Anda di halaman 1dari 1

Pertanyaan :

Nilai etika apa yang membedakan film The Lorax dan Guru Bangsa: Tjokroaminoto?

Jawaban :
The Lorax
Film The Lorax mengambil tema tentang pelestarian lingkungan beserta ekosistemnya. Film yang
diangkat dari buku cerita anak-anak ini sarat akan pesan moral, terutama mengenai pentingnya
menjaga lingkungan. Permasalahan mengenai lingkungan hidup memang menjadi hal yang krusial
di masa sekarang. Semakin berkurangnya hutan dan pohon mendorong berkurangnya jumlah udara
bersih. Film ini menggambarkan sisi tamak manusia dalam mengeksploitasi alam. Tak jarang demi
memperbanyak pundi-pundi kekayaan, manusia lupa akan kelestarian alam itu sendiri. Pesan yang
dapat kita ambil dari film ini adalah kita harus menjaga kelestarian lingkungan agar kita bisa tetap
menikmati sumber daya yang disediakan oleh alam. Menjaga kelestarian lingkungan adalah hal
yang sangat penting. Alam ini tidak dapat kita jaga sendirian, sehingga kita harus mengajak sesama
manusia untuk bersama-sama menjaga alam ini.. Para generassi muda saat ini diharapkan dapat
mencintai alam dengan cara memelihara dan merawat alam sekitar. Alam sekitar yang akan
dirawat dan dipelihara dimulai dari pohon. Pohon memiliki banyak sekali manfaat bagi manusia.
Salah satu manfaat yang utama adalah pohon menghasilkan oksigen dari hasil fotosintesis dengan
bantuan cahaya matahari. Oksigen ini sangat dibutuhkan manusia untuk bernafas. Manusia dapat
memperoleh oksigen dengan gratis melalui pohon, sehingga kita sebagai manusia harus
memelihara dan merawat pohon. Selain itu, film ini juga mengajarkan kita untuk selalu
bertanggung jawab. Sifat tanggung jawab ini wajib dimiliki oleh setiap manusia atas segala
perbuatan yang telah dilakukannya agar tidak menyesal di kemudian hari. The Oce-Ler tidak
mendengarkan amanat The Lorax untuk menjaga hutan dengan baik. Ia terlalu tamak dan
mengeksploitasi hutan dengan menebang seluruh pohon untuk dijadikan produk gagasannya yang
bernama Thneed. Hal ini mengakibatkan hutan rusak. Pohon telah punah dan oksigen sulit
didapatkan seperti sedia kala. Ia hanya bisa menyesali perbuatannya akibat melalaikan tanggung
jawab yang telah diamanatkan.

Guru Bangsa: Tjokroaminoto


Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto sarat akan nilai moral. Film ini mengajarkan kita untuk berani
melawan sesuatu yang salah. Kaum elit baik pribumi maupun Belanda melakukan penindasan
terhadap rakyat jelata. Hal ini yang mendorong Tjokroaminoto untuk bertindak agar tidak ada lagi
penindasan terhadap rakyat jelata. Film ini juga memperkenalkan konsep hijrah dan iqra. Hijrah
bukan hanya berpindah dari tempat yang buruk ke tempat yang baik namun lebih luas, konsep
hijrah menurut Tjokroaminoto adalah emansipasi mental dan fisik dari yang terjajah menjadi yang
merdeka. Iqra bukan hanya sekedar membaca tulisan, namun membaca yang dimaksud disini
adalah membaca situasi dan kondisi sekitar yang nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam bertindak. Selain itu, film ini menggambarkan sosok Tjokroaminoto yang moderat dan
kooperatif. Hal ini terlihat ketika Tjokroaminoto menjadi ketua SI, SI tidak pernah berniat
menentang ketenteraman dan ketertiban di bawah kekuasaan kolonial Belanda meskipun sedang
berjuang untuk kemajuan bumiputera. Sifat moderat dan kooperatif ini dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari selama untuk kebaikan bersama. Dan terakhir, film ini mengajarkan nilai-
nilai kemanusiaan, pluralisme dan anti kekerasan. Tjokroaminoto memiliki kepedulian terhadap
rakyat jelata yang tertindas, memperjuangkan hak-hak mereka untuk diperlakukan sama rata
dengan yang lainnya tanpa melibatkan kekerasan untuk mencapai tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai