Anda di halaman 1dari 115

1

AGENDA 1
1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

I. WAWASAN KEBANGSAAN
A. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Fakta-fakta sejarah: Kebangsaan Indonesia terbentuk dari proses panjang dengan
mengakui keberagaman. Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908 saat Boedi Oetomo
berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat. Organisasi Indische Vereeniging didirikan pada
1908 oleh mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada 1925, nama mereka diubah menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 menetapkan Hari
Sumpah Pemuda. Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah dan tanggal 17 Agustus 1945,
Proklamasi dibacakan. Para tokoh pendiri bangsa menjunjung Pancasila, UUD 1945, NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika.
B. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan Indonesia adalah pandangan dalam mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara, berdasarkan jati diri bangsa dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang berasal dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Tujuannya adalah memecahkan masalah demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
C. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila
Pancasila adalah landasan, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dipadukan dari nilai-nilai asli bangsa dan inspirasi global, pendiri negara memurnikan
nilai-nilai tersebut dalam UUD 1945. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, perekat
bangsa, dan wawasan dalam mencapai cita-cita nasional. Nilai-nilai positif bangsa
Indonesia tercakup di dalamnya, sementara yang bertentangan ditolak. Penting bagi
penyelenggara negara dan warga negara untuk memahami, meyakini, dan menerapkan
Pancasila dalam kehidupan bersosialisasi dan bernegara.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah UUD 1945 dirancang oleh BPUPKI pada Mei-Juli 1945 dan diajukan ke
PPKI. Panitia 9 merancang pembukaan UUD yang disebut Piagam Jakarta. Pada 18
Agustus 1945, Piagam Jakarta disahkan sebagai pembukaan UUD dengan penggantian

2
frasa "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" menjadi
"Ketuhanan Yang Maha Esa". UUD berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah dalam
negara demokrasi konstitusional.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan BhinnaIka-
Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara
keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara
Republik Indonesia.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRI lahir pada 17 Agustus 1945, namun belum sempurna sebagai negara secara
hukum tata negara. PPKI melengkapinya dengan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden, menetapkan UUD 1945, dan merumuskan tujuan NKRI. Tujuan NKRI adalah
melindungi bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
D. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan
dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang.
2. Bahasa
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa
yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa
persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa.
3. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung

3
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda.
4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Indonesia Raya yang
digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

II. NILAI-NILAI BELA NEGARA


A. Sejarah Bela Negara
Pada 19 Desember 1948, Belanda mengabaikan Persetujuan Renville dan
melancarkan Agresi Militer Belanda II, menyerang Yogyakarta dan Bandara Maguwo.
Panglima Besar Jenderal Soedirman mengeluarkan Perintah Kilat No.1 sebelum
meninggalkan Istana Negara. Setelah Yogyakarta jatuh, dibentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara. Posisi Belanda
semakin terjepit dan perundingan menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Pada 14 Juli 1949,
PDRI menyerahkan mandatnya, dan Drs. Mohammad Hatta kembali menjadi Perdana
Menteri. Tanggal 19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara pada 18 Desember
2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
B. Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari 23 dalam negeri maupun luar
negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa, usaha dan kegiatan, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara baik aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun aspek
pertahanan dan keamanan. Sesuai dengan bentuk ancaman dibutuhkan sinergitas antar
kementerian dan lembaga Negara dengan keterpaduan yang mengutamakan pola kerja lintas
sektoral dan menghindarkan ego sektoral, dimana salah satu kementerian atau lembaga
menjadi leading sektor, sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, dibantu kementerian
atau lembaga Negara lainnya.
C. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini adalah kewaspadaan setiap warga Negara terhadap setiap potensi
ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari segala potensi ancaman,
termasuk penyakit menular dan konflik sosial. Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan
kesadaran temu dan lapor cepat (Tepat Lapat) yang mengandung unsur 5W+1H (When,

4
What, Why, Who, Where dan How) kepada aparat yang berwenang. Setiap potensi ancaman
di tengah masyarakat dapat segera diantisipasi segera apabila warga Negara memiliki
kepedulian terhadap lingkungannya, memiliki kepekaan terhadap fenomena atau gejala yang
mencurigakan dan memiliki kesiagaan terhadap berbagai potensi ancaman.
D. Pengertian Bela Negara
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif, secara epistemologis faktafakta
sejarah membuktikan bahwa bela Negara terbukti mampu menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sementara secara aksiologis bela
Negara diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman. Untuk itu, warga negara harus patuh, taat, loyal, dan tunduk pada setiap
regulasi yang dibuat oleh negara dalam upaya meningkatkan kesadaran bela Negara.
E. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi:
1. cinta tanah air
2. sadar berbangsa dan bernegara
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi Negara
4. rela berkorban untuk bangsa dan Negara
5. kemampuan awal Bela Negara.
F. Pembinaan Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan
kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan
nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang
ditujukan bagi Warga Negara yang bekerja pada: lembaga Negara, kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian dan pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, badan usaha milik Negara/ badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta, dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
G. Indikator Nilai Dasar Bela Negara
1. Indikator cinta tanah air, ditunjukkan dengan adanya sikap:

5
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa, ditunjukkan dengan adanya
sikap:
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan
negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara, ditunjukkan dengan adanya sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan Yang
Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.

6
e. Senantiasa menjaga kesehatannya
H. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi Asn
Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia
secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi.

III.SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


A. Perspektif Sejarah Negara Indonesia
Undang-Undang No. 27 diberlakukan pada 8 Agustus 1942 selama pendudukan
Jepang. Hubungan Indonesia-Belanda memburuk setelah Agresi Belanda II pada 18
Desember 1948. Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 23 Agustus-2 November 1949
menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949.
Pada 19 Mei 1950, UUD Sementara 1950 memulihkan negara kesatuan. Konsep Demokrasi
Terpimpin dicetuskan pada 1957. Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 mengembalikan UUD
1945 dan membubarkan Konstituante. Pada masa ini, kekuasaan terpusat di tangan Presiden.
Puncak kekacauan terjadi saat PKI mengkhianati Pancasila dan UUD 1945 pada 30
September 1965, memaksa Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret untuk Soeharto
mengambil alih kestabilan pemerintahan.
B. Makna Kesatuan Dalam Sistem Penyelenggaraan Negara
Undang-Undang No. 27 (1942) Jepang. Agresi Belanda II (1948). Konferensi Meja
Bundar (1949) RIS. UUD Sementara (1950) negara kesatuan. Konsep Demokrasi Terpimpin
(1957). Dekrit Presiden (1959) UUD 1945 dan membubarkan Konstituante. Kekuasaan
terpusat pada Presiden. PKI mengkhianati Pancasila dan UUD 1945 (1965). Surat Perintah
11 Maret (1966) Soeharto.
C. Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
D. Makna Dan Pentingnya Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
Makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya
E. Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia

7
3. Prinsip kebebasan yang Bertanggung jawab
4. Prinsip Wawasan Nusantara
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita reformasi
F. Nasionalisme
Nasionalisme yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan menggap semua bangsa
sama derajatnya.
G. Kebijakan Publik Dalam Format Keputusan Dan/ Atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan
Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan
kongkret dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.
H. Landasan Idiil: Pancasila
Pancasila menjadi idiologi Negara artinya Pancasila merupakan etika sosial, yaitu
seperangkat nilai yang secara terpadu harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
I. UUD 1945: Landasan Konstitusional SANKRI
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.
J. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara
Diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

8
2. ANALISIS ISU KONTEMPORER

I. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Oleh karena itu, mulai saat ini kita harus bergegas
menentukan bentuk masa depan, jika tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan
masa depan (bangsa) kita.
Undang-undang ASN setiap ASN perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya:
1. Melaksanakan, Kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang- undangan
2. Memberikan, Pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Memperat, Persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
Menjadi ASN yang professional, ditunjukkan dengan:
1. Mengambil tanggung jawab
Tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair
dan berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta
menghargai integritas pribadi.
2. Menunjukan sikap mental positif
Bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan
membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap
diskriminatif atau melecehkan orang lain.
3. Mengutamakan keprimaan
Belajar terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu
berjuang menjadi lebih baik.
4. Menunjukan kompetensi
Dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri, keyakinan diri, dan keterampilan
bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja sama,
memimpin, dan mengambil keputusan
5. Memegang teguh kode etik
Menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang
dilayani maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi ASN, dan menjunjung
tinggi etika moral ASN.

9
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Menurut Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan ASN dalam melakukan pekerjaannya sesuai
bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), masyarakat pada level lokal
dan regional (community/ culture), nasional (society), dan dunia (global).
C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis (Ancok, 2002)
1. Modal Intelektual, pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif, dan
inovatif yang dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan
strategis yang cepat berubah.
2. Modal Emosional, Goleman, et. al. (2013) menggunakan istilah emotional intelligence
untuk menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri
sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang
sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain.
3. Modal Sosial, jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. (rasa percaya, saling
pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah
jaringan kerja dan komunitas). Modal sosial ditujukan untuk menumbuhkan kembali
jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung kesuksesan
4. Modal ketabahan (adversity), konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz
(1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan perumpamaan
pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan
climber.
5. Modal etika/moral, kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan
prinsip- prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan
tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah.
Empat komponen modal moral/etika yakni: 1. Integritas (integrity), 2. Bertanggung-
jawab (responsibility), 3. Penyayang (compassionate), dan 4. Pemaaf (forgiveness).
6. Modal kesehatan (kekuatan) fisik/ jasmani, tolok ukur kesehatan adalah bebas dari
penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance),
kekuatan (muscle strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan
(agility), koordinasi (coordination), dan keseimbangan (balance).

10
II. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
sebagai perubahan lingkungan strategis. globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya
adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi
peradaban dan bangsa.
A. Korupsi
History of Java karya Rafles (1816) menyebutkan karakter orang jawa sangat
"nrimo" atau pasrah pada keadaan, namun memiliki keinginan untuk dihargai orang lain,
tidak terus terang, menyembunyikan persoalan dan oportunis. Bangsawan Jawa gemar
menumpuk harta dan memelihara abdi dalem hanya untuk kepuasan, selalu bersikap manis
untuk menarik simpati raja atau sultan, perilaku tersebut menjadi embrio lahirnya
generasi opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa yang korup.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi beserta revisinya melalui UndangUndang
Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 telah
mengatur berbagai modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil,
memperluas pengertian pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan
kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat
dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana
Penjara, dan Pidana Tambahan.

B. Narkoba
Istilah narkotika mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya.
Penggolongan Narkotika :
1. Golongan I, Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh 1.
Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3.
Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. Golongan II, Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin.
3. Golongan III, Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.

11
Penggolongan Psikotropika :
1. Golongan I, Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak untuk terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
ekstasi, LSD
2. Golongan II, Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin, shabu,
metilfenidat atau italin.
3. Golongan III, Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital,
flunitrazepam.
4. Golongan VI, Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk
pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.
Penggolongan Zat Adiktif :
1. Alkohol, Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat.
2. Inhalansia (gas yang dihirup) dan zolven (zat Pelarut), Senyawa organik, yang terdapat
pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin,
yang sering disalahginakan seperti lem, thinner, cat kuku dll
3. Tembakau.

C. Teroris dan Radikalisme


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006
tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global
pemberantasan terorisme, yaitu : 1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme; 2)
langkah pencegahan dan memerangi terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-negara
anggota untuk mencegah dan memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB;
dan 4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai
dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah menyusun High-Level Panel on
Threats, Challenges, and Change yang menempatkan terorisme sebagai salah satu dari enam
kejahatan yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru.
Hubungan Radikalisme dan Terorisme :
1. Terorisme, Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar
perkembangannya sangat terhubung dengan radikalisme. Untuk memahami Hubungan

12
konseptual antara radikalisme dan terorisme dengan menyusun kembali definsi istilah-
istilah yang terkait.
2. Radikalisme, Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan
secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada
secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap
dan paham radikal adalah: tidak toleran (tidak mau menghargai pendapat dan
keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain
salah); eksklusif (membedakan diri dari u mat umumnya); dan revolusioner (cenderung
menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan).
3. Radikal Terorisme, Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal
mengatasnamakan ajaran agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu,
dan agama dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda
pandangan.
D. Money Laundring
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang. Definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil
tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas
yang sah. Dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam
delapan poin sebagai berikut, yakni: (1) merongrong sektor swasta yang sah; (2)
merongrong integritas pasar-pasar keuangan; (3) hilangnya kendali pemerintah terhadap
kebijakan ekonomi; (4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; (5) hilangnya
pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak; (6) risiko pemerintah dalam
melaksanakan program privatisasi; (7) merusak reputasi negara; dan (8) menimbulkan biaya
sosial yang tinggi.

E. Proxy War
Sejarah Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini
yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun aktor non
negara. Kepentingan nasional negara-negara besar dalam rangka struggle for power dan
power of influence mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif
dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai tujuannya
Proxy War Modern, Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan,
Yono Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik

13
di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam
peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan
bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang
konvensional.
Sasaran proxy war, mematikan kesadaran suatu bangsa dengan cara
menghilangkan identitas atau ideologi atau keyakinan suatu bangsa yang pada
gilirannya akan menghilangkan identitas diri. Bangsa tanpa kesadaran, tanpa identitas,
tanpa ideologi sama dengan bangsa yang sudah rubuh sebelum perang terjadi

F. Kejahatan MASS Comunication (CYBER CRIME, HATE SPEECH, DAN HOAX)


Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan
internet. Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan
yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik
merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Hoax adalah berita
atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau palsu, baik
dari segi sumber maupun isi.
Rujukan dalam konteks kejahatan yang terjadi dalam komunikasi massa :
1. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
2. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
4. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
5. Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

III.TEKNIK ANALISIS ISU


A. Memahami Isu Kritikal
Berdasarkan tingkat urgensinya, isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Current Issue
2. Emerging Issue
3. Isu potensial
Teknik untuk mengetahui apakah isu tergolong dalam isu kritikal atau tidak, yaitu
dengan:

14
1. Media scanning
2. Existing data
3. Knowledgeable others
4. Public and private organizations
5. Public at large
B. Teknik-Teknik Analisis Isu
1. Teknik Tapisan Isu
Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya
menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada
kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu
tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
Kekhalayakan artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
Problematik artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu
tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya
2. Teknik Analisis Isu
Alat bantu untuk menganalisis isu, antara lain:
a. Mind mapping, mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak
dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk
kesan (DePorter, 2009: 153).
b. Fishbone Diagram, fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab
potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui
sesi brainstorming.
c. Analisis SWOT, analisis ini merupakan suatu pendekatan memahami isu kritikal
dengan cara menggali aspek-aspek kondisi yang terdapat di suatu wilayah yang
direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang
akan dihadapi dalam pengembangan wilayah tersebut.

15
3. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

I. KERANGKA KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA DALAM PELATIHAN DASAR


CALON APARATUR SIPIL NEGARA
A. KONSEP KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang
berasal dari kata: Samapta yang artinya siap siaga atau siap siaga dalam segala kondisi.
Kesiapsiagaan merupakan suatu siap siaga yang dimiliki seseorang baik fisik, mental,
maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Konsep bela Negara menurut
KBBI berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat,
menolong serta melepas dari bahaya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa bela
negara adalah kebulatan sikap, tekad, dan perilaku warga negara yang dilakukan secara
ikhlas, sadar,dan disertai kerelaan berkorbansepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
B. KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR ASN
Bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap ASN untuk memahami
dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan
kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara
(termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel),
tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku. Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan ASN
untuk memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan yang baik. ASN yang siap
siaga adalah ASN Yang mampu meminimalisisr terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
terkait dengan pelaksanaan kerja. Ruang lingkup nilai-nilai dasar bela negara mencakup:
1. Cinta tanah air
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat
Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan, antara lain:

16
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
C. MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.

2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.

3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.

4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.

5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.

6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.

7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.

8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.

9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.

10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

II. KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA


A. KESEHATAN JASMANI DAN MENTAL
Kesiapsiagaan jasmani merupakan kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Dalam Undang-
undang No 23 Tahun 1999 menjelaskan bahwa “kesehatan” adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memugkinkan setiap orang produktif secara sosial dan

17
ekonomis. Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani
1. Memiliki postur yang baik
2. Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat
3. Memiliki ketangkasan yang tinggi
Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani adalah mengembangkan dan/atau
memaksimalkan kekuatan fisik dengan melatih kekuatan fisik akan dapat menghasilkan:
tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength), kecepatan (speed),
ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi (coordination),keseimbangan
(balance), dan fleksibilitas (flexibility)
Ukuran yang digunakan untuk mengukur kesiapsiagaan jasmani dengan
mengukur daya tahanjantung dan paru-paru dengan protokol tes lari 12 menit yang
disebut dengan metode cooper. Tips menjaga kesiapsiagaan jasmani adalah dengan
makan makanan bergizi secara teratur dengan porsi cukup. Kualitas asupan makanan
bergizi kedalam tubuh dapat diketahui dengan mengukur berat badan ideal dengan rumus
Brocca: BB ideal= (TB-100)-10%(TB-100).
Kesiapsiagaan mental merupakan kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikandiri terhadap berbagai
tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwanya baik tuntutan dalam diri sendiri
maupun luar diri sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sasaran
pengembangan kesiapsiagaan mental yaitu memaksimalkan kekuatan mental dengan
memperhatikan modal insani. Kesiapsiagaan mental akan berpengaruh terhadap perasaan
(cara pandang orang menghadapi kehidupan), pikiran (sering lupa dan sulit konsentrasi),
sikap perilaku, dan kesehatan badan.
Emosi berasal dari emotus atau emovere yang artinya mencerca “to strip up” yaitu
sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Dalam KBBI diartikan sebagai: (1) luapan
perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis
dan fisiologis. Dari pengertian emosi menurut Crow&Crow; W James dan Carl Lange;
Harvey Carr; dan W.B. Cannon, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah merupakan
warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Warna afektif yaitu
perasaan tertentu yang dialami pada saat mengalami situasi tertentu seperti gembira,
senang, putus asa, benci dan sebagainya. Kompetensi Kecerdasan emosional, antara lain:
1. kesadaran diri sendiri
2. pengelolaan diri sendiri

18
3. kesadaran sosial
4. Manajemen Hubungan sosial
Cara meningkatkan kecerdasan emosional, antara lain:
1. Rasakan dan pahami perasaan anda
2. Jangan menilai atau mengubah perasaan anda terlalu cepat
3. Lihat bila anda menemukan hubungan antara perasaan anda saat ini dengan
perasaan yangsama di masa lalu
4. Hubungkan perasaan anda dengan pikiran anda
5. Dengarkan tubuh anda
6. Jika anda tidak tahu bagaimana perasaan anda, minta bantuan orang lain
7. Masuk ke alam bawah sadar anda
8. Tanyakan pada diri anda
9. Tulis pikiran dan perasaan anda ketika sedang menurun
10. Tahu kapan waktu kembali melihat keluar
11. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
B. ETIKA, ETIKET, DAN MORAL
Etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma
kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku dalam
suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal maupun informal
(Erawanto, 2013). Etiket ini sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai
aturan tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama
manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain. Moral
adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan
asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
C. KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di
tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan
Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat
manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan manusia. Kemudian
Kearifan Lokal pun dapat berupa karya terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga

19
setempat terhadap bangsa lain di luar daerahnya.
III. RENCANA AKSI BELA NEGARA
Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan yang mencakup: 1)
rangkaian upaya-upaya bela negara; 2) guna menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan,
Hambatan, dan Tantangan; 3) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, 4) yang
diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan massif; 5)
dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha; 6) di segenap aspek kehidupan
nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945, 8) serta didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang
Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai penggenap NilaiNilai Dasar Bela Negara, 9) yang
dilandasi oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam wadah
Bangsa dan Negara Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan
negaranya sendiri.
IV. KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
A. PERATURAN BARIS BERBARIS
1) Baris berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerja
sama antar peserta diklat.
2) Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani
yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian
peserta diklat senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung
jawab
3) Rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta terbangunnya
ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4) Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu
yang hakekatnya tidak lain daraipada keikhlasan menyisihkan pilihan hati
sendiri.
5) Rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung
resiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah
melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kelompok
6) Aba aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang ketua/pemimpin yang
ditunjuk kepada pasukan/kelompok orang untuk dilakukan pada waktunya

20
secara serentak atau berturut – turut dengan tepat dan tertib.
B. KEPROTOKOLAN
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang memberikan
penjelasan bahwa “Keprotokolan “ adalah : “serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara,
dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan
jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.”
C. KEWASPADAAN DINI
Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan ynag dikembangkan untuk
mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer secara optimal sehingga
terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi
potensi ancaman.
D. PENGERTIAN INTELLIJEN
1. Pengetahuan, yaitu informasi yang sudah diolah sebagai bahan
perumusan kebijakan danpengamiblan keputusan
2. Orgnisasi, yaitu suatu badan yang digunakan sebagai waah yang diberi tugas
dan kewenanganuntuk menyelenggarakan fungsi dan aktivitas intellijen
3. Aktivitas, yaitu semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan
penyelenggaraan fungsipenyelidikan, penngamanan, dan penggalangan.
Tiga fungsi intellijen, antara lain:
1. Penyelidikan
Serangkaian upaya, pekerjaan, eiatan dan tindakan yang dilakukan secara
terencana dan terarah untuk mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi
intellijen serta
menyajikan sebagai bahan masukan uuntuk perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan
2. Pengamanan
Mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan, kegiatan intellijen dan/atau pihak
lawan yang merugikan kepentingan dan keamanan nasional.
3. Penggalangan
Mempengaruhi sasaran agar menguntungkan kepentingan dan keamanan nasional.
Untuk mewujudkna ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang
dilakukan dengan upaya kewaspadaan din oleh masyaraka dibentuklah Forum

21
Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM). FKDM adalah wadah bagi elemen masyarakat
yang dibentuk dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat,
termasuk wakil – wakil Ormas. Ormas adalah organisasi kemasyarakatan non pemerintah
yang bervisi kebangsaan yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara
sukarela, berbadan hokum dan telah terdaftar serta bukan organisasi sayap politik.
Pembentukan FKDM dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
FKDM memiiki hubungan yang bersifat konsultatif. Dalam rangka pembinaan FKDM
dibentuk Dewan Penasehat FKDM ynag memilki fungsi:
1. Membantu kepala daerah merumuskan kebijakan dalam memelihara
kewaspadaan dinimasyarakat
2. Memfasilitasi hubungan kerja antara FKDM dengan pemerintah daerah
dalam memeliharakewaspadaan dini masyarakat.
Jenis-jenis FKDM, antara lain:
1. FKDM Provinsi
2. FKDM kabupaten/kota
3. FKDM kecamatan
4. FKDM desa/kelurahan
Dalam penyelenggaraan perthanan negara, kemampuan kewaspadaan dni
dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan
nirmiliter secara optimal sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan dan antisipasi setiap warga
negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain kewaspadaan dini dilakukan untuk
mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa
mnejadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa.
Pembanguanan kelembagaan pertahanan militer maupun nonmiliter diselenggarakan
guna mewujudkan kekuatan yang terintegrasi dalam ppengelolaan pertahanan negara
melalui penguatan dan penataan lang serta restrukturisasi kelembagaan.
Dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya
kedaulaan NKRI, perlu dilaksanakan deteksi dini dan peringatan dini di daerah yang perlu
didukung dengan koordinasi yang baik antar aparat unsur itellijen secara professional yang
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intellijen
Daerah. Komunitas Intellijen Derah atau kominda adalah forum komunikasi dan koordinasi
unsur intellijen dan unsur pimpinan daerah di provinsi dan kabupaten/kota.

22
Keamanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa dan NKRI ynag menjamin
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan warga negara, masyarakat dan bangsa,
terlindunginya kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan
pembangunan nasional dari segala ancaman. Ancaman memiliki haikat yang majemuk,
berbentuk fisik atau nonfisik, konvensional atau nonkonvensional, global atau local, segera
atau mendatang, potensial atau aktual, militer atau nonmiliter, langsung atau tidak
langsung, daari luar negeri atau dalam negeri, serta degan kekerasan senjata atau tanpa
kekerasan senjata.
Upaya melakukan penilaian terhadap ancaman dapat terwujud denga baik apabila
intellijen negara sebagai bagian dari system keamanan nasional yang merupakan lini
pertama mampu melakukan deteksi dini dan peringatan din terhadap berbagai bentuk dan
sifat ancaman, baik yang potensial maupun aktual. Ruang lingkup intellijen negara meliputi
:
1. Intellijen dalam negeri dan luar negeri
2. Intellijen pertahanan dan/atau militer
3. Intellijen kepolisian
4. Intellijen penegak hukum
5. Intellijen kementerian/lembaga pemerintah non

23
AGENDA II
1. BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

I. KONSEP PELAYANAN PUBLIK


A. Uraian Materi
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik (Pasal 4 UU Pelayanan Publik), antara lain:
1. kepentingan umum;
2. kepastian hukum;
3. kesamaan hak;
4. keseimbangan hak dan kewajiban;
5. keprofesionalan;
6. partisipatif;
7. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
8. keterbukaan;
9. akuntabilitas;
10. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
11. ketepatan waktu; dan
12. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
1. Partisipatif
2. Transparan
3. Responsif
4. Tidak diskriminatif.
5. Mudah dan Murah

24
6. Efektif dan Efisien
7. Aksesibel
8. Akuntabel
9. Berkeadilan
Unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam
konteks ASN, antara lain:
1. penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2. penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
3. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas, antara
lain:
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk
membangun pelayanan yang berkualitas;
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana;
dan
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan publik.
Produk kebijakan pelayanan publik, antara lain:
1. penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan;
2. tindak lanjut dan upaya perbaikan melalui kegiatan Survei Kepuasan Masyarakat;
3. profesionalisme SDM;
4. pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP) untuk memberikan akses
yang seluas-luasnya kepada masyarakat;
5. mendorong integrasi layanan publik dalam satu gedung
melalui Mal Pelayanan Publik;
6. merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” melalui Sistem Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N-LAPOR!);

25
7. penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik melalui Evaluasi Pelayanan
Publik sehingga diperoleh gambaran tentang kondisi kinerja penyelenggaraan
pelayanan publik untuk kemudian dilakukan perbaikan;
8. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif antara penyelenggara
layanan publik dengan masyarakat untuk membahas rancangan kebijakan, penerapan
kebijakan, dampak kebijakan, ataupun permasalahan terkait pelayanan publik melalui
kegiatan Forum Konsultasi Publik; dan
9. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi Pelayanan Publik
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana
perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan
publik, yaitu:
1. adil dan tidak diskriminatif;
2. cermat;
3. santun dan ramah;
4. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut- larut;
5. profesional;
6. tidak mempersulit;
7. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
8. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;
9. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
10. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan;
11. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
12. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;

26
13. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;
14. sesuai dengan kepantasan; dan
15. tidak menyimpang dari prosedur.
Dalam mengimplementasikan budaya berorientasi pelayanan, ASN perlu
memahami mengenai beberapa hal fundamental mengenai pelayanan publik, antara
lain:
1. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.
2. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga
negara.
3. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang
strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang.
4. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan
perlindungan bagi warga negara (proteksi).
Kriteria operasional pelayanan publik, antara lain:
1. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman perilaku
sesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai.
2. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk sebuah kode perilaku (code of
conducts) yang berisi contoh perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan
oleh pegawai ASN sebagai interpretasi dari kode etik tersebut.
3. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan menjadikan prinsip
melayani sebagai suatu kebanggaan.

II. BERORIENTASI PELAYANAN


A. Uraian Materi
ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
1. nilai dasar;
2. kode etik dan kode perilaku;
3. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
4. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. kualifikasi akademik;
6. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
7. profesionalitas jabatan.

27
Nilai dasar adalah kondisi ideal atau kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari
ASN untuk mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit kerjanya. Kode etik adalah
pedoman mengenai kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau perilaku
terhadap apa yang dianggap/dinilai baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas baik
dalam melaksanakan tugas maupun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Kode perilaku
adalah pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN dalam
melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
1. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku yang semestinya
ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah:
1. Menyapa dan memberi salam;
2. Ramah dan senyum manis;
3. Cepat dan tepat waktu;
4. Mendengar dengan sabar dan aktif;
5. Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan;
6. Terangkan apa yang Saudara lakukan;
7. Jangan lupa mengucapkan terima kasih;
8. Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan
9. Mengingat nama pelanggan.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di
era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas
dan business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi,
pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik.

28
2. AKUNTABEL

I. POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI


A. Uraian Materi
1. Potret Layanan Publik di Indonesia
Baik sadar atau tidak, kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh
‘oknum’ pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok.
2. Tantangan Layanan Publik
Aturan dan kebijakan di negeri ini kerap hanya menjadi dokumen statis yang tidak
memberikan dampak apapun ke unsur yang seharusnya terikat. Tugas ASN adalah ikut
menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan kualitas
layanan. Karena, bisa jadi, secara aturan dan payung hukum sudah memadai, namun,
secara pola pikir dan mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang
ekstra kuat.
3. Keutamaan Mental Melayani
Employer Branding “Bangga Melayani Bangsa”, menjadi motivasi perbaikan dan
peningkatan layanan publik. Mental dan pola piker ASN harus positif agar memberikan
dampak yang positif pula. Semua gaji dan fasilitas yang diperoleh ASN berasal dari
pajak yang dibayarkan oleh masyarakat, dimana masyarakat menginginkan untuk
dilayani dengan layanan yang terbaik.

II. KONSEP AKUNTABILITAS


A. Uraian Materi
1. Pengertian Akuntabilitas
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina,
dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017). Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

29
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship), hubungan
yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented), hasil yang
diharapkan adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting),
dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan
dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences), konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance), tujuan
utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
3. Pentingnya Akuntabilitas
Banyaknya penilaian buruk terhadap kinerja ASN menuntut ASN untuk merubah
citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk
membentuk sikap, dan perilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertical (vertical accountability), akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan, yaitu:
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability), akuntabilitas personal mengacu
pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan
etika.

30
b. Akuntabilitas Individu, akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara
individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara ASN dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan.
c. Akuntabilitas Kelompok, pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang
tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan
yang penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
d. Akuntabilitas Organisasi, akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan
kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
e. Akuntabilitas Stakeholder, akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab
organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif
dan bermartabat.

III.PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL


A. Uraian Materi
1. Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang
baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.
2. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Integritas adalah
bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai
nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja,
nilai masyarakat, atau nilai moral pribadi. Nilai-nilai anti korupsi atau nilai-nilai
integritas, antara lain:
a. Inti terdiri dari jujur, disiplin, dan tanggung jawab
b. Etos kerja, terdiri dari kerja keras, sederhana, dan mandiri
c. Sikap, terdiri dari adil, berani, dan peduli
Integritas dapat berperan dalam pembenahan karakter dan moral bangsa yang
mendukung sikap-sikap anti korupsi di negeri ini. Komisi Pemberantasan Korupsi,
melalui UU No.19 Tahun 2019, menggunakan tiga pilar baru yaitu, Penindakan,
Perbaikan Sistem, dan Pendidikan. Penindakan dilakukan dalam upaya membuat jera

31
orang untuk melakukan korupsi, Perbaikan sistem dilakukan untuk membuat orang tidak
bisa melakukan korupsi, dan Pendidikan dilakukan dalam upaya membuat orang tidak
mau korupsi.
Menjadi teladan adalah salah satu bagian dari proses pemberantasan korupsi dari pilar
pendidikan, sehingga generasi muda belajar secara tidak langsung (indirect learning)
dari orangorang dewasa dan lingkungan di sekitarnya.
3. Mekanisme Akuntabilitas
Mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi, antara lain:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality), terkait
dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
b. Akuntabilitas proses (process accountability), diterjemahkan melalui pemberian
pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah.
c. Akuntabilitas program (program accountability), memberikan pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif program lain yang
memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
d. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability), terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia, alat akuntabilitas antara lain:
a. Perencanaan Strategis (Strategic Plans), bagi ASN diwujudkan dengan Sasaran Kerja
Pegawai (SKP).
b. Kontrak Kerja
c. Laporan kinerja
Menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, bisa diwujudkan dengan:
a. Kepemimpinan
b. Transparansi
c. Integritas
d. Tanggung jawab (responsibilitas)
e. Keadilan
f. Kepercayaan
g. Keseimbangan
h. Kejelasan
i. Konsistensi

32
Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Menciptakan Framework Akuntabilitas,
antara lain:
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
d. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu.
e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk
memperbaiki kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatankegiatan yang bersifat
korektif.
4. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan bisa terjadi apabila seorang ASN yang dimana mempunyai
tanggung jawab terhadap kepentingan publik mempunyai pertentangan dengan
kepentingan individunya masing-masing. Salah satu contoh terjadinya konflik
kepentingan pada saat ada pihak luar yang memberikan gratifikasi kepada ASN.
Tipe-tipe konflik kepentingan, antara lain:
a. Keuangan, kaitannya dengan penggunaan sumber daya lembaga untuk keuntungan
pribadi.
b. Non-keuangan, kaitannta dengan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri
dan / atau orang lain.
Konsekuensi apabila terjadi konflik kepentingan, antara lain:
a. Hilangnya/berkurangnya kepercayaan dan stakeholders
b. Memburuknya reputasi pribadi atau Institusi
c. Tindakan in-disipliner
d. Pemutusan hubungan kerja
e. Dapat dihukum baik perdata atau pidana
5. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Gratifikasi bisa
dianggap illegal jika yang diterima oleh ASN berhubungan dengan jabatan dan
berlawanan dengan tugasnya. Seorang ASN yang menerima gratifikasi bisa
melaporkannya hingga 30 hari setelah menerima.
6. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi
Akuntabilitas dan integritas adalah nilai wajib yang dimiliki oleh ASN agar terhindar
dari tindakan korupsi. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, di lingkungan tempat

33
tinggal dan lingkungan kerja, tanggung jawab moral dalam memegang teguh prinsip
akuntabilitas dan integritas adalah bagian dari pola pikir antikorupsi.
Impian kita semua untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yaitu Indonesia yang adil,
makmur, dan sejahtera tidak akan terwujud selama masih ada praktekpraktek korupsi di
negeri ini.
7. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN
a. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik
yang berlaku untuk perilaku mereka;
b. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
c. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
d. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan
mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan; ASN membuat keputusan adil, tidak
memihak dan segera, memberikan pertimbangan untuk semua informasi yang
tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur institusi tersebut;
e. ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu,
memberikan masukan informasi dan kebijakan.

IV. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN


A. Uraian Materi
1. Transparansi dan Akses Informasi
a. Keterbukaan informasi telah dijadikan standar normatif untuk mengukur legitimasi
sebuah pemerintahan. Dalam payung besar demokrasi, pemerintah senantiasa
harus terbuka kepada rakyatnya sebagai bentuk legitimasi (secara substantif).
b. Ketersediaan informasi publik ini nampaknya telah memberikan pengaruh yang
besar pada berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia
c. Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan informasi publik dari
semua Badan Publik.
d. Informasi publik adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang
berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau

34
penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan
Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan
publik” (Pasal 1 Ayat 2).
e. Informasi publik terbagi dalam 2 kategori:
• Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan.
• Informasi yang dikecualikan (informasi publik yang perlu
dirahasiakan). Pengecualiannya tidak boleh bersifat permanen.
Ukuran untuk menjadikan suatu informasi publik dikecualikan atau bersifat
rahasia adalah: (i) Undang- undang; (ii) kepatutan; dan (iii) kepentingan
umum.
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri (Pasal 1Ayat 3).
Keterbukaan informasi memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi
bersandar pada beberapa prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir
diseluruh negara dunia) adalah:
a. Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada prinsipnya
semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses masyarakat. Suatu informasi
dapat dikecualikan hanya karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat
merugikan kepentingan publik. Pengecualian itu juga harus bersifat terbatas, dalam
arti : (i) hanya informasi tertentu yang dibatasi; dan (ii) pembatasan itu
tidakberlaku permanen.
b. Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan
Akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang. Konsekuensi dari rumusan
ini adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa harus disertai alasan untuk
apa informasi tersebut diperlukan.
c. Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya guna suatu
informasi sangat ditentukan oleh konteks waktu.
d. Informasi Harus Utuh dan Benar, informasi yang diberikan kepada pemohon

35
haruslah informasi yang utuh dan benar.
e. Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi tertentu
yang penting diketahui publik.
f. Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang beriktikad baik harus
dilindungi.
2. Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency
and Official Information Access)
a. ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh
selain seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh
institusi;
b. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau
komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
c. ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua
arahan yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri,
anggota media dan masyarakat pada umumnya.
3. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup
a. Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus sipatuhi
oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakanpelayanan yang
baik untuk publik.
4. Cakupan (tipologi) dari fraud
Association of Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di Amerika Serikat menyusun
peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga
cabang utama dari fraud tree adalah: (1) kecurangan tindak pidana korupsi, (2)
kecurangan penggelapan asset (assetmisappropriation), dan (3) kecurangan dalam
laporan keuangan (fraudulent statement).
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang dapat terjadi secara bersamaan,
yaitu:
a. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud. Beberapa contoh pressure dapat

36
timbul karena masalah keuangan pribadi.
b. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. Hal ini terjadi karena
seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud.
c. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. Hal ini terjadi karena
seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud.
5. Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti
kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang
sangat erat hubungannya dengan hal-hal atau faktor- faktor penentu keberhasilannya
yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu
a. Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi
b. Membangun Lingkungan Organisasi Yang Kondusif:
c. Perekrutan dan Promosi Pegawai;
d. Pelatihan nilai- nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan;
e. Menciptakan Saluran Komunikasi yang Efektif;
f. Penegakan kedisiplinan.
6. Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif
(Fraudulent and Corrupt Behaviour):
a. ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
b. ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian
keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya.
c. ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan
kewenangan mereka untuk keuntungan pribadinya;
d. ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
e. ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
f. ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang
berlaku di sektor publik.
7. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan pribadi. Setiap PNS harus
memastikan bahwa:
a. Penggunaannya diatur sesuai dengan prosedur yang berlaku
b. Penggunaannya dilakukan secara bertanggung- jawab dan efisien
c. Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggung jawab.
8. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah

37
a. Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel
karena adanya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna
informasi dan data pemerintah lainnya. Informasi ini dapat berupa data maupun
penyampaian/penjelasan terhadap apa yang sudah terjadi, apa yang sedang
dikerjakan, dan apa yang akan dilakukan.
b. Data dan informasi yang disimpan dan digunakan harus sesuai dengan prinsip
sebagai berikut:
 Relevant information diartikan sebagai data dan informasi yang disediakan
dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi sebelumnya (past), saat ini
(present) dan yang akan datang (future).
 Reliable information diartikan sebagai informasi tersebut dapat dipercaya atau
tidak bias.
 Understandable information diartikan sebagai informasi yang disajikan dengan
cara yang mudah dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang awam
sekalipun.
 Comparable information diartikan sebagai informasi yang diberikan dapat
digunakan oleh pengguna untuk dibandingkan dengan institusi lain yang
sejenis.
9. Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi
Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):
a. ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
b. ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
c. ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
d. ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan
kreativitas;
e. ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
f. ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
g. ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau
manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
10. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan

38
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
a. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
b. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
c. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
3. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan. Penyusunan
Kode Etik, Dukungan Lembaga, dan Sangsi bagi pelaku pelanggaran adalah beberapa hal
yang sangat penting untuk dapat menjadi perhatian. Namun, memegang teguh prinsip moral,
integritas, adalah kunci utama dari terlaksananya sistem yang disiapkan.

39
KOMPETEN

I. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. Dunia VUCA
1. Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia
yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty).
2. Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada
kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi
dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.
3. Dalam konteks peran pelayanan publik, ia banyak bergeser orientasinya, dimana
pentingnya pelibatan masyarakat dalam penentuan kebutuhan kebijakan dan pelayanan
publik (customer centric).
4. Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,
karakter dan tuntutan keahlian baru.
5. Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas, perlunya
pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan
aparatur.
B. Disrupsi Teknologi
1. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu.
2. ASN perlu beradaptasi dan bisa mengakuisisi sejumlah kompetensi dalam standar
kompetensi ASN diperlukan, yang memungkinkan tumbuhnya perilaku dan
kompetensi ASN yang adaptif terhadap dinamika lingkungannya.
C. Kebijakan Pembangunan Nasional
1. Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
2. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
a. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
b. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
c. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
d. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
e. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
f. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan

40
terpercaya;
g. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap
warga;
h. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
i. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
3. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN
branding, yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar operasional
BerAkhlak meliputi:
a. Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelaynan prima demi
kepuasaan masyarakat;
 Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
 Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
 Melakukan perbaikan tiada henti
b. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
 Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi;
 Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
c. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah
 Membantu orang lain belajar
 Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;
 Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
 Suka mendorong orang lain;
 Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
e. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan
Negara;
 Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta

41
pemerintahan yang sah;
 Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
 Menjaga rahasia jabatan dan negara.
f. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam
menggerakkan serta menghadapi perubahan;
 Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
 Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
 Bertindak proaktif.
g. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
 Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
 Terbukadalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
 Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR


A. Merit Sistem
1. Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5
Tahun 2014, prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit artinya seluruh
aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja, tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti karena hubungan agama,
kesukuan atau aspek- aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
2. Perlakuan yang adil dan objektif meliputi seluruh unsur dalam siklus manajemen
ASN, yaitu:
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi
dan kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;
b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan
ASN lainnya; dan
c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga
setara, dengan menghargai kinerja yang tinggi.
B. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024
1. Dalam tahap pembangunan Apartur Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan
karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan

42
beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas, dan tata kelola yang
semakin efektif dan efisien
2. Reformasi masih menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Ini terjadi karena
perubahan besar terutama yang disebabkan oleh desentralisasi, demokratisasi,
globalisasi dan revolusi teknologi informasi serta profil pendidikan ASN relatif
masih rendah.
3. Salah satu kunci penting membangun kapabilitas birokrasi yang adaptif dengan
tuntutan dinamika masa depan, antara lain, pentingnya disusun strategi dan paket
keahlian kedepan.
C. Karakter ASN
1. 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan yang disebut sebagai smart ASN
(KemenpanRB. Menciptakan Smart ASN Menuju Birokrasi 4.0. dipublikasikan 09
Agustus 2019 dalam menpan.go.id), yaitu:
a. integritas,
b. nasionalisme,
c. profesionalisme,
d. wawasan global,
e. IT dan Bahasa asing,
f. hospitality,
g. networking,
h. entrepreneurship.
2. Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika
lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan
perseverance serta teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN,
2020). ASN yang gesit (agile) diperlukan sesuai dinamika lingkungan strategis dan
VUCA.

III.PENGEMBANGAN KOMPETENSI
A. Konsepsi Kompetensi
1. Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang

43
diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Dalam konteks ASN, kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB
Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan
pegawai profesional dan kompetitif.
3. Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi:
a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang
teknis jabatan;
b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/ perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/ atau mengelola
unit organisasi;
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/
perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku
dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan
prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
4. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan
pasal 212, Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
b. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
c. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
5. Pasal 214 peraturan pemerintah yang sama, dijelaskan bahwa:
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dilakukan melalui jalur pelatihan.
b. Pelatihan teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar kompetensi
Jabatan dan pengembangan karier.
c. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dapat dilakukan secara berjenjang
d. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi teknis ditetapkan oleh instansi teknis
yang bersangkutan.

44
e. Pelatihan teknis diselenggarakan oleh lembaga pelatihan terakreditasi.
f. Akreditasi pelatihan teknis dilaksanakan oleh masing- masing instansi teknis
dengan mengacu pada pedoman akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.
6. Pengembangan kompetensi untuk jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 215 , diatur sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi fungsional dilakukan melalui jalur
pelatihan.
b. Pelatihan fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar
kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
c. Pengembangan kompetensi fungsional dilaksanakan untuk mencapai
persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang JF masing-masing.
d. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi fungsional ditetapkan oleh
instansi pembina JF.
e. Pelatihan fungsional diselenggarakan oleh lembaga pelatihan terakreditasi.
f. Akreditasi pelatihan fungsional dilaksanakan oleh masing- masing instansi
pembina JF dengan mengacu pada pedoman akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.
7. Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja
(PPPK), berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39
diatur sebagai berikut:
a. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas,
PPPK diberikan kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
b. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi
c. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
pengembangan kompetensi pada Instansi Pemerintah.
d. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi,
prioritas diberikan dengan memper-hatikan hasil penilaian kinerja PPPK yang
bersangkutan.
Dalam pasal 40 diatur lebih lanjut yaitu:
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat)
jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
b. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi PPPK yang
melaksanakan tugas sebagai JPT Utama tertentu dan JPT Madya tertentu.

45
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan kompetensi diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Lembaga Administrasi Negara.
B. Hak Pengembangan Kompetensi
1. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
2. Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Jabatan ASN, telah
ditetapkan bahwa setiap pegawai perlu kompeten secara Teknis, Manajerial, dan
Sosial Kultural.
C. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
1. Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk
meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.
2. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan
pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job
enlargement termasuk coaching dan mentoring. Coaching dan Mentoring selain
efesien karena dapat dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan
peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach.

IV. PERILAKU KOMPETEN


A. Berkinerja dan BerAkhlak
1. Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN
merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya.
2. ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya
dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit
dalam pelaksanaan manajemen ASN.
3. Dalam bagian penjelasan PermenpanRB Nomor 8 Tahun 2021 tanggal 17
Maret tahun 2021 tentang Manajemen Kinjera, antara lain, dijelaskan bahwa
penilaian kinerja dapat dilakukan secara adil dan obyektif sehingga dapat memotivasi
pegawai untuk bekerja lebih baik, meningkatkan kualitas dan kompetensi pegawai,
membangun kebersamaan dan kohesivitas pegawai dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pemerintah dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan tindak

46
lanjut penilaian kinerja yang tepat.
B. Learn, Unlearn, dan Relearn
1. Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika
tidak belajar setiap waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu.
2. Sesuaikan cara pandang (mindset) bahwa aktif meningkatkan kompetensi diri
adalah keniscayaan, merespons tantangan lingkungan yang selalu berubah.
3. Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn,
menjadi penting.
4. Margie (2014), menguraikan bagaimana bisa bertahan dalam kehidupan dan
tantangan kedepan melalui proses learn, unlearn, dan relearn dimaksud.
5. Konsep proses belajar dari learn, unlearn, dan relearn:
Pertama, learn dimaksudkan bahwa sejak dini atau sejak keberadaan di dunia,
kita dituntut untuk terus belajar sepanjang hayat.
Kedua unlearn diperlukan sebagai proses menyesuaikan/ meninggalkan pengetahuan
dan keahlian lama kita dengan pengetahuan yang baru dan atau keahlian yang baru.
Ketiga relearn adalah proses membuka diri dalam persepektif baru, dengan
pengakuisi pengetahuan dan atau keahlian baru.
6. Contoh dari Glints yang diuraikan Hidayati (2020) bagaimana membiasakan proses
belajar learn, unlearn, dan relearn:
a. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal- hal yang benar-
benar baru, dan lakukan secara terus- menerus. Proses belajar ini dilakukan
dimana pun, dalam peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat
pekerjaannya masing-masing.
b. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa
pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN
ketahui ternyata tidak lagi sesuai atau tak lagi relevan.
c. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar- benar
menerima fakta baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn.
7. Proses pembalajaran tersebut dilakukan dengan berpikir terbuka, dengan belajar hal
yang berbeda dan cari perspektif orang lain.
8. Melalui proses belajar dari eksperimentasi, peserta pelatihan dengan fasilitator/peneliti
dan praktisi/pegawai bekerja sama dalam proyek penelitian terkait permasalah

47
pekerjaan.
9. Sementara itu proses belajar dengan penyelidikan, fasilitator dan peserta
pelatihan serta praktisi berkolaborasi dalam proyek pekerjaan. Dalam proses
kegiatannya, ketiganya saling
10. Belajar melalui praktik diperlukan untuk menjembatani pembelajaran
dengan tuntutan pekerjaan.
C. Meningkatkan Kompetensi Diri
1. ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat
bertahan dan berkembang dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge
Economy).
2. Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk
secara efektif dan kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di
dunia yang selalu berubah dan kompleks.
3. Orientasi atau ketergantungan pada pendekatan pengembangan
pedagogis, bahkan andragogis, tidak lagi sepenuhnya cukup dalam
mempersiapkan kita untuk berkembang di tempat kerja.
4. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, yang merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet
5. Atribut utama ASN pembelajar mandiri (andragogis) adalah mereka yang memiliki
ciri sebagaimana yang diuraikan Knowles (1975 dalam Blaschek, 2014) yaitu
sebagai proses meliputi hal sebagai berikut: dimana individu mengambil inisiatif,
dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya;
merumuskan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi manusia dan sumber materi untuk
belajar; memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat; dan mengevaluasi
hasil belajar.
6. Prinsip pembelajar heutagogis lainnya adalah kapabilitas. Cirinya menurut Stephenson
& Weil (1992 dalam Lisa Marie Blaschke & Stewart Hase) yaitu: orang yang cakap
dengan keyakinan pada kemampuan mereka untuk (1) mengambil tindakan yang
efektif dan tepat, (2) menjelaskan tentang diri mereka, (3) hidup dan bekerja secara
efektif dengan orang lain, dan (4) melanjutkan belajar dari pengalaman mereka, baik
sebagai individu maupun pergaulan dengan orang lain, dalam masyarakat yang
beragam dan berubah.

48
7. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network. Dalam konteks ini mewujudkan akses belajar seperti kursus online terbuka
massal (MOOCs), di mana koneksi dapat dibentuk untuk membentuk komunitas
pengetahuan.
8. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja.
9. Perilaku pembelajar dalam interaksi berbagi pengetahuan pekerjaan tersebut
sebagai media ASN untuk mendukung suasana organisasi pembelajar secara
keseluruhan.
10. Nonaka dan Takeuchi yang dikutip Thomas H & Laurence (1998) mengatakan bahwa
menyatukan orang-orang dengan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda adalah
salah satu syarat yang diperlukan untuk penciptaan pengetahuan
11. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi. Komunitas yang
disatukan oleh minat yang sama, biasanya berbicara bersama secara langsung,
seperti melalui telepon, dan melalui email untuk berbagi keahlian dan memecahkan
masalah bersama.
12. Sebagai ASN pembelajar, ASN juga diharapkan mengalokasikan dirinya dalam
waktu dan ruang yang memadai, yang dikhususkan untuk penciptaan atau
perolehan pengetahuan.
D. Membantu Orang Lain Belajar
1. Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning tea/coffee termasuk bersiolisai di
ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
2. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998) atau forum terbuka (Knowledge Fairs
and Open Forums).
3. ASN pembelajar dalam beragam profesi seperti guru, dokter, sekretaris, arspiaris dan
lain-lain adalah pengelola dan sumber pengetahuan yang penting.
4. Cara lain untuk membantu orang lain melalui kegiatan aktif untuk akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring
ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan
mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned) (Thomas
H.& Laurence, 1998).

49
E. Melaksanakan tugas terbaik
1. Pengetahuan menjadi karya energi kolektif setiap pegawai merupakan salah satu
elemen penting dalam dinamika perubahan tersebut, untuk peningkatan kinerja
organisasi.
2. Setiap ASN dapat mengubah pola pikir pelatihan sebagai biaya menjadi pelatihan
sebagai investasi.
3. dimensi emosi psikologis merupakan modal penting dalam upaya mendorong perilaku
karya-karya terbaik dalam pekerjaan

50
HARMONIS

I. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA INDONESIA


A. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia
Republik Indonesia ( RI ) merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia juga dikenal karena memiliki kekayaan sumber
daya alam, hayati, suku bangsa, dan budaya.
Makna nasioalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong suatu bangsa untuk merebut kemerdekaan dan
membangun dirinya maupun lingkungan masyakarat. Nasionalisme dalam arti sempit
merupakan suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain. Nasionalisme seperti ini dapat mencerai beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa:
1. menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
2. menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
3. bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri
4. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
5. mengembangkan sikap tenggang rasa.
B. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan
Sejarah membuktikan Indonesia merupakan negara yang besar yakni dengan
adanya kerjaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit yang kemudian terpecah belah
sampai terjadinya pejajahan dari bangsa lain. Indonesia mempunyai kelemahan dalam
perlawanan terhadap negara lain diantaranya
1. perlawanan yang masih sporadis,
2. masih dipimpin oleh pemimpin karismatik,
3. hanya menggunakan senjata dan para pejuang yang diadu domba oleh pihak lawan.

51
Namun hal tersebut lambat laun menghilang apalagi setelah lahirnya Budi Oetomo
pada tahun 1908 sampai terjadinya peristiwa Konggres Sumpah Pemuda dimana istilah
satu Indonesia dan untuk pertama kalinya Lagu Indonesia Raya dikumandangkan.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah
dimiliki bangsa Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka Tunggal Ika telah lama
dimiliki bangsa di nusantara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiribangsa. Istilah
tersebut diadaptasi dari sebuah kakawin peninggalan Kerajaan Majapahit. Semboyan
Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya,
kakawin Sutasoma. Dalam bahasa Jawa Kuno kakawin artinya syair. Kakawin Sutasoma
ditulis pada tahun 1851 dengan menggunakan aksara Bali, namun berbahasa Jawa Kuno.
Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' terdapat pada pupuh 139 bait 5. Berikut
bunyi petikan pupuh tersebut: "Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa
ring apan kena parwanosen, Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka
tunggal ika tan hana dharma mangrwa". Kalimat di atas artinya "Konon Buddha dan Siwa
merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa
dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecahbelahlah itu,
tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

C. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan


Aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme
kebangsaan, yaitu aliran modernis (bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasioalisasi) , aliran primordialis( bangsa merupakan pemberian historis), aliran perenialis
( bangsa ditemukan diberbagai zaman sebelum periode modern), dan aliran etno ( bangsa
merupakan spesies baru dari kelompok entnis yang harus dimengerti).

D. Potensi dan Tantangan Keanekaragaman bagi ASN


Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan
yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan
manfaat antara lain :
1. Mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negera Indonesia di mata seluruh negara di dunia.

52
5. Sebagai ikon pariwisata
6. Menciptakan lapangan pekerjaan
7. Pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
8. Media hiburan yang mendidik
9. Timbulnya rasa nasionalisme warga terhadap negara Indonesia
10. Membuat Indonesia terkenal di mata dunia

E. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa


Ada dua tujuan nasionalsime yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu
kedalam dan keluar
1. Ke dalam, kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku,etnis, agama yang
mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal negative dan
menjadi ancaman yang bisa saling menegasikan.
2. Ke luar, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang memuliakan kemanusiaan
universal dengan menjunjung tinggi, persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar
umat manusia.
Dalam menangani masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya
diperlukan langkah dan proses yang berkesinambungan.
1. Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang pemerataan hasil pembangunan
di segala bidang
2. Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormatiadanya perbedaan budaya
melalui pendidikan pluralitas dan multikultural di dalam jenjang pendidikan formal.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adildan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

F. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN


1. Pengertian Harmonis
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan sebagai having a
pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious antara lain
canorous,euphonic,euphonious, harmonizing, melodious, musical, symphonic,
symphonious, tuneful Menurut kamus besar KBBI makna dan tulisan kata “harmonis”
yang benar adalah
a. har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
b. meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;

53
c. peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
d. ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis;keselarasan; keserasian: ~ dl rumah
tangga perlu dijaga
Di lain pihak dalam KBBI juga menyebutkan lawan kata harmoni yaitu disharmoni/
dis·har·mo·ni/n yang mengandung arti kejanggalan; ketidakselarasan. Sebagai ASN
kita harus menciptakan suasan harmonis dan potensi disharmoni dapat kita hindari.
2. Pentingnya Suasana Harmonis
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat
kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi
karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja
akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas
bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untukmembangun budaya tempat kerja
nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah
a. Membuat tempat kerja yang berenergi.
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi

G. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis


1. Pengertian Etika dan Kode Etik
Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan
atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada
kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Kode Etik
adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan
tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

2. Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan

54
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus
utama dalam pelayanan publik, yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang
pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.

3. Sumber Kode Etik ASN yaitu


a. UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
b. PP No 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan PNS dan Anggota Angkatan Perang
c. PP No 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/ Janji PNS
d. PP No 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS
e. PP No 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS
f. PP No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
g. PP No 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS

4. Kode Etik ASN


Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan
kode perilaku ASN yaitu :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

55
5. Perilaku ASN
Sikap dan perilaku ASN dapat ditunjukan dengan
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan
Perubahan mindset ini merupakan reformasibirokrasi yang paling penting, setidaknya
mencakup tiga aspek penting yakni
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah yang harus dipertanggung
jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat

6. Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi


Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pembangunan dan pelayanan
publik, para pejabat publik dan seluruh ASN harus dapat merealisasikan prinsip-
prinsip, akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi hukum,
kesetaraan, dan lain-lain.

7. Etika ASN sebagai Pelayan Publik


Upaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara menyeluruh di dalam
organisasi, para pegawai tidak cukup hanya diberikan definisi atau rumusan-rumusan
norma yang abstrak tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan larangan yang
berlaku dan disinilah letak pentingnya kode etik diantara aparat sipil negara atau PNS
pada khususnya. Maka sebagai aparat pemerintah, para pejabat publik wajib menaati
prosedur, tata-kerja, dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi
pemerintah. Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma,
serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik.
Moral dalam etika publik menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus mampu
mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam pelayanan publik.

H. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmoni


1. Peran ASN
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai
ASN adalah:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina

56
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain:
a. posisi PNS sebagai aparatur negara;
b. dapat mengayomi kelompok;
c. memiliki sikap toleran;
d. suka menolong;
e. menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
2. Budaya Harmonis
Upaya menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan usaha yang
dilakukan sekali dan jadi untuk selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga suasana
harmonis dilakukan secara terus menerus mulai dari mengenalkan kepada seluruh
personil ASN dari jenjang terbawah sampai yang paling tinggi, memelihara suasana
harmonis, menjaga diantara personil dan stake holder.
Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi
budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku kepentingannya.

57
LOYAL
KONSEP LOYAL
A. Uraian Materi
1. Urgensi Loyalitas ASN
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan
bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
a. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government) sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-paya
yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana
tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Banyak ketentuan yang mengatur perihal loyalitas ASN ini (akan dibahas
lebih rinci pada bab-bab selanjutnya), diantaranya yang terkait dengan bahasan
tentang:
1) Kedudukan dan Peran ASN
2) Fungsi dan Tugas ASN
3) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
4) Kewajiban ASN
5) Sumpah/Janji PNS
6) Disiplin PNS
b. Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus
dihadapi oleh segenap sektor baik swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan
globalisasi ini salah satunya ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi.

2. Makna Loyal dan Loyalitas

58
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran
sendiripada masa lalu.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
3. Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN
di Instansi Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021
tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatus Sipil Negara.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dannegara; serta
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Komitmen
b) Dedikasi

59
c) Kontribusi
d) Nasionalisme
e) Pengabdian
4. Membangun Perilaku Loyal

a. Dalam Konteks Umum


Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2) Meningkatkan Kesejahteraan
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5) Melakukan Evaluasi secara Berkala

b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

c. Meningkatkan Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme
Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai- nilai Pancasila.

II. PANDUAN PERILAKU LOYAL


A. Panduan Perilaku Loyal
1. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setiakepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi
berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku
(Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan
dan mengoperasionalkan ketentuan- ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core

60
Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga)
panduan perilaku (kode etik)- nya.
a. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
b. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan; dan
c. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien.
2. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Adapun beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
Panduan Perilaku Loyal yang kedua ini diantaranya:
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
c. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
d. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
e. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
f. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
g. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
h. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
j. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karier.

3. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara


Sementara itu, Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang ketiga ini diantaranya: memelihara dan menjunjung
tinggi standar etika yang luhur.
4. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara dalam kehidupan sehari-harinya. Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

61
pembelaan negara.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai- Nilai Dasar Bela
Negara dalamkehidupan sehari-harinya, yaitu:
a. Cinta Tanah Air
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
e. Kemampuan Awal Bela Negara

III. LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


A. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketikadiangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan
perundang- undangangan yang berlaku.
Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat
diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi
sumpah/janji tersebut mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami
dan diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian atau komponen sebuah
organisasi pemerintah.

1. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS


Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai- nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan
(loyalitas), ketenteraman, keteraturan, dan ketertiban.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang
tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.

2. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS


Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam

62
melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-
nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
a. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Fungsi ASN yang pertama adalah sebagai pelaksana kebijakan publik. Secara
teoritis, kebijakan publik dipahami sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan
b. ASN sebagai Pelayan Publik
Pelayanan publik dapat dipahami sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
c. ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
Fungsi ASN yang ketiga adalah sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Agar ASN
dapat melaksanakan fungsi ini dengan baik maka seorang ASN harus mampu
bersikap netral dan adil.

B. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS


Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya
sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah
maupunsebagai bagian dari anggota masyarakat.
Penjelasan aktualisasi nilai-nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan)
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai Ketuhanan, kita perlu mendudukkan Pancasila
secara proporsional. Dalam hal ini, Pancasila bukan agama yang bermaksud mengatur
sistem keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma, dan identitas keagamaan
masyarakat
2. Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan)
Embrio bangsa Indonesia berasal dari pandangan kemanusiaan universal yang
disumbangkan dari berbagai interaksi peradaban dunia. Penjajahan yang berlangsung di
berbagai belahan dunia merupakan upaya masif internasional dalam merendahkan
martabat kemanusiaan.

63
3. Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan)
Upaya melaksanakan sila ketiga Pancasila dalam masyarakat plural seperti Indonesia
bukanlah sesuatu hal yang mudah. Sejak awal berdirinya Indonesia, agenda
membangun bangsa (nation building) meruapkan sesuatu yang harus terus menerus
dibina, dilakukan dan ditumbuhkembangkan.
4. Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan)
Kesepahaman para pendiri bangsa untuk membangun demokrasi yang sesuai dengan
karakter bangsa, yakni demokrasi permusyawaratan, menunjukkan bahwa demokrasi
bukan sekedar alat.
5. Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial)
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan bahwa
negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan.

64
ADAPTIF

I. MENGAPA ADAPTIF
Adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik,
karena kemungkinan terjadinya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar
instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
A. Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan lingkungan strategis baik di tingkat global, regional maupun nasional
merupakan tantangan tersendiri dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan
lingkungan strategis menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan dan memerlukan kemampuan
adaptasi yang memadai.
B. Kompetisi di Sektor Publik
Kompetisi menjadi salah satu karakteristik penting dari perubahan lingkungan
strategis, yang mendorong dan memaksa negara untuk berperilaku seperti dunia usaha,
bersaing untuk menghasilkan kinerja terbaik. Adaptasi menjadi kata kunci bagi negara untuk
dapat menjadi kompetitif.
C. Komitmen Mutu
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan
pelayanan, serta literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-
faktor yang mendorong komitmen mutu yang lebih baik. Konsekuensi penting dari
komitmen mutu ini adalah bahwa ASN harus memastikan pelayanan publik terselenggara
sebaik mungkin dengan cara apapun, sekalipun harus melakukan perubahan, penyesuaian
atau “adaptasi” tentunya.
D. Perkembangan Teknologi
Teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara
kerja birokrasi serta sektor bisnis. Oleh karena itu, ASN dituntut untuk bisa beradaptasi
dengan perkembangan teknologi dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya.
Pelayanan publik berbasis digital menjadi salah satu tuntutan perkembangan teknologi dan
juga kebutuhan kemudahan bagi warga dalam mengakses dan mendapatkannya. Digitalisasi
pelayanan menjadi keharusan bagi pemerintah untuk menyesuaikan dengan peningkatan
literasi digital masyarakat.
E. Tantangan Praktik Administrasi Publik

65
Praktek administrasi publik sebagai pengejawantahan fungsi pelayanan publik oleh
negara dan pemerintah selalu berhadapan dengan tantangan yang terus berubah dari waktu
ke waktu. Tantangan ini menjadi faktor yang memaksa pemerintah untuk melakukan
adaptasi dalam menjalankan fungsinya.
II. MEMAHAMI ADAPTIF
A. Uraian Materi
Penyelesaian persoalan pelayanan publik membutuhkan kemampuan adaptif dari
para ASN. Akan tetapi terkadang persoalan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan tuntas
karena adanya kebijakan yang tidak memberikan ruang yang cukup untuk beradaptasi.
B. Kreativitas dan Inovasi
Kreativitas yang terbangun akan mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif
terhadap perubahan. Tanpa kreativitas, maka kemampuan beradaptasi dari pegawai akan
sangat terbatas. Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa
daya kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan diciptakan.
C. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Unsur lanskap terkait dengan
bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan
strategis yang berubah secara konstan. Pembelajaran yang terdiri atas elemenelemen
adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif, dan
struktur adaptasi. Unsur kepemimpinan yang menjalankan peran penting dalam membentuk
adaptive organization
D. Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan.
III.PANDUAN PERILAKU ADAPTIF
A. Uraian Materi
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan
teknis. Dia membuat perubahan yang menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus
meyakinkan orang-orang yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan mereka sendiri
dan kebaikan organisasi.

66
Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif
tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi
Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity
dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
B. Perilaku Adaptif Lembaga/ Organisasi
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya adaptif adalah budaya organisasi di mana karyawan menerima perubahan, termasuk
organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal yang
berkelanjutan.
C. Perilaku Adaptif Individual
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus selalu adaptif atau mampu
menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan, sehingga dalam kinerjanya dapat
memaksimalkan pemanfaatan pesatnya teknologi informasi untuk menuju reformasi
birokrasi.
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif
Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi instansi pemerintah
agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan pelayanan publik. Organisasi
adaptif dapat dibangun dengan beberapa preskripsi, yaitu:
1. Membuat tim yang diarahkan sendiri
Kelompok yang lebih kecil dan mandiri lebih bebas untuk menantang paradigma
dominan dan sampai pada cara baru untuk beradaptasi dengan tantangan dan peluang
yang muncul.
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
Metode umum komunikasi, pendekatan untuk pemecahan masalah, dan mode perilaku
diperlukan untuk menghilangkan batasan pada aliran pengetahuan yang efektif yang
sangat penting untuk benar-benar memahami lingkungan yang berubah dengan cepat dan
beradaptasi dengan tantangan dan peluangnya. Ketika sebuah organisasi memiliki visi
yang sama, pemangku kepentingan internal yang berbeda kurang cenderung membiarkan
ekuitas "silo" mereka menjadi penghalang jalan bagi adaptasi perusahaan secara
keseluruhan dalam menghadapi perubahan yang cepat.
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif

67
Kepemimpinan harus menciptakan ruang dan waktu untuk inovasi serta membiarkan
karyawan untuk mengeluarkan ide-idenya dengan memberikan tempat yang aman.
Untuk membangun sebuah organisasi yang adaptif, yang dapat terus berkembang
dan survive meski berada di lingkungan yang terus berubah perlu konsep dan strategi
sebagai berikut:
1. Landscape
Memahami landscape organisasi dari peran perubahan terhadap perusahaan adalah poin
utama untuk memikirkan kembali critical strategies perusahaan: (a) melihat jauh ke
depan; (b) memahami landscape bisnis; (c) memahami prinsip ketidaktentuan dunia
bisnis; dan (d) memahami rencana strategis pada organisasi yang adaptif.
2. Learning
Upaya learning erat hubungannya dengan knowledge management yang sangat
dibutuhkan sebuah organisasi yang ingin terus berkembang dan survive. Karena
pembelajaran ini akan meningkatkan kreativitas dan produktivitas anggota yang
otomatis berpengaruh pada reliability organisasi.
3. Leadership
Pemimpin organisasi harus berpikir tidak hanya dengan siapa mereka menciptakan
hubungan tetapi juga tentang tipe hubungan apa yang mereka inginkan beserta risiko
yang terkait dengan berbagai relationship.
IV. ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
A. Uraian Materi
Tantangan adaptif sulit untuk didefinisikan, tidak memiliki solusi yang diketahui
atau jelas, dan membutuhkan ide-ide baru untuk membawa perubahan di banyak tempat.
Salicru (2017) menyatakan bahwa kita telah menyaksikan tiga 3D yaitu ketidakpercayaan
(distrust), keraguan (doubt), dan perbedaan pendapat (dissent). Hal ini adalah hasil ketika
para pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks perubahan dimana mereka harus
memimpin, dan harapan pemangku kepentingan mereka.
B. Pemerintah yang Adaptif
Sistem pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial
dengan tim dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan
pengalaman untuk pengembangan pemahaman kebijakan bersama.
Dalam teori capacity building dan konsep adaptive governance, Grindle (1997)
menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas

68
pemerintah adaptif dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Pengembangan sumber
daya manusia adaptif; 2. Penguatan organisasi adaptif; 3. Pembaharuan institusional adaptif.
C. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic Governance)
Organisasi pemerintah adalah organisasi pemerintah yang selalu belajar (learning
organization), inovasi, dan perubahan itu sendiri. Organisasi pemerintah tidak dijamin
mampu menghadapi seluruh perubahan yang terjadi sangat cepat dan dinamis di sekitarnya,
kecuali dirinya pun harus ikut serta bergerak dinamis.
Dasar dari pemerintahan yang dinamis adalah budaya kelembagaan suatu Negara.
Adaptasi kebijakan tidak hanya pasif reaksi terhadap tekanan eksternal tetapi pendekatan
proaktif terhadap inovasi, kontekstualisasi, dan eksekusi.
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan
berpikir lintas (think across). Pertama, pemerintah harus berpikir ke depan untuk memahami
bagaimana masa depan akan mempengaruhi negara dan menerapkan kebijakan untuk
memungkinkan orang-orang mereka mengatasi potensi ancaman dan mengambil
memanfaatkan peluang baru yang tersedia. Kedua, lingkungan turbulensi dan perubahan
dapat membuat kebijakan masa lalu menjadi usang dan tidak efektif bahkan jika mereka
telah dipilih dengan cermat dan penuh pertimbangan. Kebijakan dan program kemudian
harus direvisi sehingga mereka dapat terus menjadi efektif dalam mencapai tujuan penting.
Ketiga, pemerintah perlu berpikir lintas mengenai batas-batas negara dan domain tradisional
dalam pencarian ide-ide dan praktik yang menarik menarik yang dapat disesuaikan dan
dikontekstualkan dengan lingkungan domestik mereka.
D. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh
Ketahanan berarti kapasitas untuk bertahan dalam jangka panjang — tidak hanya
kesulitannya, tetapi lebih dari itu yang penting juga godaan untuk bertindak demi
keuntungan jangka pendek. Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima
dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif, yaitu:
1. Kecerdasan organisasi: Organisasi menjadi cerdas ketika mereka berhasil
mengakomodasi banyak suara dan pemikiran yang beragam.
2. Sumber Daya: Organisasi memiliki banyak akal ketika mereka berhasil mengurangi
perubahan atau bahkan lebih baik, menggunakan kelangkaan sumber daya untuk
terobosan inovatif.

69
3. Desain: Organisasi dirancang dengan kokoh ketika karakteristik strukturalnya
mendukung ketahanan dan menghindari jebakan sistemik.
4. Adaptasi: Organisasi adaptif dan fit ketika mereka melatih perubahan.
5. Budaya: Organisasi mengekspresikan ketahanan dalam budaya ketika mereka memiliki
sisi nilai-nilai yang tidak memungkinkan organisasi untuk menyerah atau menyerah
tetapi malah mengundang anggotanya untuk bangkit menghadapi tantangan.
V. STUDI KASUS ADAPTIF
A. Visi Indonesia 2045
Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia
dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur. Prediksi Bappenas tentang
tantangan yang akan dihadapi Indonesia seiring tren masyarakat global pada 25 tahun yang
akan datang, antara lain:
1. Demografi global, pada tahun 2040-an Indonesia akan mendapat bonus demografi
berupa angkatan kerja pada rentang usia 25 s.d. 50 tahun yang cukup banyak.
2. Urbanisasai global, arus urbanisasi ini diperkirakan akan terus meningkat yang akan
mempengaruhi kualitas daya saing, pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup
masyarakat.
3. Perdagangan internasional, perdagangan Internasional diperkirakan akan terjadi
peningkatan pertumbuhan sebanyak 3,4% dan terjadi pergeseran di perdagangan di
wilayah asia pasifik dengan fokus pada antar negara-negara berkembang.
4. Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik, hal ini ditandai dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi negara-negara di wilayah Asia Pasifik menjadi salah satu poros
ekonomi global terbaru mengingat sumber daya dan pasar yang tinggi berada di wilayah
ini.
5. Perubahan iklim, perubahan iklim merupakan isu global, tidak mengenal batasbatas
territorial, sehingga setiap negara akan meraskan dampak yang timbul, baik langsung
maupun tidak langsung.
6. Perkembangan teknologi, perkembangan teknologi ini turut melahirkan ide dan
kreativitas baru dalam bidang perdagangan, kesehatan, dan tatanan kehidupan normal
baru berbasis media sosial.
B. Aplikasi Peduli Lindungi
Peduli Lindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu instansi
pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran

70
Coronavirus Disease (COVID-19). Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk
saling membagikan data lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan
penderita COVID-19 dapat dilakukan.

71
7. KOLABORATIF

I. KONSEP KOLABORASI
A. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Kolaborasi pemerintahan “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama
dan interaksi saling menguntungkan antar aktor pemerintah.
Kriteria penting untuk kolaborasi Ansel dan Gash (2007:544), antara lain:
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan
hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu
membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola
stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide.
Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi,
terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan
pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama
Tiga tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2. merencanakan aksi kolaborasi; dan
3. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses
tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to
process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara lain:
1. Whole-of-Government (WoG) sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
2. WoG dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan

72
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
3. Definisi WoG dinyatakan dalam laporan APSC: WoG dipandang
menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas
batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu
pemerintah terhadap isu-isu tertentu
4. Indikator organisasi yanhg memiliki collaborative culture :
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu
terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan
ketika terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
5. Aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu: Kerjasama Informal; Perjanjian Bantuan
Bersama; Memberikan Pelatihan; Menerima Pelatihan; Perencanaan Bersama;
Menyediakan Peralatan; Menerima Peralatan; Memberikan Bantuan Teknis; Menerima
Bantuan Teknis; Memberikan Pengelolaan Hibah; dan Menerima Pengelolaan Hibah.
6. Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
a. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
b. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
c. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership
dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
d. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
e. Menetapkan outcome antara.

73
7. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan bantuan Kedinasan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang
dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan
publik, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan
berbagai dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya,
peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.
8. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan
Kedinasan apabila:
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi
bantuan;
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan
pemberian bantuan.
9. Jika suatu Bantuan Kedinasan yang diperlukan dalam keadaan darurat, maka Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib memberikan Bantuan Kedinasan.
10. Tanggung jawab terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dalam Bantuan Kedinasan
dibebankan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang membutuhkan
Bantuan Kedinasan, kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan dan/atau kesepakatan tertulis kedua belah pihak.
11. Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren
berwenang untuk:

74
a. menetapkan NSPK dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

75
AGENDA 3
SMART ASN

I. LITERASI DIGITAL
Kegiatan Belajar 1: Literasi Digital
Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan
diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi
digital yang berlangsung sangat cepat. Materi literasi digital terdiri dari percepatan
transformasi digital di Indonesia, definisi literasi digital, peta jalan program literasi digital,
ruang lingkup program dan implementasi literasi digital.
Setelah mempelajari modul dan mengikuti instruksi dalam kegiatan belajar ini,
diharapkan tercapai tujuan pembelajaran sebagai berikut:
a. Memahami:Peserta dapat memahami ruang lingkup literasi digital serta urgensi
transformasi digital bagi pembangunan Indonesia
b. Menerapkan: Peserta dapat mengilustrasikan aplikasi nyata dari literasi digital dalam
kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia
c. Menganalisis: Peserta dapatmenganalisis masalah yang muncul berkaitan dengan
transformasi literasi digital di Indonesia
d. Mengevaluasi: Peserta dapat memberi penilaian dan evaluasi terhadap program
transformasi digital di Indonesia
e. Menciptakan: Peserta dapat berkolaborasi menyusun solusi baru bagi tercapainya
transformasi digital di Indonesia
A. Uraian Materi
1. Percepatan Transformasi Digital
Beberapa karakteristik transformasi digital dapat diamati dalam tabel berikut:

76
Transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang
akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar,
bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke
daring. Presiden Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian
dalam menangani transformasi digital pada masa pandemi COVID-19 yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait regulasi, skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepatnya (Oktari, 2020)
Percepatan transformasi digital yang berkelanjutan menjadi elemen kunci dalam
upaya pemulihan pasca pandemi COVID-19. Percepatan ini juga sekaligus menjadi
komponen pendorong dalam membangun bangsa yang lebih tangguh dan berdaya.
Percepatan transformasi digital juga diprioritaskan untuk penguatan ekonomi digital.
B. Pengertian Literasi Digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Konsep literasi digital
telah lama berkembang seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Titik berat dari literasi digital adalah untuk mengevaluasi dan
menginterpretasi informasi yang ada. Aktivitas literasi digital ini terjadi dalam sistem
pembelajaran sosioteknis yang efisien serta prinsip-prinsip pembelajaran dasar yang dapat
disesuaikan dan dimanfaatkan untuk pembelajaran pendidikan yang adil.
Menurut UNESCO literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak, dan kewirausahaan.
Seiring tumbuhnya inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi bagian
penting dalam kurikulum, sehingga menjadi penting untuk diketahui konsep literasi digital
dengan kompetensinya. Berikut merupakan cakupan kompetensi literasi digital:
a. Mampu mengoperasikan alat dan mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab;
b. Mampu untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk

77
mengasumsikan identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau
mempertahankan berbagai hubungan sosial di ruang digital;
c. Mampu untuk menyesuaikan aspek keterjangkauan dan kendala yang muncul dalam
bermedia digital dengan berbagai dengan keadaan tertentu.
Kominfo menjabarkan Literasi Digital ke dalam 4 Kompetensi yaitu :
a. Digital skill : kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Digital culture : kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK.
c. Digital safety : kemampuan user dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi serta
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
d. Digital ethics : kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan
diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
C. Peta Jalan Literasi Digital
Terdapat Tiga Pilar Utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu:
1. Masyarakat digital : meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan
infrastruktur digital;
2. Pemerintah digital : meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital;
3. Ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan riset inovasi
digital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya Indonesia Digital
Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu:
1. International Telecommunication Union (ITU) → ICT Development Index,
2. Institute of International Management Development (IMD) → IMD Digital
Competitiveness Ranking
3. Katadata Insight Center → Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34 Provinsi Hasil
survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi

78
digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat. Telah disusun
pula 4 modul yang dibuat untuk menunjang percepatan transformasi digital yaitu
Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital dan Aman
Bermedia Digital.
D. Lingkup Literasi Digital
1. Tantangan Kesenjangan Digital
a. Lingkup literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan digital (digital
divide) dan penguatan literasi digital.
b. Salah satu bentuk digital divide adalah digital immigrant yang mengaju pada
kelompok orang yang kurang mengapresiasi kecakapan digital seperti halnya digital
native.
c. Karakteristik yang umum dijumpai pada kelompok digital immigrant adalah gagap
dengan teknologi.
2. Penguatan Literasi Digital
a. Salah satu upaya penguatan literasi digital diantaranya mata pelajaran TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) dimasukkan dalam kurikulum pendidikan
sekolah
b. Kesenjangan digital (digital divide) dan penguatan literasi digital terkait erat
dengan peta penguatan literasi digital dari Presiden dan Gerakan Literasi Digital
dari Kominfo
E. Implementasi Literasi Digital
Sejalan dengan perkembangan ICT (Information, Communication and Technology)
telah memicu terjadinya transformasi digital di sektor pendidikan yang ditandai dengan
munculnya berbagai model pembelajaran secara daring : web-school dan cyber-school
(online learning, distance learning, webbased learning, dan e-learning).

II. PILAR LITERASI DIGITAL


A. Pilar Literasi Digital
Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS
yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
1. Uraian Materi
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang
termasuk dalam pilar- pilar literasi digital :

79
a. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang
kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi
kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi
sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal.
b. Poros kedua adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang
pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital.
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta
kurikulum literasi digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini, akan
dipelajari tentang empat pilar literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan, budaya,
dan kecakapan dalam bermedia digital.

B. Etika Bermedia Digital


Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Etika
dasar dalam bermedia digital adalah:
1. Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan
etika berinternet (netiquette)
2. Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax
dan tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
3. Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital
yang sesuai dalam kaidah etika digital Smart ASN 38 dan peraturan yang berlaku
4. Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang
digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
Ruang lingkup etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang
dipenuhi kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan, baik itu
dalam hal tata kelola, berinteraksi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi
elektronik. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang urgensi
penerapan etika bermedia digital :
1. Pertama, penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia;
2. Kedua, perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke
media digita;
3. Ketiga, situasi pandemi COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi

80
dengan gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan.
Rencana pengembangan modul Etis Bermedia Digital adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan modul dengan secara khusus membidik kelompok minoritas atau
yang termarjinalkan seperti difabel, anak, perempuan, lansia, dan masyarakat 3T.
2. Revisi dan upgrading modul berdasarkan riset proses dan efek dari penerapan modul.
3. Perluasan Kurikulum Etika Media di luar empat etika dasar.
Waspada Konten Negatif
Perkembangan media sosial yang awalnya untuk mempererat hubungan antar
pengguna, lalu mulai bergeser ketika ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan ekonomi,
politik, dan SARA. Sehingga ada baiknya kita memahami konten negatif dan
mewaspadainya. Beberapa jenis konten negatif yaitu Hoaks, Cyberbullying dan Hate
speech. Cara melawan konten negatif diantaranya adalah memverifikasi informasi. Kita
wajib melakukan cross check untuk menguji kebenaran suatu informasi.

Interaksi Bermakna di Ruang Digital


Tujuan Bahasan Interaksi Bermakna di Ruang Digital:
1. Mengetahui cara berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital
2. Memahami ragam peraturan yang berlaku ketika berinteraksi, partisipasi, dan
kolaborasi di ruang digital.
Dalam mencegah hate speech demi menciptakan interaksi bermakna di ruang
digital, partisipasi dan kolaborasi dibutuhkan. Partisipasi merupakan proses terlibat aktif
dalam berbagi data dan informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk memecahkan masalah
bersama.
Interaksi dan Transaksi Bijak
Maka kita sebagai pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam
bertransaksi, karena apabila tidak, akan dapat berdampak negatif bagi kita ketika
melakukan transaksi daring di sosial media.
Menurut GlobalWebIndex, Indonesia adalah negara dengan tingkat adopsi e-
commerce atau transaksi daring paling tinggi di dunia pada tahun 2019. Hal ini
menggambarkan bahwa sebanyak 90% pengguna internet yang berada pada usia 19 hingga
60 tahun pernah melakukan pembelian produk atau jasa secara daring.

C. Budaya Bermedia Digital

81
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet.
Kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet. Masyarakat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan,
karena fasilitas dan fitur yang memiliki keunggulan dan kemudahan untuk dipergunakan
oleh berbagai kalangan masyarakat. Diperlukan peran berbagai pihak dalam masyarakat
untuk mengedukasi budaya digital yang bermartabat.
Budaya Digital dan Penguatan Karakter
Manusia harus memiliki mental yang tangguh dan memiliki prinsip dalam
menjalankan tugas tugas berkomunikasi dengan orang lain. Kesukaan dan minat
masyarakat melalui dalam berkomunikasi melalui ruang digital, khususnya
mempergunakan gadget harus sesuai dengan konten yang bermanfaat bagi pengembangan
diri, kecerdasan yang positif dan pengembangan relasi mereka dengan lingkungannya.
Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Dunia Digital
Sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak
dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada
nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika yang dimasukkan dalam kerangka literasi digital dapat
diklasifikasikan menjadi dua pokok besar, yaitu:
1. Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan
Kecakapan Digital Dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa dan Bernegara.
2. Internalisasi (Penerapan) Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di Ruang
Digital.
Setelah mampu mengamalkan beberapa poin di atas, maka kita bisa menjadi warga
digital yang Pancasilais, yaitu berpikir kritis; meminimalisir unfollow, unfriend dan block
untuk menghindari Echo Chamber dan Filter Bubble; Gotong Royong Kolaborasi
Kampanye Literasi Digital.

Digitalisasi Kebudayaan dan TIK


Digitalisasi Kebudayaan dan Teknologi Informasi Komunikasi telah
memperlihatkan cara menyiasati tantangan dan peluang tersebut melalui kompetensi
literasi digital berupa pemahaman terhadap aspek budaya di ruang digital, produksi,
distribusi, partisipasi, dan kolaborasi.
Cintai Produk dalam Negeri

82
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi. Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat
patriotisme dan cinta tanah air kepada seluruh warga negara Indonesia. Sudah selayaknya,
warga negara Indonesia melakukan bela negara yang lebih nyata dengan selalu
menggunakan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Juga selalu mengkonsumsi
hasil-hasil pertanian dan perikanan asli Indonesia.
Hak-Hak Digital
Dalam ranah kewargaan digital, hak-hak digital tak pernah bisa dilepaskan dari
tanggungjawab. Baik hak maupun tanggung jawab berbicara mengenai kebebasan,
sekaligus batasan-batasan dari kebebasan tersebut. Hak Digital terdiri dari hak untuk
mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak untuk merasa aman.

D. Aman Bermedia Digital


Ada lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun
area kompetensi keamanan digital, yaitu:
1. Pengamanan perangkat digital
2. Pengamanan identitas digital
3. Mewaspadai penipuan digital
4. Memahami rekam jejak digital
5. Memahami keamanan digital bagi anak
Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib
dimiliki oleh pengguna media digital, yaitu:
1. Pertama, kecakapan keamanan digital yang bersifat kognitif untuk memahami berbagai
konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital maupun terhadap
identitas digital dan data diri.
2. Kedua, kecakapan keamanan digital yang bersifat afektif, yang pada dasarnya
bertumpu pada empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan
digital bukan sekadar tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri
sendiri, melainkan juga menjaga keamanan pengguna lain sehingga tercipta sistem
keamanan yang kuat.
3. Ketiga, kecakapan keamanan digital yang bersifat konatif atau behavioral. Aspek ini
meliputi langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan
data diri.

83
Proteksi Perangkat Digital

Beberapa tips mengamankan sandi yang bisa diterapkan langsung seperti:


1. Pastikan di sekeliling kita tidak ada orang lain ketika akan membuka kata sandi
2. Menutup layar saat memasukkan kata sandi
3. Rutin mengganti kata sandi secara berkala
Perlindungan Identitas dan Data Pribadi Digital
Terdapat dua jenis identitas digital baik yang terlihat maupun tidak terlihat sebagaimana
dijelaskan.

Tips untuk melindungi identitas digital, yaitu:


 Pastikan memilih atau menggunakan identitas asli atau samaran saat mengelola akun
platform digital serta bertanggung jawab atas pilihan tersebut
 Amankan identitas utama yakni alamat surat elektronik (email) yang kita gunakan
untuk mendaftar suatu platform digital
 Lindungi dan konsolidasikan identitas digital dalam berbagai platform digital yang
dimiliki
Beberapa tips berikut bisa dilakukan untuk melindungi data pribadi di dunia digital yaitu:
 Gunakan password (kata sandi) yang kuat dan gunakan secara berbeda di setiap akun

84
platform digital yang dimiliki serta perbaharui secara berkala
 Hindari untuk membagikan data pribadi seperti tempat tanggal lahir, nama ibu
kandung, dan password
 Pahami dan pilih aplikasi yang dipasang di gawai hanya untuk mengakses data yang
dibutuhkan dan bukan data pribadi
 Pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun yang dimiliki sesuai dengan
tingkat keamanan yang dibutuhkan
 Hindari berbagi data pribadi orang lain, keluarga, teman dan kenalan sebab ini adalah
privasi mereka
 Selalu lakukan pembaruan perangkat lunak yang digunakan dalam gawai guna
meminimalisir resiko celah kebocoran data
 Hati-hati mengunggah data pribadi di platform digital karena tidak selalu terjalin
aman
 Hindari memasukkan data pribadi penting dalam platform digital saat menggunakan
WiFi publik/gratis
 Waspada jika ada komunikasi/aktivasi mencurigakan dari akun dengan identitas yang
tidak dikenal
Awas Penipuan di Dunia Digital
Beberapa modus yang ditemui dalam penipuan daring adalah
 Penipuan harga diskon atau produk yang ditawarkan
 Identitas pelaku usaha atau konsumen fiktif
 Ketidaksesuaian barang atau produk yang diterima atau dipesan
Beberapa jenis penipuan di dunia digital adalah:
1. Scam = memanfaatkan empati dan kelengahan pengguna
2. Spam = gangguan kepada pengguna berupa iklan, tautan atau URL tertentu
3. Phising = menjebak korban, membuat target percaya informasi yang diberikan tepat
4. Hacking = mencari kelemahan dari sistem komputer
Adapun pelaporan dan pengecekan secara digital diantaranya:
1. Langkah yang dapat dilakukan adalah Laporkan kejahatan siber di sekitar kita melalui
www.patrolisiber.id
2. Laporkan SMS spam ke Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI)
3. Lakukan pengecekan dan pelaporan rekening penipu, sehingga dapat dibekukan

85
melalui:
- cekrekening.id
- kredibel.co.id
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melalui email konsumen@ojk.go.id
- lapor.go.id
Lindungi Rekam Jejak Digital
Jejak digital memiliki sisi positif dan juga sisi negatif yang perlu kita waspadai.
Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak digital yang bersifat pasif dan
jejak digital yang bersifat aktif.
1. Jejak digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara daring dengan tidak
sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.
2. Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di internet atau
di platform digital.
Terdapat banyak cara untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang negatif dengan
cara melindungi jejak digital kita. Salah satu yang paling sederhana adalah dengan selalu
menyempatkan untuk membaca syarat dan ketentuan aplikasi, media sosial dan juga situs
web yang kita akses. Jangan mengunggah informasi sensitif atau data pribadi seperti
KTP, SIM, Paspor, PIN dan lainnya di media sosial.

E. Cakap Bermedia Digital


Digital skills adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan indikator dan sub-indikator kecakapan digital.
 Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
 Dasar 2: Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
 Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
 Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerce
untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital
Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras
dan perangkat lunak. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan
sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa

86
fungsi jadi keduanya. Beberapa jenis perangkat digital adalah komputer desktop,
notebook, netbook, tablet, dan telepon pintar.
Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet.
Komputer kita dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet (internet
service provider) yang menyediakannya. Hal lain yang perlu diwaspadai dalam dunia
digital lainnya adalah malware. Malware adalah istilah umum bagi segala perangkat
lunak yang dibuat secara spesifik untuk menyebabkan masalah bagi komputer (Wempen,
2015 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).
Mesin Pencarian Informasi
Penggunaan mesin pencarian informasi menjadi salah satu hal yang krusial untuk
dipahami. Aktivitas pencarian informasi di internet melalui mesin pencarian informasi
akrab dikenal dengan istilah ‘searching’ atau ‘googling’. Google, Yahoo, Bing, Baidu,
dan Yandex adalah beberapa jenis mesin pencarian informasi yang populer di dunia.
Langkah-langkah preventif sebagai pengguna mesin pencarian informasi:
 percayai informasi hanya dari sumber atau media yang kredibel
 cek nama domain; situs resmi jarang menggunakan domain gratis seperti
blogspot.com dan lainnya
 bandingkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda
Aplikasi Percakapan dan Medsos
Aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Aplikasi
percakapan menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di
masa pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga
akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi. Tercatat hingga kini media sosial memiliki
pengguna aktif sebanyak 106 juta pengguna di Indonesia, di mana angka tersebut
sebanyak 40% dari total populasi yang ada.
Dompet Digital, Lokapasar, dan Transaksi Digital
Dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak 270,20 juta
jiwa (BPS, 2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan aktivitas
pembelian barang atau jasa secara daring. Angka tersebut kian menegaskan bahwa
aktivitas transaksi jual beli daring atau yang kita kenal dengan e-commerce sungguh
digemari oleh masyarakat.
Transaksi digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung
dengan lokapasar yang sudah menyediakan metode pembayaran resmi. Salah satunya

87
dengan memanfaatkan fitur dompet digital. Lokapasar (marketplace), adalah satu
platform yang menawarkan produk dan layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli
oleh klien/pembeli. Melalui lokapasar, pembeli dapat menemukan penjual yang
menyediakan barang-barang yang belum dijual di toko-toko pada umumnya.
Berikut langkah-langkah mendasar yang dapat dilakukan agar anda tidak keliru saat
bertransaksi melalui lokapasar:
a. Temukan produk yang diinginkan dengan menggunakan fitur pencarian
b. Pilih produk yang diinginkan dari hasil pencarian.
c. Gunakan fitur chat jika ingin melakukan penawaran dengan penjual
d. Pembeli harus menentukan variasi ukuran, jenis, warna, dan model yang harus dipilih
e. Selanjutnya kita akan diarahkan ke halaman keranjang belanja. Pilih produk yang
ingin dibeli dan pilih voucher yang ingin digunakan jika ada. Lalu klik Checkout
f. Pada halaman checkout, pastikan alamat pengiriman sudah benar, kemudian pilih jasa
kirim dan tentukan jam pengiriman
g. Pilih metode pembayaran yang diinginkan
h. Apabila pembayaran sudah berhasil, pembeli akan mendapatkan konfirmasi dari
lokapasar secara langsung dan produk yang kita beli akan otomatis ada di halaman
pesanan dengan menunjukan status-status dari proses pengiriman.

III. IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA


Pada bagian ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai penerapan dari masing-
masing keempat pilar literasi digital, yakni etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam
bermedia digital.

A. Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan
perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial,
surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya.
Bentuk komputer pribadi bermacam-macam. Berikut ini beberapa kategori untuk
mesin komputer yang sering kita jumpai (Wempen, 2015):
 Komputer
Komputer desktop ini dihubungkan juga dengan perangkat keras lain seperti monitor,
keyboard, dan mouse. Perangkat keras tersebut disambungkan dengan unit sistem
menggunakan kabel atau teknologi wireless.

88
 Notebook
Notebook merupakan istilah lain dari laptop. Notebook merupakan komputer yang
didesain agar bisa dilipat dan mudah dibawa kemana-mana. Dalam perangkat keras ini
sudah terdapat monitor, keyboard, dan keypad yang merangkai jadi satu dengan unit
sistemnya.
 Netbook
Netbook merupakan singkatan dari internet notebook. Perangkat keras ini biasanya
lebih kecil ukurannya dan kemampuannya juga tidak sehandal notebook. Namun dari
segi harga, netbook lebih terjangkau.
 Tablet
Tablet merupakan komputer portabel yang terdiri dari layar sentuh dengan komponen
komputer di dalamnya. Perangkat keras ini tidak memiliki keyboard.
 Telepon Pintar
Telepon pintar merupakan perangkat telepon yang memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan berbagai aplikasi perangkat lunak dan mengakses internet.
Per tahun 2019, 63,3% penduduk memiliki telepon pintar dan diprediksi dapat
mencapai 89,2% dari populasi pada tahun 2025 (Pusparisa, 2020). Sebuah lembaga riset
internetlivestats (2016) menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 12
pengguna internet terbanyak. Lembaga ini mengestimasi bahwa lebih dari 53 juta
penduduk Indonesia sudah mengakses internet, angka ini menunjukkan peningkatan
pengguna internet sebanyak 6,5% dari tahun 2014. Penetrasi internet Indonesia juga
meningkat, di tahun 2014 hanya 17% meningkat menjadi 20% di tahun 2016.
Mengetahui dan Memahami Internet
Internet merupakan jaringan komputer yang memungkinkan satu komputer saling
berhubungan dengan komputer lain (Levine & Young, 2010). Menurut Levine dan Young
(2010), ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk mengakses internet, yaitu komputer,
modem, akses ke penyedia jasa internet, dan berbagai perangkat lunak. Kita perlu
memasang berbagai perangkat lunak di komputer agar bisa mengakses internet dengan
baik.
Mengetahui dan Memahami Koneksi Internet
Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet.
Komputer kita dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet (internet
service provider) yang menyediakannya (Miller, 2016). Kita perlu mendaftar agar

89
memperoleh jasa koneksi internet dari penyedia jasa internet di sekitar.
Tips Memilih Penyedia Jasa Internet
Ada beberapa pertimbangan dalam memilih jasa internet yang bisa kita gunakan yaitu:
1. Kecepatan akses. Kita perlu mengetahui kecepatan akses internet yang bisa kita
dapatkan.
2. Stabilitas. Kita perlu memastikan bahwa penyedia jasa internet tersebut menyediakan
akses internet yang stabil, terutama di lokasi tempat kita berada.
3. Pelayanan terhadap pelanggan. Kita perlu mengetahui bagaimana pelayanan yang
diberikan terhadap kendala yang mungkin kita temui saat mengakses internet
4. Selain tips tersebut, tentu kita perlu menyesuaikan biaya jasa internet dengan
kemampuan dan kebutuhan kita.
Koneksi dengan Wi-Fi di Ruang Publik
Dengan mendaftar ke penyedia jasa internet, kita bisa mengakses internet secara
personal dengan teknologi kabel atau Wi-Fi. Wi-Fi, singkatan dari wireless fidelity,
merupakan istilah bagi koneksi standar tanpa kabel. Agar dapat terhubung dengan jaringan
Wi-Fi, kita perlu mengetahui proses kerjanya. Setelah terkoneksi dengan jaringan Wi-Fi,
kita bisa terhubung dengan akses internet lewat gawai yang kita gunakan.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Terkait Wi-Fi di Ruang Publik
Jaringan publik bisa saja tidak seaman jaringan pribadi yang memerlukan kata
kunci untuk mengaksesnya. Karena semua orang dapat mengakses jaringan publik, bisa
saja ada kemungkinan pengguna yang berniat buruk. Jadi sebaiknya jangan mengirimkan
informasi pribadi dan sensitif dengan menggunakan koneksi publik (Miller, 2016).
b. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan dan Pemilahan Data
Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat
tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat
dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Dalam menggunakan
internet, salah satu aktivitas yang sering kita lakukan adalah menggunakan mesin pencarian
informasi untuk menunjang kegiatan. Mesin pencarian informasi memiliki tiga tahapan kerja
sebelum menyajikan informasi yang kita butuhkan, yaitu penelusuran (crawling),
pengindeksan (indexing), dan pemeringkatan (ranking). Untuk menggunakan mesin
pencarian informasi yang lebih sesuai, kita dapat menggunakan tips berikut ini (Gibbs, 2016
& Goodwill Community Foundation, n.d.):
1. Menggunakan tanda hubung (-) untuk menghilangkan kata khusus yang tidak diinginkan,

90
2. Menggunakan tanda petik (“ ”) untuk mencari kata atau frasa yang lebih spesifik.
3. Menggunakan istilah OR untuk menemukan salah satu informasi yang dibutuhkan.
4. Menggunakan sinonim dari kata kunci
5. Mencari dalam sebuah situs.
6. Menggunakan tanda bintang (*) untuk informasi yang tidak lengkap.
7. Mencari informasi diantara dua nilai menggunakan simbol dua titik (..) dan diakhiri
dengan spasi.
c. Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
Ada tujuh kompetensi yang berkaitan langsung dengan penggunaan aplikasi
percakapan, yakni: mengakses, menyeleksi, memahami, memverifikasi, memproduksi,
mendistribusikan, berpartisipasi, serta berkolaborasi.
Kebebasan untuk mengakses aplikasi percakapan dan media sosial perlu diimbangi
dengan kemampuan pengguna untuk mengakses sebuah aplikasi percakapan. Pengguna
perlu setidaknya memahami empat dimensi persiapan yaitu:
a. akses terhadap internet
b. syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi
c. membuat dan/atau membuka akun
d. metode akses
Mengenal Media Sosial
Media sosial mengalami perkembangan sangat cepat, tercatat hingga kini media
sosial memiliki pengguna aktif sebanyak 106 juta pengguna di Indonesia, di mana angka
tersebut sebanyak 40% dari total populasi yang ada (Indonesia Baik, 2017 dalam Monggilo
dan Kurnia 2021).
Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Media Sosial

91
Mengulik Aplikasi Percakapan
Aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Menurut data
Hootsuite & We Are Social pada bulan Oktober 2020, aplikasi pesan terbesar masih
dikuasai oleh WhatsApp, disusul Facebook Messenger, WeChat, QQ, Snapchat, dan
Telegram. Aplikasi percakapan menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi
daring, terlebih di masa pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam
jaringan sehingga akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.
Setelan Mendasar Aplikasi Percakapan
Kita kadang mengeluhkan pesan yang lambat atau bahkan tidak terkirim yang
berakibat pada terhambatnya proses komunikasi. Tidak jarang juga kita terganggu dengan
informasi yang diterima tetapi nyatanya tidak kita butuhkan. Lantas, bagaimana cara untuk
menyiasatinya?
1. Kenali kelebihan dan kekurangan dari aplikasi percakapan yang kita gunakan.
2. Perbaharui aplikasi percakapan yang digunakan. Hal ini karena fitur-fitur terbaru
biasanya akan dibenamkan ketika aplikasi kita perbarui secara berkala.
3. Nonaktifkan fitur untuk mengendalikan informasi yang tidak diinginkan pada setting
aplikasi.
Selain itu, penting juga mengetahui fitur-fitur untuk mengoptimalkan penggunaan
aplikasi. Caranya ialah pertama, kenali fitur dasar aplikasi percakapan yang berhubungan
dengan profil akun agar sebagai pengguna kita dapat dikenali. Kedua, kenali dan gunakan
dengan baik fitur pemberitahuan pesan baru (notifikasi). Ketiga, gunakan setelan yang
sesuai (baik ukuran huruf, background, wallpaper, maupun pengaturan serta backup pesan)
untuk aplikasi chat yang dipasang pada perangkat seluler.

d. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan Transaksi Digital


Dengan koneksi internet, kita tak harus datang ke toko luring. Sebagai pembeli, kita
dimanjakan dengan kemudahan dan kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak
perlu menghabiskan biaya operasional untuk meningkatkan pendapatan penjualan mereka.
Transaksi digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung
dengan lokapasar yang sudah menyediakan metode pembayaran resmi. Salah satunya
dengan memanfaatkan fitur dompet digital. Sedang berikut adalah tips-tips untuk memilih
dompet digital guna menghindari kebingungan:
1. Kenali masing-masing karakteristik dari setiap dompet digital yang ada. Masing-
masing dompet digital memiliki layanan yang berbeda-beda.

92
2. Tentukan peruntukkan dan kebutuhannya
3. Tentukan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang memang diprioritaskan.
Lokapasar (marketplace), adalah satu platform yang menawarkan produk dan
layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli oleh klien/pembeli. Berdasarkan riset yang
dilakukan oleh iPrice, Shopee menempati posisi sebagai lokapasar terbanyak yang
digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan rata-rata kunjungan sebanyak 93,4 juta per
bulannya (Jayani, 2020). Indonesia sendiri memiliki kontribusi mencapai 30% dari total
pasar yang diraih oleh Shopee (Shopee, 2021).
e. Etika Berinternet (Nettiquette)
Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif
sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta kedewasaan.
Demikian pula ragam informasi yang didapatkan juga semakin terbuka baik konten positif
maupun konten negatif. Sehingga kita butuh tahu dan terapkan netiket. Di dunia digital kita
juga mengenal etika berinternet atau yang lebih dikenal dengan Netiquette (Network
Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan Internet.

Urgensi Netiket
Menyeleksi perilaku sesuai dengan netiket :
a) Seleksi dan analisis informasi sesuai Netiket :
✓ Ingatlah akan keberadaan orang lain di dunia maya;

93
✓ Taat kepada standar perilaku online yang sama dengan kehidupan nyata;
✓ Tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna internet lainnya;
✓ Membentuk citra diri yang positif;
✓ Menghormati privasi orang lain;
✓ Memberi saran atau komentar yang baik;
✓ Hormati waktu dan bandwith orang lain;
✓ Mengakses hal-hal yang baik dan bersifat tidak dilarang ; dan
✓ Tidak melakukan seruan atau ajakan-ajakan yang sifatnya tidak baik.
b) Seleksi dan analisis informasi tidak sesuai Netiket:
✓ Menyebarkan berita hoaks atau berita bohong dan palsu;
✓ Ujaran Kebencian (provokasi, hasutan atau hinaan);
✓ Pornografi (konten kecabulan dan eksploitasi seksual);
✓ Pencemaran nama baik;
✓ Penyebaran konten negatif;
✓ Modus penipuan online (voucher diskon, penipuan transaksi shopping online);
✓ Cyber Bullying (pelecehan, mempermalukan, mengejek);
✓ Perjudian online (judi bola online, blackjack, dan casino online); dan
✓ Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan siber (pencurian identitas, pembobolan kartu
kredit, pemerasan, hacking).

f. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten Negatif


Lainnya
Konten negatif muncul karena motivasi-motivasi pembuatnya yang memiliki
kepentingan ekonomi (mencari uang), politik (menjatuhkan kelompok politik tertentu),
mencari kambing hitam, dan memecah belah masyarakat (berkaitan suku agama ras dan
antargolongan/SARA) (Posetti & Bontcheva, 2020).
Apa itu Hoaks?
Salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks. KBBI mengartikan
hoaks sebagai informasi bohong. Berbagai peristiwa besar sering diiringi oleh kemunculan
hoaks, misalnya seperti peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan.

94
Pergerakan hoaks dipermudah oleh penggunaan media sosial yang masif oleh masyarakat.
Berikut ini merupakan tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut LibGuides at
University of West Florida ( 2021):
a. Evaluasi sumber dengan berbagai kriteria seperti keterbaruan informasi, relevansi,
siapakah penulisnya, ketepatan dan tujuan berita.
b. Google it, cobalah untuk mencari di mesin pencari informasi, seperti google, terlebih
dahulu
c. Dapatkan Berita dari Sumber Berita
d. Bedakan Opini dengan Fakta
Apa itu Perundungan di Dunia Maya (cyberbullying)?
Cyberbullying adalah tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang
terhadap orang lain yang lebih lemah media digital. UNICEF (n.d) menjelaskan jika suatu
ujaran membuat kita merasa sakit hati dan membuat orang lain menertawai kita maka
candaan tersebut telah melewati batas. Ketika kita meminta lawan bicara untuk berhenti
namun mereka tetap mengutarakan candaan tersebut dan kita merasa tidak nyaman, artinya
ini tergolong bullying. Sementara jika hal tersebut terjadi di dunia maya, maka disebut
sebagai cyberbullying.
Bentuk perundungan ini dapat berupa doxing (membagikan data personal seseorang
ke dunia maya); cyberstalking (mengintip dan memata-matai seseorang di dunia maya);
dan revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran foto/video intim/vulgar
seseorang. Selain balas dendam, perundungan ini juga dapat bertujuan untuk memeras
korban.
Apa itu Ujaran Kebencian?
Hate speech atau ujaran kebencian adalah ungkapan atau ekspresi yang
menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang
dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau
kelompok.
Mengapa banyak ujaran kebencian dan mengapa banyak orang melakukan hal itu?
pengguna internet merasa bebas melakukan itu karena mereka berpikir bahwa di internet
mereka tidak akan diketahui. Hal ini membuat mereka merasa jauh lebih nyaman untuk
mengutarakan kebencian dibanding jika mereka di dunia nyata.

g. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan Kolaborasi di Ruang Digital yang


Sesuai dengan Kaidah Etika Digital dan Peraturan yang Berlaku

95
Karya kreatif di media sosial itu baik namun jika tidak diimbangi dengan
pengetahuan, etika, dan tanggung jawab sosial yang tinggi, maka hasilnya dapat menjadi
negatif. Sehingga, dibutuhkan peningkatan kompetensi terkait interaksi, partisipasi dan
kolaborasi aktif di ruang digital. Interaksi merupakan proses komunikasi dua arah antar
pengguna terkait mendiskusikan ide, topik, dan isu dalam ruang digital. Pada media digital,
interaksi bersifat sosial. Hasil yang diharapkan adalah interaksi yang sehat dan
menghangatkan seperti menjalin relasi atau pertemanan pada umumnya (Straubhaar et al.,
2012).
Apa itu Partisipasi?
Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi data dan informasi yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Proses ini berakhir pada menciptakan konten
kreatif dan positif untuk menggerakkan lingkungan sekitar. Kompetensi ini mengajak
peserta untuk berperan aktif dalam berbagi informasi yang baik dan etis melalui media
sosial maupun kegiatan komunikasi daring lainnya (Kurnia, 2020).
Apa itu Kolaborasi?
Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk memecahkan masalah
bersama (Monggilo, 2020). Dibutuhkan kemampuan untuk berkolaborasi dengan berbagai
komunitas dan elemen masyarakat untuk membantu mengurangi kasus peredaran berita
hoaks. Misalnya, Japelidi berkolaborasi dengan organisasi pemerintah, komunitas, media,
dan warga untuk melakukan kampanye melawan hoaks COVID-19 termasuk dengan
membuat konten dalam 42 bahasa daerah.

h. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di Ruang Digital Sesuai dengan


Peraturan yang Berlaku
Kita sebagai pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam bertransaksi,
karena apabila tidak, akan dapat berdampak negatif bagi kita ketika melakukan transaksi
daring di sosial media. Untuk itu kita sepatutnya mengenal bagaimana karakteristik media
sosial. Media sosial memiliki lima karakteristik yakni (Banyumurti, 2019):
a. Terbuka. Siapapun dimungkinkan untuk dapat memiliki akun media sosial dengan
batasan tertentu, seperti usia.
b. Memiliki halaman profil pengguna. Tersedia menu profil yang memungkinkan setiap
pengguna menyajikan informasi tentang dirinya sebagai pemilik akun.
b. User Generated Content. Terdapat fitur bagi setiap pengguna untuk bisa membuat
konten dan menyebarkannya melalui platform media sosial.

96
a. Tanda waktu di setiap unggahan. Setiap unggahan yang dibuat diberi tanda waktu,
sehingga bisa diketahui kapan unggahan tersebut dibuat.
b. Interaksi dengan pengguna lain. Media sosial menyediakan fitur agar kita dapat
berinteraksi dengan pengguna lainnya.
Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik atau dikenal sebagai transaksi daring adalah transaksi atau
pertukaran barang/jasa atau jual beli yang berlangsung di ranah digital. Transaksi
elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima
dan disetujui oleh penerima. Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita
melakukan pembelanjaan daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya ialah
transfer bank, dompet digital/e-money, COD (Cash on Delivery) atau pembayaran di
tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.
Data di Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat dalam kurun waktu 2016
hingga September 2020, rata-rata laporan terhadap penipuan transaksi daring mencapai
lebih dari 1500 kasus per tahunnya.

Penggunaan Internet untuk Transaksi


Berikut beberapa keunggulan penggunaan media sosial untuk UMKM, antara lain
(ICT Watch, 2020; Karyati, 2019):
a. Biaya operasional lebih efektif dan efisien
b. Toko dapat beroperasi 24 jam/hari selama 7 hari/minggu
c. Potensi pasar lebih luas hingga ke internasional/global
d. Katalog produk bisa selalu up to date
e. Tidak memerlukan toko offline/ toko fisik untuk memasarkan produknya
f. Modal lebih kecil untuk memulai usaha
g. Dapat dengan mudah mengenali competitor
Kompetensi Akses: Mari Mengenal Alat Transaksi Daring
Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan pembelanjaan
daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya transfer bank, dompet digital/e-
money, COD (Cash on Delivery) atau pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu
debit, kartu kredit.
Kompetensi Akses: Mengenal Lapak
Platform atau medium untuk melakukan transaksi beragam. Bahkan hampir di

97
seluruh platform media sosial atau aplikasi chat telah disediakan fitur untuk transaksi atau
fitur-fitur bisnis. Di antaranya fitur Whatsapp Business, Facebook Marketplace, Instagram
Shopping. Ada 10 pelapak transaksi daring yang paling banyak dikunjungi oleh konsumen
di Indonesia yakni Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, JD.ID, Orami,
Bhinneka, Zalora dan Matahari.
Kompetensi Verifikasi: Mari Bijak Bertransaksi
Di balik kemudahan bertransaksi daring, terdapat bahaya yang mengintai. Oleh sebab
itu, kita sebagai pengguna harus lebih bijak dalam menggunakan transaksi ini dengan
menjalankan tips dari Young Americans : Centre for Financial Education (n.d) dan
Goodwill Foundation (n.d) berikut ini:
1. Periksalah koneksi https, artinya situs web menggunakan koneksi yang aman bagi data
pribadi yang kita masukkan
2. Meneliti akun penjual. Kita dapat meneliti dari nomor telepon yang mungkin dapat
dihubungi jika kita mengalami kendala saat bertransaksi.
3. Menggunakan metode pembayaran yang aman.
4. Simpan riwayat transaksi, termasuk diantaranya tanggal, nomor transaksi, deskripsi,
harga produk, hingga riwayat surel transaksi.
5. Hindari memberikan password, kode OTP, dan data penting lainnya kepada siapapun.
6. Jangan gunakan tanggal lahir, nomor ponsel, nama teman/hewan/saudara sebagai
kata sandi.
7. Berhati-hati dengan pesan scam melalui surel (yang terkadang disertai tautan tertentu)
dan situs web yang mencurigakan.
8. Berhati-hati menggunakan komputer umum yang digunakan untuk transaksi online.
Pastikan tidak meninggalkan komputer tanpa pengawasan saat traksasi dan segera log
out akun setelah bertransaksi.

i. Fitur Proteksi Perangkat Keras


Pada dasarnya, perlindungan perangkat keras dibagi menjadi 3 kategori:
perlindungan CPU, Perlindungan Memori, dan perlindungan I/O. Untuk memastikan
operasi yang benar, kita harus melindungi vektor interupsi dari modifikasi oleh program
pengguna. Selain itu, kita juga harus melindungi rutin layanan interupsi di sistem operasi
dari modifikasi. Kita kemudian melihat bahwa kita harus memberikan perlindungan
memori setidaknya untuk vektor interupsi dan rutinitas layanan interupsi dari sistem
operasi. Jadi ketika kita memastikan perlindungan I/O maka beberapa kasus tidak akan

98
pernah terjadi di sistem seperti:
a. Terminasi I/O dari proses lain
b. Lihat I/O dari proses lain
c. Memberikan prioritas pada proses tertentu I/O
Untuk mencegah pengguna melakukan I/O ilegal, kami mendefinisikan semua
instruksi I/O sebagai instruksi yang diistimewakan. Dengan demikian, pengguna tidak
dapat mengeluarkan instruksi I/O secara langsung; mereka harus melakukannya melalui
sistem operasi.
Urgensi Melindungi Perangkat Digital
Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital. Misalnya
ketika kita melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang terkoneksi
dengan jaringan internet pada keseharian kita, sehingga dalam menggunakan perangkat
digital kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat digital yang kita miliki.
Perangkat digital yang kita miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas
digital. Karena pentingnya isi di dalam perangkat digital, teknologi ini sering menjadi
incaran upaya peretasan. Proteksi perangkat digital bertujuan agar perangkat digital yang
kita gunakan tidak disalahgunakan oleh orang lain misalnya ketika ponsel pintar kita
dilengkapi dengan proteksi seperti kata sandi atau fingerprint maka ponsel kita tidak bisa
digunakan oleh orang lain.
Memproteksi Perangkat Digital
Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakan perlindungan yang bertujuan
untuk melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Malware, singkatan
dari malicious software, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol
perangkat secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari
pemilik perangkat.
Berikut ini merupakan tips untuk melindungi gawai kita dari virus, peretas, maupun
pengintai (State of California Department of Justice, n.d):
a. Perbarui sistem operasi dan aplikasi penting secara berkala,
b. Gunakan antivirus secara rutin untuk menelusuri seluruh file
d. Gunakan antispyware untuk melindungi aktivitas gawai kita.
e. Gunakan firewall untuk memutuskan komunikasi ke dan dari sumber tidak disetujui
f. Gunakan kata sandi yang kuat,
g. Gunakan verifikasi tambahan, misalnya pemindai sidik jari dan wajah

99
h. Berhati-hati dengan apa yang kita klik.
i. Berhati-hati saat belanja daring, pastikan situs belanja tersebut aman dan terpercaya
j. Berhati-hati dengan apa yang kita publikasikan
k. Merespon informasi data bocor.
j. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital
Sebagai pengguna platform digital, kita bisa menggunakan identitas asli atau
samaran, namun kita wajib bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Hindari untuk
menampilkan identitas digital yang seolah aman tapi tidak seperti tanggal lahir kita dan
nama ibu kandung. Sebab, identitas tersebut biasanya digunakan dalam transaksi
perbankan yang tentu hanya kita saja yang boleh menggunakannya. Kemudian pastikan
keamanan surat elektronik kita sebagai identitas digital utama yang kita gunakan untuk
mengakses berbagai platform digital dengan secara rutin memastikan sandi diperbaharui.
Memahami dan Melindungi Data Pribadi
Data pribadi adalah data yang berupa identitas, kode, simbol, huruf atau angka
penanda personal seseorang yang bersifat pribadi (Latumahina, 2014). Data pribadi bisa
juga diartikan sebagai data atau informasi perseorangan yang disimpan, dikelola dan
dilindungi kerahasiaannya karena bersifat privat.

k. Penipuan Digital
Terdapat oknum-oknum yang memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut dengan
melakukan kejahatan siber/kejahatan digital. Berbelanja daring rentan menjadi incaran para

100
pelaku kejahatan digital karena aktivitas ini memiliki beragam celah yang bisa
dimanfaatkan, terutama dengan memanfaatkan kelengahan pengguna teknologi digital.
Modus penipuan digital lebih mengarah pada penipuan yang menimbulkan kerugian
secara finansial. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah penipuan produk secara
daring. Modusnya dengan mengirimkan barang yang berbeda dengan yang dijanjikan saat
transaksi dilakukan atau bahkan tidak mengirimkan barang sama sekali.
Ragam Penipuan Digital
Setidaknya ada empat bentuk penipuan digital, yaitu scam, spam, phising, dan
hacking. Secara teknis, penipuan dapat bersifat social engineering dengan ragam bentuk
yang kita terima mulai dari SMS, telepon, email bahkan dalam bentuk virus serta
pembajakan/peretasan akun dan cloning platform yang kita miliki.
Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari scam,
spam, phising, maupun hacking.
a. Jangan pernah membagikan ataupun mengunggah alamat email ke publik.
b. Berpikir sebelum meng-klik tautan link maupun mengunduh dokumen dari sumber
yang tidak jelas.
c. Jangan membalas pesan spam karena pengirim pesan dapat mengetahui bahwa alamat
surel tersebut aktif dan meningkatkan risiko surel tersebut menjadi target penipuan
lainnya.
d. Gunakan aplikasi penyaring spam dan antivirus untuk menurunkan risiko
e. Hindari penggunaan email pribadi maupun perusahaan untuk mendaftar aplikasi yang
tidak terlalu penting
l. Rekam Jejak Digital di Media
Modus penyalahgunaan jejak digital lain yang juga sering dilakukan adalah
menerbitkan atau berbagi informasi yang merusak reputasi, seperti kehilangan pekerjaan.
Netsafe juga mencatat modus lain dengan menerbitkan atau berbagi gambar atau video
yang digunakan untuk sexting, pemerasan, pelecehan berbasis gambar (terkadang disebut
revenge porn) atau insiden pemerasan. Untuk perilaku semacam ini ancaman hukumannya
bisa berlapis dan menyentuh hukum tentang pencemaran nama baik bahkan juga
pemerasan.
Rekam Jejak Digital Sulit Dihilangkan
10 Kompetensi Digital untuk memudahkan kita mengelola jejak digital adalah:
1. Pertama, kemampuan mengakses sudah melekat pada setiap orang yang secara aktif

101
menggunakan sarana internet dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Kedua, setelah kita memiliki kemampuan kompetensi mengakses media digital, maka
pemahaman kita harus lebih diasah.
3. Ketiga, mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital
4. Keempat, setelah kemudian kita tahu dan memahami lebih dalam tentang jejak digital,
maka kita harus mulai menyeleksi apa saja yang kita unggah.
5. Kelima, verifikasi harus kita lakukan untuk memastikan apakah Langkah yang akan
kita lakukan dapat berpotensi meninggalkan jejak digital yang berdampak buruk atau
tidak.
6. Keenam, evaluasi atas berbagai kegiatan daring kita menjadi bagian tak terpisahkan
7. Ketujuh, saat ini, ketika kita mendistribusikan informasi dengan menggunakan
perangkat digital, kita juga telah meninggalkan jejak digital.
8. Kedelapan, kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak digital yang baik perlu
untuk ditingkatkan
9. Kesembilan, pengetahuan yang telah kita dapatkan tentang rekam jejak digital ini
akan semakin bermanfaat bila dapat kita bagikan pada orang lain.
m. Kolaborasi, adalah kompetensi yang paling akhir dicapai dalam 10 kompetensi literasi
digital Japelidi. Sangat sederhana, kolaborasi yang dimaksud adalah bagaimana kita sebagai
orang orang yang memiliki rekam jejak digital, berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam
rangka partisipasi kita menjaga rekam jejak digital kita.Minor Safety (Catfishing)
Pada awalnya, catfish secara apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia secara
langsung berarti ‘ikan lele’. Namun, istilah ini kemudian bergeser di masyarakat modern
menjadi seorang yang berpura–pura menjadi orang lain dengan menciptakan identitas baru
di internet, terutama di SNS. Adapun tujuan untuk melakukan catfishing adalah untuk
menjalin hubungan romantik via media daring (Prastyphylia, 2014).
Catfish sebagai bentuk Konstruksi Identitas Daring. Apabila berbicara mengenai
catfish, maka sangat erat kaitannya dengan pembentukan identitas yang dibangun secara
virtual. Agar dapat menampilkan sesuai dengan apa yang diharapkan, seseorang memiliki
kecenderungan untuk mengonstruksi identitasnya. Adapun empat komponen penting dalam
konstruksi sebuah identitas yaitu: Input, Standard Identity, Comparator, dan Output
n. Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan Kecakapan Digital
dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, dan Bernegara
Mayoritas pengguna teknologi digital adalah anak-anak muda atau yang lebih sering

102
disebut generasi milenial. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah penggunaan internet
dalam benar sesuai dengan kecakapan yang berlandaskan dengan Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis
dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks ke-Indonesiaan, sebagai warga
negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk
melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan,
yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kedua, Internalisasi nilai-nilai Smart ASN 240
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan
bernegara.
Konteks Ke-Indonesiaan Warga Negara Digital
Menjadi Indonesia, sebagai warga negara digital adalah menyadari bahwa setiap kita
merupakan bagian dari negara MAJEMUK, MULTIKULTURAL, sekaligus
DEMOKRATIS. Peran partisipatif warga negara digital yang baik sangat diperlukan.
Artinya, menjadi kewajiban kita untuk memastikan tidak memproduksi dan
menyebarluaskan informasi yang tidak benar, sekaligus memproduksi konten positif.
o. Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK
Beragam sajian dalam bentuk foto, video, maupun tulisan, saat ini tersebar di semua
lini media digital kita. Pada tahapan ini, kita sebenarnya sudah punya modal untuk
memproduksi konten budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjalin jaringan tidak begitu mudah dilakukan. Namun, apabila kita bisa
mengembangkan jaringan tersebut, berpartisipasilah dengan mendorong agar lembaga
budaya atau komunitas ini memiliki media digital, sehingga mampu menghadirkan seni,
budaya dan bahasa daerah mereka dalam ruang digital yang lebih luas.
Kolaborasi Budaya Visual: Lembaga, Pameran, Intervensi Budaya
Kompetensi kolaborasi adalah lanjutan dari kompetensi partisipasi yaitu kolaborasi
budaya visual: lembaga, pameran, intervensi budaya. Sebagai kompetensi dengan tingkat
keterampilan yang lebih kompleks, tidak mudah untuk melakukannya.
Kegiatan kolaborasi budaya visual ini tentunya harus tetap merujuk pada praktik, produk
dan perspektif budayanya. Bentuk kolaborasi paling sederhana adalah melakukan pameran-
pameran di bidang budaya.

103
p. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan Kegiatan Produktif
Lainnya
Fenomena jual-beli di dunia maya semakin marak ketika menyebarnya penyakit baru
bernama Covid-19 di dunia sehingga menyebabkan WHO mencetuskan pandemi di dunia
akibat penyakit ini. Di saat pandemi ini, ketika ada pembatasan manusia untuk keluar
rumah ada kewajiban melakukan jaga jarak sehingga para para produsen kecil sampai
besar mencari solusi dengan memanfaatkan media sosial dalam memasarkan produk-
produknya.
Fakta yang ada, terlihat minat besar dari pihak asing ingin menguasai pasar dalam
negeri Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Peluang-peluang ini
yang terus dilirik pihak asing, dengan berbagai produk yang mereka miliki, yang ingin
dijualnya di Indonesia.
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara
ekonomi. Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat
patriotisme dan cinta tanah air kepada seluruh warga negara Indonesia. (Akmadi, 2017).
q. Digital Rights (Hak Digital Warganegara)
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital
meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman.
Sebagai subjek dalam dunia digital memiliki hak dan kewajiban berupa (Council of
Europe, n.d):
1. Akses dan tidak diskriminatif, artinya kita memiliki hal untuk terhubung dengan
internet
2. Kebebasan berekspresi dan mendapatkan informasi
3. Kebebasan berkumpul, berkelompok, dan partisipasi
4. Perlindungan privasi dan data
5. Pendidikan dan literasi
6. Perlindungan terhadap anak
7. Hak mendapatkan pertolongan terhadap pelanggaran hak asasi
MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik

104
korupsi, kolusi, dan nepotisme
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil
(PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
A. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.Berikut beberapa konsep yang
ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya,
Pegawai ASN terdiri atas: 1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan 2) Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
B. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public; 2) Pelayan public; dan 3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas: 1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 2)
Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan 3) Mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk
itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan 11
Manajemen ASN fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang
berorientasi pada kepentingan publik.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan

105
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warganegara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN
dituntut untuk professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD
1945, Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang
dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan
manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa
mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan
Negara di atas segalanya)
C. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa
hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU
ASN sebagai berikut PNS berhak memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3)
jaminan pensiun dan jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh: 1) gaji dan tunjangan; 2) cuti; 3) perlindungan; dan 4)
pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1) jaminan kesehatan; 2) jaminan kecelakaan kerja; 3) jaminan kematian; dan 4) bantuan
hukum
Kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang
disebutkan dalam UU ASN adalah: 1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah; 2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan
yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4) menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan; 5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab; 6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
Manajemen ASN 14 7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 8) bersedia ditempatkan

106
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN: 1) melaksanakan
tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi; 2) melaksanakan tugasnya
dengan cermat dan disiplin; 3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan; 4)
melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 5)
melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
15 Manajemen ASN 6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara; 7)
menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan
efisien; 8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; 9)
memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; 10) tidak menyalahgunakan informasi
intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain; 11) memegang teguh nilai
dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan 12) melaksanakan ketentuan
peraturan perundangundangan mengenai
Fungsi kode etik , antara lain: 1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur
sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewanangan agar tindakannya dinilai baik.
Manajemen ASN 16 2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.

2. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN


Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Dalam sistem merit berbagai keputusan
dalam manajemen SDM didasari pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment,
kualifikasi dan kompetensi menjadi pertimbangan seseorang untuk menjadi pegawai ASN.
Sistem CAT (computer-assisted testing) yaitu model assessment atau penilaian dimana
kandidat/ calon menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan latihan) dengan menggunakan
komputer (menjadi bagian dalam program komputer), mampu menjamin transparansi,
efisiensi serta efektifitas dalam rekruitmen pegawai karena pengolahan sampai dengan

107
pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam komputer
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecatatan”.
Pelaksanaan sistem merit khususnya dalam :
1. Perencanaan:
a) perencanaan kebutuhan pegawai harus mendukung sepenuhnya tujuan dan
sasaran organisasi.
b) Proses pengadaan dilakukan untuk mendapatkan pegawai dengan kualitas yang
tepat dan berintegritas untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
c) Pegawai ditempatkan sesuai dengan perencanaannya (untuk memenuhi
kebutuhan organisasi) dan tidak berdasarkan preferensi individu/kelompok atau
pertimbanyan subyektif lainnya.
Dalam penerapannya dibutuhkan beberapa kondisi dalam formasi pegawai:
a. Pengisian formasi sampai dengan pengangkatan pegawai dilakukan sesudah
dilakukan penilaian yang terbuka dan adil.
b. Untuk menjamin keadilan dan transparansi, formasi pegawai harus
diinformasikan kepada semua orang tidak terkecuali.
2. Monitoring, Penilaian dan Pengembangan Disatu sisi, kegiatan monitoring
pegawai didasarkan sepenuhnya untuk memastikan bahwa pegawai digunakan secara
efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan organisasi (pegawai memberikan
kontribusi pada kinerja dan produktivitas organisasi). Jaminan merit sistem dalam
monitoring dan penilaian antara lain dapat diwujudkan dengan: a) Pangkat dan
jabatan dalam ASN diberikan berdasarkan kompetensi, kuaifikasi dan persyaratan
jabatan. b) Pengembangan karier ASN dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja yang mencerminkan kebutuhan instansi masing-
masing. c) Mutasi pegawai dilakukan dengan mempertimbangkan kualifikasi,
kompetensi dan kebutuhan isntansi. d) Penilaian kinerja dilakukan dengan dasar
kinerja sesungguhnya dari seorang pegawai. e) Promosi pegawai dilakukan dengan
berdasarkan pada kinerja pegawai dan bukan pada pertimbangan subyektif
Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Aturan kelembagaan untuk menjamin keberadaan sistem merit dalam pengelolaan

108
ASN. Lembaga-lembaga tersebut adalah: 1) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
yang diberikan kewenangan untuk melakukan monitoring dan evaluasi 2)
Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara (yang saat ini di sebut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi/kemen PAN dan RB) yang bertugas emberikan
pertimbangan kepada Presiden dalam penindakan Pejabat yang Berwenang dan
Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan Sistem merit dalam pengelolaan
ASN.

3. Mekanisme Pengelolaan ASN


Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola
aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini
adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan
penghargaan.
Manajemen ASN, terdiri dari :
a. Manajemen PNS dan PPK :
 Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan: Penyusunan kebutuhan jumlah
dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
 Pengadaan ; kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi
dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah
 Pengembangan Karier: Pengembangan karier PNS dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan
Instansi Pemerintah.
 Pola Karier : Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan
kebutuhan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan perlu
disusun pola karier PNS yang terintegrasi secara nasional.
 Promosi : Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif
antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh
jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama,
kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi
Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan
 Mutasi : Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu)

109
Instansi Pusat, antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi
Daerah, antar-Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan
Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri
 Penilaian Kinerja: Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin
objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem
karier.
 Penggajian dan Tunjangan: Pemerintah wajib membayar gaji yang adil
dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS
 Penghargaan : 1.tanda kehormatan; 2. kenaikan pangkat istimewa; 3.
kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau 4.
kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
 Disiplin ; PNS wajib mematuhi disiplin PNS. PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin
Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin diatur dengan Peraturan
Pemerintah. l).Pemberhentian PNS diberhentikan dengan hormat
karena: 1. meninggal dunia; 2. atas permintaan sendiri; 3. mencapai batas
usia pensiun; 4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini; atau 5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani
sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban. PNS
diberhentikan tidak dengan hormat karena: 1. melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 2. dihukum penjara atau kurungan 3.
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; 4. dihukum penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana. PNS
diberhentikan sementara, apabila: 1. diangkat menjadi pejabat negara; 2.
diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau 3.
ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana. Batas usia pensiun
yaitu: 1. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi; 2. 60
(enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; 3. sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan bagi Pejabat Fungsional.
 Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua: 1. meninggal dunia; 2. atas

110
permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu; 3. mencapai batas
usia pensiun; 4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini; atau 5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani
sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.
 Perlindungan : 1.jaminan kesehatan; 2. jaminan kecelakaan kerja; 3.
jaminan kematian; dan 4. bantuan hukum
b. Manajemen PPPK
 Penetapan Kebutuhan : Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis
beban kerja
 Pengadaan : dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman
lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan
pengangkatan menjadi PPPK.
 Penilaian Kinerja : Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan
Pejabat yang Berwenang pada Instansi Pemerintah masing-masing
 Penggajian dan Tunjangan : Gaji diberikan berdasarkan beban kerja,
tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan. Gaji dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara untuk PPPK di Instansi Pusat dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi Daerah.
Selain gaji PPPK dapat menerima tunjangan.
 Pengembangan Kompetensi : pengembangan kompetensi direncanakan
setiap tahun oleh Instansi Pemerintah
 Pemberian Penghargaan : Penghargaan dapat berupa pemberian: 1. tanda
kehormatan; 2. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau 3. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kenegaraan.
 Disiplin
 Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja : Pemutusan hubungan
perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena: 1. jangka
waktu perjanjian kerja berakhir; 2. meninggal dunia; 3. atas permintaan
sendiri; 4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pengurangan PPPK; atau 5. tidak cakap jasmani dan/atau
rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai

111
perjanjian kerja yang disepakati. Pemutusan hubungan perjanjian kerja
PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
karena: 1. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum 2. melakukan pelanggaran disiplin PPPK
tingkat berat; atau 3. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati
sesuai dengan perjanjian kerja. Pemutusan hubungan perjanjian kerja
PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena: 1. melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 2. dihukum penjara atau kurungan
berdasarkan putusan pengadilan 3. menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik; atau 4. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap .
 Perlindungan : Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: 1.
jaminan hari tua; 2. jaminan kesehatan; 3. jaminan kecelakaan kerja; 4.
jaminan kematian; dan 5. bantuan hukum.
B. Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi
a. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan pada tingkat
nasional.
b. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS
c. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan
kompetitif pada tingkat nasional atau antarkabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi.
d. Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari
kalangan non-PNS dengan persetujuan Presiden
e. Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia
dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah mengundurkan
diri dari dinas aktif apabila dibutuhkan dan sesuai
f. dengan kompetensi yang ditetapkan melalui proses secara terbuka dan
kompetitif.
g. Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat
diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan

112
peraturan perundang- undangan.
h. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi Instansi
Pemerintah.
i. Panitia seleksi menjalankan tugasnya untuk semua proses seleksi pengisian
jabatan terbuka untuk masa tugas yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian.
B. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
Untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan/atau madya, panitia seleksi
Instansi Pemerintah memilih 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu) lowongan
jabatan. Tiga nama calon pejabat pimpinan tinggi utama dan/atau madya yang
terpilih disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Pejabat Pembina
Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) kepada Presiden.
C. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah Pengisian jabatan
pimpinan tinggi madya di tingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Panitia seleksi
memili 3 (tiga) nama calon pejabat pimpinan tinggi madya untuk setiap 1 (satu)
lowongan jabatan. Tiga calon nama pejabat pimpinan tinggi madya yang terpilih
disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.
D. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang
mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi
syarat jabatan yang ditentukan
E. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Dalam
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. KASN
berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dalam hal: 1. pembentukan panitia seleksi; 2. pengumuman jabatan yang lowong;
3. pelaksanaan seleksi; dan 4. pengusulan nama calon. KASN berwenang

113
memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal: 1.
pembentukan panitia seleksi; 2. pengumuman jabatan yang lowong; 3.
pelaksanaan seleksi; 4. pengusulan nama calon; 5. penetapan calon; dan 6.
Pelantika
F. Pegawai ASN yang menjadi Pejabat Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara.
Pejabat negara yaitu: a. Presiden dan Wakil Presiden; b. Ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Ketua, wakil ketua, dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah; d. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah
Agung serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali
hakim ad hoc; e. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; f.
Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; g. Ketua, wakil
ketua, dan anggota Komisi Yudisial; h. Ketua dan wakil ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi; i. Menteri dan jabatan setingkat menteri; 63 Manajemen
ASN j. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; k. Gubernur dan wakil
gubernur; l. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan m. Pejabat
negara lainnya yang ditentukan oleh UndangUndang.
G. Organisasi Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki
tujuan: 1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan 2.
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Dalam mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps profesi ASN Republik Indonesia
memiliki fungsi: 1. pembinaan dan pengembangan profesi ASN2. memberikan
perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN Republik
Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalami masalah
hukum dalam melaksanakan tugas; 3. memberikan rekomendasi kepada majelis
kode etik Instansi Pemerintah terhadap pelanggaran kode etik profesi dan kode
perilaku profesi; dan 4. menyelenggarakan usaha untuk peningkatan
kesejahteraan anggota korps profesi ASN Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan. d. Sistem Informasi ASN Untuk
menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN

114
memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN. Data Pegawai ASN paling
kurang memuat: 1. data riwayat hidup; 2. riwayat pendidikan formal dan non
formal; 3. riwayat jabatan dan kepangkatan; 4. riwayat penghargaan, tanda jasa,
atau tanda kehormatan; 5. riwayat pengalaman berorganisasi; 6. riwayat gaji; 7.
riwayat pendidikan dan latihan; 8. daftar penilaian prestasi kerja; 9. surat
keputusan; dan kompetensi. e. Penyelesaian Sengketa Sengketa Pegawai ASN
diselesaikan melalui upaya administrative.
Daftar Pustaka

- Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Wawasan Kebangsaan, Lembaga Administrasi Negara, 2019
- Modul Pelatihan Dasar CPNS, Isu Kontemporer, Lembaga Administrasi Negara,2019
- Modul Pelatihan Dasar CPNS, Kesiapsiagaan Bela Negara, Lembaga Administrasi Negara,2019
- Modul Berorientasi Pelayanan, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga
Administrasi Negara, 2019
- Modul Akuntabel, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara,
2021
- Modul Kompeten, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara,
2021
- Modul Harmonis, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara,
2021
- Modul Loyal, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara, 2021
- Modul Adaftif, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara,
2021
- Modul Kolaboratif, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara,
2021
- Modul SMART ASN, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi
Negara, 2021
- Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Manajemen Aparatur Sipil Negara, Lembaga Administrasi
Negara, 2017

115

Anda mungkin juga menyukai