Anda di halaman 1dari 5

Andi Mappanyukki

Andi Mappanyukki (lahir 1885 – meninggal 18 April 1967 ) adalah salah tokoh pejuang dan seorang
bangsawan di Sulawesi Selatan. Ia adalah Putra dari Raja Gowa ke XXXIV yaitu I’Makkulau Daeng Serang
Karaengta Lembang Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na (Somba Ilang) dan I Cella We’tenripadang
Arung Alita, putri tertua dari La Parenrengi Paduka Sri Sultan Ahmad, Arumpone Bone (Raja Bone). Ia
pulalah yang memimpin raja raja di Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) pada tahun 1950. Pada masa jabatan Andi sebagai Raja Bone, banyak
konflik yang terjadi dengan kolonial Belanda. Saat itu Belanda menawarkan kerjasama dengan Andi
Mappanyukki, namun ia menolaknya. Penolakannya tersebut, membuat Andi Mappanyukki diturunkan
jabatannya dari Raja Bone oleh kekuatan kekuasaan Belanda.

Andi Mappanyuki

Sultan Ibrahim
Matinroe Ri Gowa

Sultan Bone ke-32

Berkuasa 1931–1946

Penobatan 12 April 1931

Pendahulu La Pawawoi

Pengganti La Pabbenteng

Ayah I'Makkulau Daeng Serang


Karaengta Lembang Parang
Sultan Husain Tu Ilang ri
Bundu’na

Ibu I Cella We'tenripadang Arung


Alita

Pasangan I Mane'ne Karaengta Balla Sari


(Permaisuri)
I Batasai Daeng Taco
Besse Bulo

Anak  Andi Pangerang Petta Rani


Rincian
 Andi Abdullah Bau
Massepe

 Andi Bau Tenri Padang


Opu Datu
 Andi Bau Datu Cella Bone
 Andi Bau Tenri Datu Bau
Andi Bau Parenrengi Datu
Lolo
 Andi Bau To'Appo Datu
Appo
Andi Bau Datu Sawa

Andi Mappanyukki

Bupati Bone ke-4

Masa jabatan
1957–1960

Presiden Soekarno

Gubernur Andi Pangerang Pettarani

Pendahulu Ma’mun Daeng Mattiro

Pengganti Andi Suradi

Informasi pribadi

Lahir  Bone, Celebes

Meninggal 18 April 1967


 Makassar, Sulawesi
Selatan, Indonesia
Setelah itu, ia diasingkan bersama istri Permaisurinya, I'Mane'ne Karaengta Ballasari dan
juga bersama dengan anak-anaknya selama 3,5 tahun di Rantepao, Tana Toraja. Lalu,
pada tanggal 21 Desember 1957, Andi Mappanyukki yang saat itu masih bergelar Raja
Bone, diangkat menjadi Kepala Daerah Bone atas usulan dari Panglima Daerah Militer
Sulawesi Selatan.

Akhir Hayat Andi Mappanyukki Pada 18 April 1967, Andi menghembuskan nafas
terakhirnya di Jongaya. Kemudian jenazahnya dikebumikan di pemakaman raja-raja
Gowa atau Bone. Namun, oleh masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia,
makamnya di letakkan di Taman Makam Pahlawan Makassar dan dengan upacara
kenegaraan. Atas integritasnya sebagai pejuang yang pantang menyerah kepada
Belanda, Oleh sebab itu, atas sumbangsihnya, Andi
Mappanyukki dianugerahkan gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat
Keppres No. 089/TK/2004, pada 5 November 2004

Ia sejak berusia 20 tahun sudah mengangkat senjata untuk berperang mengusir kolonial
Belanda, perang yang dilakoni dimasa muda itu takala mempertahankan pos
pertahanan kerajaan Gowa di daerah Gunung Sari

Menjadi Raja Bone


Pada tahun 1931 Kamis tanggal 12 April, atau 13 Syawal 1349H. Atas usulan dewan adat
ia diangkat menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim, sehingga ia bernama
lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim. Gelar Sultan Ibrahim sendiri merupakan
gelar yang diberikan kepadanya manakala menjabat Raja Bone kala itu (mangkauE Ri
Bone). Pada masanyalah Kompeni Belanda di Celebes Selatan bernama Tuan L.J.J. Karon
serta Raja Belanda di Nederland pada waktu itu bernama A.C.A de Graff.[2] Pada masa
pemerintahan La Mappanyukki di Bone, Perang Dunia II pecah dan melibatkan seluruh
negara-negara besar di Eropa. Negeri Belanda diserbu oleh Jerman, Ratu Belanda
Wilhelmina melarikan diri bersama seluruh keluarganya ke Inggris untuk minta
perlindungan.

La Mappanyukki (Penyebutan La merupakan gelar bangsawan Bugis, sedangkan I


Mappanyukki merupakan gelar dari bangsawan Gowa) diangkat menjadi Arung
MangkauE’ (Untuk istilah raja di Kerajaan Bone bernama Arung MangkauE’) di Kerajaan
Bone menggantikan pamannya yaitu sepupu satu kali ayahnya, karena jelas bahwa dia
adalah cucu dari MappajungE. Dia merupakan turunan La Tenri Tappu MatinroE ri
Rompegading. Dengan demikian Hadat Tujuh Bone dianggap tidak salah pilih dalam
menentukan pengganti La Pawawoi Karaeng Sigeri sebagai Mangkau’ di Kerajaan Bone.

Karena menolak bersekutu dengan Belanda Ia pun “di turunkan” dari sebagai raja Bone
oleh kekuatan dan kekuasaan Belanda, kemudian di asingkan bersama Istri (permaisuri)
nya I’ Mane’ne Karaengta Ballasari” dan Putra Putrinya selama 3,5 tahun di Rantepao,
Tana Toraja. Ia pernah diangkat memimpin kerajaan suppa tahun 1902 s/d 1906.
Pada tanggal 21 Desember 1957, atas usulan Panglima Daerah Militer Sulsel, Andi
Mappanyukki dilantik sebagai Kepala Daerah Bone yang juga masih bergelar sebagai
Raja Bone. Pelantikan Kepala Daerah ini dilakukan secara adat dan dihadiri oleh Syamsul
Rizal Gubernur DKI Jakarta sebagai perwakilan pemerintah pusat, Kementerian Dalam
Negeri. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Raja Bone yang sekaligus Kepala Daerah
dibantu oleh seorang wakil kepala daerah yaitu Bupati Andi Patoppoi untuk bidak
eksekutif dan lima orang anggota Dewan Pemerintah Daerah untuk bidang legislatif.

Pernikahan & Keturunan


Andi Mappanyukki memiliki permaisuri bernama I Mane'ne Karaengta Balla Sari & juga
memiliki beberapa istri diantaranya I Batasai Daeng Taco, Besse Bulo (I Rakiyah Bau Baco
Karaeng Balla Tinggi).

Ia juga mempunyai beberapa anak antara lain

 Andi Pangerang Petta Rani (L) dari Pernikahannya dengan I Batasi Daeng Taco
 Andi Abdullah Bau Massepe(L) dari Pernikahannya dengan Besse Bulo (Putri La Sadapotto
Addatuang Sidenreng XVI )
 Andi Bau Tenri Padang Opu Datu (P) Istri dari Andi Djemma Datu Luwu
 Andi Bau Datu Cella Bone (P)
 Andi Bau Tenri Datu Bau (p)
 Andi Bau Parenrengi Datu Lolo (L)
 Andi Bau To'Appo Datu Appo (L)
 Andi Bau Datu Sawa

Wafat
Ia Mangkat pada tanggal 18 April 1967 di Jongaya (Jl. Kumala no.160 Makassar dan masih terjaga dan
terawat sampai sekarang sebagai Rumah Ex. Raja Bone Andi Mappanyukki), di mana daerah ia juga
dilahirkan. Makamnya tidak diletakkan di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh
masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia Makamnya di letakkan di Taman makam Pahlawan
Panaikang Makassar (Ujung Pandang) dengan upacara kenegaraan.

Pahlawan Nasional RI
Berdasarkan SK Presiden: Keppres No. 089/TK/2004, Tgl. 5 November 2004, Andi Mappanyuki
diangkat sebagai pahlawan nasional.[3][4] Menjelang proklamasi, ia juga bertindak sebagai penasihat
BPUPKI. Setelah Indonesia merdeka, ia menyatakan bahwa Kerajaan Bone merupakan bagian dari
Republik Indonesia. Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia ikut menuntut peleburan Negara Indonesia
Timur ke dalam RI. Keteladanan dan keteguhan hati ia dalam berjuang diikuti oleh putra-putranya, yaitu
Andi Pangerang Petta Rani dan Andi Abdullah Bau Massepe.

Anda mungkin juga menyukai