WILOPO
(3 April 1952-3 Juni 1953
Kelompok 3:
1.
Euis Sumarni
2.
3.
M. Khemalsyah
4.
5.
Riki Mainal
KABINET WILOPO
PROSES
TERBENTUK
PROGRAM
KERJA
PARTAI
PENDUKUN
G
BERAKHIRNY
A KABINET
PROSES TERBENTUKNYA
KABINET
wilopo terbentuk setelah berakhirnya
Kabinet
Kabinet
sebelumnya yaitu Kabinet Sukiman. Hal ini dikarenakan
Kabinet
Soekiman
menandatangani
persetujuan
bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat
kepada Indonesia atas dasar Mutual Security Act (MSA).
Persetujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia
telah memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan
dengan prinsip dasar politik luar negeri Indonesia yang
bebas aktif. Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI
atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya
menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
dan
meng
2.
Kemakmuran
Keamanan
4. Perburuhan
Memperlengkap perundang-undangan perburuhan untuk
meningkatkan derajat kaum buruh guna menjamin proses
produksi nasional.
5. Pendidikan dan Pengajaran
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan
pendidikan dan pengajaran.
6. Luar Negeri
a. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif yang
sesuai dengan
kewajiban kita dalam kekeluargaan bangsabangsa
dan
dengan
kepentingan
nasional
menuju
perdamaian dunia.
b. Menyelesaikan penyelenggaraan perhubungan Indonesia
Belanda atas dasar Unie-statuut menjadi hubungan
berdasarkan
perjanjian
internasional
biasa
dan
menghilangkan hasil-hasil Konferensi Meja Bundar yang
merugikan rakyat dan Negara.
c. Meneruskan perjuangan memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah Indonesia secepatnya.
BERAKHRINYA KABINET
Faktor - faktor yang Menyebabkan Kabinet
Wilopo Jatuh:
Masalah ekonomi yaitu adanya kondisi krisis
ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga
barang-barang
ekspor
Indonesia
sementara
kebutuhan impor terus meningkat. Penerimaan
negara menjadi menurun.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara
yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi
penurunan hasil panen sehingga membutuhkan
biaya besar untuk mengimport beras.