Anda di halaman 1dari 31

AGENDA I

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Prof muladi , menyampaikan bawa wawasan kebangsaan adalah cara pandang


bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkunagannya, mengutamakan persatuan dan
kesatuan wilaya dalam penyelenggaraan keidupan dal;am masyarakat, berbangsa dan
bernegara.

A. Beberapa titik penting dalam sejarah bangsa Indonesia


1. 20 Mei 1908 puluan anak mudah berkumpul di aula stovia, mereka sepakat
mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2. Perhimpuaan Indonesia PI Merupakan organisasi pergerakan nasional yang
pertama kali menggunakan istila Indonesia. Bahkan perimpuan Indonesia
menjadi pelopor kemerdekaan bangsa indonsia
3. Pada tanggal 30 april di Jakarta diselenggarakan kerapatan besar pemuda
kemudiandikenal dengan kongnres pemuda 1.
4. Pada tanngal 27-28 oktober 1928 konggres pemuda ii di laksanakan
B. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
a. Pancasila
Pancasial dijadikan sebagai landasan bersama bagi fondasi dan citacita
berdirinya negara Indonesia merdeka. Kemajemukan dalam kesamaan rasa
dan pengalaman sebagai anaka jajahan ini menemunkan titik temunya
dalam Pancasila, menggantikan beragam keinginan subyektif beberapa
kelompok bangsa Indonesia yang menghendaki dasar negara berdasarkan
paham agama maupun ideologi dan semangat kedaerahan tertentu.
Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai
ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-cita nasional.
b. Undang-Undang Dasar 1945 Naskah
Naska UUD 1945 dirancaNG sejak tanngal 29 mei sampai 16 juni 1945 ole
BPUPKI
c. Bhinneka Tunggal Ika
Lambang NKRI garuda panca sila dengan semboyang BINEKA
TUNGGAL IKA ditetapkan PP no 66 taun 1951
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia Keberadaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
e. Tujuan NKRI dirumuskan dalam siding BPUPKI (10-16 JULI 1945) dan di
sa kan ole PPKI pada tanggal 18 agustus 1945
C. Bendera , Bahasa, Lambing Negara, Serta Lagu Kebangsaan
a. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.
b. Bahasa Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai
dengan dinamika peradaban bangsa
c. Lambang Negara Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke
sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita
yang dicengkeram oleh Garuda.
d. Lagu kebangsaan
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman

NILAI-NILAI BELA NEGARA

A. Umum
Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota Yogyakarta dan
menwawan Soekarno Hatta tidak meluruhkan semangat perjuangan Bangsa
Indonesia. Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan baik
dengan hard power (perang gerilya) maupun soft power (0emerintahan darurat) di
Kota Buktinggi. Yang menjadi sejarah Bela Negara, Semua Negara dan bangsa
memiliki ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia sehingga dibtuhkan
kewaspadaan dini untuk mencegah potensi ancaman menjadi ancaman. Dengan
sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran bela Negara dan
diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai.
B. Sejarah Bela Negara
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta
menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel,
akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal Spoor yang telah
berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi
kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai
penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi
Kraai"
Perintah Kilat No.1 dari Panglima Besar Jenderal Soedirman itu secara
langsung kepada seluruh Angkatan Perang RI untuk melaksanakan siasat yang
telah ditentukan sebelumnya, yakni Perintah Siasat No.1 Panglima Besar. Bunyi
Perintah Kilat No.1 Panglima Besar sebagaimana sebagai berikut :
1. Kita telah diserang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang
Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk
menghadapi serangan Belanda.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dibentuk, setelah Yogyakarta jatuh
ke tangan Belanda saat terjadi Agresi Militer II; Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta ditangkap. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
adalah penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember
1948-13 Juli 1949, dipimpin oleh . Mr. Syafruddin Prawiranegara yang disebut
juga dengan Kabinet Darurat. Sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ditangkap Belanda pada tanggal 19
Desember 1948, mereka sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat
kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan
sementara. Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta dikuasai Belanda dalam
Agresi Militer Belanda II, mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI
sudah bubar. Karena para pemimpinnya, seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad
Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan. Mendengar berita bahwa tentara
Belanda telah menduduki ibukota Yogyakarta dan menangkap sebagian besar
C. Ancaman
Yang dimaksud dengan ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah
kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik
atau non fisik, berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung atau tidak
langsung diperkirakan atau diduga atau yang sudah nyata dapat membahayakan
tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam rangka pencapaian
tujuan nasionalnya. Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari
23 dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. usaha dan
kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial dan budaya maupun aspek pertahanan dan keamanan. Dalam berbagai
bentuk ancaman, peran kementerian/lembaga Negara sangat dominan. Sesuai
dengan bentuk ancaman dibutuhkan sinergitas antar kementerian dan lembaga
Negara dengan keterpaduan yang mengutamakan pola kerja lintas sektoral dan
menghindarkan ego sektoral, dimana salah satu kementerian atau lembaga
menjadi leading sector, sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, dibantu
kementerian atau lembaga Negara lainnya. Sebagai contoh : dalam menghadapi
ancaman bencana alam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat
BNPB), sebagai leading sector sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan dalam pelaksanaannya juga
dibantu kementerian/lembaga lainnya
D. Kewaspadaan Dini
kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga Negara
terhadap setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal
dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.
Peserta Latsar CPNS diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman. Dalam dinamika
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dapat dihindarkan terjadinya benturan
atau konflik kepentingan antar kelompok atau golongan yang dapat mengancam
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
kelangsungan hidup bangsa
E. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta
tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif, secara
epistemologis faktafakta sejarah membuktikan bahwa bela Negara terbukti
mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa
dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sementara secara aksiologis bela Negara
diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman
F. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar
Bela Negara meliputi :
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.
G. Indikator nilai dasar Bela Negara
1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak
sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya

ANALISIS ISU KONTENPORER

A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia
Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan
tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa


persyaratan berikut :

1. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan


menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan tetap disiplin
dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat,
fair dan berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan
komitmen, serta menghargai integritas pribadi.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam
sikap dan perilaku bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka
menolong, menunjukkan respek dan membantu orang lain sepenuh
hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap diskriminatif
atau melecehkan orang lain.
3. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan
perilaku belajar terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi
harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk
kesadaran diri, keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu
mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja sama,
memimpin, dan mengambil keputusan, serta mampu mendengarkan
dan memberi informasi yang diperlukan.
5. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai
profesinya sebagai PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah
berlaku buruk terhadap masyarakat yang dilayani maupun rekan kerja,
berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi etika-
moral PNS
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada
empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS
dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing,
yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan
regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global)
C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam
organisasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan
keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam
komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk
menemukan peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui
pengembangan SDMnya. Hal ini didasari bahwa pada dasarnya
manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan inovatif yang
dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan
strategis yang cepat berubah.
2. Modal Emosional
Setiap PNS pasti bekerja dengan orang lain dan untuk orang lain.
Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan
kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan dalam
mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai kecerdasan emosi.
3. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat
yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi
mereka. (rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan
perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan
komunitas). Modal sosial ditujukan untuk menumbuhkan kembali
jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung
kesuksesan, khususnya kesuksesan sebagai PNS sebagai pelayan
masyarakat
4. Modal ketabahan (adversity)
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997).
Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi
5. Modal etika/moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-
prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai,
tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan
membedakan benar dan salah. Ada empat komponen modal
moral/etika yakni:
a. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-
nilai universal di dalam berperilaku yang tidak bertentangan
dengan kaidah perilaku etis yang universal.
b. Bertanggung-jawab (responsibility) yakni orang-orang yang
bertanggung-jawab atas tindakannya dan memahami konsekuensi
dari tindakannya sejalan dengan prinsip etik yang universal.
c. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan
merugikan orang lain.
d. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang pemaaf. Orang yang
memiliki kecerdasan moral yang tinggi bukanlah tipe orang
pendendam yang membalas perilaku yang tidak menyenangkan
dengan cara yang tidak menyenangkan pula
6. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
Kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa
bekerja dan berpikir secara produktif. Tolok ukur kesehatan adalah
bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik adalah; tenaga
(power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility),
koordinasi (coordination), dan keseimbangan (balance).
KESIAP SIAGAAN BELA NEGARA

A. Konsep Kesiapsiagan Bela Negara


Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam
menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara.
B. Kesiapsiagan Bela Negara Dalam Latsar CPNS
Beberapa bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap
CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir,
dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di
dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk
kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Aplikasi dari latihan kesiapsiagaan Bela Negara ini juga akan menjadi
modal penguatan jasmani, mental dan spiritual dalam pelaksaaan tugas
CPNS yang memiliki fungsi utama sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, dan sebagai perekat dan pemersatu Negara bangsa dari
segala Ancaman, Ganguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT) baik dari
dalam maupun luar negeri. Sehingga, setiap Calon Pegawai Negeri Sipil
dapat selalu siap dan memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu
setiap CPNS diharapkan selalu membawa motto “melayani untuk
membahagiakan” dimanapun dan dengan siapapun mereka bekerja, dalam
segala kondisi apapun serta kepada siapapun mereka akan senantiasa
memberikan pelayanan terbaik dan profesional yang merupakan
implementasi kesiapsiagaan Bela Negara.
C. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka
dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan
lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai
dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun
kelompok dalam materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak
disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar
sesama.
AGENDA II

BRORENTASI PELAYANAN

1. Pengertian pelayaan public


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik
Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna
negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu
sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan
publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil
setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan
administrative, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan
Publik).
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4
UU Pelayanan Publik, yaitu: a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c.
kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan; f.
artisipatif; g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; h. keterbukaan; i.
akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k.
ketepatan waktu; dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
2. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada
pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas
ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada customer
satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau
dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada
implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara. Budaya
pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan kualitas pemberian layanan
kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya
pelayanan yang baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja
organisasi dengan mekanisme.
3. ASN sebagai Pelayan Publik
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai
perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai
ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai


bagaimana perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam
menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu: adil dan tidak diskriminatif; b.
cermat; c. santun dan ramah; d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan
yang berlarut-larut; e. profesional; f. tidak mempersulit; g. patuh pada
perintah atasan yang sah dan wajar; dan g. menjunjung tinggi nilai-nilai
akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;

4. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformas pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World
Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai
Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani
Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai
sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan
publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting
untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan
dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
mberkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.

AKUNTABEL

Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas


atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu


akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil,
akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi,
sertaakuntabilitas memperbaiki kinerja.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu


pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga,
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dann
akuntabilitas stakeholder.

KOMPOTEN

A. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan


perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
B. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan
dengan bidang teknis jabatan;
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan 29
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan.
C. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal,
baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
D. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua
puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK).
E. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan
dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan
pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
PERILAKU KOMPOTEN

A. Berkinerja yang Berakhlak:


 Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja.
 Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
 Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
B. Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis
pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis
online network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian
para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan
atau luar organisasi. 3. Membantu Orang Lain Belajar:
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor
termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
C. Melakukan Kerja Terbaik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi,
baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan
dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
HARMONIS

A. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis


Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuanketentuan tertulis.
1. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik. Ada tiga focus utama dalam pelayanan publik, yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
2. Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN)
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang
c. Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang
d. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji
Pegawai Negeri Sipil
e. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
g. Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
h. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
3. Kode Etik ASN
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik
dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5
U Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode
perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
f. atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
g. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
h. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
i. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan
dalam melaksanakan tugasnya;

LOYAL

Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam


melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS
sebagaimana ketentuan perundang- undangangan yang berlaku.

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021
tentang. Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas
yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan
baik.

Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.

Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan


perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun
sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah. Kemampuan ASN dalam memahami dan
mengamalkan nilai- nilai Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam
wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan
bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota
masyarakat.

ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

A. Perubahan Lingkungan Strategis


Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang
kompleks dan terus berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek
administrasi publik, proses-proses kebijakan publik dan penyelenggaraan
pemerintahan ke depan. Dalam kondisi di mana perubahan adalah sesuatu yang
konstan, dengan nilai sosial ekonomi masyarakat yang terus bergerak, disertai
dengan literasi publik yang juga meningkat, maka cara sektor publik dalam
menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan kemampuan adaptasi yang
memadai. Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak
terhindarkan. Tidak ada satu pun negara ataupun pemerintahan yang kebal akan
perubahan ini, pun demikian dengan Indonesia.
Negara-negara di dunia juga dihadapkan pada persoalan global dalam bidang
keamanan dan perdamaian dunia. Kasus-kasus seperti terorisme, radikalisme,
konflik regional dan sebagainya yang cenderung eskalatif dan bertransformasi
menjadi cara dan pendekatan baru akan memaksa negara untuk mengadaptasi
juga cara-cara baru dalam menghadapi dan menyelesaikannya. Pendekatan lama
dalam menangani persoalan keamanan dan perdamaian tentu menjadi usang dan
tidak ampuh lagi, sehingga negara perlu menemukan pendekatan lain yang lebih
sesuai dengan tantangan isunya
B. Kompetisi di Sektor Publik
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong
adanya pergeseran peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing menjadi salah satu
ukuran kinerja sebuah negara dalam kompetisi global. Sampai dengan tahun
2000-an, Amerika Serikat dan Jepang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar
di dunia. Namun satu dekade kemudian, muncul beberapa pemain besar lain,
seperti Tiongkok misalnya, yang terus tumbuh dan berkembang pesat menjadi
kekuatan ekonomi regional, dan bahkan kini menggeser Jepang dan menjadi
pesaing serius Amerika Serikat sebagai negara adidaya baru
Bentuk-bentuk kompetisi tidak langsung bagi negara adalah seperti kriteria
kemajuan pembangunan, indeksasi tertentu atau event-event olahraga dan
sebagainya. Beberapa lembaga internasional ataupun supranasional membuat
kriteria negara yang seringkali digunakan sebagai rujukan keberhasilan kinerja
sebuah negara. PBB, misalnya, mengklasifikasi kategorisasi negara ke dalam
developed economies, economies in transition, atau developing economies.
Sementara IMF membaginya ke dalam advanced economy, an emerging market
and developing economy, atau a low-income developing country. Adapun Bank
Dunia membagi pengelompokan negara ke dalam high-income economies, upper
middle-income economies, lower middle-income economies, dan low-income
economies, berdasarkan perhitungan PDB per kapitanya.
C. Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di
sektornya masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan
berbagai tuntutan pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang
berkualitasnya layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti
misalnya (1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya program
pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai cerminan ketidak-efektifan
roda pemerintahan; (3) kecenderungan pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule
driven dan sebatas menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak
adanya kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih adanya
keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu layanan aparatur, sebagai
cerminan penyelenggaraan layanan yang kurang bermutu. Standar mutu
pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan pelayanan,
serta literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-
faktor yang mendorong komitmen mutu yang lebih baik.

MEMAHAMI ADAPTIF

A. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman
yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh
perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting
bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan. Kebutuhan kemampuan
beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi dalam
menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi
permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga
karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun
individual.
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi,
yakni: 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2. Penyesuaian
terhadap norma-norma untuk menyalurkan 3. Proses perubahan untuk
menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4. Mengubah agar sesuai dengan
kondisi yang diciptakan 5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
kepentingan lingkungan dan sistem. 6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya
sebagai hasil seleksi alamiah.
B. Kreativitas Dan Inovasi
Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama
lain. Selain karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang
secara konteks boleh jadi mempunyai hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah
inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya
kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi sebuah barang
atau proses akan memerlukan kemampuan kreatif untuk menciptakan 23 Modul
Adaptif inovasi. Inovasi pada tataran ide akan sulit berwujud jika kreativitas
inovatornya tidak bekerja dengan baik. Namun demikian, dalam kenyataannya,
kehadiran inovasi juga tidak mutlak mensyaratkan adanya kreativitas
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
banyak ide atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak
kombinasi dari ide-ide yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail
dengan kedalaman dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan
dari ide atau gagasan yang dimunculkan.
Sehingga dengan demikian kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap
maupun proses dapat dipandang dalam konteks tersendiri yang terpisah dari
inovasi. Sementara dalam dimensinya, nampak adanya keterhubungan langsung
antara kreativitas dengan inovasi. Dalam prakteknya, hubungan kausalitas di
antara keduanya seringkali tidak terhindarkan
C. Adaptif Sebagai Nilai Dan Budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana
ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan
organisasi yang berkelanjutan dengan 34 Modul Adaptif lingkungannya, juga
perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari
kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan. Mengutip dari
Management Advisory Service UK4, maka “An Adaptive (Corporate) Culture is
one that enables the organisation to adapt quickly and effectively to internal and
external pressures for change”. Ini menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa
menjadi penggerak organisasi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-
perubahan internal maupun eksternal. Budaya menjadi faktor yang
memampukan organisasi dalam berkinerja secara cepat dan efektif. Daya tahan
organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan, seperti yang digagas oleh Peter F.
Drucker pada tahun 1959 melalui istilah terkenalnya yaitu knowledge worker,
sebagai sebutan terhadap anggota organisasi yang berkontribusi signifikan
terhadap keunggulan organisasi karena pengetahuan yang dimilikinya. Lebih
lanjut, Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu organisasi
menghadapi goncangan, bukanlah pada besarnya goncangan yang dihadapi,
melainkan pada penggunaan pengetahuan yang sudah kadaluarsa”.
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif
Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi instansi
pemerintah agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan
pelayanan publik. Organisasi adaptif baik di sektor publik maupun bisnis dapat
dibangun dengan beberapa preskripsi yang kurang lebih sama, yaitu antara lain:
1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif

KOLABORASI

A. Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi
kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik
et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from
an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a
process though which parties with different expertise, who see different
aspects of a problem, can constructively explore differences and find novel
solutions to problems that would have been more difficult to solve without the
other’s perspective (Gray, 1989).
B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya
yang juga perlu dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6)
mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses
yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar
aktor governance .
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok
aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan
strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L
Rehema M. White, 2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala
aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda
dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa
organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan,
collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki
kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan Kolaboratif
C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
1) Mengenal Whole-of-Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai bagian
dari respon terhadap ilusi paradigma New Public Management (NPM)
yang banyak menekankan aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego
sektoral dibandingkan perspektif integrasi sektor. Pada dasarnya
pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai
koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai
akibat dari adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat
sektor. Sehingga WoG sering kali dipandang sebagai perspektif baru
dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar sector
2) Pengertian WoG
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
“[it] denotes public service agencies working across portfolio
boundaries to achieve a shared goal and an integrated government
response to particular issues. Approaches can be formal and informal.
They can focus on policy development, program management and service
delivery” (Shergold & others, 2004).
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas
sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu
pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus Australia berfokus
pada tiga hal yaitu pengembangan kebijakan, manajemen program dan
pemberian layanan

PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH

A. Panduan Perilaku Kolaboratif


Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut: 1) Organisasi
menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi; 2)
Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka; 3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau
mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas
mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan); 4) Pendapat yang berbeda didorong
dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan pendapat
sangat dihargai; 5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk
menghindari konflik
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
A. Smart ASN
1. Literasi digital
a. Percepatan transformasi digital
Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak
informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan
berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang
terdiversifikasi.
5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:
a) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor
strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri,
sektor penyiaran.
c) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah
dibicarakan.
d) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital Smart ASN 10
e) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
(Oktari, 2020)
b. Pengertian literasi digital
Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi
yaitu :
 Kecakapan menggunakan media digital (digital skills)
 Budaya menggunakan digital (digital culture)
 Etika menggunakan media digital (digital ethics)
 Aman menggunakan media digital (digital safety)
Perumusan kerangka kerja literasi digital digunakan sebagai basis
dalam merancang program dan kurikulum literasi digital Indonesia pada
tahun 2020-2024. Kerangka kurikulum literasi digital ini juga digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

 Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui,


memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
 Digital safety merupakan kemampuan user dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan
Smart ASN 19 digital dalam kehidupan sehari-hari.
 Digital culture merupakan kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK.
 Digital ethics merupakan kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peta jalan literasi digital
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu
masyarakat digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan
ekonomi digital. Masyarakat digital meliputi aktivitas, penggunaan
aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah digital meliputi
regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu,
ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan
riset inovasi digital.
Peta Jalan Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo,
Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental
untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital dalam
konteks literasi digital. Dalam peta jalan ini, dirumuskan kurikulum
literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: kecakapan
digital (digital skills), budaya digital (digital culture), etika digital (digital
ethics) dan keamanan digital (digital safety). Keempat area kompetensi ini
menawarkan berbagai indikator dan sub-indikator yang bisa digunakan
untuk meningkatkan kompetensi literasi digital masyarakat Indonesia
melalui berbagai macam program yang ditujukan pada berbagai kelompok
target sasaran.
d. Lingkup literasi digital
Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide)
juga menjadi hal yang perlu dipahami. Kesenjangan digital merupakan
konsep yang telah lama ada. Pada awal mulanya, konsep kesenjangan
digital ini berfokus pada kemampuan memiliki (ekonomi) dan
mengoperasikan perangkat digital (komputer) dan akses (Internet).
Namun, konsep ini telah berkembang menjadi beberapa aspek yang lebih
komprehensif. Manfaat dan akses dari dunia informasi digital menjadi
indikasi semua warga negara mendapatkan manfaatnya seperti halnya
pada negara-negara maju (Rahmawati, dkk. 2020). Sehingga lingkup
literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan digital (digital
divide) dan penguatan literasi digital. Kedua hal ini terkait erat dengan
peta penguatan literasi digital dari Presiden dan gerakan literasi digital
dari kominfo.
e. Implementasi literasi ligital
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu
wacana yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya
konkret menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi
dan semua tingkat sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya
berbagai wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang era
industri belum berhasil membuat industri pendidikan universitas, institut,
sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga sekolah dasar dan menengah
mencapai progress signifikan pada transformasi digital pendidikan
Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak luar
biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).
2. Masalah yang ditimbulkan akibat kurangnya literasi digital
a. Etika bermedia digital
 Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
 Etika tradisional adalah etika berhubungan secara langsung/tatap
muka yang menyangkut tata cara lama, kebiasaan, dan budaya
yang merupakan kesepakatan bersama dari setiap kelompok
masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas dan tidak
pantas sebagai pedoman sikap dan perilaku anggota masyarakat.
 Etika kontemporer adalah etika elektronik dan digital yang
menyangkut tata cara, kebiasaan, dan budaya yang berkembang
karena teknologi yang memungkinkan pertemuan sosial budaya
secara lebih luas dan global.
b. Budaya bermedia digital
Budaya adalah produk, praktik dan perspektif hasil pemikiran,
gagasan, dan tindakan manusia. Ruang digital sebagai buah kemajuan
teknologi, dengan demikian, adalah bagian dari budaya. Kendati
demikian, kehadiran ruang digital memberikan sejumlah tantangan bagi
pelestarian budaya nasional maupun daerah. Menyikapi hal ini, bahasan
tentang Digitalisasi Kebudayaan dan Teknologi Informasi Komunikasi
telah memperlihatkan cara menyiasati tantangan dan peluang tersebut
melalui kompetensi literasi digital berupa pemahaman terhadap aspek
budaya di ruang digital, produksi, distribusi, partisipasi, dan kolaborasi.
c. Aman bermedia digital
Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital
dalam kehidupan sehari-hari. Perangkat digital memiliki peran vital dalam
melakukan aktivitas digital. Misalnya ketika kita melakukan komunikasi
seringkali kita menggunakan gawai yang terkoneksi dengan jaringan
internet pada keseharian kita, sehingga dalam menggunakan perangkat
digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat digital yang kita
miliki. Sebuah perangkat digital selalu terdiri dari dua kelompok
komponen utama: perangkat keras dan perangkat lunak.
d. Cakap bermedia digital
Pemahaman terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari
kompetensi literasi digital. Dunia digital merupakan lingkungan yang
tidak asing bagi banyak dari kita. Kita mungkin sudah sangat akrab
dengan dunia digital. Namun, selayaknya dunia fisik di sekitar kita, ada
beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak tersesat dalam
dunia digital. Setiap generasi dapat memiliki praktik dan pengalaman yang
berbeda terhadap dunia digital. Oleh karena itu, pemahaman fundamental
terhadap lanskap digital semakin penting mengingat semakin beragamnya
generasi yang mengakses dunia digital. Salah satunya adalah kecakapan
digital sebagai salah satu area kompetensi literasi digital bagi setiap
individu di era digital.

B. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
1. Kedudukan, peran, hak dan kewajiban serta kode etik ASN
a. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep
yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus
bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
Selain untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN,
serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas
yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karier
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang
yaitu pejabat karier tertinggi.
b. Peran ASN
Peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public;
2) Pelayan publik;
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:

a) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
c. Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau
layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan
ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK
yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut;
PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas
2) cuti
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4) perlindungan
5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:

1) gaji dan tunjangan


2) cuti
3) perlindungan
4) pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU
ASN disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92
UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:

a) jaminan kesehatan
b) jaminan kecelakaan kerja
c) jaminan kematian
d) bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam
UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah.
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang.
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab.
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan.
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin Pegawai AS
Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi
dalam menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut, antara lain:

 Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam


menjalankan tugas dan kewanangan agar tindakannya dinilai baik.
 Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya.
2. Konsep sistem merit dalam pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses
dalam pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi
individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).
Pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDM didasarkan pada
kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau untuk melaksanakan
pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti afiliasi
politik, etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan
dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan
promosi). Sistem ini biasanya disandingkan dengan spoil sistem, dimana
dalam penerapan manajemen SDM-nya lebih mengutamakan pertimbangan
subyektif.
“ Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan
yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat
maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi
pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk
mencapai visi dan misinya.
3. Mekanisme pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan
praktek dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam
organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi,
promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.
a. Manajemen PNS dan PPPK
 Manajemen PNS
1. Penyusunan dan penetapan kebutuhan
2. Pengadaan
3. Pengakat dan jabatan
4. Pengembangan karier
5. Pola karier
6. Promosi
7. Mutasi
8. Penilaian kinerja
9. Penggajian dan tunjangan
10. Penghargaan
11. Disiplin
12. Pemberhentian
13. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
14. Perlindungan

 Manajemen PPPK
1. Penetapan kebutuhan
2. Pengadaan
3. Penilaian kerja
4. Penggajian dan tunjangan
5. Pengembangan kompetensi
6. Pemberian penghargaan
7. Disiplin
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja
9. Perlindungan
b. Pengelolaan jabatan pimpinan tinggi
1. Pengisian jabatan pimpinan tinggi
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
3. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
5. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
6. Pegawai ASN yang menjadi Pejabat
c. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia
memiliki tujuan:
1. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN
2. Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps
profesi ASN Republik Indonesia memiliki fungsi:
 Pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
 Memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps
profesi ASN Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem
Merit dan mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas;
 Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah
terhadap pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi;
 Menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps
profesi ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Sistem informasi ASN
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN.
Data Pegawai ASN paling kurang memuat:
1. Data riwayat hidup;
2. Riwayat pendidikan formal dan non formal;
3. Riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5. Riwayat pengalaman berorganisasi;
6. Riwayat gaji;
7. Riwayat pendidikan dan latihan;
8. Daftar penilaian prestasi kerja;
9. Surat keputusan; dan kompetensi.
e. Penyelesaian sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan
kepada pejabat yang berwenang menghukum.

Anda mungkin juga menyukai