Mulai dari program, portofolio, komposisi personalia, pelaksanaan dan tanggung jawab, diatur sedemikian
rupa demi kepentingan kabinet dan pemerintahan Indonesia.
Lebih fokus tentang program kerjanya, dalam RPP (salindia 9) dituliskan, adanya skala prioritas terhadap
keamanan dan ketertiban negara. Hal tersebut dilakukan kabinet ini demi menanggulangi pemberontakan
yang pernah terjadi di Indonesia saat itu.
Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan persetujuan bantuan ekonomi dari Amerika Serikat kepada
negara Indonesia, dikenal dengan nama “Mutual Security Act” (MSA). Oleh karena itu, Kabinet Sukiman
dianggap melanggar politik luar negeri bebas aktif dan diklaim sudah ikut serta menjalankan kepentingan
Amerika Serikat.
Bukan hanya itu, penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman juga terjadi akibat kurang harmonisnya hubungan
mereka dengan pihak militer. Terlebih lagi, saat itu pemberontakan yang terjadi tidak dituntaskan dengan
baik, misalnya yang terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Kedua poin ini membawa kelahiran “mosi tidak percaya” kepada Kabinet Sukiman. Tepat pada tanggal 23
Februari 1952 (sebelum masa jabat habis), Kabinet Sukiman sudah menyerahkan mandatnya kembali
kepada Sukarno, Presiden RI.
Salah satu faktor penyebab jatuhnya Kabinet Wilopo di Indonesia adalah kabinet tersebut dianggap
bersalah dalam penyelesaian permasalahan tanah perkebunan di Sumatra Timur yang terdapat perkebunan
modal asing terutama tembakau
Melansir dari Modul Sejarah Kelas XII, berikut ini merupakan program kerja Kabinet Wilopo yang terdiri
dari dua program kerja, yakni program kerja dalam negeri dan program kerja luar negeri.
Program kerja dalam negeri Kabinet Wilopo meliputi:
menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan Konstituante, DPR, dan DPRD;
meningkatkan kemakmuran rakyat;
meningkatkan pendidikan rakyat;
pemulihan stabilitas keamanan negara.
1. Krisis Ekonomi
Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport
Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi
penurunan hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimpor beras.
Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI yang berhubungan dengan kebijakan
KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno. Hal tersebut menyebabkan ia
mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan
parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen.
Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto
dalam memulihkan keamanan di Sulawesi Selatan. Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di
berbagai daerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu, TNI-AD yang dipimpin Nasution
menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan. Namun, saran tersebut ditolak.
Kemudian, muncul mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang
dan mengecam kebijakan KSAD. Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna
menekan Sukarno agar membubarkan kabinet.
4. Muncul peristiwa Tanjung Morawa
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan
memiliki tanah-tanah perkebunan.
Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para
petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya.
Tanggal 16 Maret 1953 muncul aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap
telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI.
Akibatnya, terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh.
Intinya, peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para
petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Kekuasaan kabinet Wilopo berakhir setelah peristiwa Tanjung Morawa. Setelah peristiwa tersebut,
muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo sehingga Wilopo
harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Selama menjabat di pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo memiliki sejumlah program kerja.
Berdasarkan "Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia" berikut daftar program kerja di masa
pemerintahan Perdana Menteri Ali I:
Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I Selama masa pemerintahannya berlangsung, Kabinet Ali
Sastroamijoyo I mampu menoreh beberapa prestasi. Berikut tiga prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo seperti
yang dikutip dari e-modul "Sejarah SMA":