Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki

jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-

mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di

lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim.

Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun

penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti

ph, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa

metabolisme.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan

organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum

ditemukannya mikroskop.Setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme,

terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil

ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan

berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antony van

Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.

Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada

tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki

arti "batang-batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah

serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan


cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang

mempelajari biologi bakteri.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bakteri

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan

tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri

umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal),

prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik

(sangat kecil).

Berbagai teori telah dikemukakan untuk menerangkan sifat tahan asam ini,

antara lain dinyatakan bahwa sifat tahan asam ini ditentukan oleh adanya sifat

permeabilitasyang selektif dari membran sitoplasma. Menonjolnya warna

merah disebabkan oleh penyerapan warna Karbolfuksin yang larut dalam sel.

Bila sel rusa, maka sifat tahan asam itu pun akan hilang. Bakteri tahan asam

sangat banyak mengandung lipida, asam lemak, dan kandungan inilah yang

mencerminkan sifat tahan asam pada golongan bakteri tersebut antara lain

asam mikolat. Diduga bahwa sifat tahan asam ini adalah masalah sifat

kelarutan nisbi, misalnya fuksin lebih larut dalam fenol dari pada dalam air

atau asam alkohol. Sebaliknya fenol lebih larut dalam lipida, yang

ditemukan dalam tubuh Mycobacterium, dari pada dalam air. Dalam

pengecatan tahan asam, fenol yang mengandung fuksin meinggalkan air al-

kohol dari larutan karbolfuksindan masuk ke dalam lipida sel. Disini

kelarutannya lebih besar, sehingga tidak dapat dilepaskan (dilunturkan) oleh

(asam-alkohol), karena dala bahan dekolorisasi ini kelarutannya lebih kecil.

Membran sitoplasma yang utuh mencegah lipida yang telah tercat merah itu

meninggalkan untuk melarut ke dalam peluntur


warna. Bila membran itu pecah, maka lipida meninggalkan sel dan diikuti

dengan hilangnya sifat tahan asam.

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna

karbol- fuchsin (fuchsin basa yang di larutkan dalam suatu campuran phenol-

alkohol- air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel

bakteri pada felas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian

dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam

alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri

tahan asam (spesies Mycobacterium dan beberapa Ancynomycetes yang

serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna

kontras.

Mycobacterium adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak

membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap

penghilang warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol karena itu dinamakan

basil tahan asam. Ciri-ciri khas Mycobacterium Tuberculosis dalam jaringan,

basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3µm.

Pada pembenihan buatan terlihat bentuk coccus dengan filamen.

Mycobacterium tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram

negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat

dihilangkan dnegan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil tuberkel

yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95% etil alkohol

yang mengandung 3% asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan

menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobacteria. Sifat tahan asam

ini bergantung pada integrisa struktur selubung berlilin. Pada dahak atau irisan

jaringan, Mycobacterium dapat diperlihatkan karena memberi fluoresnsi uning


jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin,

rodamin) (Maruni, 2019).

2.2 Prinsip Dasar

Pengecatan ini disebut pengecatan tahan asam, karena pada jenis bakteri

sukar dilakukan pengecatan, tetapi sekali dapat tercat tidak mudah untuk

dilunturkan meskipun dengan menggunakan zat peluntur (decolorizing agent)

asam (atau asam-alkohol). Yang termasuk pada golongan bakteri yang sukar

dicat adalah genus Micobacterium (Myctobacterium Tubercolosis,

Mycrobacterium Laprae, Myctobcterium smegmatis).

2.3 Ciri-ciri Bakteri

1. Umumnya tidak berklorofil

2. Hidupnya bebas atau sebagai parasit / pathogen

3. Bentuknya beraneka ragam

4. Memiliki ukuran yang kecil rata-rata 1 s/d 5 mikron

5. Tidak mempunyai membran inti sel / prokariot

6. Kebanyakan Uniseluler (memiliki satu sel)

7. Bakteri di lingkungan ekstrim dinding sel tidak mengandung peptidoglikan,

sedangkan yang kosmopolit mengandung peptidoglikan


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun praktikum Pewarnaan Tahan Asam (Metode Kinyoun-Gabbet) di

laksanakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi bertempat di STIKES Bina

Mandiri Gorontalo,pada hari Senin, tanggal 25 Maret 2019 Pukul 13:00 –

15.30 WITA.

3.2 Pra Analitik

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Pembakar Bunsen,

Mikroskop, Ose Inokulasi dan Kaca Objek.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Staphylococcus,

Larutan Kiyoun, Larutan Gabet dan Oil Mersi.

Catatan: Seharusnya menggunakan bakteri Myctobacterium karena tidak didapat jadi diganti
dengan Staphylococcus.

3.3 Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Diambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak dan tidak ada goresan.

3. Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2x3 cm sebagai

pola.

4. Diletakkan kaca pola dibawah kaca sediaan.

5. Lampu spritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara mulai

ujung hingga ke pangkal.

6. Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bakteri Staphylococus pada

media agar yang berbentuk bintik-bintik putih.

7. Dibuat pulasan yang tipis pada permukaan yang telah dibersihkan.


8. Pulasan bakteri dikeringkan, kemudian Fiksasi 3x berturut-turut pada

ujung api bunsen, lalu di dinginkan.

9. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan Kiyoun selama 3 menit, cuci

dengan air.

10. Sediaan diwarnai dengan larutan gabbet selama 1 menit, cuci dengan air,

keringkan.

11. Setelah kering, sediaan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran

objektif 100x menggunakan Oil emersi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu:

No. Hasil Pemeriksaan Keterangan

Bentuk:

Susunan:

Sifat:

Reaksi tahan Asam:

Tabel 4.1 Hasil Praktikum

4.2 Pembahasan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Maruni Mulyadi, 2019 Penuntun Praktikum Bakteriologi. Penerbit & Perc.


Pustaka As Salam

Anda mungkin juga menyukai