PENDAHULUAN
dengan alam. Alam yang dimaksud adalah lingkungan sekitar dan seluruh
isinya yaitu sumber daya yang ada didalamnya atau dengan kata lain adalah
matahari, rumah dan sebagainya.1 Lingkungan fisikal atau fisik dapat berupa
alam fisik yang terdiri dari alam bendawi atau alam material, dan juga
termasuk istilah dunia dalam arti bola bumi, karena bola bumi adalah
1
Sukari, dkk. 2004, Kearifan Lokal Di Lingkungan Masyarakat Tengger Kabupaten Pasuruan
Propinsi Jawa Timur, Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata, Yogyakarta, hlm. 1.
2
Syamsul Arifin, 2012, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia,
PT. Sofmedia, Jakarta, hlm. 47-48.
1
2
daya alam atau bahan baku dari lingkungan untuk dimanfaatkan sebagai
tidak sebanding dengan ketersediaan sumber daya alam atau bahan baku
Maka dari sini peran manusia terhadap lingkungan sangat berpengaruh. Jika
3
Ibid. hlm. 49.
4
Marhaeni Ria Siombo. 2012. Hukum Lingkungan Dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan
Di Indonesia. PT Gramedia. Jakarta, hlm. 13.
3
itu tidak diatur, maka akan terjadi kekacauan yang dapat menggangu
jalannya proses sistem ekologi dunia yang utuh menyeluruh, yang mungkin
lingkungan yang baik dan sehat. Lingkungan hidup yang sehat dan baik
merupakan hak asasi dari setiap masyarakat atau warga Indonesia yang
mana hak tersebut dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28
H ayat (1), yang tertulis bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
5
Syamsul Arifin., Op. Cit. hlm 51.
6
Marhaeni Ria Siomb, Op. Cit., hlm 1.
4
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
tiap orang untuk ambil bagian dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup
demi mencapai lingkungan hidup yang sehat dan baik. Hal ini berdasarkan
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
yang baik dan sehat selain menjadi hak tiap orang juga merupakan
Lingkungan hidup yang sehat dan baik tentu dapat tercapai melalui
lingkungan hidup yang baik bagi setiap orang. Peran masyarakat berkaitan
nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.” Hal ini berarti
pengetahuan, keterampilan, tata nilai dan etika yang mengatur tatanan sosial
komunitas yang terus hidup dari generasi ke generasi.8 Kearifan lokal yang
ada didalam masyarakat dapat dipandang sebagai salah satu cara yang arif
7
Rohana Sufia, dkk, 2016, Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup (Studi Kasus
Masyarakat Adat Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi), Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 1 No. 4, Pendidikan Geografi Pascasarjana-Universitas
Negeri Malang, hlm 727.
8
Husni Thamrin, 2016, Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan (The Lokal Wisdom in
Environmental Sustainable), Kutubkhanah, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol. 16 No. 1, hlm 46.
6
yang tidak bisa dijelaskan.9 Semakin lama kearifan lokal dipandang sebelah
teknologi. Posisi kearifan lokal saat ini berada dalam posisi yang lemah. Hal
9
Marhaeni Ria Siomb, Op. Cit., hlm. 14-15.
10
Husni Thamrin, Loc. Cit.
7
masih dapat dijumpai dan masih dilaksanakan hingga pada saat ini. Hal ini
temurun dan terus dilestarikan hingga saat ini. Salah satu kearifan
Unan sampai saat ini dapat menjadi bukti bahwa masyarakat Tengger
era modernisasi ini kearifan lokal masih mendapat tempat yang tinggi dalam
lokal seharusnya tidak hanya diakui oleh masyarakat Tengger saja, Negara
juga harus untuk mengakui dan menghormati budaya dan kearifan lokal. Hal
ini sesuai dengan yang dirumuskan dalam Pasal 18 B ayat (2) Undang-
11
J. Nicolaas Warouw, dkk, 2012, Inventarisasi Komunitas Adat Tengger Desa Ngadisari
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, Cetakan Pertama, Balai Pelestarian
Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 64.
8
ayat (2) yang berisikan hak setiap orang atas kebebasan meyakini
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang berisikan
lokal dalam Pasal 1 angka 12 yang berisi tentang pengertian kearifan lokal,
hidup, Pasal 5 ayat (1) huruf j mengenai tugas pemerintah daerah untuk
9
lokal yang harus dilindungi dan diakui. Peran masyarakat Tengger akan
sangat mudah diketahui jikalau upacara Unan Unan diakui dan dilindungi
B. Rumusan Masalah
1. Apa wujud kearifan lokal yang terdapat dalam upacara Unan Unan yang
C. Tujuan Penelitian
hidup.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hukum Adat.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
E. Keaslian Penelitian
dikemukakan dalam penelitian ini baru pertama kali diteliti. Penelitian ini
plagiasi dari karya penulis lain. Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa
penelitian ini sudah pernah diteliti maka hasil penelitian yang sama ini
1. Identitas Penulis
2) NIM : 09/280535/KT/06409
Yogyakarta
13
b. Rumusan Masalah
1) Apa saja dan bagaimana kearifan lokal yang ada pada Dusun
sumberdaya hutan?
c. Hasil Penelitian
kawolu.
kearifan lokal.
2. Identitas Penulis
2) NIM : 031111178
15
Hidup.
b. Rumusan Masalah
Lingkungan Hidup.
c. Hasil Penelitian
lingkungan hidup,.
3. Identitas Penulis
2) NIM : A14204049
b. Rumusan Masalah
c. Hasil Penelitian
pengelolaan lingkungan.
lokal.
F. Batasan Konsep
1. Peran
suatu peranan.12
12
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Loc. Cit.
19
2. Masyarakat Tengger
memiliki arti sebagai tanda atau ciri yang memberikan sifat khusus
13
J. Nicolaas Warouw, dkk, Op. Cit., hlm. 13.
14
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
20
4. Lingkungan Hidup
5. Kearifan Lokal
membebaskan desa dari segala mara bahaya dan gangguan roh jahat,
15
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
16
Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
21
Tengger.17
7. Masyarakat Adat
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
kearifan lokal.
17
J. Nicolaas Warouw, dkk, Op. Cit., hlm. 64
18
Tim Penyusun Kementerian Desa, PDT, dan Tansmigrasi, 2015, Tanya Jawab Seputar Undang-
Undang Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
Dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta Pusat, hlm. 25
22
Kabupaten Malang.
sehat.
Lingkungan Hidup.
4. Lokasi Penelitian
masih melestarikan budaya dan upacara adat dan Dusun Ngadas sebagai
19
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2015, Pedoman Penulisan Hukum/Skripsi,
hlm 8-9.
27
Malang.
a. Responden:
20
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengatar Metode Penelitian Hukum, 2004, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta, hlm 95.
28
Poncokusumo.
b. Narasumber:
Malang dan Ibu Lani Masruro, SE., M.Si. selaku Kepala Bidang
Malang.
a. Wawancara
21
Noor Wahyuni, 2014, In-Depth Interview (Wawancara Mendalam),
https://qmc.binus.ac.id/2014/10/28/in-depth-interview-wawancara-mendalam, diakses 12 Februari
2018
29
b. Studi Kepustakaan
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.22 Metode berpikir dalam
yang khusus dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
BAB I: PENDAHULUAN
22
Boglan dan Biken dalam Moleong, Lexy J., 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,
PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 248.
30
skripsi.
berbasis kearifan.