Nama
NPM
260110130013
Nilai
TTD
( Sani ) ( Casuarina )
Tujuan
Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri
tak tahan asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam
pewarnaan (Ziehl-Neelsen). Memahami setiap langkah dan reaksireaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
II.
Prinsip
a. Pewarnaan tahan asam atau disebut juga pewarnaan ziehl Neelsen
merupakan teknik pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai
bakteri golongan Mycrobacterium ( M. tuberculosis/ M. leprae )
dan Actinomycetes.
b. Penetrasi zat warna merupakan mekanisme masuknya zat warna ke
dalam dinding sel atau membrane sel, yang disebut juga sebagai
difusi zat.
c. Impermeabilitas dinding sel bakteri tahan asam memiliki sifat
impermeable terhadap zat pewarna atau bahan kimia lainnya
karena susunan dinding selnya yang terdiri dari lemak dengan
arabinogalaktan dan peptidiglogikan di bawahnya.
d. Pewarnaan dengan pemanasan pada dinding sel bakteri bertujuan
untuk memuaikan dinding sel sehingga zat pewarna dapat masuk,
pada pemanasan ini tidak terlalu panas karena akan menyebabkan
dinding sel bakteri rusak.
III.
Teori Dasar
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur
dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang
hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel
bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan
metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
BTA
antara
lain
Mycobacterium
tuberculose,
pemanasan
untuk
melebarkan
pori-pori
lemak
BTA
sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan
pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah
dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup
pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna
merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol
fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah
penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan
asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan
mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan
sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom.
Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna yang kontras dengan
lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai 1000x
sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan tidak
ada yaitu mikroskop fluorescens (Martin.,2013).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar 0,3 0,6 mm dan panjang 1 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat
kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%) (Rinda, 2014 ).
Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor,
dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam
mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 C90) yang
dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan
peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan
dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebabkan bakteri M. tuberculosisbersifat tahan asam, yaitu apabila
sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam alcohol (Pearce Evelyn.,2009 )
Di samping ciri-ciri ini, kadar resap pewarna pada sel yang tahan
asam adalah rendah dibandingkan dengan sel tak tahan asam. Ciri-ciri ini
disebabkan oleh perbedaan komposisi kimia (secara kuantitatif dan
kualitatif) bakteria tahan asam dan bakteria tak tahan asam. Mikobakteria
yang tahan asam mempunyai karbohidrat, alkohol dan asam lemak (seperti
asam mikolik) yang tersendiri. Oleh yang demikian, dalam tata cara ini
object glass perlu dipanaskan sehingga uap keluar karena, dalam hal ini,
pemanasan digunakan untuk terlaksananya pewarnaan dalam jangka waktu
yang optimal (Syahrurachman, dkk, 1994 ).
IV.
Alat bahan
4,1 Bahan :
-
Aquadest
Asam Alkohol
Karbol Fuksin
Metilen Blue
Minyak Emersi
4.2 Alat :
No.
Nama Alat
1.
Bak pewarna
Gambar Alat
2.
Botol semprot
3.
Cawan petri
4.
Kaca preparat
5.
Kapas
6.
Kertas saring
7.
Mikroskop
8.
Pembakar spiritus
9.
Pipet tetes
10.
Ose
Rak tabung
1.
V.
Prosedur
Disediakan kaca obyek yang bersih dan dibuat olesan dari suspensi
bakteri, digenangi olesan bakteri dengan pewama karbol fuksin selama
5 menit, sambil dipanaskan di atas penangas air. Jaga jangan sampai
terlalu panas, mendidih atau kering. dibuang zat wama yang berlebih,
lalu dibilas dengan air suling. dibilas dengan zat pemucat alkohol-asam
selama 15 detik atau sampai latar belakang olesan berwarna merah
muda pucat. digenangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen
selama 2 menit, dibuang zat warna yang berlebih, dibilas dengan air
suling, lalu dikeringkan dengan kertas saring. diteteskan sedikit
minyak imersi pada preparat, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
dimulai dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu diganti
dengan lensa obyektif berkekuatan 100X. diamati dan digambarkan
hasilnya. Bakteri tahan asam (ZN + ) akan berwarna merah dan bakteri
tidak tahan asam (ZN -) akan berwarna biru.
VI.
Data Pengamatan
Perlakuan
Ditambahkan
karbol
Hasil
fuchsin
asam
alcohol,dibilas
VII.
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan teknis aseptis, hal ini bertujuan untuk
mencegah atau meminimaliskan adanya kontaminasi mikroorganisme
baik pada sampel atau praktikan sendiri. Pada praktikum kali ini
dilakukan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasi dan
mengamati bakteri yang bersifat tahan asam, bakteri ini disebut tahan
asam karena akan mempertahankan zat warna perimer ketika
ditambahkan larutan asam, bakteri ini memiliki rantai karbon 8-95 dan
dinding selnya terdiri dari lapisan lilin, asam lemak mikolat, dan lipid
sampai 60 % dari berat dinding selnya, sehingga dengan tebalnya
kadar lipid pada dinding sel
digunakan
merupakan
Mycrobacterium
tuberculosis,
dengan
yang dibutuhkan bertujuan untuk agar zat warna karbol fuksin ini
dapat berpenetrasi secara sempurna ke dalam dinding sel bakteri, dan
dimana karbol fuksin ini merupakan zat pewarna primer yang
mengandung fucsin basa dan fenol, sehingga dengan adanya fenol
pada karbol fuksin ini dapat berfungsi untuk melunakan lapisan lilin
pada dinding sel bakteri sehingga cat warna fuksin dapat masuk ke
dalam sel, hal ini tentu dibantu dengan proses pemanasan yang
mengakibatkan terbukanya pori-pori lemak yang menutupi dinding sel
bakteri sehingga fungsi fenol pada karbol fuksin dapat berjalan dengan
baik, namun pada pemanasan ini sampel harus dijaga jangan sampai
mengering atau terlalu panas karena akan menyebabkan bakteri mati
dan tidak akan dapat teridentifikasi. Selanjutnya dilakukan pencucian
dengan mengaliri aquadest pada sampel, hal ini bertujuan untuk
mencegah adanya kelebihan zat warna pada sampel, kemudian
ditambahkan asam alcohol selama 15 detik, penambahan ini
diperlukan untuk melakukan pemucatan pada bakteri yang dimana hal
ini akan menentukan bakteri tersebut tahan asam atau tidak dimana
jika bakteri bersifat tahan asam, bakteri tersebut tidak akan melepaskan
zat warna primer sebelumnya, namun jika non BTA maka bakteri akan
melepaskan zat warna primernya. Penambahan asam alcohol ini tidak
boleh dilakukan secara berlebihan karena akan menyebabkan
overdekolorization sehingga BTA dan non BTA tidak dapat
dipisahkan, namun jangan pula terlalu sedikit dalam penambahan asam
alcohol pada bakteri karena akan menyebabkan underdecolorization
yang dapat menyebabkan zat warna pada non BTA tidak seluruhnya
terlepas yang mengakibatkan terjadinya ketidak akuratan dalam proses
identifikasi dan pengamatan apda sampel. Selanjutnya dialiri aquadest
untuk menutup pori-pori bakteri sehingga tidak terjadi lagi proses
pemucatan oleh asam alcohol, dan dikeringkan dengan kertas saring
untuk menyerap kelebihan aquadest pada sampel bakteri. Kemudian
preparat sampel bakteri digenagi dengan metilen blue yang berfungsi
mikroskop,
pengamatan
Setelah
dengan
ditambahkan
menggunakan
minyak
mikroskop
emersi
pada
DAFTAR PUSTAKA
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo
Persada.
Martin. 2013. Pewarnaan BTA. Tersedia online di :
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/65/pdf
[diakses pad 16-03-2015 ].
Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar : Politektnik Kesehatan
Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri,
penerjemah; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Anatomy
and Physiology for Nurses.
Rinda. 2014. Bakteri 1. Bakteri tahan Asam. Tersedia online di:
http://rindachie.weng.com/menu/labs/bakteri-5.html [ diakses pad 16-03-2015 ].
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta: UI Press.