Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Lingkungan adalah tempat hidup semua makhluk yang ada di bumi,
khususnya manusia. Apabila seseorang membicarakan lingkungan hidup,
biasanya yang terpikirkan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang berada disekitar
manusia. (Soekanto, 2007:3), karena setiap makhluk memiliki hubungan timbal
balik dengan alam sekitarnya. Menurut Muhammad Fadli (dalam
www.frozpedia.com, diunduh tanggal 28 November 2013) manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa individu yang lain dan lingkungan
sekitarnya. artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang saling membutuhkan satu
sama lain.
Manusia mendapatkan unsur-unsur yang diperlukannya dari lingkungan,
karena manusia merupakan makhluk yang dianugrahi akal sehat. dengan adanya
pengelompokan individu-individu masyarakat, terciptalah suatu budaya. budaya
itu sendiri merupakan wujud dari perilaku masyarakat yang sudah tertanam dalam
kehidupan dan tidak terlepas dari perkembangan zaman yang pada hakikatnya
membawa dampak positif dan negatif bagi keberlangsungan hidup.
kalau memperhatikan kehidupan lingkungan, mungkin dapat dirasakan atau
akan tampak adanya lingkungan yang berbeda-beda didalam kehidupan manusia.
misalnya, lingkungan perkotaan dan lingkungan perdesaan, lingkungan pertanian,
dan seterusnya. sudah tentu lingkungan-lingkungan tersebut tidak terjadi begitu
saja secara kebetulan. lingkungan terjadi karena adanya hubungan timbal balik
antara organisme-organisme hidup tertentu, yang membentuk suatu keseimbangan
tertentu (Soekanto,2007:340-341).
Oleh karena manusia sangat membutuhkan lingkungan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan hidup, menjaga dan melestarikan ekosistim lingkungan
menjadi kewajiban bagi manusia. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
adalah tanggung jawab bersama. Ada satu fenomena menarik dimasyarakat,
dimana tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat akan lingkungan hidup dan
alam masih rendah. Dan itu berpengaruh pada kehidupan masyarakat di
lingkungan sekitar pemukiman. Pada dasarnya dukungan penuh pemanfaatan
lingkungan sesungguhnya ada dalam undang-undang dan peraturan-peraturan
tentang lingkungan. Seperti pada pasal pasal 28H ayat 1 UUD 1945, dijelaskan
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan”.
Berbagai siklus kehidupan makhluk hidup tersedia dilingkungan sekitar
manusia. Hanya saja tindakan eksploitasi alam sering kali menjadi ancaman bagi
berbagai siklus kehidupan makhluk hidup tersebut. Alih fungsi kawasan hutan
misalnya, menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan hidup serta
lingkungan sosial.
Tindakan eksploitasi tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Sering
sekali eksploitasi alam didorong oleh sifat tidak pernah merasa cukup dan tidak
menganggap bahwa alam sebagai lingkungan yang harus dilindungi. Dalam
perspektif kriminologi, eksploitasi alam merupakan perbuatan melawan hukum
yang terorganisir (Organized crime). eksploitasi alam juga melibatkan banyak
pihak yang saling berkaitan peranannya satu sama lain.
Praktek eksploitasi alam sangat dekat dengan kita. Misalnya di kecamatan
Tambusai Utara kabupaten Rokan Hulu terdapat kawasan hutan yang harusnya
dilindungi karena merupakan kawasan habitat hidup spesies Arwana mahato yang
ditetapkan oleh WWF sebagai spesies arwana tertua di dunia kini sudah terancam
punah akibat tidak ada upaya konservasi serta terjadinya alih fungsi kawasan
hutan dan rawa menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit.
Bagi masyarakat desa Mahato, membuka hutan dikawasan rawa seribu tempat
habitat Arwana Mahato tidak akan menimbulkan dampak yang berkepanjagan.
Akibat dari kebutuhan masyarakat terhadap lapangan pekerjaan dan keserakahan
oknum yang tidak pernah merasa puas untuk membuka hutan dikawasan rawa
seribu menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit. Minimnya kesadaran menjadi
masalah yang fundamental dalam fenomena ini.
Berdasarkan keputusan Bupati nomor 169 tahun 2009 tentang penunjukan
kawasan hutan produksi terbatas Mahato kanan (rawa seribu) seluas 3.700 HA
sebagai kawasan konservasi ikan arowana, pemerintah telah melakukan langkah
awal sebagai upaya preventif dalam rangka melakukan upaya konservasi. Hanya
saya praktek yang terjadi dilapangan adalah pembukaan hutan secara eksploitatif
tidak kunjung berhenti dan tidak ada upaya konservasi yang berjalan. Pengawasan
Pelaksanaan keputusan ini masih menjadi misteri.
Alam mempunyai hak untuk tidak dieksploitasi. Hak-hak tersebut diakomodir
dalam berbagai peraturan-peraturan yang ada di Indonesia. Pelaksanaan daripada
kegitan eksploitasi alam harus dibentengi dengan penanaman serta pemahaman
tentang etika lingkungan dan juga pemahaman terhadap berbagai peratuan yang
berlaku di negara ini.

1.3 Indikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya sebagai
berikut, kurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan dapat terlihat dari
sikap dan adanya kesadaran dalam kehidupan sosial budaya masyarakat bisa
dilihat dari tingkah perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Kesadaran terhadap lingkungan pada tiap individu atau kelompok sosial
yang ada maka terwujud dalam satu pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang
saling mendukung dalam pengembangan lingkungan, sehinggan individu atau
kelompok sosial tersebut akan menjaga dan melestarikan lingkungan sekitarnya.
Ancaman terhadap kepunahan spesies arwana mahato akibat eksploitasi alam
menjadi landasan pentingnya penulisan makalah ini. Agar dapat menggambarkan
serta memberi pemahaman tentang fenomena yang terjadi didesa Mahato,
kecamatan Tambusai Utara, kabupaten Rokan Hulu.

1.3 Rumusan Masalah


Dari indikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah antara lain
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan eksploitasi alam?
2. Bagaimana pemahaman masyarakat desa Mahato tentang eksploitasi alam?
3. Bagaimana keterkaitan eksploitasi alam terhadap terancamnya habitat Arwana
mahato?

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk
1.
2. Mengetahui pemahaman masyarakat desa Mahato tentang eksploitasi alam dan
pentingnnya menjaga lingkungan.
3. Mendeskripsikan ancaman kepunahan spesies Arwana Mahato akibat
eksploitasi alam di kawasan rawa seribu sebagai habitat Arwana Mahato.

BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Defenisi Eksploitasi Alam
Secara etimologis, kata “eksploitasi” berasal dari bahasa inggris yaitu
“exploitation”, yang berarti secara politis menggunakan subyek tertentu dengan
cara sewenang-wenang. Secara umum Eksploitasi adalah tindakan yang bertujuan
mengambil keuntungan dari sesuatu yang digunakan secara berlebihan dan
sewenang-wenang. Tindakan eksploitasi ini umumnha menimbulkan kerugian
berbagai pihak.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), eksploitasi alam adalah
penggunaan alam untuk meraih keuntungan sendiri, penghisapan, pemerasan
orang lain yang tidak terpuji.

Anda mungkin juga menyukai