamaan dengan kelahiran TNI, namun hingga saat
ini TNI AD memperingati hari kelahirannya dengan menggunakan momentum penting
kemenangan TNI AD terhadap pasukan Sekutu dalam Pertempuran Ambarawa tanggal 15
Desember 1945 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 163 Tahun 1999 dengan nama Hari
Juang Kartika TNI AD.
2) TNI Angkatan Laut (AL). Pada 10 September 1945 dibentuk BKR Laut Pusat pimpinan M. Pardi,
disahkan KNIP, menjadi hari TNI AL. Pada 15 November 1945 disahkan berdirinya TKR Laut
sebagai organisasi resmi militer Matra Laut. Pada 19 Juli 1946, diselenggarakan konferensi di
Lawang, Jatim dan memutuskan resmi nama ALRI. Berdasarkan Keppres No.69 Tahun 1971,
ALRI menjadi TNI AL bagian integral dari ABRI.
3) TNI Angkatan Udara (AU). Nama TNI AU bermula dari BKR Udara, kemudian diubah menjadi
TKR Jawatan Penerbangan. Pada 9 April 1946 TKR Jawatan Penerbangan diganti dengan nama
Tentara Republik Indonesia Angkatan Oedara (TRI-AO) sehingga 9 April diperingati sebagai
hari TNI AU. TRI-AO menjadi AURI. Berdasarkan Keppres No.69 Tahun 1971, AURI menjadi TNI
AU bagian integral dari ABRI.
c. Sejarah Operasi TNI.
1) Operasi Militer di Dalam Negeri.
a) Mempertahankan Kemerdekaan. Pertempuran melawan Jepang: Pertempuran Semarang (14
Okt 1945), Pertempuran Krueng Panjoe Aceh (24 Nov 1945), dan Pertempuran Lengkong (23 Jan
1946). Pertempuran melawan Sekutu/Inggris: : Pertempuran Surabaya (10 Nov 1945),
Pertempuran Padang Area (Nov 1945), Pertempuran Ambarawa (15 Des 1945), Bandung Lautan
Api (23 Mar 1946), Agresi Militer Belanda II (19 Des 1948), Serangan Umum Yogyakarta (1 Mar
1949), & Serangan Umum Solo (7 Agu 1949).
b) Mengamankan Integritas Nasional. Penumpasan Pemberontakan PKI di Madiun
(1948), Penumpasan Pemberontakan DI/TII (1950), Pembebasan Irian Barat/Ops Trikora (1961),
Ops Dwikora (1963), Penumpasan G30S/PKI (1965), Ops Seroja (1974-1999), Diplomasi Militer
pengusiran kapal MV. Expresso Lusitania (1992), Pemberlakuan darmil (1999) di Timtim,
Penumpasan GPK Aceh Merdeka Darmil di Aceh (2003-2004), pemberlakuan Darsip konflik sosial
di Ambon (2000) dan di Kalimantan (2001), Opshanudnas Pulau Bawean (2003), Penumpasan
GSB OPM di Irian Jaya, Ops Tinombala di Poso (2017) dalam rangka pemberantasan teroris, Ops
Pembebasan Sandera di Mapenduma Irian Jaya (1996), dan Ops Pembebasan Sandera oleh KSB di
Papua (2017).
c) Melindungi Keselamatan Bangsa yaitu Ops Menanggulangi Akibat Bencana Alam, Pengungsian, &
Pemberian Bantuan Kemanusiaan, Ops SAR, Operasi Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba.
2) Operasi Militer di Luar Negeri. Kontingen Garuda I (1957) ke Mesir sampai dengan
Kontingen Garuda XXIII (2018) ke Lebanon; Ops Woyla (1981) di Don Muang, Thailand; & Ops basandra
MV Sinar Kudus di Somalia (2011).
3) Pelajaran yang Dapat Diambil.
a) nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, kebersamaan, kemanusiaan, semangat juang, keprajuritan,
pantang menyerah, rela berkorban, cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, dan keberanian.
b) kemanunggalan TNI dengan rakyat;
c) kemampuan dalam melaksanakan operasi gerilya;
d) kesemestaan dalam mempertahankan keutuhan NKRI;
e) kebersamaan TNI dengan komponen bangsa lainnya dlm opsmierasi militer & diplomasi untuk
pencapaian tujuan politik negara;
f) keterpaduan antar angkatan dalam operasi gabungan;
g) kerja sama dengan K/L lainnya melaksanakan tugas kemanusiaan
h) keunggulan Alutsista, komando dan kendali, serta kesatuan komando sangat memengaruhi
pelaksanaan tugas.
11. Jati Dri TNI
a. Tentara Rakyat. Tentara Rakyat yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara Indonesia,
yang berdasarkan sejarah berasal dari rakyat bersenjata yang berjuang melawan penjajah untuk
merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada perang kemerdekaan tahun 1945-1949 dengan
semboyan “Merdeka atau mati”.
b. Tentara Pejuang. Tentara Pejuang yaitu tentara yang berjuang dengan tidak mengenal menyerah
demi tetap tegaknya NKRI.
c. Tentara Nasional. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, atau golongan agama.
d. Tentara Profesional. Tentara Profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara
baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan
politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum nasional, dan
hukum internasional yang telah diratifikasi.
12. Karakter Prajurit TNI
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945;
c. bermoral dan tunduk pada hukum serta peraturan perundang-undangan;
d. berdisiplin serta taat kepada atasan; dan
e. bertanggung jawab dan melaksanakan kewajibannya sebagai tentara.
13. Peran, Fungsi, dan Tugas Pokok TNI.
Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2004, TNI memiliki peran, fungsi, dan tugas :
a. Peran. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.
b. Fungsi. Sebagai alat pertahanan negara, TNI berfungsi sebagai:
1) Penangkal setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa;
2) Penindak setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas yang sudah masuk ke
wilayah kedaulatan NKRI; dan
3) Pemulih terhadap kondisi negara yang terganggu akibat perang atau akibat kekacauan
keamanan.
c. Tugas Pokok TNI. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, tugas pokok
TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tupok tersebut
dilakukan dengan OMP dan OMSP:
1) OMP merupakan pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan ancaman berupa
kekuatan militer negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia dan/atau dalam konflik
bersenjata dengan suatu negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya pernyataan
perang dan tunduk pada hukum perang internasional; dan
2) OMSP merupakan pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan atau menghadapi
ancaman selain kekuatan militer suatu negara baik ancaman itu menggunakan senjata maupun tidak
bersenjata; serta untuk mendukung kepentingan nasional.
d. Tugas Lainnya. TNI melaksanakan tugas lain berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara
serta peraturan perundang-undangan.
14. Tugas Angkatan
a. Angkatan Darat:
1) melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan;
2) melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara
lain;
3) melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat; dan
4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.
b. Angkatan Laut:
1) melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan;
2) menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
3) melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan
politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah;
4) melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut; dan
5) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.
c. Angkatan Udara:
1) melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan;
2) menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai
dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
3) melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara; dan
4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
15. Organisasi TNI.
Mabes TNI yg membawahi Mabes TNI AD, Mabes TNI AL, & Mabes TNI AU.

BAB III ANCAMAN DAN GANGGUAN


16. Umum. Ancaman dan gangguan dapat bersumber dari dalam dan luar negeri, langsung maupun
tidak langsung (proxy war), sedangkan aktornya dapat berupa negara dan bukan negara, serta dapat
dilakukan oleh aktor bukan negara yang didukung negara.
17. Ancaman
Merupakan setiap upaya dan kegiatan yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Berikut adalah ancaman berdasarkan jenisnya
yang didukung kecanggihan teknologi info, senjata Chemical, Biological, Radiological, Nuclear &
Explosive/CBRNE.
a. Ancaman Militer & Ancaman Bersenjata. Ancaman militer adalah ancaman yang dilakukan oleh
militer suatu negara kepada negara lain, sedangkan ancaman bersenjata adalah ancaman yang
datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata. Bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata :
1) Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa atau dalam bentuk dan cara-cara, antara lain:
a) Invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah NKRI;
b) bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata
negara lain terhadap wilayah NKRI;
c) blokade terhadap pelabuhan, pantai atau wilayah udara NKRI oleh angkatan
bersenjata negara lain;
d) serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat,
laut, dan udara TNI;
e) unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah NKRI
berdasarkan perjanjian yang tindakan atau keberadaannya bertentangan dengan ketentuan
dalam perjanjian yang telah disepakati;
f) tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain
sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi atau invasi terhadap NKRI; dan
g) pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk
melakukan tindakan kekerasan di wilayah NKRI.
2) Konflik bersenjata dengan suatu negara lain atau lebih.
3) Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain.
a) Pelanggaran Wilayah Perbatasan Darat Negara.
b) Pelanggaran Wilayah Laut.
c) Pelanggaran Wilayah Udara.
4) Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer.
5) Sabotase untuk merusak instalasi penting dan objek vital nasional yang membahayakan
keselamatan bangsa.
6) Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan teroris internasional atau yang bekerja
sama dengan teroris dalam negeri atau terorisme dalam negeri yang bereskalasi tinggi sehingga
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
7) Gerakan separatisme bersenjata.
8) Pemberontakan bersenjata.
9) Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok masyarakat
bersenjata lainnya.
10) Ancaman terhadap keamanan Presiden/Wapres beserta keluarganya.
11) Ancaman terhadap keamanan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.

b. Ancaman Non militer merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor ancaman
tanpa bersenjata. Golongan dimensi ancaman antara lain:
1) Ideologi. Ancaman yang berdimensi ideologi adalah berkembangnya ideologi yang
bertentangan dengan Pancasila, baik yang berasal dari luar negeri berupa penetrasi faham
liberalisme dan komunisme, maupun dari dalam negeri berupa faham anarkis yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok radikal dengan alasan keagamaan, golongan fundamental anti kemapanan, dan
tindakan tidak konstitusional yang bertentangan dengan hukum, serta kegiatan aliran sesat. Juga
timbul adanya kecenderungan menguatnya ego kedaerahan dan primordialisme sempit (ethno-
nationalism).
2) Politik. Ancaman berdimensi politik dapat berasal dari luar dan dalam negeri. Ancaman
dari luar negeri dapat berupa tekanan embargo militer dan intervensi politik, dengan menggunakan
isu global seperti penegakan HAM, lingkungan hidup, demokratisasi, dan penyelenggaraan
pemerintahan. Pada ancaman dari dalam negeri dapat berupa kurangnya tingkat kedewasaan
berpolitik yang berujung pada mobilisasi massa atau penggalangan kekuatan politik yang
bertujuan melemahkan, menumbangkan pemerintah yang sah, dan memisahkan diri dari NKRI.
Bentuk dari ancaman tersebut antara lain: pemberontakan tanpa bersenjata (kudeta) dan gerakan
separatis tanpa bersenjata (referendum).
3) Ekonomi. Ancaman berdimensi ekonomi dari dalam dan luar negeri antara lain berupa
embargo atau bentuk-bentuk penghalang nontarif.
4) Sosial Budaya. Ancaman berdimensi sosial budaya dapat berupa konflik horisontal seperti
pertikaian suku, agama, ras, dan antargolongan serta munculnya perilaku anarkis (hooliganism).
Penggunaan teknologi informasi yang tidak terkontrol dapat memicu terjadinya benturan antar
peradaban termasuk dampak peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang dapat mengancam
generasi muda. Demikian pula rendahnya kualitas SDM menyebabkan lemahnya daya saing yang
berakibat meningkatnya korupsi dan pengangguran sehingga dapat memicu terjadinya kerawanan
sosial.
5) Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor tertentu, baik faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia. Hal ini mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan hidup, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Ancaman bencana dapat berupa bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Bencana
alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor. Khusus bencana nonalam berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit; sedangkan bencana sosial meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat dan teror.
6) Teknologi. Paradoks kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi yang saat
ini masuk pada era Revolusi Industri 4.0, menimbulkan bentuk ancaman yang semakin
kompleks, sehingga cara bertindak musuh akan semakin bervariasi dan akurat. Kejahatan
memanfaatkan teknologi siber merupakan tindakan kriminal yang menggunakan kecanggihan
teknologi. Demikian juga kejahatan terorisme melalui siber dan perang siber berupa serangan
yang menggunakan teknologi elektronik dapat mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi bangsa.
Ancaman berdimensi teknologi dapat terjadi dalam bentuk penyalahgunaan penyebar biologi
patogen untuk melancarkan bioterorisme dan perang biologi.
7) Legislasi. Ancaman berdimensi legislasi berpotensi terjadi dalam proses perwujudan
(membentuk/mengubah) atau pemaknaan substansi suatu peraturan perundang-undangan oleh
pihak tertentu sesuai dengan kepentingannya yang dapat menyebabkan ancaman terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa.

18. Gangguan
Gangguan adalah setiap upaya, kegiatan, dan/atau kejadian baik dari pihak lain maupun alam yang dinilai
mengganggu kepentingan nasional yang berdampak terhadap upaya pemerintah dalam mendukung
terwujudnya antara lain: perdamaian dunia; dawilhan; kelancaran tugas pemerintah di daerah; kamdagri;
keselamatan jiwa; atau terhadap keamanan pelayaran & penerbangan dari pembajakan, perompakan, dan
penyelundupan.
19. Faktor Berpengaruh
a. Perkembangan Lingkungan Strategis. Banglingstra yang dinamis yang perlu dicermati adalah
pertumbuhan ekonomi yang berimplikasi pada: perkembangan kekuatan militer khususnya di kawasan
Asia Pasifik; meningkatnya ketegangan situasi di LCS; meningkatnya aksi terorisme internasional, proses
pengembangan & uji coba senjata ICBM di Semenanjung Korea, krisis Palestina & Suriah, krisis
kemanusiaan di beberapa negara, serta krisis kelangkaan air di Afrika.
b. Kepentingan Negara Lain. Kemungkinan munculnya kepentingan negara lain khususnya kepentingan
politik dan ekonomi terhadap Indonesia. Pergeseran hegemoni negara besar juga berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terhadap Indonesia sehingga Indonesia sebagai negara terbesar di
kawasan Asia Tenggara.
c. Konstelasi Geografis Indonesia. Nilai strategis pada :
1) aspek luas dan bentuk wilayah, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.504 pulau
memiliki luas 7,81 juta km2 dengan wilayah daratan 2,01 juta km2 dan wilayah laut 5,8 juta km2.
2) memiliki 3 ALKI,
3) Letak di antara benua Asia dan Australia serta di antara Samudra Pasifik dan Samudera Hindia yang
menempatkan Indonesia sebagai negara yang terbuka dari segala arah, sehingga rawan dari
berbagai ancaman dan gangguan.
d. Geoekonomi. Indonesia memiliki SDA yang melimpah & dengan jumlah penduduk yang besar
merupakan pasar perekonomian dunia, serta dengan wilayah perairan yg luas menjadikan urat nadi
perdagangan internasional. Menjadikan Indonesia rentan ancaman negara lain untuk mendapatkan
sumber daya potensial.
e. Geopolitik. Peran global Indonesia adalah ikut sertanya memelopori lahirnya GNB, sebagai
perwujudan polugri bebas aktif. Peran regional adalah sebagai salah satu pendiri ASEAN, yang secara
politis sangat dominan serta berperan penting di kawasan sehingga menarik negara-negara besar untuk
memiliki pengaruh kepentingannya di regional. Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar
dan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memiliki pengaruh dalam tatanan politik global
f. Perkembangan IPTEK. Kemajuan iptek telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia
termasuk bagaimana militer memenangkan perang. Terbatasnya kemampuan adaptasi serta akselerasi
penguasaan teknologi sistem persenjataan modern berpengaruh kemungkinan munculnya ancaman
militer terhadap Indonesia.
20. Eskalasi Ancaman dan Gangguan
Ancaman dan gangguan dapat muncul secara bertahap mulai situasi damai sampai perang, namun dapat
juga muncul dari kondisi damai langsung menjadi kondisi perang. Penetapan status berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang ada tentang keadaan bahaya, yang dibagi menjadi darurat sipil,
darurat militer, dan keadaan perang. Khusus untuk konflik sosial dan/atau bencana penetapan status
dimulai dari skala kab/kota, prov, & nas.

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI


21. Umum. Kebijakan dan strategi diperlukan oleh TNI untuk menghadapi ancaman dan gangguan
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Kebijakan dirumuskan
sejalan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan negara. Strategi TNI dirumuskan untuk
merealisasikan kebijakan-kebijakan TNI dalam konteks penggunaan dan pembinaan.
22. Penggunaan
a. Kebijakan. Kebijakan yang diambil untuk menghadapi ancaman dan gangguan adalah dengan
mengatasinya secara bertahap sesuai fungsi TNI.
b. Strategi. Strategi untuk merealisasikan kebijakan tersebut yaitu melaksanakan OMP dan OMSP
dengan menggunakan kekuatan TNI yang sudah disiagakan.
1) OMP. TNI melaksanakan OMP untuk menghadapi agresi dan konflik bersenjata dengan satu
negara atau lebih dilaksanakan dengan sistem pertahanan negara bersifat semesta melalui tahapan-
tahapan :
a) Penangkalan. Pada tahap penangkalan dilaksanakan strategi penggunaan kekuatan TNI
melalui kegiatan dan operasi militer sesuai kebijakan dan politik negara meskipun belum
ada pernyataan perang oleh Presiden. Pada tahap ini, TNI bersinergi dengan K/L terkait lainnya.
Kegiatan penangkalan ini dilaksanakan dengan pembangunan kekuatan dan Diplomasi Militer.
Bentuk Diplomasi Militer antara lain: unjuk kekuatan militer, latihan bersama, pendidikan,
pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer, atau olahraga militer. Operasi militer yang
dilaksanakan antara lain: Operasi Intelijen, Operasi Pengamanan Wilayah NKRI, Operasi Informasi,
Operasi Teritorial dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, dan Operasi Patroli
Terkoordinasi.
b) Penindakan. Tahap dilaksanakan strategi yang menggunakan kuat TNI sesuai kebijakan dan
keputusan politik negara dan/atau setelah adanya pernyataan perang oleh Presiden. Strategi
menghadapi musuh dilakukan melalui Ops Intelijen, Ops Tempur, Ops Teritorial, Diplomasi
Militer, Ops Informasi. Untuk sasaran yang bernilai strategis terpilih dilaksanakan opsus. Bantuan
dari luar TNI yang diperlukan untuk memperkuat komponen utama bersifat opsional melalui
mobilisasi komcad & Komduk. Strategi penindakan bersifat defensif aktif dengan pola
pertahanan berlapis. Tindakan yang dilakukan, yaitu: menghancurkan musuh di pangkalannya,
dlm perjalanan, & setelah masuk ke wilayah NKRI. Selanjutnya, apabila musuh berhasil merebut &
menguasai seluruh atau sebagian wilayah NKRI, dilaksanakan perang berlarut ( taktik gerilya).
c) Pemulihan. Tahap ini dilaksanakan operasi militer dan kegiatan pemulihan berdasarkan kebijakan
dan keputusan politik negara terkait persetujuan gencatan senjata. Operasi yang dilaksanakan
antara lain: Opsdahkang atau melakukan penarikan kekuatan yang tidak dibutuhkan, Ops
Teritorial dan/atau Ops Dawilhan dan Kekuatan Pendukungnya untuk siap menghadapi
perkembangan situasi. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: rekonstruksi, rehabilitasi,
konsolidasi yang bersinergi dengan K/L terkait, membawa tawanan ke Peradilan Umum
dan/atau Dilmil.
2) OMSP. Dilaksanakan TNI menghadapi ancaman bersenjata, ancaman nonmiliter, dan gangguan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Penangkalan. Tahap pelaksanaaan strategi yg Gun menggunakan kekuatan TNI melalui kegiatan
dan opsmil dalam rangka menangkal ancaman bersenjata, ancaman nonmiliter, dan gangguan.
Kegiatan yang dilaksanakan: Diplomasi Militer di antaranya: latma, pendidikan, pertemuan
militer, kunjungan, kerja sama militer, atau olahraga militer; & binter dan/atau Dawilhan yang
bersinergi dengan Polri, BNPT, BNPP, Bakamla, K/L terkait lainnya; serta aktif di Forkopimda.
Sedangkan Operasi yang dilaksanakan: Ops Mengatasi GSB, Ops Mengatasi Pemberontakan
Bersenjata, Ops Mengatasi Aksi Terorisme, Ops Dawilhan, Ops Pam Obvitnas, Ops Pamwil NKRI,
Ops Pampres dan Wapres beserta keluarganya, serta Ops Membantu Pengamanan Tamu Negara
Setingkat Kepala dan Perwakilan Pemerintah Asing yang sedang berada di Indonesia, Ops
Dawilhan; Ops Perdamaian Dunia; Ops Membantu Pemerintah di Daerah; Ops Membantu Polri
dalam rangka Kamtibmas; Ops Membantu Menanggulangi Akibat Bencana Alam, Pengungsian,
dan Pemberiaan Bantuan Kemanusiaan; Ops Membantu Pencarian dan Pertolongan dalam
kecelakaan; dan Ops Membantu Pemerintah dlm Pelayaran dan Penerbangan yang didukung
oleh Opster, OpsIntel, dan Opsinfo.
b) Penindakan. Tahap pelaksanaaan strategi Gun Kuat TNI melalui Opsmil utk menindak langsung
lawan setelah adanya kebijakan & keputusan politik negara, (ex setelah pernyataan status
darmil).
(1) Dlm menghadapi ancaman bersenjata dilakukan melalui Ops Mengatasi Garwil yg
dilakukan oleh negara lain; Penindakan dalam konteks Ops Pamobvitnas; Ops Pamwil NKRI;
Ops Mengatasi Aksi Terorisme; Ops Mengatasi Pemberontakan Bersenjata; Ops Mengatasi
GSB; Ops Pam Pres/Wapres beserta keluarganya; Ops Pam Mantan Pres/Wapres beserta
keluarganya, Ops Membantu Pam Tamu Negara yang didukung dengan Ops Intelijen, Ops
Teritorial, dan Ops Informasi, dan Opsus utk sasaran strategis.
(2)Dlm menghadapi ancaman nonmiliter, TNI membantu pemerintah dalam menghadapi
ancaman yang berdimensi ipoleksosbud, bencana, teknologi, & legislasi; termasuk mendukung
kebijakan pemerintah mewujudkan Poros Maritim Dunia.
(3) Dlm mengatasi gangguan terhadap kelancaran pembangunan dan pencapaian
kepentingan nasional, TNI melaksanakan operasi dan kegiatan bersinergi dengan K/L terkait.
Operasi yang dilaks: Ops Dawilhan; Ops Perdamaian Dunia; Ops Membantu Pemerintah di
Daerah; Ops Membantu Polri dalam rangka Kamtibmas; Ops Membantu Menanggulangi Akibat
Bencana Alam, Pengungsian, & Pemberiaan Bantuan Kemanusiaan; Ops Membantu Pencarian
dan Pertolongan Dalam Kecelakaan; dan Ops Membantu Pemerintah dalam Pelayaran dan
Penerbangan yang didukung oleh Opster, Ops Inteli, dan Opsinfo. Sedangkan kegiatan yang
dilaks antara lain: Binter dan/atau Dawilhan bersinergi dengan Polri, BNPB, BNPP, Bakamla,
dan BNN serta K/L terkait lainnya.
c) Pemulihan. Tahap pelaksanaaan strategi Gun kuat TNI melalui Operasi Militer & kegiatan
pemulihan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Operasi yang dilaksanakan:
Opster dan/atau Opsdawilhan & kekuatan pendukungnya untuk siap kembali menghadapi
perkembangan situasi.Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: rekonstruksi, rehabilitasi,
konsolidasi yang bersinergi dengan K/L terkait lainnya, dan membawa tawanan ke Peradilan
Umum atau Peradilan militer.
23. Pembinaan
a. Kebijakan. Kebijakan dalam konteks pembinaan meliputi kegiatan- kegiatan membangun,
menyiapkan, dan menyiagakan Postur TNI.
b. Strategi. Strategi untuk mewujudkan kebijakan pembinaan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Pembangunan. Postur TNI dibangun sesuai Jakhanneg yang disusun dengan memperhatikan
kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
a) Pembangunan Kekuatan. dilaksanakan secara terencana, terarah, & berkelanjutan dengan
mengikuti kemajuan bangtek terkini. meliputi pembangunan bidang organisasi, personel,
materiil/alutsista, dan fasilitas.
b) Pembinaan Kemampuan meliputi binpuan fungsi penangkalan, penindakan, & pemulihan
berupa: puan diplomasi, puan intelijen, puan pertahanan, puan keamanan, puan binter/dawilhan,
& puan dukungan sesuai dengan bangiptek termasuk pengembangan teknologi luar angkasa.
c) Gelar Kekuatan. Strategi gelar kekuatan TNI dengan memperhatikan & mengutamakan wilayah
rawan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan konflik dan pulau terpencil sesuai dengan
kondisi geografis dan strategi pertahanan. Kekuatan TNI digelar secara terpusat maupun
kewilayahan. Gelar kewilayahan disusun dalam bentuk Kogabwilhan. Gelar kekuatan TNI harus
memenuhi kelengkapan standar dasar militer berdasarkan pertimbangan strategis, operasional
dan taktis, dan dukungan kemampuan logistik, serta sarpras & kantong-kantong logistik.
2) Penyiapan. postur TNI dilaksanakan oleh Angkatan melalui kegiatan-kegiatan: Dik, Lat, Bin
doktrin, Harwat materiil/alutsista dan fasilitas, pemberian pemahaman wawasan kebangsaan dan
Hannas, serta HHI & HAM. penyiapan juga mencakup Komcad & Komduk sesuai dengan kebijakan
Kemhan RI.
3) Penyiagaan. Penyiagaan postur TNI dilaksanakan oleh TNI melalui Binlat & doktrin yang diarahkan
kepada keterpaduan operasi (interoperability), keberlanjutan dukungan (sustainability), dukungan
politik, legalitas hukum, dan komando pengendalian serta kerja sama Opsgab, Opsgabpad,
Opsgabma, dan Opsgabmapad. Tujuan penyiagaan postur TNI untuk mewujudkan satuan-satuan
TNI yang mampu melaksanakan operasi militer bersifat gabungan.

BAB V KETENTUAN-KETENTUAN
25. Penggunaan.
a. Asas. dalam penggunaan kekuatan TNI baik OMP maupun OMSP antara lain:
1) Pegang Teguh Tujuan. Penggunaan TNI harus dilaksanakan secara terukur, mengarah
pada pencapaian tujuan sesuai pentahapan operasi yang jelas serta realistis.
2) Inisiatif. Inisiatif merupakan tindakan TNI mendahului tindakan musuh/lawan untuk memenangkan
pertempuran.
3) Kesatuan Komando. merupakan pengerahan seluruh upaya pada setiap sasaran dalam sebuah
komando tunggal yang memiliki kewenangan komando terhadap semua kesatuan di bawah
kendalinya guna menjamin tercapainya tujuan bersama.
4) Pemusatan Kekuatan. Kekuatan dan perkuatan yang dimiliki oleh pasukan TNI dikonsentrasikan
pada daerah operasi dan sasaran tertentu, untuk menjamin penyelesaian tugas dalam ruang dan
waktu yang menentukan.
5) Pemusatan Serangan. Tindakan pemusatan serangan diarahkan pada centre of gravity musuh
sehingga berdampak pada niatan musuh untuk melanjutkan peperangan.
6) Pendadakan. Pendadakan merupakan faktor pengganda kekuatan yang dimiliki pasukan TNI
akibat kelengahan dan ketidaksiapan musuh. Pendadakan dapat didukung oleh faktor kecepatan
dalam pengambilan keputusan, data informasi, intelijen dan mobilitas pasukan.
7) Moril Tinggi. Setiap personel yang dikerahkan dalam tugas harus memiliki keunggulan moril,
sehingga pasukan akan bertempur dengan dilandasi oleh motivasi yang kuat dan semangat juang
pantang menyerah sampai memperoleh kemenangan. Moril yang tinggi dapat diperoleh melalui
adanya hubungan atasan dan bawahan yang kohesif, latihan yang keras, dukungan yang memadai
dan prosedur operasional yang jelas.
8) Efektif dan Efisien. Dalam penggunaan kekuatan TNI, segenap faktor yang berpengaruh harus
mempertimbangkan dengan cermat sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pengerahan kekuatan
TNI menjadi efektif dan efisien.
9) Kekenyalan. Penggunaan kekuatan TNI harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi dan kondisi yang relatif cepat berubah.
10) Kerahasiaan. Kerahasiaan merupakan faktor yang sangat penting untuk memelihara
keamanan pihak sendiri dari upaya gangguan oleh musuh, serta menciptakan pendadakan
terhadap pihak musuh.
11) Manfaat. Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan dengan mengutamakan manfaat yang
dapat diraih atas pelaksanaan pengerahan kekuatan tersebut.
12) Keterpaduan. Penggunaan kekuatan TNI harus mampu memadukan semua unsur-
unsur kekuatan yang tersedia. Untuk itu membutuhkan adanya interaksi dan koordinasi
antarkesatuan dalam melaksanakan kegiatan tempur dan nontempur sehingga tercapai hasil upaya
yang optimal. Selain itu, dalam pelaksanaan operasi yang melibatkan institusi di luar TNI, maka
diperlukan adanya persamaan persepsi, koordinasi yang tepat dan keterpaduan dalam kesatuan dan
dukungan.
13) Interoperability. Penggunaan kekuatan TNI dilakukan dengan menyinkronisasikan dan
mengintegrasikan secara tepat semua kemampuan yang dimiliki oleh pasukan gabungan, sehingga
tercipta keterpaduan operasional yang dapat menentukan keberhasilan tugas. Interoperability
didasarkan pada rasa kebersamaan melalui latihan-latihan yang sangat menentukan efektivitas
keterpaduan satuan dalam pelaksanaan tugas.
14) Well Informed. Kekuatan TNI yang digunakan harus selalu mendapatkan keterangan
yang aktual tentang daerah operasi dan musuh guna mempercepat adaptasi terhadap setiap
perkembangan situasi dan kondisi.
15) Pertahanan Berlapis (Defence in depth). Gelar kekuatan TNI disusun secara berlapis-
lapis dan saling mendukung untuk dapat memberikan kedalaman bagi operasi pertahanan.
16) Kewilayahan. Seluruh wilayah NKRI diberdayakan untuk dapat menjadi tumpuan bagi
usaha perlawanan secara berkelanjutan.
17) Kesemestaan. Penggunaan kekuatan TNI didukung oleh seluruh warga negara, wilayah,
dan sumber daya nasional lainnya, yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, serta berkesinambungan.
18) Tidak Mengenal Menyerah. Usaha untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan
serta keutuhan bangsa dan NKRI dilakukan dengan segala cara dan tidak mengenal kata menyerah.
19) Legal. Penggunaan kekuatan TNI memiliki payung hukum yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan kepada keputusan politik negara.
20) Sustainability. Postur TNI dibangun dan dikembangkan agar dapat memenuhi
kebutuhan saat ini, namun dengan tidak mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam
memenuhi kebutuhan akan kemampuan pertahanan negara.
b. Tataran Kewenangan.
1) Presiden.
a) Kewenangan dan tanggung jawab pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden.
b) Presiden dengan persetujuan DPR RI menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain.
c) Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang.
d) Presiden/Pang Tertinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagian dari wilayah NRI
dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer
atau keadaan perang.
e) Untuk menghadapi ancaman bersenjata, Presiden berwenang mengerahkan kekuatan TNI
dengan persetujuan DPR RI. Dalam keadaan memaksa, Presiden dapat langsung mengerahkan
kekuatan TNI dengan kewajiban paling lambat 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam harus
mengajukan persetujuan kepada DPR RI. Apabila DPR RI tidak menyetujui pengerahan
tersebut, Presiden harus menghentikan opsmil.

2) Panglima TNI.
a) Tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada Panglima TNI dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
b) Menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer
berdasarkan undang-undang.
c) Menggunakan komcad setelah dimobilisasi bagi kepentingan opsmil.
d) Menggunakan komduk yg telah disiapkan bagi kepentingan opsmil..
c. Komando & Kendali. Kodal merupakan pelaksanaan kewenangan & petunjuk oleh Pang/Dan yg
ditugaskan untuk memimpin pasukan dalam menyelesaikan tupok.
1) Komando. Komando merupakan kewenangan Pang/Dan militer yg diatur berdasarkan hukum
dalam melaksanakan kegiatan dengan bawahannya. Komando meliputi kewenangan dan tanggung
jawab untuk menggunakan sumber daya yg tersedia secara efektif pd saat perencanaan,
pengorganisasian, memberikan petunjuk/arahan, serta melakukan koordinasi dan mengendalikan
pasukan dalam rangka pencapaian tugas. Komando juga bertanggung jawab terhadap kesehatan,
kesejahteraan, moril, dan disiplin dari personel satuannya pada saat melaksanakan tugas.
2) Kendali. Kendali merupakan kewenangan Panglima/Komandan dalam melaksanakan
sebagian kegiatan bagi organisasi yang termasuk jajarannya atau organisasi lain yang biasanya tidak
di bawah komandonya, yang mencakup tanggung jawab untuk mengimplementasikan perintah
atau petunjuk/arahan. Semua atau sebagian dari kewenangan ini dapat dipindahkan atau
didelegasikan.
d. Aturan Pelibatan atau Rules of Engagement (RoE). Aturan pelibatan atau RoE merupakan
petunjuk/arahan yang dikeluarkan oleh suatu Markas Komando suatu satuan yang berisi tentang
batasan-batasan terhadap prajurit maupun satuan di lapangan dalam merespon aksi provokatif dalam
rangka melindungi diri sendiri maupun satuannya.
1) Pengerahan dan penggunaan kekuatan militer baik dalam OMP maupun OMSP tidak boleh
melanggar ketentuan-ketentuan internasional seperti Piagam PBB (UN Charter), Hukum
Perang/Hukum Humaniter/Hukum Sengketa Bersenjata, HAM dan Konvensi-konvensi lainnya.
Pengerahan kekuatan militer memerlukan Aturan Pelibatan/ROE.
2) Aturan Pelibatan/RoE dibedakan dalam dua jenis yaitu RoE yang berlaku dalam keadaan
damai (Peace time) yang bersifat tetap (Standing RoE) dan dalam keadaan perang (Wartime RoE).
Aturan tersebut berisi langkah-langkah menyangkut tindakan yang diperbolehkan dan dilarang dalam
menghadapi situasi yang provokatif RoE masa damai terdiri dari: bagaimana merespon atau
menghadapi niat permusuhan (Hostile Intent) maupun tindakan permusuhan (Hostile Act).
Penjelasan rinci tentang RoE diatur dalam doktrin turunan.
26. Pembinaan
a. Asas.
1) Pegang Teguh Tujuan. Upaya pembinaan satuan-satuan TNI harus selalu mengacu kepada
tujuan pembinaan yaitu mewujudkan satuan yang siap dan siaga operasional dalam melaksanakan
tugas pokok secara berdaya dan berhasil guna.
2) Kesatuan Komando. Keterpaduan, keserasian, dan keselarasan dalam melaksanakan setiap usaha
dan kegiatan merupakan faktor utama untuk mencapai sasaran kegiatan pembinaan satuan di
lingkungan TNI.
3) Efektif, Efisien, dan Ekonomis. Dalam menentukan baik alutsista TNI maupun barang dan jasa
lainnya hendaklah mempertimbangkan faktor-faktor utama agar tepat fungsi, tepat harga, dan biaya
pemeliharaan serta operasionalnya yang seminim mungkin.
4) Kekenyalan. Pembinaan TNI merupakan bagian dari upaya pembangunan dan pengembangan
kekuatan TNI yang senantiasa adaptif terhadap bangsit dan kondisi lingstra serta ancaman dan
gangguan.
5) Manfaat. Pembinaan TNI dilaksanakan dengan mengutamakan manfaat yang dapat diraih
atas pelaksanaan kegiatan pembinaan tersebut.
6) Akuntabilitas. P embinaan di lingkungan TNI dilaksanakan sesuai dengan sasaran program
dan anggaran, patuh pada ketentuan yang berlaku, serta tertib administrasi, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
7) Well Informed. Untuk kelancaran dan keberhasilan setiap proses pembinaan maka setiap kasatker
dan pejabat-pejabat terkait harus selalu mendapat informasi yang aktual tentang progres
setiap program yang sedang berjalan sehingga fungsi pengawasan dan pengendalian berjalan lancar
dalam rangka menjaga kualitas dan kuantitas suatu program kerja.
8) Keterpaduan. Proses pembinaan dan pengembangan baik satuan TNI maupun alutsistanya
diselenggarakan secara terpadu dan terkoordinasi untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga
interoperability dapat terwujud.
9) Keselarasan. Pembinaan TNI di setiap bidang harus berjalan selaras agar tercapai keselarasan
penggunaannya dalam tugas-tugas antar satuan internal TNI dan keterpaduan dengan komponen
bangsa lainnya.
10) Kesemestaan. Pembinaan di lingkungan TNI dalam menyiapkan proses penyelenggaraan
pertahanan negara hendaknya lebih banyak melibatkan berbagai sumber daya nasional sedemikian
rupa sehingga akan terwujud sistem pertahanan yang bersifat semesta.
11) Legal. Pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar satuan TNI berdasarkan payung hukum
yang kuat sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan mengacu pada kebijakan
pemerintah.
12) Kontinuitas. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan satuan di lingkungan TNI dilaksanakan
secara terus-menerus dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan satuan yang siap dan siaga
operasional.
13) Bertahap, Bertingkat, dan Berlanjut. Penyelenggaraan pembinaan harus dilaksanakan melalui
tahapan-tahapan yang konstruktif dalam mencapai sasaran yang ingin dicapai.
14) Prioritas. Penyelenggaraan pembinaan harus mendahulukan yang dianggap lebih penting
demi tercapainya daya guna dan hasil guna yang ditentukan untuk jangka waktu tertentu.
15) Visioner. Penyelenggaraan pembinaan harus melihat jauh ke depan, sehingga dapat
membuat perencanaan dan perkiraan yang memadai dan mampu menyesuaikan perkembangan.
16) Transparansi. Proses pembinaan harus mengedepankan keterbukaan untuk memperoleh
kesamaan pandang serta menjamin hasil capaian yang optimal.
17) Adil. Penyelenggaraan pembinaan harus menjamin setiap prajurit memperoleh kesempatan
yang sama untuk maju dalam jenjang kariernya berdasarkan persyaratan yang berlaku.
18) Soliditas. Penyelenggaraan pembinaan harus didasarkan pada rasa kebersamaan dan
persatuan yang tercipta melalui latihan-latihan yang sangat memerlukan efektivitas satuan
pertempuran.
19) Proporsional. Penyelenggaraan pembinaan harus dilakukan secara sepadan berimbang sesuai
kebutuhan matra.
20) Terukur. Pencapaian pembinaan kekuatan TNI harus dapat diukur sesuai tahapan yang
direncanakan.
21) Inovatif. Penyelenggaraan pembinaan terus berupaya untuk mengembangkan ide-ide baru
dalam penggunaan metode prasarana yang mendukung pencapaian hasil pembinaan yang optimal
dengan tetap memperhatikan tata aturan yang berlaku.
22) Modern. Penyelenggaraan pembinaan dan hasil pembinaan mampu memanfaatkan dan/atau
mengoperasikan teknologi terkini.
23) Profesional. SDM TNI dididik, dilatih, dijamin kesejahteraannya dan dilengkapi agar mampu
melaksanakan semua tuntutan tugas dengan baik.
24) Integritas. Pada proses pembinaan, harus dilandasi dengan konsistensi yang kuat dalam
tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran- ukuran, prinsip-prinsip untuk menghasilkan
pembinaan yang diharapkan.
25) Realistis. Penyelenggaraan pembinaan dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya agar dapat diterapkan dengan tepat guna.
26) Sustainability. Postur TNI dibangun dan dikembangkan dengan tujuan tercapainya suatu
kondisi yang secara terus-menerus siaga untuk setiap saat siap digunakan dalam tugas-tugas TNI baik
OMP maupun OMSP dan mampu bertahan selama mungkin.
b. Tataran Kewenangan.
1) Menteri Pertahanan:
a) menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan kebijakan
umum yang ditetapkan Presiden RI;
b) merumuskan kebijakan umum penggunaan kekuatan TNI dan komponen pertahanan lainnya;
dan
c) menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya
nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan
komponen pertahanan lainnya.
2) Panglima TNI:
a) memimpin TNI;
b) melaksanakan kebijakan pertahanan negara;
c) mengembangkan doktrin TNI;
d) menyelenggarakan pembinaan kekuatan TNI serta memelihara kesiagaan operasional;
e) memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam hal penetapan kebijakan
pertahanan negara.
f) memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam hal penetapan kebijakan
pemenuhan kebutuhan TNI dan komponen pertahanan lainnya;
g) memberikan pertimbangan kepada Menteri Pertahanan dalam menyusun dan melaksanakan
perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan negara;
dan
h) melaksanakan tugas dan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Kepala Staf Angkatan:
a) memimpin Angkatan dalam pembinaan kekuatan dan kesiapan operasional Angkatan;
b) membantu Panglima TNI dalam menyusun kebijakan tentang pengembangan postur, doktrin,
dan strategi serta operasi militer dengan matra masing-masing;
c) membantu Panglima TNI dalam penggunaan komponen pertahanan negara sesuai dengan
kebutuhan Angkatan; dan
d) melaksanakan tugas lain sesuai dengan matra masing-masing yang diberikan oleh Panglima
TNI.
c. Pengawasan dan Pengendalian. Kegiatan wasdal terhadap pembinaan di lingkungan TNI
dilaksanakan secara terus-menerus sesuai dengan tingkat kewenangan organisasi yang ada di jajaran
TNI.
1) Pengawasan. Pengawasan dititikberatkan pada upaya pencegahan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan baik di tingkat Mabes TNI maupun di Angkatan, dilaksanakan secara
langsung (operatif) dan tidak langsung (administratif) dengan menggunakan metode yang tepat.
2) Pengendalian. Pengendalian merupakan proses pengarahan yang dilaksanakan sejalan
dengan kegiatan pengawasan sehingga dapat mewujudkan kegiatan yang lebih teratur, tertib,
efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Penyelenggaraan pengendalian dalam bentuk
administrasi, operasional, dan teknis, serta menggunakan metode, alat dan sistem pengendalian
untuk mendukung kelancaran pengendalian.
27. Ketentuan Lain
a. Tantangan Tugas. Tantangan tugas akan dihadapi oleh TNI apabila ada perubahan situasi yang
mendadak, tidak dapat diprediksi, dan di luar perkiraan.
b. Koordinasi dengan K/L Terkait. Dalam situasi tertentu, berdasarkan UU atau ketentuan
lain yang terkait, TNI dapat dilibatkan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh K/L lainnya.
Koordinasi antara lain untuk membicarakan substansi kegiatan dan prosedur guna mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
c. Status Pelibatan TNI dengan K/L.
1) Bawah Komando Operasi (Bakoops) adalah status suatu satuan yang mempunyai hubungan
operasional dengan satuan atasan yang bukan satuan atasan organiknya. Satuan yang menerima
bakoops mempunyai wewenang komando operasional terhadap kesatuan yang berstatus bakoops.
2) Bawah Kendali Operasi (BKO) adalah status suatu satuan yang telah mempunyai tupok
tertentu, mempunyai hubungan operasional dengan satuan atasan yg bukan satuan atasan
organiknya. Satuan yang menerima BKO mempunyai wewenang kendali operasional terhadap satuan
yg berstatus BKO.
d. Mobilisasi Komcad dan komduk. Mobilisasi komcad & komduk ditujukan untuk menambah kekuatan
dan kemampuan komponen utama, diselenggarakan Kemhan.
e. Penilaian Ancaman dan Gangguan. dilakukan Institusi TNI bersama dan/atau didukung K/L
yang bertanggung jawab, sedangkan penilaian ancaman dan gangguan dalam situasi di lapangan
dilakukan oleh Pang/Dan.
f. Doktrin Tambahan. Dalam hal terdapat perkembangan situasi dan/atau kebijakan Pimpinan TNI
untuk membuat doktrin turunan yang belum terwadahi dalam Doktrin TNI Tridek ini, maka Doktrin TNI
Tridek ini harus diamandemen terlebih dahulu dengan memasukkan judul doktrin yang akan disusun.
g. Produk Hukum Panglima TNI. Selain doktrin turunan, produk lain yang dapat dibuat antara lain
adalah Perpang TNI yang disusun dalam rangka menjalankan perintah peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi/sederajat (bersifat delegasi) dan/atau dalam rangka kegiatan-kegiatan lain
yang perlu diatur lebih lanjut oleh TNI (bersifat atribusi).
h. Perubahan, Pengembangan, dan Sinergi.
1) Mekanisme Perubahan dan Pengembangan Doktrin TNI Tridek perlu diatur melalui suatu proses
evaluasi dan pengkajian terhadap hal-hal yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi validitas
doktrin itu sendiri agar tercipta sinergi internal maupun eksternal. Perubahan terhadap Doktrin TNI
Tridek ini dapat dilakukan setiap saat melalui mekanisme ralat, amandemen, dan revisi agar tercapai
kesempurnaan dan kekinian dari isi- isinya. Mekanisme perubahan doktrin diatur tersendiri dalam
doktrin turunan.
2) Doktrin TNI Tridek ini sifatnya mengikat namun tidak dogmatik yang bermakna bahwa doktrin ini
bisa dikembangkan sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. Dengan
demikian, maka ketentuan-ketentuan, aturan-aturan, prinsip, asas, dan nilai-nilai lainnya yang ada
dalam doktrin ini harus dikembangkan secara terus-menerus melalui penelitian, analisa, dan
pengkajian, serta hasil evaluasi. Di samping itu juga harus memperhatikan berbagai faktor, baik
eksternal maupun internal yang berpengaruh langsung pada pengembangan doktrin seperti:
perubahan ancaman, kondisi geografi dan demografi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber
daya, strategi dan budaya militer, kebijakan- kebijakan pemerintah, konsep-konsep para ahli,
perkembangan konsep strategi, kampanye militer atau operasi militer, serta perkembangan doktrin-
doktrin militer secara universal.
3) Doktrin TNI Tridek harus bisa bersinergi baik dengan Doktrin Hanneg maupun dengan Doktrin
Dwi Bhakti Eka Dharma (Doktrin K/L lainnya) dalam menghadapi ancaman nonmiliter yang dapat
mengancam baik langsung maupun tidak langsung kepada prajurit dan institusi TNI.
BAB VI DOKTRIN TURUNAN
28. Umum.
Doktrin TNI Tridek adalah Doktrin Induk bagi TNI yang berada pada strata strategi militer dan merupakan
turunan dari atau setingkat di bawah doktrin dasar (Doktrin Hanneg). Doktrin TNI Tridek ini menjadi
pedoman yang mengikat bagi doktrin-doktrin turunannya.
29. Stratifikasi Doktrin.
a. Strata Strategi. Pada strata ini terdapat doktrin induk TNI yaitu Doktrin TNI Tridek dan doktrin
angkatan.
b. Strata Operasional. Pada Strata Operasional terdapat dua level terdiri dari Level Operasional
Satu dan Operasional Dua. Pada Level Operasional Satu, sebagai turunan langsung dari Doktrin TNI
Tridek terdapat Doktrin Opsmil, Doktrin Fungsi, dan Jukref. Sedangkan pada Level Operasional Dua,
sebagai turunan dari Doktrin Opsmil dan Doktrin Fungsi, terdapat Jukgar dan Jukref.
c. Strata Taktis. Pada Srata Taktis, sebagai turunan dari jukgar terdapat juknis dan jukref. Dalam
pelaksanaannya, juknis suatu kegiatan baik fungsi maupun operasi akan dikonversikan menjadi protap
di setiap satuan yang menjalankan kegiatan yang sama, atau bila kondisi dan situasinya berbeda.
30. Doktrin Turunan
Turunan langsung Doktrin TNI Tridek yaitu :
a. Doktrin Operasi Militer.
1) Doktrin Operasi Militer Perang (OMP). berisi hal-hal terkait OMP meliputi ketentuan-ketentuan
bersifat umum dan khusus, asas- asas, kegiatan-kegiatan OMP yang akan dilaksanakan, dan hal-hal
terkait lainya yang relevan, serta doktrin-doktrin turunannya.
2) Doktrin Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Seperti Doktrin OMP di atas, Doktrin OMSP
juga memuat hal serupa namun untuk OMSP.
b. Doktrin Fungsi. Doktrin-doktrin Fungsi di bawah ini menjadi acuan atau pedoman bagi TNI
perencanaan, penyiapan, dan pembinaan dalam rangka merealisasikan operasi-operasi militer :
1) Fungsi Umum. Meliputi : Wasrik, Keahlian dan Kekhususan, Perencanaan, Intel, Operasi, Pers, Log,
Teritorial, serta Komlek.
2) Fungsi Khusus. diperlukan oleh Balakpus TNI dan Unsur Pelayanan, yaitu: Doktrin, Dik, Lat,
Hukum, POM, Pen, Kes, Bek, Pengadaan, Bintal, Keuangan, Infolahta, Jianstra, Litbang, Kersin,
Gartap, Media Siber, Pelestarian Sejarah, dan DFK Pelayanan (Denma, Setum, Satkomlek, dan
Puskodal).
c. Petunjuk Referensif. Jukref yang menjadi turunan dari Doktrin TNI Tridek ini adalah petunjuk-
petunjuk bersifat referensi yang diperlukan baik dalam konteks pembinaan maupun penggunaan. Jukref
dimaksud antara lain terkait: tata tulis militer, sasaran kemampuan TNI (Capability Requirement),
stratifikasi doktrin, ketentuan penyusunan aturan pelibatan, ketentuan koordinasi TNI dengan K/L
terkait, serta jukref lainnya sesuai kebutuhan namun terkait erat dengan doktrin induk ini
DOKTRIN TNI AL
JALESVEVA JAYAMAHE
(KEP KASAL NO KEP/1111/V/2018 TGL 11 MEI 2018)

BAB I : HAKIKAT DOKTRIN TNI ANGKATAN LAUT


1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi dan dinamika lingstra, perlu dilakukan penyesuaian
terhadap Doktrin “Eka Sasana Jaya”.
2. Doktrin TNI AL
Doktrin adalah ajaran yg bersifat mendasar & diyakini kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran
terbaik yg mengalir dr pandangan hidup bangsa, dikembangkan secara dinamis berdasarkan pengalaman
dan teori. Doktrin diajarkan dan digunakan sebagai patokan, pegangan dan pedoman untuk bertindak
dalam mencapai tujuan.
Doktrin TNI AL “Jalesveva Jayamahe” berasal dari bahasa Sansekerta, Jalesu = Air/Di laut, Eva = Justru,
Jayamahe = Kami menang, sehingga hakikat Jalesveva Jayamahe adalah: Satu pedoman untuk menuju TNI
AL yang jaya atau menang di lautan.
Kedudukan Doktrin TNI AL “Jalesveva Jayamahe”. Doktrin TNI AL “Eka Sasana Jaya” berkedudukan di
bawah Doktrin TNI “Tridarma Ekakarma” (Tridek) pada strata strategik dan Doktrin TNI AL Jalesveva
Jayamahe merupakan pedoman bagi penyusunan doktrin TNI AL yg berkedudukan pada strata operasional
dan taktis.
3. Hubungan antara Doktrin TNI AL dan Kepentingan Nasional
Doktrin merupakan ajaran dasar yang berasal dari sejarah dan pengalaman tugas, kebijakan negara,
serta menjadi pedoman dalam menyusun strategi. Bila strategi yang diterapkan berhasil, maka menunjukkan
doktrin yang digunakan memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga berpengaruh pada penguatan doktrin
agar dapat diimplementasikan dalam bentuk strategi yang tepat, dalam rangka mencapai tujuan dan
kepentingan nasional yang ditetapkan tersebut.

Gambar : Visualisasi hubungan antara


Kepentingan Nasional dan Doktrin TNI AL

BAB II : JATI DIRI DAN KARAKTERISTIK ANGKATAN LAUT

4. Sejarah Kejayaan Maritim Bangsa Indonesia


Kejayaan maritim bangsa Indonesia dimulai pada zaman kerajaan besar seperti Sriwijaya (abad ke-
7 s.d. 11 M), Samudera Pasai (abad ke-12 s.d. 15 M), Singosari (abad ke-13 M), serta Majapahit (abad ke-
13 s.d. 15 M).
Pada masa Kerajaan Sriwijaya, mereka memiliki angkatan laut yang kuat untuk mengontrol
perdagangan di Asia Tenggara, terutama di jalur Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Karimata. Guna
memperluas kekuasaannya, Sriwijaya juga melakukan ekspedisi dan ekspansi ke sejumlah wilayah,
sehingga kekuasaannya terbentang mulai dari sebagian Pulau Jawa, Jambi, Bangka, hingga Lampung
Selatan. Untuk menjaga kepentingan kekuasaannya, Sriwijaya juga menjalin hubungan diplomasi dengan
India.
Setelah era Sriwijaya, Majapahit tampil sebagai kerajaan yang mampu menguasai dan mempersatukan
Nusantara dengan kekuatan lautnya. Kerajaan Majapahit berhasil mengadopsi Doktrin C akrawala
Mandala Dwipantara, yang pada masa Kerajaan Singasari telah menyatukan Jawa dan Sumatera sebagai
garis kebijakan nasionalnya. lmplementasi dari doktrin tersebut, tampak pada bunyi "Sumpah Palapa"
yang diikrarkan Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1336. Satu demi satu daerah-daerah yang belum
bernaung di bawah panji kekuasaan Majapahit ditundukkan dan dipersatukan.
Kerajaan Majapahit akhirnya muncul menjadi kerajaan di Nusantara yang berhasil membangun
imperium pasca keruntuhan Sriwijaya. Meskipun pusat kekuasaan berada di pedalaman, namun kerajaan
Majapahit telah mengembangkan potensi kemaritimannya guna mengokohkan hegemoninya di bidang
perdagangan dan politik. Majapahit memberi perhatian khusus terhadap pembangunan galangan kapal
yang mampu membuat kapal-kapal berukuran besar, bukan hanya untuk kegiatan perdagangan, namun
juga membangun armada kapal perang untuk melindungi kepentingan perdagangan dan kekuasaannya.
Majapahit juga memulihkan hubungan politik dengan Dinasti Yuan di Cina.
5. Sejarah Berdirinya TNI AL
TNI AL lahir bersamaan dengan proses berdirinya NKRI tahun 1945. Pada 22 Agustus 1945, PPKI
memutuskan untuk membentuk BKR. 10 September 1945 dibentuk BKR Laut Pusat dibawah pimpinan M.
Pardi (sebagai Hari Lahir TNI AL). Berdasarkan Maklumat Presiden RI No.2/X pada 5 Oktober 1945
dibentuklah TKR (Hari TNI). Selanjutnya, M. Pardi mengesahkan berdirinya TKR Laut sebagai organisasi resmi
militer matra laut pada tanggal 15 November 1945 (Hari Marinir).
Markas tertinggi TKR Laut dibentuk tanggal 1 Desember 1945. Pada tanggal 26 Januari 1946 TKR
menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Dengan demikian nama TKR Laut berubah menjadi TRI Laut.
Pada tanggal 19 Juli 1946, diselenggarakan konferensi dan memutuskan Markas Tertinggi TRI Laut
berkedudukan di Lawang dan Sub Markas Tertinggi di Yogyakarta, serta secara resmi digunakan nama
ALRI. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 69 Tahun 1971, ALRI bertransformasi
menjadi TNI AL sebagai bagian integral dari ABRI.
6. Peran TNI AL dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
a. 1950 – 1959 operasi laut, operasi amfibi, operasi gabungan untuk menumpas PRRI di Sumatera,
Permesta di Sulawesi, DI/TII di Jawa Barat, dan RMS di Maluku.
b. 1962 Trikora; pembebasan Irian Barat.
c. 1964 Dwikora; konfrontasi dengan Malaysia.
d. 1970 Operasi Seroja.
e. 1992 Lusitania Expresso
f. 1996 Pengamanan kerusuhan massal di Jakarta
g. 2011 Operasi Muhibah Duta Samudera dalam rangka pembebasan sandera MV Sinar Kudus
7. Jati Diri TNI AL
a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari WNI.
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan NKRI dan tidak mengenal menyerah
dalam melaksanakan serta menyelesaikan tugas.
c. Tentara Kebangsaan Indonesia, yaitu tentara yang bertugas demi kepentingan negara diatas
kepentingan daerah, suku, ras dan golongan agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik
praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang
menganut prinsip-prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum nasional dan hukum
internasional yang telah diratifikasi.
8. Peran, Tugas dan Fungsi TNI AL
a. Peran TNI AL. empat peran utama TNI AL yang meliputi:
1) Military role. Penggunaan kekuatan untuk menangkan perang, tegakkan kedaulatan &
pertahanan negara dengan cara penangkalan, penindakan & pemulihan.
2) Law enforcement role. Lindungi kepentingan nasional di laut, jaga keamanan serta
tegakkan hukum.
3) Diplomacy role Penggunaan kekuatan untuk dukung Kebijakan LN, dirancang untuk
pengaruhi kempemimpinan suatu negara di masa damai / perang.
4) Benign role (peran dukungan). Dukungan Tugas pemerintah & kemanusiaan; Dawilhan, SAR,
penanggulangan bencana, Surta hidros dll.
b. Tugas TNI AL. sebagai penjabaran peran universal AL & bagian dari TNI, sbb:
1) Melaksanakan Tugas TNI matra laut bidang pertahanan.
2) Menegakkan hukum & menjaga Kamla sesuai hukum Nasional & Internasional yang berlaku.
3) Melaksanakan Tugas diplomasi AL dalam rangka mendukung Kebijakan politik Luar Negeri.
4) Melaksanakan Tugas TNI dalam pembangunan & pengembangan kekuatan matra laut.
5) Melaksanakan Pemberdayaan wilayah Hanla (dawilhanla)
c. Fungsi TNI AL. sebagai komponen pertahanan negara di laut, meliputi:
1) Penangkal. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman di, dari, dan lewat l aut, baik dari
luar maupun dalam negeri yang mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa. Penangkalan dilakukan dengan mengomunikasikan kekuatan,
kapasitas, kapabilitas, serta komitmen TNI AL yang memiliki dampak psikologis untuk
diperhitungkan oleh lawan, sehingga mengurungkan sekaligus mencegah niat lawan.
2) Penindak. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman di, dari dan lewat taut. Penindakan
pada hakikatnya merupakan tindakan atau upaya untuk melemahkan, menghancurkan dan
melumpuhkan pusat kekuatan lawan (Center of Gravity) dengan memperhatikan titik
lemah lawan (critical vulnerabilities).
3) Pemulih. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan
keamanan. Kekuatan TNI AL bersama-sama dengan Unsur TNI lainnya, serta instansi
Pemerintah, membantu fungsi pemerintahan untuk mengembalikan kondisi keamanan
negara yang telah terganggu akibat kekacauan keamanan karena perang, pemberontakan,
konflik sosial, konflik komunal, huru-hara, terorisme, dan bencana alam.
9. Karakter kekuatan AL
a. Kekuatan Militer yang Selalu Siap siaga (A Ready Force). Wujudnya kehadiran di laut
(naval presence), baik pada masa damai maupun masa krisis atau perang, di dalam menjaga
kedaulatan dan keutuhan NKRI, serta melindungi kepentingan nasional Indonesia dari segala
ancaman dan gangguan.
b. Kekuatan Militer, yang Lenturl Fleksibel (A Flexible Force). Kapal perang yang secara fisik
sama, baik pada masa damai, krisis maupun perang, namun dapat dengan cepat melaksanakan tugas
sesuai dengan situasi yang dihadapi.
c. Kekuatan Militer yang Mandiri (A Self Sustaining Force). Kekuatan laut memiliki berbagai
jenis kapal yang melaksanakan beragam fungsi asasi yang terintegrasi. Salah satu fungsi adalah fungsi
dukungan logistik, termasuk fasilitas kesehatan dan perbaikan, membawa dukungan perbekalan
untuk dirinya sendiri, atau untuk digunakan sebagai unsur dukungan logistik mobil.
d. Kekuatan Militer dengan Mobilitas Tinggi (A Mobile Force). Kekuatan AL memiliki mobilitas
strategis dan taktis yang tinggi yang memiliki kemampuan untuk memantau situasi secara pasif, tetap
berada di suatu posisi untuk periode tertentu, namun dapat dengan cepat menanggapi krisis
yang terjadi, termasuk manuver dalam pertempuran.
10. Organisasi dan Struktur Kekuatan TNI AL
a. Organisasi
1) Organisasi Administrasi.
a) Mabesal dan Balakpus.
b) Kotama Pembinaan
(1) Kotama binops; Koarmada, Kolinlamil.
(2) Kotama Pembinaan murni; Kodiklatal, Pushidros, Kormar.
2). Organisasi Operasi.
a) Gunkuat & Kodal dari Mabes TNI ke Koarmada & Kolinlamil.
b) Orgas temporer untuk tugas gab Kodal Mabes TNI; AT, GT, ST.
c) Giat lat & banmas, Kodal di Mabesal; KJK, Jalasesya, SBJ.
b. Struktur kekuatan TNI AL. disusun dalam SSAT yang terdiri dari Kapal Perang (kapal permukaan
dan kapal selam), Pesawat Udara (Fixed dan Rotary Wing), Pasukan Marinir, dan Pangkalan.
Struktur SSAT juga meliputi K41PP dan sistem logistik terpadu. Dalam pembinaan dan untuk
kepentingan operasional, maka kekuatan TNI AL dibagi menjadi 4 struktur kekuatan yaitu :
1) Kekuatan Pemukul (Striking Force) adalah elemen SSAT yang memiliki tugas, peran &
fungsi sebagai kekuatan untuk menghancurkan lawan, tersusun atas kapal-kapal dan pesawat
yang memiliki senjata strategis.
2) Kekuatan Patroli (Patrolling Force) adalah elemen SSAT yang memiliki tugas, peran
dan fungsi sebagai kekuatan untuk melaksanakan penegakan hukum khususnya pada
masa damai, tersusun atas kapal-kapal dan pesawat dari berbagai jenis dengan tugas
kekamlaan.
3) Kekuatan Pendukung (Supporting Force) adalah elemen SSAT yang memiliki tugas,
peran dan fungsi sebagai kekuatan untuk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan tugas
utama, seperti kapal Bantu Gair Minyak (BCM), BantuHidro-oseanografi (BHO), Kapal/pesawat
latih, termasuk pangkalan AL.
4) Kekuatan Proyeksi (Projection Force) adalah elemen SSAT yang memiliki tugas, peran
dan fungsi sebagai kekuatan untuk melaksanakan proyeksi kekuatan dari laut ke darat, dalam
hal ini adalah marinir beserta dengan kelengkapan alutsistanya, didukung oleh kapal-kapal
Angkut Personel (AP) dan Angkut Tank (AT)

BAB III LINGKUNGAN LAUT INDONESIA


11. Kondisi Geografis
Indonesia berada di antara benua Australia dan benua Asia, serta Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia. Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau-pulau, panjang garis pantai
108.000 km. Menurut UNCLOS 1982, maka Indonesia memiliki luas wilayah 1,9 juta km2 daratan dan 6,4 juta
km2 wilayah perairan, yang terdiri atas luas laut teritorial 0,29 juta km2; luas perairan kepulauan 3, 11
juta km2; Luas ZEE 3 juta km2. Jalur-jalur pelayaran di wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia
telah menjadi Sea Lanes of Transportation/Communication (SLOT/C) yang strategis bagi perdagangan
dunia. Sel-Malaka, Sel-Sunda, Sel-Lombok, Sel-Makassar, ALKl-1, ALKl-2, dan ALKI 3 merupakan SLOT/C
vital yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan berlakunya UNCLOS 1982,
penetapan ALKI merupakan kewajiban negara Indonesia untuk menyediakan jalur-jalur pelayaran di
Perairan Kepulauan. Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan maritim di
wilayah perairan yurisdiksinya yang menjadi bagian dari SLOT dan SLOG.
Perairan Indonesia mempunyai perbatasan laut dengan sepuluh negara, yaitu Australia, Timor
Leste, PNG, Palau, Philipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, dan India. Masih banyak segmen
perbatasan di laut yang masih dalam proses penyelesaian yang memberikan potensi ancaman sengketa
batas dan pelanggaran wilayah yang berdampak pada stabilitas keamanan maritim di perairan perbatasan
antar negara. Indonesia juga berada di antara lempeng Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia yang aktif dan
sering terjadi pergeseran yang menyebabkan gempa bumi yang dapat memicu tsunami. Indonesia juga
berada di jalur "Cincin Api Pasifik" (The Pasific Ring of Fire) dengan 129 gunung api aktif, sehingga memiliki
risiko bencana alam yang tinggi. Pada satu sisi posisi geografis Indonesia memiliki potensi peluang, tetapi
pada saat yang bersamaan juga memiliki potensi ancaman.
12. Geopolitik
Keterlibatan Indonesia pada aktivitas hubungan luar negeri dalam kerangka kerja ASEAN
merupakan salah satu langkah strategis untuk turut menjamin stabilitas keamanan di kawasan Asia
Tenggara. Hal itu bisa dilihat dari eksistensi ASEAN Regional Forum (ARFJ, ASEAN+3, ASEAN Maritim
Forum (AMF), East Asia Summit (EAS) dan pembentukan ASEAN Community, yang salah satu elemennya
adalah ASEAN Political and Security Community (APSC). Berdasarkan kondisi geografis, negara-negara mitra
ARF bukan sebatas negara yang berada di kawasan Samudera Pasifik, tetapi termasuk negara-negara
yang terletak di Samudera Hindia. Dengan berjalannya waktu ASEAN telah bertransformasi menjadi
Komunitas ASEAN dengan pilar pada kerjasarna politik dan keamanan, ekonomi dan sosial budaya. Peran
Indonesia yang sentral di ASEAN telah berhasil menjadikan ASEAN sebagai organisasi kawasan yang
diperhitungkan oleh kekuatan-kekuatan besar lainnya. Dalam mendukung kebijakan politik negara tersebut,
TNI AL berpartisipasi aktif dalam forum-forum regional seperti Western Pasific Naval Symposium
(WPNS) di kawasan Samudera Pasifik, dan Indian Ocean Rim Association (IORA), serta Indian Ocean
Naval Symposium (IONS) di kawasan Samudera Hindia. Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya telah
mendirikan pula ASEAN Info-Sharing Portal untuk saling bertukar data antar negara ASEAN mengenai
perompakan dan pembajakan di Asia Tenggara.
Bentuk kerja sama lainnya adalah adanya patroli terkoordinasi yang secara rutin digelar beberapa kali
dalam setahun. Di kawasan lndo Pasiftk, negara-negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura
sejak 20 Juli 2004 telah melaksanakan Malacca Straits Sea Patrol (MSSP). Selain patroli di laut,
ketiga negara pantai ditambah Thailand, juga telah melaksanakan patroli udara Selat Malaka yang
diberi sandi Eye in the Sky Sedangkan dengan India, Indonesia melaksanakan Patkor lndindo. Untuk kerja
sama trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Philipina di Laut Sulawesi, dilaksanakan lndomalphi
Coordinated Patrol.
13. Geostrategi
Geostrategi Indonesia dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Beragam kepentingan nasional negara di dunia melewati Indonesia membawa dampak pada nilai strategis
Indonesia yang tinggi.
International Maritime Organization (IMO) mendefinisikan Maritime Domain Awarenes (MDA)sebagai
pemahaman terhadap semua hal yang berkaitan dengan wilayah maritim yang memiliki dampak
terhadap keamanan, keselamatan, ekonomi dan lingkungan. Wilayah maritim sendiri didefinisikan
sebagai seluruh wilayah atau hal-hal yang berhubungan dengan perairan termasuk segala bentuk
aktivitas, infrastruktur, SOM, barang dan jasa, serta alat angkut yang digunakan. Kondisi geografis
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat terbuka bagi aktivitas kejahatan lintas negara seperti money
laundering, human and arms trafficking, illegal trading, illegal logging, illegal mining, illegal fishing,
illegal drug trafficking, termasuk di dalamnya lalu lintas aktivitas terorisme yang terjadi di luar kawasan
sekalipun, memiliki potensi untuk masuk ke Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
khususnya TN! AL, bekerja sama dengan lnstitusi Pemerintah lainnya harus mampu mewujudkan perairan
Indonesia yang aman.
Beberapa strategi besar negara-negara yang memiliki kepentingan di kawasan seperti Amerika dengan
strategi “Rebalancing”, China dengan strategi "One Belt One Road" dan India dengan "Look East Policy”,
meningkatkan kompleksitas dinamika lingkungan strategi di kawasan, yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap posisi Indonesia dalam konteks geostrategi negara-negara tersebut.
Secara geostrategis, posisi Indonesia dianggap sebagai buffer oleh negara tetangga untuk menjaga
berbagai ancaman yang mungkin akan menuju negaranya. Situasi dalam negeri Indonesia memiliki
potensi yang juga berdampak terhadap negara tetangga. Tentu hal ini dapat menjadi peluang bila
dikelola dengan baik. Posisi Indonesia harus menjadi kunci dan posisi tawar terhadap stabilitas keamanan
di kawasan Asia Pasifik dan Samudera Hindia. Dengan memanfaatkan peluang tersebut, maka Indonesia
akan segera mencapai harapan sebagai Poros Maritim Dunia. Kehadiran kekuatan besar yang berperan di
regional harus menjadi pemicu bagi Indonesia untuk memposisikan diri sejajar dengan mereka baik secara
ekonomi, budaya, maupun kemampuan pertahanan.
14. Geoekonomi
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut, seperti minyak bumi,
gas alam, mineral, serta sumber daya perikanan. Sebagian besar kebutuhan ekonomi dan energi antar pulau
diangkut dengan kapal-kapal baik besar maupun kecil, begitu pula dengan hasil kekayaan alamnya, baik
untuk keperluan ekspor maupun impor. Hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia sangat bergantung
kepada laut dalam melaksanakan pemerataan pembangunan nasional.
70% lalu lintas migas dunia dari Timur Tengah ke Pasifik melewati Samudera Hindia. Lalu lintas ini
akan melintasi perairan Indonesia, baik Selat Malaka, Selat Sunda maupun Selat Lombok yang menjadi
choke point strategis di wilayah yurisdiksi nasional. Dari kondisi ini dapat dipahami bahwa gangguan
terhadap distribusi migas akan berimplikasi langsung terhadap ekonomi dan keamanan negara-negara
di kawasan, termasuk Indonesia. Munculnya ancaman terhadap keamanan maritim di wilayah perairan
Indonesia memberikan risiko keamanan tersendiri bagi pengguna laut pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya.
Indonesia sendiri memiliki hubungan perdagangan dengan negara-negara di kawasan seperti China,
Jepang dan Amerika Serikat. Kekayaan alam dan ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia
menjadi faktor panting yang menarik investasi negara dunia di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya perdagangan antara Indonesia dengan China, Jepang, dan Amerika. Di kawasan Samudera Hindia,
Indonesia juga menjalin kerja sama perdagangan dengan negara anggota Indian Oceans Rim Association
(IORA).
15. Kepentingan Nasional Indonesia di Laut.
a. Laut bebas dari tindak kekerasan. Tindakan kekerasan di laut dapat berupa ancaman
pembajakan (piracy) & perompakan (sea robbery) di laut, termasuk terorisme di laut oleh kekuatan
non-state actor yg bersenjata.
b. Laut bebas dari bahaya navigasi. Beberapa wilayah perairan Indonesia memiliki kepadatan
yang tinggi seperti di Selat Malaka yang dilewati lebih dari 70.000 kapal per tahun, sehingga
memiliki risiko yang tinggi terhadap tubrukan kapal dan kandas. Gangguan terhadap ancaman bahaya
navigasi dapat bersumber dari faktor alamiah (kedangkalan) dan faktor perbuatan manusia (pencurian
dan perusakan sarana bantu navigasi baik di laut maupun di darat, serta tindakan lain yang dapat
mengganggu navigasi kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia).
c. Laut bebas dari kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh berbagai
faktor penyebab, dapat membawa dampak pada penurunan SDA di laut. Ancaman perusakan
lingkungan yang akan berdampak pada kelangsungan ekosistem laut. seperti pencemaran lingkungan
oleh bahan berbahaya, perusakan terumbu karang, penggunaan bahan peledak, gelombang akustik
bawah air, alat tangkap yang merusak.
d. Laut bebas dari pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum di laut dapat berupa, penyelundupan
termasuk penyelundupan narkoba, senjata (arms smuggling), amunisi &handak, atau bahan lain yg
dapat membahayakan keselamatan bangsa, pelanggaran pelayaran, imigrasi, perikanan, pencemaran,
illegal survey, pencurian kekayaan laut dan penyalahgunaan ALKI, serta tindakan lain yang dapat
merugikan negara, mapun pihak lain yang dilakukan di laut

BAB IV PENGERAHAN KEKUATAN TNI AL


Sebagai kekuatan utama pertahanan negara di laut, maka pengerahan kekuatan (force employment) TNI AL
yang diwujudkan dalam bentuk penggelaran (deployment) dan penggunaan kekuatan (use of force), adalah
untuk menjamin tercapainya kepentingan dan tujuan nasional. Sasaran penggelaran kekuatan laut adalah
terwujudnya pengendalian mutlak (Absolute Control; pada masa damai, pengendalian konflik, dan
pengendalian kerja (Exercising Control) dimana laut dapat digunakan pada waktu tertentu dengan derajat
kebebasan yang tinggi, sebagai upaya mendukung kampanye militer yang dilaksanakan.
16. Strata Konflik (Level of Conflict).
a. Konflik Tingkat Rendah (Low Level Conflict). Adalah suatu keadaan dimana eskalasi ancaman &
konflik yang ada tidak secara signifikan membahayakan kepentingan nasional. Tahapan ini terjadi pada
kondisi damai. Tujuan yang ingin dicapai adalah terlindunginya kepentingan bangsa Indonesia untuk
mendukung tercapainya cita-cita negara. Penggunaan kekuatan TNI AL pada kondisi ini adalah untuk
menjaga keamanan di laut dan menimbulkan efek penangkalan terhadap pihak-pihak asing yang akan
melaksanakan kepentingannya. Penggelaran kekuatan laut melalui ops yg dilaksanakan diharapkan
akan mampu mewujudkan pengendalian laut (Sea Control) dan pencegahan penggunaan laut (Sea
Denial) di seluruh perairan Indonesia. Contoh konflik rendah adalah tindakan pelanggaran hukum di
laut, situasi darurat yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan dan pelayaran di laut,
serta trans-national crime atau kejahatan lintas negara. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah
melalui opskamla sehari- hari, operasi tempur laut, latihan bersama maupun kerja sama antar AL
dengan negara lain.

b. Konflik Tingkat Sedang (Medium Level Conflict). dapat berupa sebuah krisis pada skala kecil
atau membutuhkan operasi militer terbatas dengan jangka waktu tertentu. Tujuan yang ingin dicapai
adalah untuk melindungi kepentingan nasional dan mencegah terjadinya krisis yang lebih
berkepanjangan dan dapat membahayakan keselamatan bangsa Indonesia. Tingkatan konflik ini
dapat terjadi secara tiba-tiba maupun sebagai sebuah hasil dari eskalasi pada tingkatan sebelumnya.
Contoh konflik ini adalah bentuk ancaman militer non agresi yaitu pemberontakan bersenjata,
sabotase, spionase, terorisme, termasuk berbagai eskalasi ancaman non militer yang memiliki
potensi dampak terhadap keamanan dan ketertiban. Pada level ini G unkuat TNI AL diarahkan untuk
mendukung operasi yang harus dilaksanakan secara rnandiri oleh TNI AL, maupun secara
terpadu dengan matra lain. Bentuk operasi yang dilaksanakan adalah penanggulangan separatisme,
anti terorisme, serta operasi-operasi kontijensi lainnya.
c. Konflik Tingkat Tinggi (High Level Conflict). merupakan skala konflik yang memerlukan suatu
operasi militer berskala besar yang membutuhkan ketahanan operasi dlm waktu panjang. Bentuk dari
konflik ini adalah kampanye militer berdasarkan keputusan politik negara yang bertujuan untuk
melindungi keselamatan negara dan bangsa Indonesia dari ancaman agresi negara lain. Pada
level ini seluruh aset kekuatan TNI AL baik kapal, pesawat, pasukan maupun pangkalan yang ada
diarahkan dan digunakan secara maksimal untuk mencapai kemenangan perang. Conteh konflik
tingkat tinggi meliputi seluruh dimensi ancaman militer yang bersifat agresi yaitu invasi,
bombardemen, blokade laut, serangan terhadap unsur TNI AL yang sedang beroperasi, dan kehadiran
kekuatan militer asing di laut yurisdiksi nasional secara nyata menunjukkan tindakan bermusuhan
(hostile intent).
17. Prinsip-prinsip Perang Laut
a. Teguh pada tujuan. Setiap operasi laut harus diarahkan pada tujuan yang dinyatakan secara
jelas dan tegas serta dapat dicapai.
b. Ofensif. Keberhasilan tidak dapat dicapai tanpa aksi ofensif. Wujudnya menentukan
ruang/mandala tempur, mengungkap titik lemah musuh, dan memanfaatkan setiap perkembangan
yang terjadi.
c. Kesatuan Komando. Kesatuan Komando mutlak diperlukan dalam pelaksanaan operasi laut.
Operasi terikat pada satu tujuan, namun dapat terjadi pembagian/pemisahan dalam sasaran, ruang
dan waktu sehingga diperlukan pengendalian terpusat dan desentralisasi pelaksanaan.
d. Pemusatan Kekuatan. Dalam melaksanakan tugas pokok perlu adanya pemusatan kekuatan
pada tempat dan waktu yang tepat. Dengan terkonsentrasinya penggunaan kekuatan dan
kemampuan yang terhimpun untuk menyerang musuh pada titik lemahnya (critical vulnerability).
e. Pendadakan. Pendadakan diwujudkan dengan memukul musuh pada ruang, waktu dan cara
yang musuh tidak siap untuk mengantisipasinya.
f. Kekenyalan. Kekenyalan/fieksibilitas adalah kapasitas untukmenyesuaikan dengan perubahan
lingkungan yg berpengaruh terhadap rencana yg telah disiapkan.
g. Manuver. Dalam pertimbangan strategis maupun taktis, mobilitas tinggi diperlukan untuk
menggerakkan kekuatan secara cepat dari satu tempat ke tempat lain dengan memanfaatkan
elemen kecepatan dan kelincahan alutsista.
h. Keamanan. Melindungi kekuatan akan menjaga kemampuan pukulan. Perlindungan dilakukan
antara lain dengan mencegah pendadakan musuh melalui intelijen pancaran (emision control and
emision policy), atau melalui simulasi (wargame) yang memungkinkan pemahaman manuver musuh
sehingga dapat secara efektif dan efisien menempatkan satuan-satuan pelindung manuver di laut.
Keamanan dapat dijamin dengan memahami strategi, doktrin dan taktik musuh.
i. Kekuatan yang Ekonomis. Penggunaan kekuatan laut dilaksanakan secara efektif dan efisien,
dalam rangka menjamin kesiapan dan kesiapsiagaan kekuatan minimum yang digunakan untuk
mencapai tujuan.
J. Moril. Kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada atasan, kepercayaan kepada senjata
dan semangat setia kawan perlu ditumbuhkan sebagai landasan "moril tempur".
k. Ketahanan atau Daya Tahan. Melingkupi pengaturan dukungan yang diperlukan untuk
mewujudkan rencana operasi dan strategi militer. Pengaturan ini termasuk elemen logistik & personal
yang diperlukan dalam rangka efisiensi kekuatan yang terlibat dalam tugas operasi.
I. Kesederhanaan. Panduan (guidance) berupa intensi komandan (commander intention) lebih
bersifat umum, namun dilengkapi dengan prosedur dan instruksi-instruksi tertentu akan mendorong
fleksibilitas dan kesederhanaan.
m. Legitimasi. Legitimasi menunjukkan bahwa penggunaan kekuatan laut didasari oleh
hukum/kebijakan politik yang jelas. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum & norma-norma yang
berlaku di mandala operasi, perlu dimengerti sehingga tidak menimbulkan risiko politik yang tidak
diharapkan.
n. Sinergitas. Tanpa adanya penguasaan atau keunggulan dimensi ruang tempur laut dan ruang
udara, kekuatan TNI AL akan lumpuh. Kerjasama dan sinergitas yang baik antar unsur dengan
didukung komponen cadangan dan pendukung matra laut, akan memberikan keunggulan dan
kemenangan.
o. Keuletan. Keuletan menunjukkan keteguhan hati untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab. Dalam melaksanakan gelar kekuatan yang tidak menggunakan senjata (peran dukungan),
dibutuhkan keuletan karena tugas yang harus dilaksanakan dapat memiliki jangka waktu yang
panjang, atau terdapat dampak kelelahan psikologis sehingga diperlukan keuletan.
18. Atribut Kekuatan Laut.
lntegrasi antara kekuatan dari satuan darat, laut dan udara akan mencapai hasil yang optimal, apabila
komando kekuatan gabungan mengenal dengan baik atribut yang berbeda dari setiap komponen.
Atribut tersebut :
a. Akses (Access). Lebih dari sepertiga bagian dari dunia merupakan lautan. Merupakan akses
strategis bagi kekuatan maritim utk memanfaatkan laut dalam pengerahan kekuatan yang signifikan.
Sisi lain dari akses adalah fleksibilitas politik, karena kekuatan AL dpt diposisikan dekat dengan lokasi
krisis tanpa melibatkan diri dengan persoalan politik.
b. Mobilitas (Mobility). Kekuatan AL memiliki mobilitas yang tinggi utk memindahkan kekuatan
dari satu tempat ke tempat lainnya. akan mempermudah dalam menghadapi perubahan situasi dan
perkembangan yang tidak diharapkan.
c. Kapasitas Angkut (Lift Capacity). Operasi laut yang masif membutuhkan dukungan maritim
untuk mengerahkan, mempertahankan, atau menarik kembali kekuatannya. Angkutan Laut (Sealift)
adalah cara yang dapat digunakan untuk mendistribusikan peralatan & duklog dalam skala apa pun.
d. Berkelanjutan (Sustained Reach). Kekuatan angkatan laut yang memiliki dukungan logistik
secara integral, memungkinkan untuk beroperasi secara independen tanpa dukungan ekstemal dalam
jangka waktu yang lama. Kemampuan beroperasi secara terus menerus dilaksanakan dengan
dukungan kapal tanker organik khusus dan kapal logistik lain, termasuk kapal rumah sakit yang
dapat beroperasi di lingkungan ancaman yang sama dengan satuan tempur.
e. Keserbagunaan (Versatility). Kapal perang dapat dengan mudah mengubah postur militer
mereka, melakukan beberapa tugas secara bersamaan, sekaligus melakukan perubahan tugas dengan
cepat melalui penggunaan sumber daya yang dimiliki. Kapal perang dapat menunjukkan berbagai
isyarat yang fleksibel dan menyesuaikan din terhadap dinamika spektrum politik.
f. Kesiapan (Poise). Saal berada di mandala operasi, kekuatan laut dapat tetap berada di
posisinya dalam jangka waktu yang lama, baik secara tersembunyi atau terbuka. dan dengan cepat
beradaptasi sesuai dengan tempo operasi yang dikehendaki. Kekuatan laut dapat mencerminkan
sikap politik, & bertindak sebagai kekuatan untuk pencegahan (deterrence) atau pemaksaan (Coercion).
g. Ketahanan (Resilience). Kapal perang dirancang untuk mampu menahan serangan
& kerusakan yg signifikan. Kompartemenisasi merupakan bentuk menjamin daya apung bagian
tertentu mengalami kerusakan akibat serangan.
h. Daya Pengaruh (Leverage). Leverage merupakan suatu konsep yang bersifat strategis maupun
operasional, yang berdampak langsung terhadap kebijakan politik atau militer. Pada tingkat strategis,
negara maritim dapat menggunakan kekuatan angkatan lautnya untuk membentuk dan
mengeksploitasi ruang pertempuran dan mengekspos titik lemah musuh. Pada tingkat operasional,
kekuatan gabungan dapat melaksanakan manuver dari laut untuk menyerang, mengalihkan
perhatian, dan menambah kekuatan yang lebih besar ke darat, atau menciptakan gangguan.
19. Gelar Kekuatan TNI AL
a. Gelar Permanen. merupakan gelar kekuatan yang bersifat tetap yg menjadi basis kekuatan
untuk mengantisipasi pores ancaman. Gelar permanen ini mencakup Mabes, Kotama, Pangkalan
beserta dengan struktur orgas & unsurs pendukungnya.
b. Gelar Manuver. merupakan gelar kekuatan dinamis dalam rangka melaksanakan OMP & OMSP,
serta tugas-tugas TNI AL lainnya. Gelar manuver melibatkan SSAT secara dinamis, baik sendiri
maupun bersama-sama, mengikuti poros gerakan ancaman pada mandala operasi sesuai perkiraan
intelijen, dengan kekuatan yg mampu menghancurkan/menetralisir kekuatan lawan. Gelar manuver :
1) Kehadiran di Laut (Forward Presence). Dalam konteks penangkalan, melalui kehadiran
di laut, A L dapat membawa dan menyampaikan pesan-pesan secara implisit dan eksplisit.
Kehadiran di laut tidak semata-mata dilakukan dalam bentuk operasi laut sehari-hari,
perubahan bentuk dan pola kehadiran secara psikologis akan meningkatkan perhatian pihak
lain. Kehadiran di laut juga untuk meningkatkan kemampuan respon terhadap kontinjensi yang
terjadi.
2) Pengendalian Laut (Sea Control). adalah kondisi dimana terdapat kebebasan dalam
menggunakan ruang laut untuk kepentingan sendiri pada satu rentang waktu & bila perlu,
mencegah penggunaannya untuk kepentingan lawan. Pada spektrum konflik yg paling rendah,
pengendalian harus mampu menjamin kebebasan navigasi kapal-kapal niaga dari ancaman
lawan dengan menggelar kekuatan laut tertentu sebagai penangkal. Pada spektrum konflik yang
tertinggi harus mampu menggelar kekuatan tempur laut terbesarnya untuk mengeliminasi
kemampuan tempur laut lawan.
3) Pencegahan Penggunaan Laut (Sea Denial). dilakukan pada saat salah satu pihak yang
bermusuhan ingin tetap dapat menguasai suatu wilayah maritim tanpa perlu melakukan
pengendalian dan pengawasan secara penuh atau terus menerus. Contoh klasik adalah dalam
bentuk kegiatan penyebaran ranjau atau penempatan artileri rudal pantai.
4) Penangkalan (Deterrence). adalah upaya untuk membangun sikap mental pihak
lawan untuk tidak melakukan tindakan tertentu yang tidak diharapkan. Penangkalan pada
hakikatnya merupakan usaha untuk tujuan perdamaian. lmplementasi penangkalan adalah
meyakinkan musuh bahwa tindakannya yang menjurus ke arah kekerasan merupakan pilihan
terlburuk, karena kerugian yang akan diderita atau resiko yang akan ditanggungnya sangat
tidak sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. Elemen penangkalan adalah kapabilitas,
kredibilitas dan komunikasi.
5) Proyeksi Kekuatan (Force Projection). adalah kemampuan memindahkan atau memanuver
kekuatan dari satu daerah ke daerah lain untuk melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan
dalam rangka mendukung tupok. Proyeksi kekuatan yang bersifat ofensif bertujuan untuk
mengambil inisiatif atau mengambil keuntungan posisi. Sedangkan yang bersifat defensif
bertujuan untuk merebut kembali atau menarik kekuatan melalui pantai atau juga untuk tugas
operasi evakuasi kemanusiaan.
20. Karakter Peperangan di Laut.
a. Dimensi Medan Tempur. Laut merupakan medium dengan dimensi yang luas meliputi ruang
tempur di bawah permukaan, permukaan laut, dan ruang udara di atasnya, dimana setiap ruang
tempur ini memiliki kekhasan tersendiri.
b. Daerah Tempur. Laut merupakan medan yang terbuka dan saling terhubung. Untuk dapat
menyusun rencana manuver diperlukan susunan daerah tempur dengan berpedoman pada arah
datangnya ancaman.
c. Garis tempur. Garis tempur di laut tidak dapat diidentifikasi secara jelas sebagaimana di darat. Hal
ini disebabkan karena wilayah laut saling terhubung satu dengan yang lain dan juga memiliki interaksi
yang erat dengan wilayah daratan.
d. Intensitas ancaman. Ancaman dapat berasal dari berbagai ruang laut dengan potensi yang sama
dan bersifat acak serta sulit diprediksi.
e. Manuver. Satuan operasi AL memiliki sifat sangat mobil karena akses yang terbuka di laut,
sehingga memiliki tingkat kemampuan manuver yang tinggi.
f. Pelibatan. Tingginya aktivitas di laut memungkinkan terlibatnya kapal-kapal dari negara yang
tidak ikut berperang secara langsung.
g. Perlindungan. Perlindungan satuan operasi yang bertugas di laut relatif sulit karena luasnya
wilayah perairan dan ruang multidimensi kemungkinan ancaman.
21. Medan Pertahanan Berlapis.
Dalam konteks pertahanan negara, pertahanan berlapis disusun ke dalam mandala luar, mandala
utama, dan mandala dalam. Perlawanan militer dilaksanakan dengan mendahului tindakan lawan yang nyata-
nyata akan menyerang Indonesia di pangkalan musuh/sejauh mungkin di luar wilayah Indonesia sesuai
dengan kemampuan terjauh proyeksi kekuatan militer (mandala luar). Pertahanan militer menghadapi
agresi musuh yang telah masuk wilayah Indonesia dilaksanakan dalam susunan pertahanan yang berlapis
dengan mengerahkan kekuatan militer untuk mencegah dan menghancurkan kekuatan militer musuh dalam
wilayah yurisdiksi Indonesia sampai dengan batas kemampuan terjauh alutsista pertahanan pantai Indonesia
(mandala utama). Pertahanan militer untuk menghadapi agresi musuh yang telah dapat menerobos
pertahanan pantai Indonesia sampai dengan wilayah daratan (mandala dalam) dilaksanakan dengan perang
berlarut dengan menerapkan serta pola Trimatra Terpadu. Medan pertahanan TNI AL di laut ditata dalam
lapis pertahanan sebagai berikut :
a. Medan Pertahanan Penyanggah. merupakan daerah pertahanan lapis pertama yang terletak di
luar garis batas ZEE Indonesia. Penggelaran kekuatan TNI AL dilakukan dengan mengerahkan Gugus
Tugas yang memiliki kemampuan tempur tinggi dengan sistem senjata strategis yang memiliki jarak
jangkau diluar cakrawala (Over The Horizon Target - OTHT), didukung oleh sistem K41PP yang
handal, dan keunggulan udara serta pengintaian dengan memanfaatkan kapal selam wahana tanpa
awak, dan satelit. Gugus Tugas yang disusun dari kapal-kapal perang berbagai jenis khususnya kelas
destroyer, frigate, dan korvet yang didukung oleh kapal angkut logistik, juga harus memiliki daya
tangkal dalam rangka menciptakan penangkalan melalui implementasi diplomasi angkatan laut meliputi
bentuk-bentuk coercive, picture building, & coalition building diplomacy. Penghancuran lawan di
wilayahnya atau di luar wilayah yurisdiksi nasional Indonesia, membutuhkan kemampuan proyeksi
kekuatan yang diwujudkan melalui dukungan sea basing atau menggunakan pangkalan kawan.
b. Medan Pertahanan Utama. merupakan daerah pertahanan lapis kedua mulai dari ZEE
Indonesia sampai dengan batas laut teritorial. Penggelaran kekuatan TNI AL dilaksanakan dengan
mengerahkan gugus tugas yang berkemampuan sama dengan gugus tugas yang dikerahkan di medan
pertahanan penyanggah. Gugus tugas ini harus memiliki keunggulan udara yang diperoleh dari satuan
sendiri maupun dukungan dari matra udara. Ancaman multidimensi membutuhkan eksploitasi
kemampuan sewaco dan K41PP secara maksimal dalam membangun gambaran taktis dan operasi
serta kecepatan reaksi yang tinggi.
c. Medan Perlawanan. merupakan daerah pertahanan lapis ketiga yang berada di laut teritorial
dan perairan kepulauan. Pada lapis pertahanan ini TNI AL bersama-sama dengan komponen
cadangan dan komponen pendukung matra lainnya melaksanakan perang berlarut. Penggelaran
kekuatan TNI AL dilaksanakan dengan memanfaatkan karakteristik ruang laut dan medan kepulauan.
Keberadaan pulau-pulau, bahaya-bahaya navigasi dan selat-selat sempit harus dapat dimanfaatkan oleh
GT untuk mendapatkan keunggulan manuver dan melaksanakan choke point control untuk mencegah
manuver lawan. Operasi peranjauan, operasi kapal selam, operasi kapal cepat, dan penggelaran
artileri rudal pantai pada posisi tertentu di perairan kepulauan dilaksanakan untuk membatasi ruang
gerak atau memaksa lawan berada pada area killing ground dari peperangan kepulauan. Pemanfaatan
sumber daya nasional yang dimobilisasi menjadi komponen cadangan dan komponen pendukung harus
dimaksimalkan pemberdayaannya dalam rangka mewujudkan kemampuan pertahanan menghadapi
musuh.
22. Penggunaan Kekuatan Laut.
Penggunaan kekuatan laut merupakan aplikasi dari gelar manuver unsur-unsur kekuatan laut dalam
melaksanakan operasi, sesuai dengan tugas yang diberikan.
a. Konsep Penggunaan. mengacu atribut dan kemampuan dasar kekuatan laut :
1) Sebagai komponen utama pertahanan negara di laut digunakan dalam kampanye militer
sebagaimana ditetapkan oleh Mabes TNI.
2) Sebagai ready force dan flexible force, sewaktu- waktu dapat digerakkan untuk menghadapi
konflik/krisis.
3) Melaksanakan kebijakan politik negara di laut dalam rangka menjamin kepentingan
nasional.
4) Mengamankan & melindungi jalur-jalur pelayaran serta obyek vital maupun kegiatan
kelautan dalam rangka menjamin kepentingan nasional di laut.
b. Seni Operasi. Perencanaan operasi merupakan proses yang sistematis dan tersusun dalam suatu
proses PPKM. Dlm PPKM kegiatan utama adalah menyusun CB untuk menghadapi musuh merupakan
penggabungan aspek keilmuan dan intuisi. Seni operasi dapat diartikan sebagai "penerapan imajinasi
kreatif oleh komandan dan staf (yang ditopang oleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman) dalam
merancang strategi, kampanye dan operasi besar, serta mengorganisir dan mengerahkan kekuatan
militer." Seni operasi mengintegrasikan semua elemen strategi (sasaran-ends, sumber daya-means,
cara-ways) pada setiap tataran perang, termasuk risiko (risk) yang akan dihadapi.
Faktor-faktor penting dalam perencanaan operasi laut :
1) Pusat Kekuatan (Center of Gravity). adalah pusat dari seluruh kekuatan dan sumber daya
dimana segala sesuatu yang terkait dengan kemampuan dan kekuatan satuan militer tergantung
padanya. Pusat Kekuatan merupakan karakteristik kunci yang memungkinkan kemenangan perang
atau paling tidak mencegah kekalahan. Pada tataran operasi, Pusat Kekuatan musuh harus diatasi
dengan mengalahkannya, dan sebaliknya Pusat Kekuatan sendiri harus dilindungi utk memastikan
keunggulan/kemenangan & mencegah kekalahan.
2) Titik Lemah (Critical Vulnerability) adalah titik yang memberikan peluang untuk masuk,
menyerang dan menghancurkan pusat kekuatan musuh. Serangan terhadap titik lemah akan
berpengaruh terhadap kemampuan perang/ tempur musuh. Beberapa titik lemah berwujud fisik
pada tataran operasi seperti pembangkit listrik atau fasilitas distribusi di pangkalan atau gugus
tugas logistik, sedangkan pada tingkatan yang lebih tinggi, contohnya ketergantungan negara
terhadap ketersediaan bahan baku yang masuk melalui laut untuk mendukung industri penyedia
senjata atau peralatan perang, atau ketergantungan negara pada satu sumber data intelijen
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan nasionalnya. Titik lemah juga bisa tidak berwujud
(intangible) seperti moral.
3) Keinginan Komandan (Commander's Intent). Tindakan yang menentukan (decisive action)
membutuhkan kesatuan upaya yang melibatkan seluruh kekuatan untuk bekerja bersama. Aksi
yang cepat membutuhkan desentralisasi yang luas, yang memberikan kebebasan untuk
menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi saat itu dan tidak mungkin diputuskan
dengan cepat oleh satuan atasnya. Keinginan komandan merupakan sarana yang efektif untuk
memberikan panduan dalam pelaksanaan desentralisasi guna memecahkan masalah yang
dihadapi. Keinginan komandan berbeda dengan apa yang tercantum dalam sebuah Perintah
Operasi.
4) Niat Musuh (Enemy's Intention). dapat memberikan gambaran tentang Pusat Kekuatan
musuh. Strategi militer harus diarahkan terpusat untuk menghadapi musuh. Peperangan mungkin
dapat dimenangkan dengan cara menghancurkan musuh atau setidaknya membatalkan tujuan
politiknya. Oleh karena itu perlu dipahami motivasi dari pemimpin musuh, kekuatan dan
kemampuannya, keunggulan dan kelemahannya, untuk dimanfaatkan dalam rangka memengaruhi
persepsi mereka.
5) Titik Kulminasi (The Culminating Point). adalah kondisi dimana manuver strategis atau
operasi dalam peperangan berada dalam keadaan yang tidak dapat dikembangkan lagi, dan lebih
kepada upaya untuk mempertahankan. Pada kondisi ini, terdapat resiko pembalikan situasi, yang
harus diantisipasi. Kondisi ini (titik kulminasi) dicapai karena beberapa alasan, antara lain,
perhubungan/transportasi yg mencapai kapasitas maksimum, keterbatasan logistik, perang yang
berlarut, kelelahan personal dan material, cuaca, mental, dan lain sebagainya. Titik kulminasi
merupakan titik yang berbahaya bagi sebuah kekuatan militer. Jadi titik kulminasi berarti telah
tercapai kondisi yang memiliki kemungkinan terjadinya kondisi yang membalik. Pada situasi ini,
kekuatan militer perlu untuk lepas libat atau beralih pada operasi yang lain atau secara cepat
menambah sumber daya sebelum terjadi pembalikan kondisi.
Titik kulminasi menjadi titik pada waktu dan lokasi yang tepat dimana pihak penyerang
memanfaatkan momentum untuk memperkecil risiko kegagalan maupun serangan balasan dari
pihak yang diserang.
6) lrama (Tempo). adalah kecepatan langkah dalam tindakan. sebagai sesuatu yang
memungkinkan untuk dikendalikan. lrama tindakan militer menciptakan kondisi yang
memungkinkan musuh untuk melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan bertindak.
Musuh yang kuat mungkin dapat melindungi atau menyembunyikannya. Sangat kecil
kemungkinan melakukan satu pukulan menentukan kecuali musuh dipaksa untuk
mengungkapkannya. Cara untuk melakukannya adalah dengan mempertahankan tempo perang
atau tempur yang tinggi.
c. Operasi TNI AL. TNI AL sebagai kekuatan militer di laut dalam upaya untuk mencapai tugas yang
diamanatkan, dilaksanakan melalui operasi-operasi yang secara khusus bersifat kelautan. Operasi TNI
AL ini dapat diselenggarakan dalam kerangka operasi mandiri atau dalam kerangka operasi gabungan
(gabpadma, gabpad, gabma), dan kampanye yang melibatkan kematraan atau instansi pemerintah
lainnya. Operasi TNI AL meliputi:
1) Operasi Militer untuk Perang (OMP). Dalam menghadapi kekuatan musuh, kekuatan TNI
AL diarahkan untuk melakukan penghancuran lawan dan penguasaan laut dan wilayah pesisir.
Penyelenggaraan operasi laut dalam kerangka OMP diwujudkan antara lain melalui Operasi
Penghancuran Kekuatan Armada Lawan (PKAL), Pemutusan Garis Perhubungan Laut Lawan
(PGPLL) dan Pengamanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS). Karakter dimensi ruang tugas
dan kesenjataannya, telah memunculkan bentuk-bentuk peperangan sebagai berikut:
a) Peperangan Permukaan. adalah peperangan yang media ancamannya berada di
permukaan laut dapat berupa kapal permukaan dan berbgai jenis baik sipil dan militer serta
kapal tanpa awak termasuk senjata yang digunakan untuk melaksanakan penghancuran.
b) Peperangan anti kapal selam. Adalah peperangan yang menggunakan media ruang
bawah permukaan. Ancaman dlm peperangan ini berasal dari kapal selam (berawak
maupun tanpa awak), termasuk persenjataan yg digunakan utk melaksanakan
penghancuran.
c) Peperangan Anti Udara. adalah peperangan yang menggunakan media ruang udara
sebagai ruang tempur. Ancaman dalam peperangan ini berasal dari pesawat tempur,
pesawat tanpa awak termasuk senjata yang digunakan untuk melaksanakan penghancuran.
d) Peperangan Elektronika. adalah peperangan yang bersifat dukungan dengan
memanfaatkan transmisi gelombang elektromagnetik utk mengamankan satuan operasi &
mencegah penggunaannya utk keuntungan lawan.
e) Peperangan Peranjauan. adalah peperangan di ruang tempur permukaan dan bawah
permukaan secara khusus dengan menggunakan senjata khusus yaitu ranjau. Peperangan
peranjauan sendiri mencakup operasi peranjauan dan anti peranjauan.
f) Peperangan Amfibi. adalah peperangan yang memiliki tujuan menduduki atau
merebut wilayah pesisir lawan dengan menggunakan kekuatan pasukan pendarat yang
didaratkan oleh satuan operasi AL. Ancaman peperangan amfibi ini melingkupi seluruh
dimensi ruang udara, permukaan, bawah permukaan dan darat, termasuk kondisi geografis
dan rintangan buatan di pantai.
g) Peperangan Nubika. adalah peperangan yang diselenggarakan untuk menghadapi
ancaman yang memiliki dampak mematikan meliputi nuklir, biologi dan kimia (nubika).
2) Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Dalam masa damai, kekuatan TNI AL dapat
diarahkan untuk melaksanakan pengamanan dan perbantuan dalam rangka menjamin stabilitas
keamanan nasional di laut. Penyelenggaraan operasi laut dalam kerangka OMSP diwujudkan
antara lain melalui Operasi SAR, Pam WIP, Pengamanan Perbatasan Laut, Penanggulangan
Bencana dan berbagai tindakan kontinjensi lainnya sesuai tugas OMSP.
3) Operasi Gakkum di Laut. Pada masa damai, kekuatan TNI AL diarahkan utk melaksanakan
penegakan hukum & kedaulatan di seluruh wilayah yurisdiksi nasional Indonesia. Operasi
penegakan hukum & kedaulatan di laut diselenggarakan dalam bentuk kehadiran di laut
sepanjang waktu dan patroli laut sehari-hari.
4) Operasi Diplomasi Angkatan Laut. Dalam setiap kondisi baik perang maupun
damai, kekuatan TNI AL diarahkan untuk membangun penangkalan, pengumpulan informasi
dan kesepahaman dengan pihak lain. Diplomasi angkatan laut diselenggarakan melalui kegiatan
port visit, patroli terkoordinasi, operasi bersama dan latihan bersama, sampai kepada operasi
blokade atau penyekatan.
5) Operasi survei dan pemetaan hidrooseanografi. Dilaksanakan dalam rangka
mendukung operasi angkatan laut, diplomasi negara, serta mendukung pembangunan nasional
di bidang kelautan. Operasi ini diwujudkan dlm bentuk penyelenggaraan kegiatan survei &
pemetaan dlm rangka menyusun peta & produk navigasi utk kepentingan pelayaran nasional &
internasional.
6) Operasi lain dalam rangka mendukung tugas pemerintah. Operasi ini dilaksanakan
karena sumber daya yang dimiliki, ruang tugas, dan kemampuan manuvemya mampu memberikan
dukungan terhadap program-program pemerintah seperti penyediaan transportasi laut untuk
mendukung Operasi Bakti TNI AL, Operasi Surya Bhaskara Jaya, dukungan angkutan hari raya,
distribusi uang rupiah ke wilayah terpencil dan lain sebagainya.
23. Komando dan Pengendalian (Kodal).
Komando diartikan sebagai otoritas yang diberikan kepada komandan satuan operasi untuk
melaksanakan tugasnya. Dalam konteks organisasi militer yang terdiri atas lebih dari satu satuan operasi,
otoritas-otoritas ini membentuk sebuah rantai komando atau struktur hierarki. Rantai komando secara
sederhana menggambarkan siapa melapor kepada siapa, juga menjelaskan tanggung jawab, jalur otoritas dan
kekuatan pengambilan keputusan, sedangkan pengendalian diartikan sebagai jangkauan dari otoritas
komando. Luas dan sempitnya rentang kendali berpengaruh pada kecepatan pengambilan keputusan,
besaran tanggung jawab, dan kemudahan dalam pengawasan.
Secara umum komando dan kendali adalah pelaksanaan kewenangan dan pengarahan oleh komandan
satuan ternadap satuannya dalam melaksanakan tugasnya. Fungsi komando dan kendali diwujudkan dalam
bentuk pengaturan atau penyusunan sumber daya satuan meliputi personel, peralatan, komunikasi, fasilitas
dan prosedur oleh komandan satuan guna melaksanakan fungsi organisasi meliputi perencanaan, pengarahan,
koordinasi dan pengendalian kekuatan dan operasi dalam rangka pencapaian tugas pokok. Karakteristik
komando dan pengendalian TNI AL sangat dipengaruhi oleh mobilitas kekuatan laut yang tinggi, sehingga TNI
AL dapat melakukan alih kodal atau swap command secara cepat yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Alih kodal atau swap command menjadi kebutuhan untuk menjawab tantangan dan dinamika tugas,
luasan wilayah tugas dan ketersediaan satuan operasi yang tergelar. Penggunaan kekuatan TNI AL dalam
melaksanakan OMP dan OMSP adalah rangka melaksanakan tugas TNI di bidang pertahanan matra laut.
Sedangkan sebagai alat keamanan di laut, penggunaan kekuatan TNI AL adalah dalam rangka penegakan
hukum di laut sesuai dengan peraturan internasional dan Undang-undang yang berlaku. Dengan kondisi
yang khusus ini, maka Kodalops Gunkuat TNI AL terbagi menjadi dua, yaitu Kodal dalam Opsmil oleh
Pang TNI dan Kodal dalam penegakan hukum di laut oleh Kasal.

24. Aturan Pelibatan.


Aturan Pelibatan atau Rules of Engagement (ROE) adalah direktif Komando Alas yang menyangkut
kebijakan & pembatasan bagi Komando Bawah di lapangan dalam mengambil inisiatif tindakan pada setiap
pelibatan. Sebagai direktif kebijakan, Aturan Pelibatan merupakan implementasi keputusan-keputusan
strategik Komando Atas yang sudah ditetapkan sekaligus merupakan mekanisme pengendalian terhadap aksi
dan tindakan para Komando Bawah di lapangan. Aturan Pelibatan ini dapat dijadikan dasar bagi unsur unsur
pelaksana operasi sebagai antisipasi terhadap ancaman yang dapat menggagalkan operasi. ROE memuat
indikasi, petunjuk, tindakan dan pembatasan tindakan para pemegang Komando di lapangan pada setiap
pelibatan yang dihadapinya. Ditinjau dari sifatnya, Aturan Pelibatan dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :
a. ROE bersifat tetap (Standing). Aturan Pelibatan yang bersifat tetap meliputi semua instruksi
yang berkaitan dengan aturan tentang hak bela diri unsur dalam menghadapi ancaman. Dengan
adanya perkembangan teknologi kesenjataan khususnya peluru kendali, maka Aturan Pelibatan yang
bersifat tetap, memuat petunjuk-petunjuk praktis menyangkut aksi apa saja yang diperbolehkan dalam
menghadapi Niat Permusuhan (Hostile Intent) & Tindakan Permusuhan (Hostile Act).
b. ROE bersifat khusus (Particular). Aturan Pelibatan yang bersifat khusus lebih merupakan instruksi
pengendalian dari Komando Alas, yang harus dimutakhirkan mengikuti perkembangan situasi konflik di
lapangan.
Aturan Pelibatan berhubungan erat dengan Kebijakan Nasional dan RO/PO dalam hal penggunaan
kekuatan dengan penjelasan sebagai berikut: Kebijakan Nasional meliputi apa, dimana, kapan dan mengapa
kekuatan tersebut digunakan; RO/PO meliputi bagaimana, kapan, apa dan dimana kekuatan tersebut akan
diimplementasikan; Aturan Pelibatan sendiri meliputi kapan kekuatan tersebut akan didayagunakan dan
seberapa jauh kekuatan tersebut akan digunakan.

BAB V : PEMBINAAN KEKUATAN TNI AL


25. Sumber Daya Manusia
a. Kehidupan di laut. Kehidupan di kapal perang baik pada situasi damai maupun krisis, sering berada
pada situasi yang tegang dan tidak menyenangkan.
b. Kepemimpinan. Komandan harus memiliki kepemimpinan di kapal (Command of The Sea),
Komando yg efektif tergantung pada kepemimpinan yg efektif.
c. Moral. Pemeliharaan moral yang baik merupakan salah satu prinsip dalam peperangan. Moral
yang baik didasarkan oleh adanya kesadaran atas kesamaan nasib dan tujuan, pengertian dan
kepercayaan terhadap tujuan, disiplin dan kehormatan diri, serta kepercayaan pada peralatan
maupun tingkat latihan yang telah dilaksanakan.
d. Disiplin. Pembentukan disiplin dilaksanakan melalui latihan militer. ldealnya disiplin diterapkan
berdasarkan instruksi dari atas dan melekat pada diri setiap orang.
e. Gangguan/Stres dan Kecelakaan Perang. Kekuatan pasukan tidak boleh dipacu/dipaksakan
melampaui batas sehingga seseorang kehilangan daya tahan. Stres merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari suatu peperangan.
26. Piranti Lunak.
Lingkungan tugas di laut merupakan ruang dimensi yang dinamis. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mendorong modernisasi peralatan, berubahnya bentuk ancaman dan tuntutan kecepatan
pengambilan keputusan yang mengubah cara-cara bertempur. Dinamika lingkungan strategis yang selalu
berubah membutuhkan pengamatan terus menerus untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat
berdampak pada kesesuaian antara aplikasi doktrin dan strategi yang selama ini dipergunakan. Dengan
demikian, akan timbul konsep-konsep doktrin baru yang dibutuhkan dalam rangka menyiapkan dan
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi tantangan tugas. Piranti lunak selain doktrin yang
sifatnya operasional, juga mencakup petunjuk-petunjuk untuk mengatur fungsi-fungsi organisasi agar
berjalan dengan baik dan lancar. Untuk mengetahui validitas dari doktrin yg dipergunakan, maka dalam
pelaksanaan latihan-latihan, perlu dilaksanakan dengan sebisa mungkin mendekati situasi nyata, serta
didukung oleh pengkajian dan pengembangan dari hasil latihan tersebut. Pengalaman operasi merupakan
pelajaran yang sangat berharga dalam menilai valid tidaknya doktrin yang dikembangkan.

27. Alutsista.
TNI AL menggunakan kapal dan platform pendukung yang disusun dalam SSAT. Aset utama terdiri atas
kapal, pesawat, dan kendaraan tempur marinir berbagai jenis. Dalam menyelenggarakan tugas, peran, dan
fungsinya, TNI AL menggunakan Alutsistanya melalui siklus operasi yang meliputi observasi, orientasi,
pengambilan keputusan dan penindakan yang membutuhkan berbagai peralatan seperti radar, direction
finder, peralatan komunikasi sampai dengan kesenjataan. Seluruh peralatan, sangat bergantung kepada
teknologi. Perkembangan teknologi yang berlangsung sangat cepat, menyebabkan tingkat keusangan suatu
teknologi juga terjadi lebih cepat. Alutsista dan peralatan di dalamnya memiliki usia pakai yang terbatas,
sehingga dibutuhkan manajemen dan pola pembinaan Alutsista untuk mempertahankan kesiapan
operasionalnya. Pembinaan Alutsista menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi pokok dan fungsi penunjang.
Fungsi pokok mencakup penentuan kebutuhan, litbang, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan dan
penghapusan. Sedangkan fungsi penunjang mencakup administrasi, informasi dan inventarisasi. Pembinaan
Alutsista diselenggarakan dalam siklus manajemen pemeliharaan mencakup proses perencanaan,
mengorganisir, memonitor atau observasi dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan penting dlm penyelenggaraan
fungsi tersebut seperti penyusunan operational requirement sebagai dasar penentuan jenis Alutsista dan
kemampuannya, penelitian dan pengembangan untuk menganalisis persyaratan operasional dan material,
Sistem Pemeliharaan Terpadu (SPT) dan Perpanjangan Usia Pakai (PUP) untuk menjamin kesiapan
operasional Alutsista, serta mekanisme penghapusannya apabila masa pakai sudah maksimal.
28. Logistik Terpadu.
Dalam rangka mewujudkan kesiapan dan kesiapsiagaan satuan operasi TNI AL, maka Logistik TNI AL
harus mampu menyiapkan dan menyediakan material, fasilitas dan jasa secara efektif dan efisien.
Penyelenggaraan logistik TNI AL meliputi 2 fungsi yaitu fungsi operasi dan fungsi pembinaan. Fungsi operasi
berkaitan dgn penyiapan & penyediaan material sesuai dgn kebutuhan operasi & organisasi, sedangkan fungsi
pembinaan diarahkan untuk menjamin kesinambungan kegiatan organisasi. Pembinaan logistik TNI AL harus
dapat bersinergi dengan pembinaan bidang lainnya termasuk memanfaatkan jaringan sistem logistik nasional.
29. Infrastruktur
Operasi TNI AL membutuhkan prasarana pendukung operasi dan administrasi. Dalam konteks
pendukung operasi, diimplementasikan dalam bentuk gelar pangkalan dengan fungsinya, serta penyediaan
daerah/fasilitas latihan. Sedangkan dalam konteks pendukung administrasi, diimplementasikan dalam
bentuk penyediaan fasilitas perkantoran dan perumahan, atau fasilitas lain bagi pemenuhan kesejahteraan
prajurit. Pembinaan infrastruktur harus dilaksanakan dalam rangka menjamin ketersediaan dan
kesinambungan dukungan terhadap kegiatan organisasi secara menyeluruh. Penyelenggaraannya juga harus
selaras atau sinergi dengan program pembangunan, sehingga keberadaan infrastruktur TNI AL dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan nasional dan sebaliknya.
30. Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.
Mengacu kepada Sistem Pertahanan Negara yang bersifat semesta, maka TNI adalah komponen
utama, dengan rakyat yang terlatih sebagai komponen cadangan, serta sarana prasarana sebagai komponen
pendukung. Mengingat skala konflik dpt terjadi dari kondisi damai sampai dengan perang, maka
pembinaan komponen cadangan maupun komponen pendukung dipersiapkan sejak dini, dengan mengacu
kepada Doktrin yang ada. Perlu kerjasama & sinergitas dgn lnstansi Pemerintah & instansi swasta.
31. Kemampuan TNI AL
Pembinaan kemampuan TNI AL yang dikembangkan meliputi :
a. Kemampuan lntelijen Maritim adalah kemampuan untuk melaksanakan deteksi dini terhadap
ancaman & potensi ancaman khususnya di corong-corong strategis & daerah perbatasan, kemampuan
analisa, evaluasi & distribusi data lntelmar secara cepat & akurat sesuai kebutuhan operasi,
kemampuan kontra-intelijen dan klandestein.
b. Kemampuan Pertahanan. adalah kemampuan untuk menyelenggarakan strategi dan taktik
pertempuran di laut, yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan peperangan laut, kemampuan
proyeksi kekuatan dan kehadiran di laut, kemampuan penangkalan, kemampuan peperangan khusus,
& kemampuan angkutan laut militer.
c. Kemampuan Keamanan Laut. adalah kemampuan untuk melaksanakan penegakan hukum di
laut dalam rangka menjamin kebebasan pengguna laut dari ancaman di laut. Kemampuan ini meliputi
kemampuan kehadiran di laut, kemampuan penindakan & penyidikan, kemampuan menyelenggarakan
SAR kecelakaan di laut.
d. Kemampuan Diplomasi. adalah kemampuan menyampaikan pesan kebijakan kepada pihak
sasaran. Kemampuan diplomasi AL dlm bentuk kemampuan SOM TNI AL & kehadiran alutsista di
laut (naval presence), yg mengemban tugas-tugas diplomasi yaitu penangkalan (deterrence),
pengumpulan data (picture building), dan menciptakan kesepahaman (confidence building).
e. Kemampuan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Laut. adalah kemampuan untuk
melaksanakan penyiapan seluruh sumdanas yg mencakup dimensi Ruang, Alat, & Kondisi (RAK)
selaku komcad & komduk yg siap digunakan untuk mendukung tugas-tugas pertahanan negara di
laut.
f. Kemampuan Survei & Pemetaan HidroOseanografi. SDM, sistem dan metode serta alat-peralatan
surta hidros harus memiliki kemampuan adoptif dan adaptif terhadap setiap dinamika teknologi surta
hidros terkini, seperti satelit inderaja untuk batimetri (Satellite Derived Bathymetry (SDB) dan teknologi
informasi geospasial kelautan. Hal ini guna meningkatkan kemampuan pelayanan informasi geospasial
kelautan dinamis (Marine Spasial Data infrastructure (MSDI).
g. Kemampuan Dukungan. adalah kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mendukung
kegiatan/operasi TNI AL. Kemampuan ini meliputi:
1) Kemampuan Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana Alam.
2) Kemampuan Logistik. Seluruh kegiatan yang bertujuan dalam rangka menyiapkan dan
menyediakan materiil dan personel, baik untuk kepentingan operasi mandiri TNI AL, maupun
operasi gabungan oleh TNI.
3) Kemampuan Komando dan Kendali. Pengembangan sistem kodal TNI AL diarahkan pada
konsep K41PP.
4) Kemampuan Binpers. Lemdik harus berkemampuan untuk membentuk dan
mengembangkan kualitas personel dan profesionalisme sebagai kekuatan Pertahanan Negara
matra laut.
5) Kemampuan Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Penelitian dan pengembangan
diarahkan untuk mengikuti serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini sebagai
bekal awal dalam rangka mendukung tercapainya pemenuhan kebutuhan alutsista secara mandiri
dengan menyinergikan antara pendidikan tinggi, lembaga penelitian, industri pertahanan
strategis baik pemerintah atau swasta dan didukung oleh kebijakan pemerintah.
6) Kemampuan dukungan pangkalan. Pangkalan TNI AL dibentuk dan digelar untuk
melaksanakan fungsi Pemangkalan, Pemeliharaan dan Perbaikan, Perawatan Personel,
Pembinaan Pangkalan dan Pemberdayaan wilayah (5P) sebagai dukungan logistik wilayah bagi
satuan TNI AL.
7) Kemampuan Dukungan Misi Perdamaian. Dalam rangka kepedulian dan peran aktif
bangsa Indonesia sebagai upaya mewujudkan perdamaian dunia adalah dengan mengirim
kontingen yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB, pengamat militer, maupun dalam
Maritime Task Force.
8) Kemampuan Penyelamatan Bawah Air, agar mampu melaksanakan penyelamatan dalam
rangka salvage, maupun dalam pelaksanaan SAR di Laut.
9) Kemampuan siber, untuk menghadapi ancaman pada dimensi maya yang berkembang
dengan cepat.
10) Kemampuan lainnya sesuai kebutuhan dgn mempertimbangkan perkembangan lingkungan
strategis.
h. Elemen Kemampuan. Untuk mewujudkan kemampuan tersebut di atas :
1) Struktur Kekuatan. Jumlah dan tipe dari unit yang terorganisasi, aktif dan tersedia,
pengoperasian kapal dan pesawat udara serta fasilitas infrastruktur pendukung.
2) Modernisasi. Tingkat teknologi sistem persenjataan menggambarkan komponenkomponen
sari struktur kekuatan.
3) Kesiapan. Tingkat pengoperasian masing- masing unit dalam struktur kekuatan mampu
melaksanakan tugas-tugas yang telah dirancang dan terorganisasi.
4) Keberlanjutan. Kemampuan mengoperasikan unit-unit secara kontinyu untuk
melaksanakan kegiatan operasi Angkatan Laut secara periodik.

BAB VI : TANTANGAN KE DEPAN


32. Kepemimpinan dan Sumber Daya Manusia.
Pembinaan SDM di tengah derasnya arus inforrnasi dan globalisasi dunia memunculkan tantangan
tersendiri. Pola hidup hedonis dan keinginan dalam mencapai segala sesuatu secara instan, tanpa didasari
kerja keras dan keikhlasan, dapat memengaruhi moralitas SDM TNI AL dan berimplikasi terhadap menurunnya
profesionalisme prajurit yang membawa kemunduran bagi TNI AL di masa mendatang. Kepemimpinan TNI AL
di masa mendatang tidak saja menghadapi tantangan yg kompleks terkait permasalahan SDM, tetapi juga
menghadapi tantangan yang kuat terhadap diri sendiri dari pengaruh globalisasi. Sehingga di masa
depan, pembinaan TNI AL harus dapat melahirkan pemimpin yang memiliki kualitas moral dan
profesionalisme yang tinggi, melalui penugasan di berbagai bidang dengan pola tour of duty dan tour of area.
33. Kemandirian Teknologi.
Keberadaan TNI AL sebagai kekuatan militer yang sarat dengan teknologi, maka kemandirian teknologi
di dalam negeri harus mampu mendukung kebutuhan TNI AL. Saat ini lndustri dalam negeri baru mampu
membuat platform, sedangkan teknologi sensor, weapon, and command (Sewaco) masih menggunakan
teknologi negara lain yang mengakibatkan ketergantungan yg berpengaruh terhadap penyediaan maupun
pemeliharaan Alutsista.
34. Perubahan Bentuk Ancaman.
Kondisi dinamis lingkungan kehidupan manusia yang meliputi aspek ipolsosbudkam, teknologi, dan
ruang hidup menjadi katalisator berkembangnya bentuk-bentuk ancaman baru. Kekuatan konvensional
yang saling berhadapan di masa lalu saat ini telah mengalami perubahan dengan munculnya aktor-aktor non
negara dalam berbagai wujud, melahirkan model-model serangan baru yang melandasi munculnya bentuk-
bentuk ancaman baru seperti ancaman asimetris, proxy war, perang siber. Perkembangan teknologi siber juga
meningkatkan kemampuan untuk menyerang lawan langsung pada center of gravity lawan yg
memengaruhi keseimbangan operasi dan strategi lawan.
35. Peningkatan Tindak Kejahatan di dan Lewat Laut.
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang sangat panjang,
merupakan kerawanan yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan, baik yang bersilat nasional
maupun trans-national. Banyak kejadian yang merupakan bukti bahwa laut menjadi media yang sangat
efektif bagi pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. Kapal-kapal yang berada di laut merupakan sasaran
kejahatan yang empuk. Kondisi laut yang luas, dengan kecepatan kapal relatif pelan akan memudahkan para
pelaku kejahatan untuk beraksi, dan segera menghilang tanpa meninggalkan jejak. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri untuk dapat mengantisipasi dan melakukan tindakan pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi.
36. Platform tanpa awak.
Globalisasi bergerak dengan sangat dinamis seiring maju pesatnya iptek. Teknologi sistem kontrol yang
semakin maju ditopang dengan teknologi informasi dan komunikasi telah meningkatkan kemampuan
operasional kendaraan tanpa awak (unmanned vehicle), seperti AUV dan UAV. Keberadaan platform ini
dapat menurunkan risiko korban jiwa prajurit, meningkatkan fleksibilitas operasi dengan risiko kerugian
yang relatif rendah. sehingga meningkatkan optimalisasi tugas operasi. Pengembangan drone dgn kapasitas
yang besar memungkinkan untuk membawa senjata strategis, seperti rudal dari udara ke darat. Begitu pula
dengan AUV, tidak menutup kemungkinan dikembangkan untuk membawa torpedo atau bom untuk
peperangan di permukaan dan bawah laut. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri, karena dapat merubah
doktrin pertempuran.
37. Network Centric Warfare (NCW).
Perkembangan teknologi kemiliteran dan perubahan bentuk ancaman, secara langsung berpengaruh
terhadap kebutuhan untuk pengambilan keputusan secara cepat. Konsep Kodal mengalami perkembangan
dan perluasan dari sekedar fungsi dasar komando dan kendali hingga menjadi komando, kendali, komputer,
komunikasi, informasi, pengamatan, dan pengintaian (C4ISR). Pengembangan ini untuk menjawab
kebutuhan kecepatan informasi real time yang sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk mengambil keputusan
taktis, operasi, dan strategis. Penggunaan sistem Kodal di TNI AL harus dapat menjawab kebutuhan
konektivitas yang mengarah kepada konsep NCW, yang memiliki kemampuan untuk dapat melaksanakan
transfer informasi data dengan jumlah yang besar, area cakupan yang sangat luas dan kecepatan pengiriman
informasi yang tinggi, serta dapat meminimalisasi pengaruh cuaca dan kontur rupa bumi. Sistem komunikasi
yang memiliki keunggulan lnteroperability, jangkauan luas (wide area), keterkinian (real time), keamanan
(security), kejelasan informasi (clearity), serta ketepatan informasi, menjadi suatu target sistem komunikasi
TNI AL yang handal di masa datang.
BAB VII : PENUTUP
Doktrin TNI AL "Ja/esveva Jayamahe" diilhami oleh kejayaan bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari.
Hal ini yang mendasari jati diri dan kebanggan prajurit laut sebagai komponen utama pertahanan dan
keamanan di laut. Begitu pula dengan sikap TNI AL dalam menyikapi lingkungan laut NKRI sesuai dengan
perkembangan lingkungan strategis. Tujuan utamanya adalah agar kepentingan nasional di laut dapat terjaga
dan terlindungi. Oleh karena itu TNI AL senantiasa melaksanakan pembinaan kekuatan yang terwujud dalam
postur TNI AL yang meliputi kekuatan, kemampuan, & gelar, untuk siap operasional. Postur yang terbentuk
selanjutnya dapat digunakan dalam pelaksanaan OMP dan OMSP, tugas Diplomasi AL, serta tugas operasi
lainnya, untuk menghadapi ancaman dan gangguan terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta
keselamatan bangsa, maupun menciptakan keamanan di laut. Sebagai ajaran yang bersifat bukan dogma, atau
ajaran yang bersifat kaku, maka Doktrin "Jalesveva Jayamahe" perlu ditinjau kembali setiap lima tahun.
Bila dipandang perlu, dapat dilaksanakan perbaikan dan penyesuaian dengan memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis, baik global, regional, maupun nasional. Doktrin "Ja/esveva Jayamahe" bersifat strategis,
oleh karena itu untuk dapat dioperasionalkan perlu dijabarkan ke dalam Doktrin-doktrin dan Petunjuk-
petunjuk turunan, baik pada level operasional maupun taktis. Pengaturan tersebut akan dijabarkan lebih
terinci di Petunjuk Dasar TNI AL. Dengan demikian, ajaran, semangat, dan nilai-nilai yang ada dalam
Doktrin "Jalesveva Jayamahe" dapat dimplementasikan di lapangan, sehingga akan terwujud JUSTRU DI
LAUTAN KITA MENANG

DOKTRIN TNI
1. ROE (Aturan Pelibatan)
Rule of Engagement militer merupakan petunjuk/arahan yang dikeluarkan oleh otoritas militer yang
kompeten yang menggambarkan keadaan dan keterbatasan di mana militer akan berinisiatif dan/atau
melanjutkan keterlibatannya dalam suatu kesempatan pertempuran dengan pasukan lain yang mungkin
dihadapi. Aturan pelibatan/ Rules of Engagement (RoE) merupakan dokumen penting yang menjelaskan
jumlah dan tipe pasukan yang dapat digunakan dan kondisi penggunaan (mengatur kapan, dimana,
melakukan apa dan bagaimana serta berapa pasukan/kekuatan militer yang digunakan).
Aturan pelibatan digunakan untuk mengontrol penggunaan kekuatan di tiga aspek yaitu hak membela
diri, penyelesaian tugas pokok, terjadinya konflik baik dalam rangka OMP maupun dalam rangka
OMSP. Aturan pelibatan umumnya menyediakan petunjuk dan batas-batas penggunaan pasukan oleh
Panglima/Komandan dan individu berdasarkan tiga pertimbangan yaitu militer, politik dan hukum.
Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Menyusun RoE.
RoE dapat dipengaruhi oleh isu-isu seperti pembatasan penghancuran total dan korban yang berlebihan.
Hal ini menuntut ketelitian yang akurat dan penyerangan pada hal-hal atau bidang yang menentukan.
Tindakan oleh otoritas yang lebih tinggi akan mempengaruhi pengembangan dari RoE. Interaksi antara
pejabat senior pemerintah dan para pemimpin militer merupakan sesuatu hal yg kompleks. Tingkat
kepercayaan, keterampilan dan keahlian yang terlibat dalam hubungan ini akan menentukan apakah
pengembangan RoE dikelola secara mikro atau makro. Terlebih lagi, aturan-aturan tersebut membatasi
kemungkinan dikembangkan untuk meminimalkan risiko personil menjadi Prisoner of War (POW) atau
sandera. Beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan ROE, antara lain
pertimbangan militer, pertimbangan politik dan pertimbangan hukum.
2. Asas-asas perang khusus
Selain asas-asas perang secara universal, TNI mempunyai asas-asas perang khusus yang diperoleh dari
perjuangan pada saat perang kemerdekaan Republik Indonesia. Asas-asas Perang Khusus TNI meliputi :
a. Asas Kesemestaan.
Tujuan dari asas Kesemestaan, adalah mewujudkan keikutsertaan seluruh rakyat dalam perannya
masing-masing dan pemberdayaan segenap sumber daya nasional secara maksimal, untuk
selanjutnya dipadukan dengan seluruh kekuatan militer guna dikerahkan dlm operasi militer
yang akan dilaksanakan. Kesemestaan mengandung makna totalitas bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan perang dalam arti luas, dalam rangka mengamankan eksistensi bangsa dan
negara serta kepentingan nasional.
b. Asas Perlawanan Teratur Secara Terus Menerus (Asas Perlawanan Secara Berlanjut).
Tujuan dari asas Perlawanan Teratur Secara Terus Menerus, adalah apabila perang yang
dilaksanakan oleh TNI tidak dapat diselesaikan dengan cepat, sehingga perlawanan harus tetap
dilaksanakan secara teratur dan terus menerus, sampai tujuan akhir perang dapat dicapai.
Disadari bahwa perang yang dilaksanakan oleh TNI harus dapat diselesaikan secara cepat, guna
dapat menghindari rakyat dari penderitaan yang besar dan berkelanjutan. Namun, apabila perang
tidak dapat diselesaikan secara singkat, maka perjuangan melalui perlawanan yang gigih dan
menentukan harus dapat dijaga keberlanjutannya sampai mencapai tujuan.
c. Asas Tidak Kenal Menyerah.
Tujuan dari asas Tidak Kenal Menyerah, adalah melaksanakan operasi militer yang dilandasi
dengan semangat dan motivasi untuk mencapai keberhasilan. Keberhasilan dalam usaha perang yang
dilaksanakan adalah memenangi perang. Sumber daya dapat saja terbatas, tetapi perjuangan yang
dilaksanakan tidak boleh terhenti, yang didasari oleh semangat pantang menyerah
d. Asas Keutuhan dan Kesatuan Ideologi dan Politik.
Pelaksanaan perang harus didasari oleh keutuhan dan kesatuan ideologi dan politik, karena
keanekaragaman ideologi dan politik hanya akan membawa perpecahan, dan perpecahan akan
selalu berujung pada kehancuran. Keutuhan & kesatuan ideologi dan politik harus berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945 yang telah diyakini kebenarannya dan telah teruji sepanjang waktu.
e. Asas Kekenyalan dalam Pikiran dan Tindakan.
Situasi selalu berkembang sesuai dengan ruang dan waktu, maka perlu daya dan kreasi untuk
bertindak secara kenyal. Kekenyalan diperlukan untuk mampu merespons setiap perubahan situasi
yang terjadi dlm dinamika operasi, sehingga pasukan akan mampu melaksanakan tugas
secara berhasil.
3. Fungsi pertahanan negara
Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan yang mampu melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dari setiap ancaman, baik yang datang
dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Upaya mewujudkan dan mempertahankan seluruh
wilayah RI sebagai satu kesatuan pertahanan diselenggarakan dlm fungsi hanneg yg meliputi penangkalan,
penindakan dan pemulihan.
a. Fungsi penangkalan merupakan perwujudan usaha pertahanan dari seluruh kekuatan nasional
yang memiliki efek psikologis untuk mencegah dan meniadakan setiap ancaman, baik dari luar
maupun yang timbul di dalam negeri, terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
segenap bangsa. Karakter penangkalan tidak bersifat pasif, akan tetapi aktif yang dilakukan dengan
upaya pertahanan melalui usaha membangun dan membina kemampuan dan daya tangkal
negara, baik secara militer maupun nirmiliter. Fungsi penangkalan dilaksanakan dengan strategi
penangkalan yang bertumpu pada instrumen penangkalan berupa instrumen pol, eko, psiko,
sosbud, teknologi, & militer.
b. Fungsi Penindakan, merupakan keterpaduan usaha pertahanan negara dari seluruh kekuatan
nasional, baik secara militer maupun nirmiliter, untuk menghadapi dan mengatasi segala bentuk
ancaman, baik dari luar maupun yang timbul di dalam negeri, yang mengancam kedaulatan, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa. Fungsi penindakan dilaksanakan dengan pengerahan dan
penggunaan kekuatan pertahanan negara dalam sistem pertahanan semesta untuk melakukan
tindakan preemptive, penanggulangan, atau perlawanan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
jenis ancaman serta tingkat risiko yang ditimbulkan/dihadapi
c. Fungsi Pemulihan, memiliki cakupan ke dalam dan ke luar. Pada lingkup ke dalam, fungsi
pemulihan merupakan keterpaduan usaha pertahanan negara yang dilaksanakan secara
nirmiliter dan militer untuk mengembalikan kondisi keamanan negara yang telah terganggu
akibat kekacauan keamanan karena perang, pemberontakan atau serangan separatis, konflik
vertikal atau konflik horizontal, huru-hara, serangan teroris, atau bencana alam maupun akibat
ancaman nirmiliter. TNI bersama dengan instansi pemerintah lainnya serta seluruh warga
masyarakat melaksanakan fungsi pemulihan sebagai wujud pertahanan semesta yang utuh. Pada
lingkup ke luar, fungsi pemulihan diwujudkan melalui pelibatan unsur kekuatan pertahanan dalam
mengambil bagian mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.
4. Hal/ faktor kritis yg jadi pertimbangan membangun pusat kekuatan TNI
Membangun Pusat Kekuatan TNI adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses pembangunan,
pembinaan serta penggunaan kekuatan dan kemampuan TNI baik untuk OMP maupun OMSP dalam
rangka menghadapi ancaman dan mengurangi kelemahan- kelemahan/ kerawanan kritis yang
dimiliki.Faktors kritis yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam rangka membangun pusat kekuatan
TNI meliputi kemampuan kritis (Critical Capabilities), Kebutuhan Kritis (Critical Requirements) dan
Kerawanan Kritis (Critical Vulnerabilities).
a. Kemampuan Kritis (Critical Capabilities). Dalam menentukan pusat kekuatan, terlebih
dahulu dibuat konstruksi pusat kekuatan yang dapat menggambarkan dengan jelas bagian mana
dari kekuatan yang menjadi sasaran serangan lawan/musuh. Membuat konstruksi pusat kekuatan
dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi ancaman faktual (yang sudah terjadi, sedang
terjadi maupun yang belum terjadi) terhadap kemampuan dari kekuatan yang dimiliki, dan keinginan
dari kekuatan yang mengancam terhadap sasaran kekuatan tersebut. Dari konstruksi pusat kekuatan
yang telah disusun, dapat ditentukan kemampuan melekat yang membuat pusat kekuatan tersebut
berfungs i / beroperasi . Kemampuan inilah yang disebut Kemampuan Kritis.
b. Kebutuhan Kritis (Critical Requirements), adalah hal- hal pokok yang dibutuhkan secara
mendesak. Bila tidak terpuhi, akan menimbulkan keadaan kritis terhadap pusat kekuatan yang ada.
Kebutuhan kritis tersebut meliputi kondisi utama dari sumber daya, sarana dan prasarana
serta cara yang dibutuhkan untuk menjadikan kemampuan kritis dapat berfungsi atau operasional.
c. Kerawanan Kritis (Critical Vulnerabilities), adalah komponen/bagian penting dr kekuatan
nyata yg rentan terhadap ancaman & serangan. Kerawanan kritis menjadi sasaran dan tujuan
utama dari pihak lawan atau sebaliknya sebagai suatu hal yang harus dilindungi.
5. Prinsip-prinsip komando dan kendali
a. Kesederhanaan (Simplicity).
Kesatuan Komando harus dipertahankan melalui rantai komando yang jelas, hubungan komando
yang terdefinisi dengan baik serta kewenangan dan tanggung jawab yang digambarkan secara
jelas. Para staf komando gabungan tidak memiliki wewenang langsung atas setiap staf komando
satuan bawah.
b. Rentang Kendali (Span of Control).
Pencapaian kendali yang diinginkan oleh kewenangan dan arahan PANGKOGAB terhadap pasukan
yang ditetapkan atau melekat akan bervariasi, tergantung pada tugas pokok dan kemampuan
PANGKOGAB untuk melakukan tindakan komando dan kendali yang diperlukan. Rentang kendali
didasarkan pada banyak faktor termasuk jumlah organisasi satuan bawah, jumlah kegiatan,
berbagai sistem senjata, kemampuan pasukan, ukuran dan kompleksitas daerah operasional
dan metode yang digunakan untuk mengendalikan operasi (terpusat atau desentralisasi).
c. Integritas Satuan.
Satuan-satuan tugas dari masing-masing Komponen Pasukan Gabungan harus tetap diatur seperti
yang dirancang melalui pelatihan, untuk memaksimalkan efektivitas komando dan kendali.
PANGKOGAB dapat mengatur ulang SATGAS dari masing-masing komponen jika diperlukan. Namun
situasi ini sangat jarang terjadi dan setiap reorganisasi yang akan mempengaruhi integritas dari
satuan tugas masing-masing komponen, terlebih dahulu harus dilakukan konsultasi dan
koordinasi dengan PANGKOGASGAB.
d. Interoperabilitas.
Kemampuan komando dan kendali dalam Markas Besar Komando Gabungan; Komando Komponen
Matra Darat, Matra Laut dan Matra Udara; dan Komando Pendukung lainnya harus dapat dioperasikan
untuk memfasilitasi kendali pasukan Rantai komando yang paling sederhana dan
paling efisien dapat digagalkan dengan tidak adanya interoperabilitas diantara pasukan komponen dan
sistem yang tergelar.

DOKTRIN TNI AL
1. Yang dimaksud Sabotage?
Sabotase adalah suatu kegiatan dan tindakan yang diarahkan untuk merusak dan menghancurkan instalasi
penting dan objek vital nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan negara. Aksi sabotase
merupakan bentuk konspirasi yang dilaksanakan oleh negara besar atau suatu kelompok dalam rangka untuk
menguasai Indonesia.
2. Jati diri TNI
a. Tentara Rakyat, tentara yg anggotanya berasal dari WNI.
b. Tentara Pejuang, tentara yg berjuang menegakkan NKRI dan tdk mengenal menyerah dlm
melaksankan serta selesaikan tugas.
c. Tentara Kebangsaan Indonesia, tentara yg betugas demi kepentingan negara diatas kepentingan
daerah, suku, ras & gol agama.
d. Tentara Profesional, tentara yg terlatih, terdidik diperlengkapi scr baik, tdk berpolitik praktis, tdk
berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya.
Komponen kuat maritim
a. Kekuatan & puan AL
b. Armada kapal Pemerintah (pesud patrol maritime, kapal riset & pemetaan)
c. Armada niaga nasional
d. Armada perikanan nasional
e. Pangkalan pendukung (lanud)
f. Pelabuhan & fasilitas
g. Komponen kekuatan utama & kekuatan pendukung lainnya yg digunakan dlm tugas gak daulat &
hukum di laut.
3. Tujuan Pertahanan Negara di Laut
a. Terjaga dan terlindunginya kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman di dan atau lewat laut, dengan konsep C4ISR (Command, Control,
Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance).
b. Terlaksananya pertahanan negara di laut sampai garis batas terluar perairan yurisdiksi nasional
Indonesia bersifat Interoperability (Berarti bahwa unsur tertentu seperti perlengkapan dan proskom,
taktik dan prosops diusahakan sama).
c. Terlaksananya pertahanan wilayah dan serangan balas.
d. Terjaminnya stabilitas keamanan di yurisdiksi nasional Indonesia.
e. Terjaminnya keamanan Garis Perhubungan Laut (GPL) antar pulau, antar wilayah, antar negara dan
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
f. Terjaminnya keamanan sumber daya alam laut (hayati dan non hayati) untuk kesejahteraan bangsa.
4. Strategi pertahanan berlapis
Strategi ini diselenggarakan utk hadapi serangan dr luar dgn medan juang terdiri dari 3 lapis :
a) Medan Penyanggah yaitu zona yg berada di luar garis batas ZEE yg mengelilingi wilayah nasional &
lapis udara di atasnya. Berfungsi sbg lapisan pertahanan paling depan utk mendisorganisasikan kekuatan
musuh, menghambat gerak maju musuh dan mengurangi/ menghancurkan kekuatan musuh.
b) Medan Pertahanan Utama yaitu zona dimulai dari batas laut teritorial s.d grs batas ZEE, dasar laut,
daratan serta wil udara di atasnya yg menjadi mandala perang. Berfungsi sbg lapisan pertahanan kedua
untuk mendisorganisir kekuatan musuh, menghambat gerak maju musuh dan kurangi/hancurkan
kekuatan musuh.
c) Medan Perlawanan yaitu zona yang berada pada wilayah kompartemen strategis darat, termasuk
wilayah perairan nusantara dan lapisan udara di atasnya, yang dibangun dan dipersiapkan sebagai
daerah pangkal perlawanan untuk memelihara kesinambungan perlawanan.
5. Strategi pertahanan negara di laut menghadapi ancaman Non-militer
a. Strategi Penangkalan (Detterent Strategy). Dalam menghadapi ancaman non militer, strategi
penangkalan bertujuan untuk:
1) Hadapi & mengeliminasi sumber atau akar dari ATHG sebelum muncul.
2) Hadapi & mengeliminasi ATHG saat baru muncul.
3) Hadapi & mengeliminasi ATHG stlh menyentuh aspeks kehidupan nasional.
4) Hadapi & mengeliminasi ATHG stl masuk aspeks kehidupan nasional.
b. Strategi Penindakan (Enforcement Strategy). Dlm menghadapi ancaman non militer, TNI AL berperan
sbg unsur pendukung lembaga Pemerintah di luar bid pertahanan.
1) Ops Intelijen. Intelijen adl mrpk aktifitas utk melakukan pemilihan yg terbaik yg berhubungan
dgn yg diketahui sebelumnya kemudian menjadi dasar utk melaks kegiatan selanjutnya. Intelmar
mempunyai peran yg sangat penting dlm rangka mewujudkan keberhasilan tupok TNI AL yaitu melaks
pengumpulan data maritim utk dijadikan bhn pertimbangan pemimpin TNI AL dlm mengambil
keputusan utk menghadapi baik ancaman militer maupun non militer. Data Intelijen maritim sangat
diperlukan utk binkuat maupun gunkuat TNI AL dlm mendukung OMP dan OMSP.
2) Penegakkan hukum di laut. Trinitas AL serta Ps. 9 huruf b UU RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI,
menyebutkan bhw slh satu tupok TNI AL selain sebagai alat HanNeg adl menegakkan hukum &
menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dgn ketentuan huk nas & huk internas yg
tlh diratifikasi & melaks tugas TNI dlm pembangunan & pengembangan kekuatan matra laut.
Penegakan hukum di laut ini dilakukan dgn cara melakukan ops kamla sehari-hari.
3) Operasi Militer Selain Perang (OMSP). OMSP adlh Opsmil yg dilaks bkn dlm rangka perang dgn
neg lain, tetapi utk tugas’s lain spt melawan pemberontakan bersenjata gerakan separatis (counter
insurgency) tugas mengatasi kejahatan lintas negara, tugas bantuan, tugas kemanusiaan dan tugas
perdamaian. Sesuai pasal 7 (2) sub b UU RI No. 34 Th 2004 ttg TNI, dijelaskan bahwa OMSP terdiri
dari:
a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata.
b) Mengatasi pemberontakan bersenjata.
c) Mengatasi aksi terorisme.
d) Mengamankan wilayah perbatasan.
e) Mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis.
f) Melaks tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik LN.
g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.
h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan
sistem pertahanan semesta.
i) Membantu tugas pemerintah di daerah.
j) Membantu Kepolisian Neg RI dlm rangka tgs kamtibmas yg diatur dlm uu.
k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah
asing yang sedang berada di Indonesia.
l) Membantu tanggulangi akbt bencal, pengungsian & beri banman.
m)Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan SAR); serta
n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

SOAL TEST DIKREG SESKOAL 2017


Doktrin TNI/TNI AL
1. Jelaskan tentang Tingkatan Konflik
- Normal: damai, Hakekat penangkalan: beri keyakinan kpd lawan potensial, bhw gun aksi militer tdk
akan beri keuntungan apa-apa.
- Rendah : Low level conflict, Aksi penangkalan perlu ditingkatkan, Ruling pos, daerah ops & Tujuan
ops terbatas, serta mrpk subyek dr kam berkaitan dg HI
- Tinggi : Higher level conflict, Terjadi secara tiba2/insiden/sdh direncanakan sebelumnya.
- Perang Umum, Klimaks dr eskalasi konflik dan karakteristiknya gun senjata utama yg diandalkan.
2. Jelaskan Arti perang Simetris Asimetris dan Proxy
a. Perang Simetris.
Perang simetris dpt dipandang sbg pertikaian antara dua pihak yg bersifat konvensional dengan
melibatkan kekuatan militer yang seimbang dalam pertempuran-pertempuran yg hebat & sengit dgn
melibatkan kekuatan militer yg mirip dlm perang kekuatan-lawan-kekuatan. Contoh : PD I, PD II,
Perang Dingin, Perang Teluk, dan perang sejenisnya.
b. Perang Asimetris
Perang asimetris adalah perang yang dilakukan oleh aktor negara atau aktor bukan negara yang
dalam aksinya, menggunakan cara-cara dan senjata yang tidak biasa seperti senjata Nuklir, Biologi
dan Kimia, Rudal Balistik Jarak Jauh serta bentuk-bentuk serangan cyber. Perang yang dilancarkan
untuk menghadapi lawan yang kekuatannya jauh lebih besar dan tidak sebanding, sehingga
peperangan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim apabila dibandingkan dengan perilaku
perang simetris.
c. Perang Proxy (Proxy War). Perang Proxy adalah perang yang dilakukan antara negara-negara
dengan memanfaatkan aktor negara atau non-negara untuk melawan atas nama mereka, serta
memanfaatkan negara lain sebagai arena perang. Setidaknya satu dari mereka menggunakan
pihak ketiga untuk melawan atas namanya. Jenis dukungan yang diberikan oleh negara-negara yang
terlibat dalam perang proxy akan bervariasi namun dukungan keuangan dan logistik biasanya selalu
disediakan. Contoh : Perang Vietnam dan Perang Korea.
3. Jelaskan Arti ancaman dan bentuknya
Ancaman adlh segala sesuatu yang mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI & keselamatan bangsa Indonesia (merupakan Kepentingan Keamanan Nasional), baik dari segi sumber
ancaman (ancaman dr dlm negeri, luar negeri & azimutal), dari segi macam ancaman (ancaman
militer/non milter), maupun dari segi aktor ancaman (ancaman suatu neg/bukan negara).
Bentuk Ancaman :
 Ancaman Militer Tradisional: adalah ancaman yg dilakukan oleh militer suatu negara kpd negara lain
yaitu berupa pengerahan kekuatan militer secara konvensional oleh satu atau beberapa negara yang
ditujukan untuk menyerang NKRI :
a. Agresi : gun kuat senjata oleh neg lain thd daulat neg, keutuhan wil & keselamatan bangsa, dgn
cara invasi, bombardemen, blokade, serangan unsure AB negara lain, pengiriman tentara bayaran
oleh negara lain, dan ancaman yg ditetapkan oleh Presiden.
b. Pelanggaran Wilayah
c. Pemberontakan bersenjata
d. Sabotase
e. Spionase
 Ancaman Militer Non-Tradisional Ancaman militer Non-Tradisional mrpkn ancaman yg sumbernya
tdk hanya berasal dr kekuatan militer negara lain, dpt pula berupa separatisme bersenjata, radikalisme
bersenjata, konflik komunal bersenjata, terorisme bersenjata, pembajakan, perompakan, bersenjata,
penyelundupan senjata dan amunisi, pemberontakan bersenjata, Penangkapan scr illegal/pencurian
kekayaan laut, kejahatan terorganisir lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara dengan
memanfaatkan kondisi dlm negeri yg tdk kondusif, atau juga dari faktor fenomena alam.
 Ancaman Non Militer: mrpkan ancaman yg menggunakan faktor’s non-militer yg dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara
& keselamatan segenap bangsa. Ancaman Non-Militer dpt berasal dari luar negeri atau dpt pula
bersumber dari dlm negeri. Ancaman Non-Militer digolongkan dlm ancaman yg berdimensi ipoleksosbud,
info & teknologi. Ancaman Non-Militer kedepan dpt berupa aksi separatis ideologi & politik, konflik
komunal, Kerusuhan sosial skala besar & berlarut (revolusi sosial), demo anarkis (pembangkangan massal),
bencana, wabah penyakit, pencurian ikan (ilegal fishing), pencurian kayu (ilegal logging), penambangan
gelap (ilegal mining), penyelundupan, perdagangan manusia, pengungsi luar negeri, kejahatan komputer
(cyber crime), kemiskinan, kebodohan, krisis pangan, krisis energi, narkoba, korupsi dan pencucian uang.
4. Penjelasan Landasan Paradigma yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Doktrin TNI
a. Paradigma Nasional.
Merupakan landasan fundamental bagi segenap komponen bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, Wanus dan Ketahanan
Nasional.
1. Ideologis : Pancasila. Sbg dasar negara, PS mrpkn sumber hukum dasar nasional. Sbg ideologi
negara, PS mrpkn falsafah & pandangan hidup bangsa Indonesia yg mengandung nilai-nilai
moral, etika & cita-cita luhur serta tujuan yg hendak dicapai bangsa Indonesia.
2. Konstitusional
- UUD 1945. Sebagai hukum dasar tertulis Negara RI, UUD NRI Tahun 1945 mrpk dasar & garis
besar hukum dalam penyelenggaraan negara.
- UU RI No 3 2002 ttg Hanneg dan UU RI No 34 2004 ttg TNI. Kedua uu ini atur ttg
penyelenggaraan hanneg, pengelolaan sishanneg serta pembinaan & penggunaan kekuatan TNI.
3. Visional: Wawasan Nusantara.
Konsepsi Wanus mrpkn nilai ajaran utk wujudkan semangat persatuan & kesatuan dlm
pluralitas (daerah, suku, agama, bahasa, adat, budaya & lainnya) utk bertahan dlm dinamika
perubahan serta menumbuhkan sikap kepedulian utk mewujudkan daya perekat & pengendalian
diri yg kuat. Berfungsi sbg penggerak & pendorong serta rambu’s penunjuk arah & pedoman
segala kebijaksanaan & keputusan oleh para penyelenggara di tingkat pusat & daerah.
4. Konsepsional : Ketahanan Nasional. merupakan aspirasi atau cita-cita nasional yang
dilandasi falsafah hidup bangsa Indonesia. hannas mrpk kondisi dinamis suatu bangsa, berisi
keuletan & ketangguhan yg mengandung puan mengembangkan kekuatan nas, di dlm hadapi &
atasi segala A G H T yg datang dr luar/dlm, langsung/tdk langsung bahayakan integritas,
indentitas kelangsungan hidup bangsa & negara serta perjuangan capai tujuan nasional.
b. Paradigma Internasional.
Doktrin TNI jg hrs selaras & tdk bertentangan dgn Paradigma Internasional yg meliputi Piagam PBB
(UN Charter), Hukum Sengketa Bersenjata (Law of The Armed Conflict/LOAC), Hukum
Perang/Humaniter (International Humanitarian Law), San Remo Manual, UNCLOS 1982, Konvensi
Chicago 1944 dan HAM (Human Rights).
5. Jelaskan Makna penting Laut bagi Bangsa Indonesia
a. Media Pemersatu Bangs, laut bukanlah pemisah,melainkan mrpkan satu kesatuan yg utuh antara
daratan dan pulau(sesuai deklarasi Juanda 1957).
b. Media Perhubungan laut sebagai media perhubungan merupakan urat nadi perekonomian
nasional. Keberhasilan pembangunan sarana perhubungan akan memperlancar pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah nusantara
c. Media Penggalian SDA, Pemanfaatan sumber daya alam di laut disamping untuk memnuhi
kebutuhan pangan, enerji dan bahan baku, juga untuk perluasan lapangan verja dan peningkatan
devisa negara
d. Media Pertahanan, Sbg mandala pertahanan, untuk Mencegah & meniadakan setiap bentuk
kerawanan dan gangguan kam di laut serta Utk membangun pengaruh thd negara lain melalui
peningk dampak penangkalan.
b) Apabila komunikasi blm terjalin, untuk memberikan perintah berhenti sbb:
(1) Mengibarkan bendera Ans “L” (pd bts cuaca yg dapat dilihat) atau,
(2) Megaphone (pada batas yang dapat didengar).
(3) Isyarat Gauk
c) Jika permintaan untuk berkomunikasi gagal, mk diberikan peringatan:
(1) Tembakan meriam peluru hampa atau
(2) Peluru tajam dgn senjata kaliber kecil (senapan laras panjang, pistol)
d) Jika peringatan ini juga tidak diindahkan, laksanakan tembakan dengan senjata kaliber kecil
(senapan laras panjang, pistol) atau meriam ke arah air laut di sekitar kapal pada sisi lambung kanan,
lambung kiri, haluan & di buritan kpl.

CONTOH SOAL LAIN......

DOKTRIN TNI
1. Jelaskan Tentang Tugas Pokok TNI Dalam Doktrin TNI.
a. Tugas Pokok TNI merupakan penjabaran Tugas Negara (State Mission) yang menjadi Tugas
Pemerintah RI sesuai dengan Alinea IV Pembukaan UUD NRI NRI 1945 yaitu: “ Kemudian dari pada
itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”
b. Berdasarkan Tugas Pemerintah RI tersebut, maka TNI menjabarkan tugas pokoknya sebagai
berikut : “TNI menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945, menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayah Republik Indonesia,
melindungi keselamatan segenap bangsa Indonesia, dan ikut serta dalam usaha pemeliharaan
ketertiban/perdamaian dunia”.
c. Rumusan Tugas Pokok TNI ini masih perlu dijabarkan melalui proses ATP (Mission Analysis)
untuk menemukan Tugas Pokok TNI yang dinyatakan kembali (Restated Mission). ATP adalah proses
menemukan Tugas Khusus (Specified Task), Tugas Terkandung (Implied Task) dan Tugas yang
diutamakan (Essential Task). Proses ATP merupakan kegiatan analisa untuk menemukan Tugas-
Tugas (Tasks) yang tidak/belum ditentukan pada tugas pokok yang dilimpahkan. Doktrin juga
mengajarkan selain ada tugas limpahan dari Komando Atas, ada tugas yang dicari sendiri
berdasarkan analisa komando tersebut terhadap perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi atau
berdasarkan atas perkembangan kondisi dimasa lalu, perkembangan sutuasi saat ini dan
kemungkinan perkembangan situasi dimasa yang akan datang (future forecasting).
2. Sebutkan Dasar Peran TNI dan Jelaskan.
Berdasarkan Pasal 30 UUD NRI 1945, TNI berperan sebagai alat negara untuk mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Dalam melaksanakan tugasnya selalu
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara, yaitu kebijakan dan keputusan politik yang dilakukan
oleh Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dan dirumuskan melalui mekanisme
hubungan kerja antara Pemerintah dan DPR, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Sebutkan dan Jelaskan Fungsi Utama TNI.
a. Penangkal. Kekuatan TNI harus mampu mewujudkan daya tangkal terhadap setiap
bentuk ancaman militer dan ancaman non-militer, baik yang datang dari luar maupun dari dalam
negeri yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Fungsi
penangkal ditujukan agar kekuatan nyata TNI berdampak psikologis dan diperhitungkan lawan,
sehingga mengurungkan dan mencegah niat lawan yang akan mengancam kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa Indonesia.
b. Penindak. Kekuatan TNI harus mampu digerakkan untuk menghancurkan kekuatan musuh
yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa Indonesia.
c. Pemulih. Kekuatan TNI bersama dengan instansi pemerintah lainnya membantu fungsi
pemerintah untuk mengembalikan kondisi keamanan negara yang telah terganggu akibat kekacauan
keamanan karena perang, pemberontakan, konflik komunal, huru-hara, terorisme dan bencana
alam. Fungsi pemulih dalam hubungan internasional, TNI turut berperan aktif untuk mewujudkan
perdamaian dunia di bawah mandat PBB, sebagai bagian dari politik luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai