Anda di halaman 1dari 13

MASA PEMERINTAHAN KABINET

WILOPO

Kelompok :
Arkhan savero (08)
Auzan faiq (09)
Galuh fajar (10)
M. Juang (23)
Nur Ali farda (27)
Saiful geofani (29)
KABINET WILOPO

PROSES PROGRAM PARTAI BERAKHIRNYA


TERBENTUK KERJA PENDUKUNG KABINET
PROSES TERBENTUKNYA KABINET

Kabinet wilopo terbentuk setelah berakhirnya Kabinet


sebelumnya yaitu Kabinet Sukiman. Hal ini dikarenakan Kabinet
Soekiman menandatangani persetujuan bantuan ekonomi dan
persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual
Security Act (MSA). Persetujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa
Indonesia telah memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan
dengan prinsip dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman
sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR
akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Atas dasar itu pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden
Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto (PNI) dan Prawoto
Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur, yang diminta oleh
Presiden Soekarno kepada formatur ialah sebuah kabinet yang
kuat dan mendapat dukungan cukup dari parlemen. Usaha kedua
formatur untuk membentuk kabinet yang kuat menemui
kagagalan, sebab tidak ada kesepakatan tentang calon – calon
yang akan didudukkan di dalam kabinet. Pada tanggal 19 kedua
formatur itu mengembalikan mandatnya dan Presiden Soekarno
menunjuk Mr. Wilopo (PNI) sebagi formatur baru.
Akhirnya setelah berusaha selama 2 minggu, pada tanggal 30
Maret Mr. Wilopo mengajukan susunan kabinetnya yang terdiri atas :

 PNI dan Masyumi masing-masing jatah empat orang


 PSI dua orang
 PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia), Parkindo (Partai Kristen
Indonesia), Parindra (Partai Indonesia Raya), Partai Buruh, dan Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII) masing - masing satu orang dan
golongan tak berpartai tiga orang
PROGRAM KERJA KABINET

1. Organisasi Negara

a. Melaksanakan pemilihan umum untuk konstituante dan


Dewan -dewan Daerah (konstituante, DPR, dan DPRD).
Program untuk menyelenggarakan pemilu ini
merupakan program yang diutamakan dalam kabinet Wilopo.
b. Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi
daerah.
c. Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat.
2. Kemakmuran

a. Memajukan tingkat penghidupan rakyat dan mempertinggi


produksi nasional, terutama bahan makanan rakyat, dan
b. Melanjutkan usaha perubahan agraria

3. Keamanan

Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan


dengan kebijaksanaan sebagai negara hukum, menyempurnakan organisasi
alat-alat kekuasaan negara, dan mengembangkan tenaga masyarakat untuk
menjamin keamanan dan ketentraman.
4. Perburuhan
Memperlengkap perundang-undangan perburuhan untuk meningkatkan derajat kaum
buruh guna menjamin proses produksi nasional.

5. Pendidikan dan Pengajaran


Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran.

6. Luar Negeri
a. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif yang sesuai dengan kewajiban
kita dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan dengan kepentingan nasional menuju
perdamaian dunia.
b. Menyelesaikan penyelenggaraan perhubungan Indonesia Belanda atas dasar
Unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa dan
menghilangkan hasil-hasil Konferensi Meja Bundar yang merugikan rakyat dan Negara.
c. Meneruskan perjuangan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Indonesia
secepatnya.
PARTAI PENDUKUNG KABINET

 Kabinet Wilopo mendapat dukungan koalisi dari PNI, Masyumi dan


PSI.
 Partai Sosialis Indonesia (PSI) didukung oleh kaum intelektual Jakarta
tetapi hanya mendapat sedikit dukungan umum dikota-kota lainnya.
 Basis utama Partai Nasional Indonesia (PNI) ialah didalam birokrasi
dan kalangan para pegawai kantor.

Motivasi partai-partai mendukung pemerintahan yaitu agar


mereka duduk di dalam parlemen dengan praktik “politik dagang sapi”
yang hanya menguntungkan segelintir elite politik.
BERAKHRINYA KABINET

Faktor - faktor yang Menyebabkan Kabinet Wilopo Jatuh:


 Masalah ekonomi yaitu adanya kondisi krisis ekonomi yang
disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang ekspor Indonesia
sementara kebutuhan impor terus meningkat. Penerimaan negara
menjadi menurun.

 Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang


berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunan hasil panen
sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
 Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang
mengancam keutuhan bangsa yang harus segera diselesaikan. Di beberapa
tempat, terutama di Sumatera dan Sulawesi timbul rasa tidak puas terhadap
pemerintahan pusat

 Munculnya sentimen kedaerahan akibat ketidakpuasan terhadap


pemerintahan. Mereka juga menuntut diperluasanya hak otonomi daerah.

 Reorganisasi (profesionalisasi tentara) : menimbulkan kericuhan di


kalangan militer yang menjurus ke arah perpecahan. Terjadi Peristiwa 17
Oktober 1952 yaitu adanya konflik ditubuh angkatan darat (tentara) dan
politisi sipil (DPR) yang diawali dari upaya pemerintah untuk menempatkan
TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai
politik sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya.
 Munculnya Peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan
tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Perkebunan tersebut adalah
perkebunan milik orang asing, yaitu perkebunan kelapa sawit, teh, dan
tembakau. Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan
pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan mengembalikan lahan
perkebunan mereka kembali serta memiliki tanah-tanah perkebunan.
Pemerintah menyetujui tuntutan dari pengusaha asing ini dengan
alasan akan menghasilkan devisa dan akan menarik modal asing lainnya
msuk ke Indonesia. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan
pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di
Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada tanggal 16
Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar
Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak


percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo.
Peristwa Tanjung Morawa ini dijadikan sarana oleh kelompok
yang anti kabinet dan pihak oposisi lainnya untuk mencela
pemerintah. Akibatnya Kabinet wilopo mengembalikan mandatnya
kepada presiden pada tanggal 2 Juni 1953 tanpa menunggu mosi
itu diterima oleh parlemen.

Anda mungkin juga menyukai