PROGRAM PARTAI
PROSES BERAKHIRNYA
KERJA PENDUKUNG
TERBENTUKNYA KABINET
KABINET KABINET
KABINET
PROSES TERBENTUKNYA KABINET
Kabinet wilopo terbentuk setelah berakhirnya Kabinet sebelumnya yaitu Kabinet
Sukiman. Hal ini dikarenakan Kabinet Soekiman menandatangani persetujuan bantuan
ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual
Security Act (MSA). Persetujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia telah
memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan dengan prinsip dasar politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif. Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan
Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya
menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden.
Atas dasar itu pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan
Sidik Djojosukarto (PNI) dan Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi
formatur, yang diminta oleh Presiden Soekarno kepada formatur ialah
sebuah kabinet yang kuat dan mendapat dukungan cukup dari parlemen.
Usaha kedua formatur untuk membentuk kabinet yang kuat menemui
kagagalan, sebab tidak ada kesepakatan tentang calon – calon yang akan
didudukkan di dalam kabinet. Pada tanggal 19 kedua formatur itu
mengembalikan mandatnya dan Presiden Soekarno menunjuk Mr. Wilopo
(PNI) sebagi formatur baru.
Akhirnya setelah berusaha selama 2 minggu, pada tanggal 30 Maret Mr. Wilopo
mengajukan susunan kabinetnya yang terdiri atas :
• Basis utama Partai Nasional Indonesia (PNI) ialah didalam birokrasi dan
kalangan para pegawai kantor. Motivasi partai-partai mendukung
pemerintahan yaitu agar mereka duduk di dalam parlemen dengan praktik
“politik dagang sapi” yang hanya menguntungkan segelintir elite politik.
BERAKHIRNYA KABINET
Faktor - faktor yang Menyebabkan Kabinet Wilopo Jatuh:
• Masalah ekonomi yaitu adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena
jatuhnya harga barang-barang ekspor Indonesia sementara kebutuhan impor terus
meningkat.
• Penerimaan negara menjadi menurun.
• Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak
terlebih setelah terjadi penurunan hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar
untuk mengimport beras.
• Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa
yang harus segera diselesaikan. Di beberapa tempat, terutama di Sumatera dan Sulawesi
timbul rasa tidak puas terhadap pemerintahan pusat
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
.
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Peristwa Tanjung Morawa ini dijadikan sarana
oleh kelompok yang anti kabinet dan pihak oposisi lainnya untuk mencela pemerintah.
Akibatnya Kabinet wilopo mengembalikan mandatnya kepada presiden pada tanggal 2
Juni 1953 tanpa menunggu mosi itu diterima oleh parlemen.