Anda di halaman 1dari 4

Program Kerja Kabinet Sukiman

Berdasarkan tulisan Abdurakhman dan kawan-kawan dalam Sejarah Indonesia (2018:55), jelas bahwa


Kabinet Sukiman ikut serta mengatur beberapa aspek kenegaraan saat menjadi formatur negara.

Mulai dari program, portofolio, komposisi personalia, pelaksanaan dan tanggung jawab, diatur sedemikian
rupa demi kepentingan kabinet dan pemerintahan Indonesia.

Lebih fokus tentang program kerjanya, dalam RPP (salindia 9) dituliskan, adanya skala prioritas terhadap
keamanan dan ketertiban negara. Hal tersebut dilakukan kabinet ini demi menanggulangi pemberontakan
yang pernah terjadi di Indonesia saat itu.

Berikut isi program kerjanya (Nansy Rahman, 2020:26):

 Memberikan jaminan keamanan dan ketentraman negara


 Berusaha memakmurkan rakyat dan membarui hukum agrarian (sesuai kepentingan petani)
 Mempercepat persiapan untuk pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)
 Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif dan menjadikan Irian Barat untuk masuk ke wilayah RI
 Mempersiapkan UU yang mengatur serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan UMR, dan
penyelesaian pertikaian buruh.

Penyebab Jatuhnya Kabinet Sukiman


Salah satu program kerja menyertakan bahwa Kabinet Sukiman melaksanakan “politik luar negeri bebas
aktif”. Dalam pelaksanaannya, kabinet ini diklaim salah langkah dan memihak blok barat, yakni Amerika
Serikat.

Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan persetujuan bantuan ekonomi dari Amerika Serikat kepada
negara Indonesia, dikenal dengan nama “Mutual Security Act” (MSA). Oleh karena itu, Kabinet Sukiman
dianggap melanggar politik luar negeri bebas aktif dan diklaim sudah ikut serta menjalankan kepentingan
Amerika Serikat.

Bukan hanya itu, penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman juga terjadi akibat kurang harmonisnya hubungan
mereka dengan pihak militer. Terlebih lagi, saat itu pemberontakan yang terjadi tidak dituntaskan dengan
baik, misalnya yang terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Kedua poin ini membawa kelahiran “mosi tidak percaya” kepada Kabinet Sukiman. Tepat pada tanggal 23
Februari 1952 (sebelum masa jabat habis), Kabinet Sukiman sudah menyerahkan mandatnya kembali
kepada Sukarno, Presiden RI.

Program Kerja Kabinet Wilopo

Salah satu faktor penyebab jatuhnya Kabinet Wilopo di Indonesia adalah kabinet tersebut dianggap
bersalah dalam penyelesaian permasalahan tanah perkebunan di Sumatra Timur yang terdapat perkebunan
modal asing terutama tembakau

Melansir dari Modul Sejarah Kelas XII, berikut ini merupakan program kerja Kabinet Wilopo yang terdiri
dari dua program kerja, yakni program kerja dalam negeri dan program kerja luar negeri.
Program kerja dalam negeri Kabinet Wilopo meliputi:

 menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan Konstituante, DPR, dan DPRD;
 meningkatkan kemakmuran rakyat;
 meningkatkan pendidikan rakyat;
 pemulihan stabilitas keamanan negara.

Sementara, program kerja luar negeri Kabinet Wilopo meliputi:

 penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda;


 pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia;
 menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.

Akhir Kekuasaan Kabinet Wilopo

Kabinet Wilopo menghadapi berbagai persoalan selama menjabat. Menurut modul Perkembangan


Kehidupan Politik persoalan-persoalan tersebut antara lain:

1. Krisis Ekonomi

 Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport
Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
 Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi
penurunan hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimpor beras.

2. Munculnya gerakan separatis


Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu
disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
3. Konflik politik di internal TNI dan pemerintahan
Peristiwa 17 Oktober 1952 yang merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil
memicu sikap tidak senang di kalangan partai politik. Hal tersebut dipandang akan membahayakan
kedudukan partai politik.

Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI yang berhubungan dengan kebijakan
KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno. Hal tersebut menyebabkan ia
mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan
parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen.

Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto
dalam memulihkan keamanan di Sulawesi Selatan. Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di
berbagai daerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu, TNI-AD yang dipimpin Nasution
menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan. Namun, saran tersebut ditolak.

Kemudian, muncul mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang
dan mengecam kebijakan KSAD. Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna
menekan Sukarno agar membubarkan kabinet.
4. Muncul peristiwa Tanjung Morawa

Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan
memiliki tanah-tanah perkebunan.

Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para
petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya.

Tanggal 16 Maret 1953 muncul aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap
telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI.
Akibatnya, terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh.

Intinya, peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para
petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).

Kekuasaan kabinet Wilopo berakhir setelah peristiwa Tanjung Morawa. Setelah peristiwa tersebut,
muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo sehingga Wilopo
harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Selama menjabat di pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo memiliki sejumlah program kerja.
Berdasarkan "Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia" berikut daftar program kerja di masa
pemerintahan Perdana Menteri Ali I:

 Meningkatkan keamanan dan kemakmuran.


 Menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) dengan segera.
 Membebaskan Irian Barat secepatnya.
 Melaksanakan politik bebas-aktif.
 Meninjau kembali persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB).
 Menyelesaikan pertikaian politik.

Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I Selama masa pemerintahannya berlangsung, Kabinet Ali
Sastroamijoyo I mampu menoreh beberapa prestasi. Berikut tiga prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo seperti
yang dikutip dari e-modul "Sejarah SMA":

Penyebab Jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I


Meskipun menorehkan sejumlah prestasi, pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I hanya mampu
bertahan selama dua tahun. Ali terpaksa harus mengembalikan mandatnya kepada presiden Soekarno pada
1955.
1. Hal ini dipicu oleh serangkaian permasalahan yang terjadi selama masa pemerintahan kabinet,
termasuk:
Konflik antaran PNI dan NU, menyebabkan NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet.
2. Terjadi masalah keamanan akibat pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan
Aceh.
3. Terjadi konflik internal antara kabinet dengan TNI-AD. Maraknya korupsi dan inflasi
menyebabkan kondisi ekonomi memburuk.
Program Kerja Kabinet Burhanuddin Harahap
Ernawati menyebutkan bahwa, dalam melaksanakan tugas dan fungsi kabinetnya, Burhanuddin Harahap
hanya melengkapi dan menyempurnakan beberapa hal yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam
program kerjanya.
Di bawah kepemimpinanya sebagai perdana menteri, Indonesia melangsungkan pemilihan umum yang
pertama pada tahun 1955. Selain itu, pada masa kabinet ini pergerakan ekonomi negara relatif baik.
Secara lengkap, berikut ini program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap yang dikutip dari modul Sejarah
Indonesia (2020:29) , yaitu:
1. Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah, kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat kepada Pemerintah.
2. Melaksanakan pemilu menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyegerakan terbentuknya
Parlemen yang baru.
3. Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
4. Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
5. Memberantas korupsi.
Kejatuhan Kabinet Burhanuddin Harahap
Secara umum, kabinet Burhanuddin Harahap berhasil dalam menuntaskan program-program kerja yang
telah direncanakan dari awal. Salah satunya, Kabinet Burhanuddin mampu menyelenggarakan pemilu
pertama dalam sejarah pada tahun 1955.
Selain itu, situasi sosial politik pada masa kepemimpinannya dapat dikatakan kondusif karena tidak terjadi
perpecahan yang berarti. Situasi ekonomi juga cukup baik, karena kebijakannya yang mengeluarkan UU
anti korupsi mampu mengendalikan situasi ekonomi negara saat itu.
Namun, kejatuhan kabinet Burhanuddin Harahap mulai tampak saat ia memilih jalan berunding untuk dapat
menyelesaikan masalah Irian Barat. Keputusan tersebut berakibat banyaknya gelombang protes dari
Soekarno maupun dari partai-partai.
Pada akhirnya, 2 Maret 1956 saat pelaksanaan sidang keputusan DPR, Burhanuddin Harahap menyatakan
akan menyerahkan mandatnya pada 3 Maret 1956. Pada tanggal 3 Maret 1956 mandat yang diberikan
Burhanuddin Harahap diterima oleh Presiden Soekarno dan Kabinet Burhanuddin Harahap dinyatakan
demisioner.

Program Kerja  djuanda

 Membentuk Dewan Nasional


 Normalisasi keadaan Republik
 Melanjutkan pelaksanaan pembatalan KMB
 Perjuangan Irian Barat
 Mempergiat Pembangunan
Pergantian
Berakhirnya Kabinet Djuanda
ini disebabkan oleh terbentuknya Demokrasi Terpimpin di mana Presiden Soekarno menjadi Perdana
Menteri dan Djuanda sebagai menteri utama.  Demokrasi Terpimpin sendiri menjadi sistem pemerintahan
yang mengatur secara tegas tentang partai politik, di mana pejabat tinggi negara tidak boleh menjadi
anggota politik. Setelah Demokrasi Terpimpin terbentuk, kabinet baru juga muncul, yaitu Kabinet Kerja. 

Anda mungkin juga menyukai