Anda di halaman 1dari 1

Kejatuhan Mobutu di Zaire

Pada 1974 Kongo sempat jadi sangat terkenal di seluruh dunia. Kala itu kota Kinshasa menjadi
tuan rumah pertandingan akbar antara Muhammad Ali melawan George Foreman dalam
perebutan gelar juara dunia tinju kelas berat—sebuah pertarungan yang disebut Harry Carpenter,

Presiden Kongo Mobutu Sese Seko memang berambisi menggelar pertandingan yang dikenal
dengan nama The Rumble in the Jungle itu.

Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Mobutu tak pernah jauh dari kontroversi.

Setelah kudeta berdarah mewarnai jalan Mobutu mencapai puncak pemerintahan, ia kemudian
membangun kekuatan tunggal dengan menghabisi lawan-lawan politiknya.

Ideologi politik Mobutu memang unik. Ia tak pernah menyatakan dirinya ada di haluan kiri
maupun kanan. Ideologi yang ia bangun adalah authenticitè, sebuah gerakan "pemurnian" yang
berusaha mengusir pengaruh Barat dalam kebudayaan Kongo.

Usaha terakhir Mobutu mempertahankan kepemimpinannya adalah mengusir etnik Tutsi, sebuah
etnik yang sangat keras melakukan pemberontakan, untuk keluar dari Zaire.

Pasukan pemberontak yang dipimpin Laurent-Désiré Kabila kemudian melakukan long-march


menuju Kinshasa pada Maret 1997.

Saat itu fisik Mobutu sangat lemah akibat kanker prostat yang memaksanya menjalani
pengobatan di Swiss. Pasukan militer yang loyal kepadanya tak bisa berbuat banyak melawan
pemberontak. Pemerintahan sang diktator korup akhirnya berhasil dijatuhkan.

Di tengah gerogotan kanker, Mobutu diasingkan ke Togo. Namun ia diusir beberapa hari
kemudian karena Presiden Togo Gnassingbé Eyadéma tak mau menampungnya. Sejak Mei 1997
Mobutu lebih banyak menghabiskan hari-harinya di Rabat, Maroko sebelum kanker prostat
merenggut nyawanya pada 7 September 1997.

Anda mungkin juga menyukai