Anda di halaman 1dari 25

BAB II

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Prajurit Tentara Indonesia (TNI)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

2004 definisi Tentara Nasional Indonesia adalah kekuatan angkatan

perang dari suatu negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Definisi tersebut memang belum lengkap tetapi terdapat pengertian

tentang tujuan pokok kehadiran tentara dalam suatu negara yaitu

seperti yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

34 Tahun 2004. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah

menegakkakn kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah

negara kesatuan Indoneisa yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945

serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Dari konsep pemikiran seperti diatas kemudian timbul pendirian

bahwa fungsi utama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam negara

adalah melakukan tugas dibidang pertahanan. Untuk melaksanakan

konsep pertahanan negara trsebut yang memiliki peranandan menjadi

komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI).1

1
Andirizal, “Analisis Yuridis Tentang Kedudukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004”, (online),
Tentara Nasional Indonesia atau TNI merupakan profesi sekaligus

sebagai alat negara dibidang pertahanan. Hal ini sesuai dengan bunyi

Pasal 1 dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, yaitu

“Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat TNI adalah

komponen utama yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-

tugas pertahanan negara”. Hal tersebut senada dengan bunyi Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara

Nasional Indonesia yang menyatakan bahwa Tentara Nasional

Indonesai sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Rpublik Indonesia,

bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk

menekgakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah,

dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer

untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut secara aktif

dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)

Tahun 1945 BAB XII Pertahanan dan Keamanan Negara Pasal 30 ayat

(2) dijelaskan bahwa :

“Usaha Pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui

sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional

Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai

kekuatan utama, dana rakyat, sebagai pendukung.”


Prajurit adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi

persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan

diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam

dinas keprajuritan yakni dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

Prajurit TNI terdiri atas prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan

Darat, prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan prajurit

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara yang melaksanakan

tugasnya secara matra atau gabungan di bawah pimpinan Panglima.

2. Sejarah Terbentuknya Tentara Indonesia

Dalam sejarah kehidupan manusia sejak dahulu, dimana

sekelompok rakyat yang bertempur tinggal di suatu daerah tertentu

akan bangkit serentak memanggul senjata dan mengadakan perlawanan

apabila mereka dan daerahnya mengalami ancaman atau serangan dari

pihak lain. Disinilah timbul pengertian bahwa pembelaan negara itu

adalah hak dan kewajiban seluruh rakyat. Segala sesuatu didalam

Negara ikut dikerahkan untuk melakukan peprangan dan tak dapat

dipisahkan lagi antara angkatan bersenjata dengan rakyat biasa

didalam peperangan. Kaerna adanya persamaan nasib cita-cita dan

tanggung jawab yang kemudian menimbulkan adanya kegiatan

sehaluan antara militer dan masyarakat dalam usaha mencapai cita-cita

bangsa dan memikul tanggung jawab bersama.


Salah satu organ yang harus dimiliki oleh pemerintah suatu negara

ialah militer yang merupakan suatu kelompok orang-orang yang

diorganisir dengan disiplin untuk melakukan pertempuran, yang

dibedakan dengan orang-orang sipil. Pada awal kemerdekaan Republik

Indonesia belum mempunyai organisasi militer yang teratur, yang

berjuang mempertahankan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 adalah

rakyat yang bergabung didalam laskar laskar serentak memanggul

senjata untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai.

Berintikan berkasberkas PETA, Heiho, KNIL yang insaf, Seinedan

Keibodan, Gyugun, Suisyitai yang terlatih baik, bersama dengan

rakyat yang militan dari segala lapisan masyarakat secara spontan dan

serentak bengkit mengangkat senjata.

Rakyat yang berjuang mempertahankan kemerdekaan 17 Agustus

1945 bergabung didalam laskar-laskar perjuangan dengan bermacam-

macam nama. Rakyat bersenjata ini dengan berintikan bekas-bekas

PETA, Heiho, Seinenda, Keribodan, Suisyintai dan KNIL yang sudah

terlatih baik dibidang kemiliteran, merupakan modal lahirnya Badan

Keamanan Rakyat (BKR) yang diumumkan pembentukannya oleh

Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1945. Badan

Keamanan Rakyat inilah sebagai wadah dari seluruh laskar yang

mempertahankan kemerdekaan.

Sejarah pertumbuhan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

agak berbeda dengan negara-negara lain, karena Angkatan Bersenjata


Republik Indonesia tumbuh secara spontan dari kesadaran rakyat yang

berjuang mewujudkan cita-cita sebagai suatu bangsa, rakyat yang

memulai revolusi itu membangun tentaranya, mempersenjatai dirinya

sendiri.

Tentara kebangsaan Republik Indonesia, bukanlah warisan

kolonial akan tetapi lahir dari rakyat. Tentara yang lahir dari

kebangunan perjuangan kemerdekaan, yang menjadi dewasa akibat

panasnya api revolusi kemerdekan. Badan Keamanan Rakyat sebagai

embrio dari TNI yang lahir atas inisiatif dan spontanitas rakyat

kemudian menjadi motor, menjadi pelopor serta dinamisator jalannya

revolusi, yang pada waktu itu dimana-mana seluruh Nusantara merebut

kekuasaan dan senjata dari bala tentara Jepang, yang berusaha

mempertahankan kedudukannya serta berniat akan menyerahkan

Indoneisa kepada sekutu. Maksud bala tentara Dei Nippon tersebut

digagalkan oleh BKR, oleh karena itu terjadilah perebutan kekuasaan

baik sipil maupun militer oleh para pejuang, yang sudah mempunyai

tekad bulat “Merdeka atau Mati”. Kelahiran yang spontan dari rakyat,

yang beraneka ragam suku dan masyarakat, menjadikan BKR sangat

heterogen anggotanya, proses pertumbuhan begitu lahir terus-menerus

bertempur menyebabkan BKR metang menghadapi segala rintangan.

Sebagai wadah organisasi perjuangan BKR tumbuh semakin

mantap, sehingga pada tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah RI

mendekritkan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai


peningkatan organisasi BKR yang tadinya sebagai wadah laskar-laskar

perjuangan. Sejak pembentukan TKR ini, maka para pejuang yang

tergabung di dalam TKR mulai didata, yaitu sebagai peralihan dari

organisasi yang belum teratur, menjadi organisasi yang teratur.

Sebagai Kepala Staf yang ditunjuk Oerip Soemorhardjo, seorang

pejuang yang dianggap mempunyai pengetahuan militer cukup

memadai, untuk menyusun organisasi militer yang resmi dan teratur.

Sejak saat itu Republik Indonesia mempunyai tentara yang teratur,

disertai kesatuan-kesatuan mulai dari tingkat Peleton sampai Divisi,

dengan kepangkatan mulai dari prajurit sampai dengan Jendral,

semuanya disusun sesuai organisasi Militer Internasional. Pada tanggal

12 November 1945 diadakan Konferensi itu Pak Soedirman dipilih

sebagai Panglima Besar.

Dibawah pimpinan Panglima Besar Soedirman, Tentara Keamanan

Rakyat disempurnakan organisasinya yang kemudian pada tanggal 7

Januari 1946 namanya berubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.

Tidak lama kemudian pada tanggal 25 Januari 1946 berdasarkan

Penetapan Pemerintah No. 4/S. D. Nama Tentara Keselamatan Rakyat

diganti menjadi Tentara Republik Indonesia. Walaupun nama

organisasinya berganti akan tetapi semangat juang para anggotanya

tidak berubah, bahkan semakin berkobar-kobar, hal ini terlihat

bagaimana heroik dan patriotik para pejuang dalam menghadapi dan

melucuti tentara Jepang, menghadapi tentara sekutu yang mendarat di


Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Ujungpandang, Palembang,

Bali dan banyak tempat lagi di Nusantara ini. Musuh yang

persenjataannya begitu lengkap, dihadapi oleh para pejuang dengan

senjata seadanya.

Perlawanan rakyat ini menunjukkan pada dunia bahwa bangsa

Indonesia sudah mampu untuk berdiri sendiri, bukan sebagai mana

anggapan bangsa Belanda yang menganggap bangsa Indonesia itu

adalah bangsa yang bodoh dan belum mampu untuk mengurus dirinya

sendiri. Memang di dunia pendidikan bangsa Indonesia atau bangsa

yang terjajah akan selalu bodoh, karena tidak diberi kesempatan untuk

mengecap dunia pendidikan formal sejajar dengan bangsa yang

menjajahnya, terutama bangsa Belanda yang hanya memberi

kesempatan untuk mengenyam pendidikan kepada segelintir warga

yaitu hanya anak priyayi-priyayi tertentu saja, hal ini perlu karena

priyayi itulah yang mengisi jabatan- jabatan pekerjaan untuk

membantu kelancaran pemerintahan penjajahan di Indonesia. Sebagai

bukti tingginya kebudayaan dan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia

dapat kita lihat kebesaran kerajaan-kerajaan di Indonesia, peninggalan-

peninggalan sejarah seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan

berbagai peninggalan sejarah lainnya.

Oleh karena itu, para pejuang tak gentar dalam menghadapi tentara

kolonial Belanda yang bersenjata lengkap dan modern, dengan senjata

seadanya. Kemudian nama TRI disempurnakan lagi, karena belum


dianggap tepat, maka pada tanggal 7 Juni 1947 dirubah lagi menjadi

Tentara Nasional Indonesia, sebagai wadah perjuangan para pejuang

yang baru, yang tadinya masih berkotak-kotak didalam laskar

perjuangan dengan berbagai nama. Tentara Nasional Indonesia ini

terdiri dari Tentara Darat, Tentara Laut, Tentara Udara. Polisi

sebagaimana tradisi internasional tidak dimasukkan ke dalam

organisasi tentara, karena fungsi polisi adalah menjaga ketertiban

masyarakat diwaktu damai. Akan tetapi Polisi Indonesia

pembentukannya tidak dapat disamakan dari negara lain, karena

didalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah

Belanda seluruh lapisan masyarakat bahu-membahu termasuk

kesatuan-kesatuan polisi. Oleh karenanya, Polisi RI dimasukkan di

dalam jajaran Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dengan

masuknya Polisi ke dalam angkatan bersenjata, mempunyai

konsekuensi yaitu apabila terjadi peperangan dengan negara lain, maka

polisi diperlakukan sebagai militer, bukan aparat keamanan yang

memelihara ketertiban.

3. Jati Diri TNI

TNI adalah bagian yang tak terpisahkan dari rakyat yang mesti

diberdayakan pemikirannya dalam setiap langkah yang di tempuh

bangsa dan negara ini mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Jati

diri TNI terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia yakni :


a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari

warga Negara Indonesia

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan

Negara Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam

melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya,

c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang

bertugas demi kepentingan negara dan di atas kepentingan

daerah, suku, ras, dan golongan agama

d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik,

dilengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis,

dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik

negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak

asasi manusia, ketentuan hukum nasioanl, dan hukum

internasional yang telah diratifikasi.

4. Peran, Fungsi, dan Tugas TNI

Tugas Tantara Nasional ndonesia secara signifikan tertera didalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang

Tentara Nasional Indonesia pada Pasal 7 sebagai tugas pokok Tentara

Nasional Indonesia, yang berbunyi :

a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesai Tahun 1945, serta melindungi


segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari

ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bengsa dan negara.

b. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan

1) Operasi Militer untuk perang

2) Operasi militer selain perang, yaitu:

a) Mengatasi Gerakan separatis bersenjata

b) Mengatasi pemberontakan bersenjata

c) Mengatasi aksi terorisme

d) Mengamankan wilayah perbatasan

e) Mengamankan obyek vital nasional yag bersifat strategis

f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan

kebijakan politik luar negeri

g) Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta

keluarga

h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan

pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem

pertahanan semesta

i) Membantu tugas pemerintah di daerah

j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang

diatur dalam Undang-Undang


k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala

negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang

berada di Indonesia

l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam,

pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian

m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan

(search and resque), serta

n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan

penerbangan terhadap pembajakan, perompak dan

penyelundupan

Tugas pokok TNI yang terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional

Indonesia adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan

keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa

dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan

terhadap keutuhan bangsa dan negara. Adapun fungsi Tentara Nasional

Indonesia (TNI) yang terdapat pada

Pasal 6 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

2004 yaitu:

a. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai :


1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap

kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

2) Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, dan

3) Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu

akibat kekacauan keamanan.

b. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), TNI merupakan komponen utama.

Adapun asa-asas yang dipergunakan Tentara Nasional Indonesia

dalam rangka melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP)

adalah sebagai berikut :

a. Asas Tujuan, setiap penyelenggaraan operasi harus memiliki

rumusan tujuan/sasaran yang jelas sehingga tidak menimbulkan

keraguan dalam pencapaian tugas pokok

b. Asas kesatuan komando dan pengendalian seluruh kegiatan

operasi yang dilaksanakan dalam rangka OMSP berada di bawah

satu komando/penanggung jawab dari institusi negara yang

ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Asas Proposionalitas, diartikan bahwa kekuatan, persenjataan dan

peralatan TNI yang dikerahkan dalam pelaksanaan operasi

dilakukan secara sepadan, tidak berlebihan, memiliki prosedur


standar operasi yang jelas, terhindar dari tindakan diluar batas

kewajaran.

d. Asas Keamanan, tindakan yang tepat untuk menjamin keamanan,

kerahasiaan, keleluasaan bergerak, melindungi satuan sendiri dan

menghindari jatuhnya informasi ke tangan lawan. Asas keamanan

diterapkan mulai proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan

pengakhiran operasi dengan tujuan untuk menghindari kegagalan

dalam pelaksanaan OMSP.

e. Asas Legitimasi, diartikan bahwa pelaksanaan OMSP yang

dilaksanakan oleh TNI sudah berdasar kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan keputusan politik negara.

f. Asas Keterpaduan, mengingat OMSP merupakan operasi yang

melibatkan institusi di luar TNI, maka diperlukan adanya

persamaan persepsi, koordinasi yang tepat dan keterpaduan dalam

kesatuan dan dukungan.

g. Asas Ekonomis, dalam OMSP harus dipertimbangkan

penggunaan kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus

diperhitungkan dengan cermat, sehingga pada pelaksaannya dapat

dikerahkan kekuatannya secara efektif dan efisien.

Tentara Nasional Indonesia dalam menggalang sistem pertahanan

negara memiliki susunan dan kedudukannya yang diatur oleh aturan

agar tidak terjadi perbuatan yang sewenang-wenang dari alat

pertahanan negara ini. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional


Indonesia tertuang dalam regulasi yang jelas, yakni pada Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran

Kepolisian Republik Indonesia, pada Pasal 3 yang berbunyi :

a) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan

Laut, dan Angkatan Udara yang organisasinya disusun

berdasarkan kebutuhan yang diatur dalam undang-undang.

b) Tentara Nasional Indonesia berada di bawah Presiden.

c) Tentara Nasional Indonesia dipimpin oleh seorang Panglima yang

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

d) Prajurit Tentara Nasional Indonesia tunduk kepada kekuasaan

peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum militer dan

tunduk kepada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran

hukum pidana umum. Apabila kekuasaan peradilan umum tidak

berfungsi maka prajurit Tentara Nasional Indonesia tunduk di

bawah kekuasaan peradilan yang diatur dengan undang-undang.

Telah jelas dari susunan Tentara Nasional Indonesia memiliki

daerah atau matra (wilayah) yang vital yang harus di jaga dan

dilindungi yakni wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara yang

dari wilayah-wilayah tersebut di komando dengan angkatan yang

memiliki tugas masing-masing.


Ketiga wilayah tersebut Tentara Nasional Indonesia memiliki pusat

komando yang dipimpin oleh Panglima TNI yang saat ini di jabat oleh

Jendral TNI Moeldoko dan Panglima TNI bertanggung jawab terhadap

presiden karena presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi TNI

sesuai dengan asas Proposionalitas.

Tentara Nasional Indonesia dalam menjalankan tugas dan

fungsinya melalui Panglima TNI harus bertanggung jawab kepada

Presiden karena alat pertahanan negara ini di bawah tanggung jawab

seorang presiden sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan

serta panglima tertinggi.

5. Kewajiban dan Larangan TNI

Prajurit berkewajiban menjunjung tinggi kepercayaan yang

diberikan oleh bangsa dan negara untuk melakukan usaha pembelaan

negara sebagaimana termuat dalam Sumpah Prajurit. Untuk keamanan

negara, setiap prajurit yang telah berakhir menjalani dinas keprajuritan

atau prajurit siswa yang karena suatu hal tidak dilantik menjadi prajurit

wajib memegang teguh rahasia tentara walaupun yang bersangkutan

diberhentkan dengan hormat atau dengan tidak hormat.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, prajurit berpedoman

pada Kode Etik Prajurit dan Kode Etik Perwira. Selain itu berpedoman

pada hukum disiplin prajurit yang merupakan serangkaian peraturan

dan norma untuk mengatur, menegakkan, dan membina disiplin atau


tata kehidupan prajurit agar setiap tugas dan kewajibannya dapat

berjalan dengan sempurna.

B. Tinjauan Tentang Pertahanan dan Keamanan

1. Pengertian Pertahanan

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pertahanan berasal dari kata

tahan yang berarti tetap dalam keadaan, atau tetap dalam kedudukan.

Maka dengan demikian pertahanan berarti mengupayakan supaya tetap

tidak berubah dari keadaan semula, menjaga dan melindungi supaya

selamat.

Sementara yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala

usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah

negara, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan

terhadap keutuhan bangsa dan negara.2 Sedangkan pengertian

pertahanan negara dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia Pasal 1 ayat (5)

adalah segala usaha untuk menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), dan melindungi segenap bangsa dari ancaman dan

gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, disusun dengan

memperhatikan kondisi grafis Indonesia sebagai negara kepulauan.

2
Conni Rahakundini Bakrie, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007), halaman. 49.
2. Tinjauan dan Fungsi Pertahanan

a) Tujuan

1) Menjaga dan melindungi kedaulatan negara

2) Menjaga dan melindungi keutuhan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia

3) Menjaga dan melindungi segenap komponen bangsa dari segala

bentuk ancaman

b) Fungsi

Mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai satu kesatuan

pertahanan.

3. Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI Untuk menjaga

Pertahanan

Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan melalui operasi militer

untuk perang dan operasi militer selain perang dengan memperhatikan

prinsip-prinsip penggunaan kekuatan sesuai dengan aturan yang di

landasi oleh legitimasi politik dan hukum. Prinsip kewenangan dan

tanggung jawab pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden

setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR RI), selanjutnya tanggung jawab penggunaan

kekuatan TNI berada pada panglima TNI. Sesuai dengan Pasal 19 dan

Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004


tentang TNI, tanggung jawab penggunaan kekuatan TNI berada pada

Panglima TNI yang terdiri dari:

a. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi

militer untuk perang, dilakukan untuk kepentingan

penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi

militer selain perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan

Negara atau dalam rangka mendukung kepentingan nasional

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian dunia

dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia

dan ketentuan hukum nasional.

4. Pengertian tentang Keamanan

Secara etimologis konsep keamanan (security) berasal dari bahasa

latin “securus: (se+cura)” yang bermaksa terbebas dari bahaya,

terbebas dari ketakutan (free from danger, freedom fear). Keamanan

(security) secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan

mempertahankan diri (survival) dalam menghadapi ancaman nyata

(existensial threat).3 Kata ini juga bisa bermakna dari gabungan se

(yang berarti tanpa/without) dan curus (yang berarti uneasiness).

3
Muhamad Yamin dan Sebastian Matengkar, Intelijen Indonesia Towards Profesional
Inteligence (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), halaman 6
Sehingga bila digabungkan kata ini bermakna “liberation from

uneassiness, or a peaceful situstion without any risk or threats”.

Kemudian yang dimaksusd dengan gangguan keamanan adalah

gangguan dan ancaman yang muncul akibat dari kondisi yang pada

umumnya selalu panik atau tidak teratur-tidak disiplin atau paranoid,

demokrasi yang tidak terkendali, pertentangan ideology (clash of

civilization), dominasi kekuatan politik tertentu, peredaran senjata

gelap, globalisasi, instabilitas politik dan pemberontakan terhadap

dominasi negara-negara lain, diantaranya adalah terorisme, sparatisme,

konflik horizontal dan pemberontakan senjata.4

Hakikat keamanan negara mencakup keselamatan individu dalam

ketertiban umum harus disusun berdasarkan kondisi obyektif domestic

dengan memperhatikan konteks strategis regional dan global. Di dalam

negeri, keselamatan warga dan ketertiban publik akan dihadapkan pada

kejahatan konvensional berupa tindakan kriminalitas seperti pencurian,

perampokan, tawuran, pemerkosaan, dll. Selain itu aparat keamanan

juga akan dihadapkan pada masalah ancaman dalam negeri seperti

huru-hara (akibat tidak puasnya masyarakat terhadap pemerintah),

pengamanan obyek vital (akibat maraknya berbagai aksi reclaiming

masyarakat, konflik komunal, terorisme serta tribalisme).5

4
Liota P.H., Boomerang Effect: The Convergen of National and Human Security, dalam
security dialogue, Vol 33 No. 4, hal. 473-488 dalam Tim Propatria Institute, Mencari Format
Komprehensif Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara (Jakarta: Tim Propatria Institute, 2006),
halaman 27.
5
Ibid., halaman 473-488.
Keamanan negara diselenggarakan oleh pemerintah melalui usaha

sistem keamanan negara yang diselenggarakan oleh beragam institusi

keamanan yang masing-masing memiliki tugas, wewenang, dan

tanggung jawab yang spesifik. Pengelolaan keamanan negara perlu

membedakan antara institusi-institusi penanggung jawab politik adalah

pemerintah dan parlemen yang memiliki kewenangan dalam

merumuskan kebijakan keamanan dan/atau dalam mengawasi

pelaksanaan kebijakan.6

Singkatnya, keamanan negara adalah bentuk pendekatan keamanan

(security approach) yang diberlakukan penguasa negara terhadap

masyarakat secara umum.7 Disisi lain, menurut Kelak Walden Bello

menyatakan, keamanan negara adalah pemberhentian terakhir dari

tujuan negara yang terus bergelut dalam menghadapi kekuatan di luar

dirinya.8 Kekuatan di luar dirinya bisa berarti kekuatan luar negeri tapi

juga kekuatan yang merongrong di dalam negeri.

5. Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan TNI Untuk Keamanan

Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan melalui operasi militer

untuk perang dan operasi militer selain perang dengan memperhatikan

prinsip- prinsip penggunaan kekuatan sesuai dengan aturan yang di

landasi oleh legitimasi politik dan hukum. Prinsip kewenangan dan

tanggung jawab pengerahan kekuatan TNI berada pada Presiden

6
Anak Agung Bayu Perwita, Mencari Format Komperhensif Pertahanan dan Keamanan Negara
(Jakarta: Propartia Institute, 2006), halaman 7.
7
M. Busyro Muqoddas, Hegemoni Rezim Intelijen (Yogyakarta: PUSHAM UII, cetakan pertama,
2011), halaman 9.
8
Ibid., halaman 9
setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR RI), selanjutnya tanggung jawab penggunaan

kekuatan TNI berada pada panglima TNI. Sesuai dengan Pasal 19 dan

Pasal 20 UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, tanggung jawab

penggunaan kekuatan TNI berada pada Panglima TNI yang terdiri

dari:

a. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi

militer untuk perang, dilakukan untuk kepentingan

penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan operasi

militer selain perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan

Negara atau dalam rangka mendukung kepentingan nasional

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian

dunia dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri

Indonesia dan ketentuan hukum nasional.

C. Tinjauan Umum Tentang Bintara Pembina Desa (Babinsa)

1. Pengertian Babinsa

Babinsa adalah pelaksanaan Danramil dalam melaksanakan fungsi

pembinaan teritorial di pedesaan yang bertugas pokok melatih rakyat

dan memberikan penyuluhan dibidang pertahanan negara serta

pengawasan fasilitas atau prasarana untuk pertahanan negara di


pedesaan. Konsep Babinsa merupakan kepanjangan dari Bintara

Pembina Desa yang berada di bawah Koramil. Babinsa adalah

pelaksana pembinaan teritorial yang berhadapan langsung dengan

masyarakat desa serta dengan segala permasalahan yang penuh dengan

kemajemukan. Oleh karena itu sesuai dengan tekat TNI dalam rangka

ikut berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang

bertumpu pada pembangunan masyarakat desa. Maka Babinsa harus

mempunyai kemampuan yang memadai agar dapat memacu

masyarakat desanya aktif dalam pembangunan. Babinsa dituntut

memiliki kondisi mental, motivasi yang tangguh, tingkat

profesionalisme yang memadai dan kemampuan yang dapat

diandalkan. Babinsa dijabat oleh seseorang Ba/Ta Angkatan Darat

berpangkat Kopral Satu sampai dengan Pembantu Letnan Satu,

merupakan pelaksana Koramil (Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat

Nomor 19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008).

2. Tugas dan Peran Babinsa

Babinsa bertugas pokok melatih rakyat dan memberikan

penyuluhan dibidang pertahanan negara serta pengawasan fasilitas atau

prasarana untuk pertahanan negara di pedesaan.

Dalam buku Petunjuk Tuntunan Tugas Babinsa, tugas Babinsa

tercantum di Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor

19/IV/2008 Tanggal 8 April 2008, yaitu antara lain :


a. Melaksanakan Pembinaan Teritorial sesuai petunjuk Danramil

dengan kegiatan sebagai berikut :

1) Anjangsana ke seluruh rumah-rumah yang ada di desa

binaan agar Babinsa dikenal masyarakat

2) Ikut semua kegiatan yang ada di masyarakat

3) Membantuk masyarakat yang terkena musibah

4) Ikut gotong royong pada Jumat bersih

5) Membantu masyarakat yang melaksanakan hajatan

6) Mengajari masyarakat di bidang pertanian, peternakan,

perikanan dengan membawa tim penyuluh serta

melaksanakan pendampingan kepada masyarakat

7) Olahraga bersama dengan masyarakat

8) Ikut kegiatan agama dan kesenian daerah

9) Ikut aktif kegiatan Siskampling dengan masyarakat

10) Mengajar PBB terhadap pelajar, warga dan karang taruna

desa

11) Mengajari masyarakat untuk mengungsi apabila ada

bencana dan menentukan tempat pengungsian.

12) Ikut melaksanakan setiap permasalahan antara masyarakat

yang berselisih dengan bijaksana

13) Menghormati orang tua

14) Menyayangi anak kec


b. Melaksanakan pengumpulan dan pemeliharaan data geografi,

demografi, kondisi sosial dan Potensi Nasional meliputi SDM,

SDA/SDB serta sarana dan prasarana di wilayahnya.

1) Ketahui batas Utara, barat, Selatan dan Timur desa binaan

2) Ketahui daerah rawan bencana

3) Ketahui daerah yang dapat menjadi sumber logistik wilayah

seperti pertanian, perikanan perkebunan dan peternakan

yang ada di wilayahnya.

4) Ketahui jumlah penduduk, jenis kelamin, usia dan status

5) Mengenal orang/kelompok ekstrem kiri, ekstrem kanan,

tokoh unjuk rasa, tokoh radikal, mantan residivis dan orang

yang tidak puas kebijakan pemerintah.

6) Ketahui jenis pekerjaan masyarakat yang ada di wilayahnya

c. Memberikan informasi tentang situasi dan kondisi wilayah bagi

pasukan yang bertugas di daerahnya

1) Karakteristik daerah seperti kondisi jalan, sungai, jembatan,

hutan/gunung di wilayah yang bisa dilalui pasukan

2) Daerah logistic wilayah

3) Kondisi cuaca

d. Melaporkan perkembangan situasi kepada Danramil pada

kesempatan pertama (laksanakan Tamu Cepat dan Lapor Cepat

dengan berpedoman kepada SIABIDIBAME)

1) Si = Siapa yang menjadi pelaku


2) A = Apa yang terjadi

3) Bi = Kapan terjadinya

4) Di = Dimana lokasi kejadiannya

5) Ba = Bagaimana kejadiannya

6) Me = Mengapa bisa terjadi

e. Babinsa dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung

jawab kepada Danramil.

f. Babinsa harus punya jadwal kegiatan rutin setiap harinya yang

mengandung unsur “KS2A” maksudnya adalah :

1) ‘K’ adalah Kemana tujuan saya hari ini

2) ‘S’ adalah Siapa yang akan saya temui

3) ‘A’ adalah Apa kegiatan yang akan di kerjakan

4) ‘A’ adalah Apa hasil yang harus didapatkan

g. Semua kegiatan harus bermanfaat terhadap masyarakat dan

dilaporkan kepada Danrami

Dapatlah dipahami bahwa peran Babinsa adalah

mengaplikasikan kemampuan teritorial, sebagai berikut:

1) Kemampuan temu lapor cepat

2) Kemampuan manajemen territorial

3) Kemampuan penguasaan wilayah

4) Kemampuan meningkatkan pembinaan perlawanan rakyat

5) Kemampuan komunikasi sosial

Anda mungkin juga menyukai