Wawasan Kebangsaan
A. Umum
Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota Yogyakarta dan
menwawan Soekarno Hatta tidak meluruhkan semangat perjuangan Bangsa
Indonesia. Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan baik
dengan hard power (perang gerilya) maupun soft power (0emerintahan darurat) di
Kota Buktinggi. Yang menjadi sejarah Bela Negara, Semua Negara dan bangsa
memiliki ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia sehingga dibtuhkan
kewaspadaan dini untuk mencegah potensi ancaman menjadi ancaman. Dengan
sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran bela Negara dan
diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai.
B. Sejarah Bela Negara
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta
menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel,
akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal Spoor yang telah
berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi
kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai
penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi
Kraai"
Perintah Kilat No.1 dari Panglima Besar Jenderal Soedirman itu secara
langsung kepada seluruh Angkatan Perang RI untuk melaksanakan siasat yang
telah ditentukan sebelumnya, yakni Perintah Siasat No.1 Panglima Besar. Bunyi
Perintah Kilat No.1 Panglima Besar sebagaimana sebagai berikut :
1. Kita telah diserang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang
Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk
menghadapi serangan Belanda.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dibentuk, setelah Yogyakarta jatuh
ke tangan Belanda saat terjadi Agresi Militer II; Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta ditangkap. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
adalah penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember
1948-13 Juli 1949, dipimpin oleh . Mr. Syafruddin Prawiranegara yang disebut
juga dengan Kabinet Darurat. Sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ditangkap Belanda pada tanggal 19
Desember 1948, mereka sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat
kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan
sementara. Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta dikuasai Belanda dalam
Agresi Militer Belanda II, mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI
sudah bubar. Karena para pemimpinnya, seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad
Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan. Mendengar berita bahwa tentara
Belanda telah menduduki ibukota Yogyakarta dan menangkap sebagian besar
C. Ancaman
Yang dimaksud dengan ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah
kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik
atau non fisik, berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung atau tidak
langsung diperkirakan atau diduga atau yang sudah nyata dapat membahayakan
tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam rangka pencapaian
tujuan nasionalnya. Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari
23 dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. usaha dan
kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial dan budaya maupun aspek pertahanan dan keamanan. Dalam berbagai
bentuk ancaman, peran kementerian/lembaga Negara sangat dominan. Sesuai
dengan bentuk ancaman dibutuhkan sinergitas antar kementerian dan lembaga
Negara dengan keterpaduan yang mengutamakan pola kerja lintas sektoral dan
menghindarkan ego sektoral, dimana salah satu kementerian atau lembaga
menjadi leading sector, sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, dibantu
kementerian atau lembaga Negara lainnya. Sebagai contoh : dalam menghadapi
ancaman bencana alam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat
BNPB), sebagai leading sector sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan dalam pelaksanaannya juga
dibantu kementerian/lembaga lainnya
D. Kewaspadaan Dini
kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga Negara
terhadap setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal
dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.
Peserta Latsar CPNS diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman. Dalam dinamika
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dapat dihindarkan terjadinya benturan
atau konflik kepentingan antar kelompok atau golongan yang dapat mengancam
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
kelangsungan hidup bangsa
E. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta
tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif, secara
epistemologis faktafakta sejarah membuktikan bahwa bela Negara terbukti
mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa
dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sementara secara aksiologis bela Negara
diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman
F. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar
Bela Negara meliputi :
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.
G. Indikator nilai dasar Bela Negara
1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak
sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya
A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia
Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
BRORENTASI PELAYANAN
AKUNTABEL
KOMPOTEN
LOYAL
ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
MEMAHAMI ADAPTIF
A. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman
yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh
perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting
bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan. Kebutuhan kemampuan
beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi dalam
menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi
permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga
karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun
individual.
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi,
yakni: 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2. Penyesuaian
terhadap norma-norma untuk menyalurkan 3. Proses perubahan untuk
menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4. Mengubah agar sesuai dengan
kondisi yang diciptakan 5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
kepentingan lingkungan dan sistem. 6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya
sebagai hasil seleksi alamiah.
B. Kreativitas Dan Inovasi
Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama
lain. Selain karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang
secara konteks boleh jadi mempunyai hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah
inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya
kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi sebuah barang
atau proses akan memerlukan kemampuan kreatif untuk menciptakan 23 Modul
Adaptif inovasi. Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika kreativitas
inovatornya tidak bekerja dengan baik. Namun demikian, dalam kenyataannya,
kehadiran inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan adanya kreativitas
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
banyak ide atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak
kombinasi dari ide-ide yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail
dengan kedalaman dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan
dari ide atau gagasan yang dimunculkan.
Sehingga dengan demikian kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap
maupun proses dapat dipandang dalam konteks tersendiri yang terpisah dari
inovasi. Sementara dalam dimensinya, nampak adanya keterhubungan langsung
antara kreativitas dengan inovasi. Dalam prakteknya, hubungan kausalitas di
antara keduanya seringkali tidak terhindarkan
C. Adaptif Sebagai Nilai Dan Budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana
ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan
organisasi yang berkelanjutan dengan 34 Modul Adaptif lingkungannya, juga
perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari
kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan. Mengutip dari
Management Advisory Service UK4, maka “An Adaptive (Corporate) Culture is
one that enables the organisation to adapt quickly and effectively to internal and
external pressures for change”. Ini menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa
menjadi penggerak organisasi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-
perubahan internal maupun eksternal. Budaya menjadi faktor yang
memampukan organisasi dalam berkinerja secara cepat dan efektif. Daya tahan
organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan, seperti yang digagas oleh Peter F.
Drucker pada tahun 1959 melalui istilah terkenalnya yaitu knowledge worker,
sebagai sebutan terhadap anggota organisasi yang berkontribusi signifikan
terhadap keunggulan organisasi karena pengetahuan yang dimilikinya. Lebih
lanjut, Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu organisasi
menghadapi goncangan, bukanlah pada besarnya goncangan yang dihadapi,
melainkan pada penggunaan pengetahuan yang sudah kadaluarsa”.
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif
Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi instansi
pemerintah agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan
pelayanan publik. Organisasi adaptif baik di sektor publik maupun bisnis dapat
dibangun dengan beberapa preskripsi yang kurang lebih sama, yaitu antara lain:
1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif
KOLABORASI
A. Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi
kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik
et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from
an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a
process though which parties with different expertise, who see different
aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel
solutions to problems that would have been more difficult to solve without the
other’s perspective (Gray, 1989).
B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya
yang juga perlu dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6)
mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses
yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar
aktor governance .
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok
aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan
strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L
Rehema M. White, 2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala
aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda
dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa
organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan,
collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki
kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan Kolaboratif
C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
1) Mengenal Whole-of-Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai bagian
dari respon terhadap ilusi paradigma New Public Management (NPM)
yang banyak menekankan aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego
sektoral dibandingkan perspektif integrasi sektor. Pada dasarnya
pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai
koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai
akibat dari adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat
sektor. Sehingga WoG sering kali dipandang sebagai perspektif baru
dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar sector
2) Pengertian WoG
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
“[it] denotes public service agencies working across portfolio
boundaries to achieve a shared goal and an integrated government
response to particular issues. Approaches can be formal and informal.
They can focus on policy development, program management and service
delivery” (Shergold & others, 2004).
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas
sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu
pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus Australia berfokus
pada tiga hal yaitu pengembangan kebijakan, manajemen program dan
pemberian layanan
B. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
1. Kedudukan, peran, hak dan kewajiban serta kode etik ASN
a. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep
yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus
bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
Selain untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN,
serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas
yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karier
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang
yaitu pejabat karier tertinggi.
b. Peran ASN
Peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public;
2) Pelayan publik;
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
a) jaminan kesehatan
b) jaminan kecelakaan kerja
c) jaminan kematian
d) bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam
UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah.
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang.
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab.
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan.
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin Pegawai AS
Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi
dalam menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut, antara lain:
Manajemen PPPK
1. Penetapan kebutuhan
2. Pengadaan
3. Penilaian kerja
4. Penggajian dan tunjangan
5. Pengembangan kompetensi
6. Pemberian penghargaan
7. Disiplin
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja
9. Perlindungan
b. Pengelolaan jabatan pimpinan tinggi
1. Pengisian jabatan pimpinan tinggi
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
3. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
5. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
6. Pegawai ASN yang menjadi Pejabat
c. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia
memiliki tujuan:
1. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN
2. Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps
profesi ASN Republik Indonesia memiliki fungsi:
Pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
Memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps
profesi ASN Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem
Merit dan mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas;
Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah
terhadap pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi;
Menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps
profesi ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Sistem informasi ASN
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN.
Data Pegawai ASN paling kurang memuat:
1. Data riwayat hidup;
2. Riwayat pendidikan formal dan non formal;
3. Riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5. Riwayat pengalaman berorganisasi;
6. Riwayat gaji;
7. Riwayat pendidikan dan latihan;
8. Daftar penilaian prestasi kerja;
9. Surat keputusan; dan kompetensi.
e. Penyelesaian sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan
kepada pejabat yang berwenang menghukum.