Anda di halaman 1dari 12

PEWARNAAN TAHAN ASAM

A. Tujuan
1. Mempelajari dan mengenal cara pewarnaan tahan asam.
2. Melihat bentuk bakteri tahan asam dan tidak tahan asam.
B. Landasan teori
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin
basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam
klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin
kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol
dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies
Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-
lain akan berwarna sesuai warna kontras.
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora.
Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi)
oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas
Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus
berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm.
Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif.
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop
2. Lampu spirtus
3. Kaca objek
4. Kaca sediaan
5. Kertas hisap
6. Jarum inokulasi/ose
Bahan :
1. Biakan murni dari B. Substilis dan E. Coli
2. Zat warna :
a. Safranin
b. Metilen blue
3. H2SO4 25%
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan 2 buah kaca objek yang bersih.
2. Membuat film.
3. Fiksasi.
4. Memberikan zat warna utama safranin.
5. Fikasasi.
6. Mendinginkan, kemudian cuci dengan air mengalir.
7. Mencuci dengan H2S04 sampai larutan pencucinya tidak berwarna lagi dan biarkan sampai
kering.
8. Setelah agak kering meneteskan metilen blue 1-2 menit.
9. Membuang kelebihan zat warna.
10. Membilas dengan air mengalir dan keringkan.
11. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X 100. Bakteri “acid fast” berwarna
merah dan “ non acid fast” berwarna biru.
E. Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan bakteri E.Coli
Pembesaran 10x

Pembesaran 40x

2. Hasil pengamatan bakteri B. Substilis

Pembesaran 10x
Pembesaran 40x

F. Pembahasan

Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi ada juga preparat yang tahan
asam encer, misalnya bakteri-bakteri TBC dan basil-basil berspora. Maka dapat dikatakan
bahwa itu adalah bakteri tahan asam. Ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies.

Untuk menetukan sifat bakteri yang termasuk bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan
asam harus diwarnai dengan pewarnaan khusus. Pada umumnya, bakteri tahan asam
merupakan bakteri yang lapisan paling luar selnya terdiri dari lapisan lilin, sehingga
menyebabkan zat warna sukar masuk ke dalam sel bakteri.
Untuk mewarnainya maka lapisan lilin pada sel itu harus dihilangkan, yaitu dengan cara
pemanasan yang dimaksudkan supaya lilinnya meleleh, sehingga sel tersebut bias dengan
mudah menerima zat warna. Selain sukar menerima zat warna, bakteri than asam juga sukar
menyerap bahan penghilang zat warna (pencuci), sehingga walaupun dicuci dengan larutan
asam encer, sel bakteri ini akan tetap mengikat zat warna yang telah masuk. Sedangkan hasil
bakteri yang telah didapat menyerap biru saja, ini berarti bakteri merupakan bakteri tidak tahan
asam.

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin
basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam
klorida dalam alkohol. Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri
yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang
terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat
dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose,
Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia
gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan
penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam
(BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan
(Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya
pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan
reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan prosedur pewarnaan
Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan
methylen blue. Bakteri genus mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding
selnya mengandung banyak zat lipoid (lemak) sehingga bersifat permiable dengan pewarnaan
biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadapa pewarnaan tahan asam. Pewarnaan
tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa tuberkulosis. Pewarnaan
tahan asam menggunakan larutan ziehl-Neelsen A (cat karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B
(alkohol asam :HCL 3% dalam metanol 95%) dan ziehl –neelsen C (cat biru metilen). Hasil
pewarnaan maka bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam akan
berwarna biru.
G. Kesimpulan

Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi ada juga preparat yang tahan
asam encer, misalnya bakteri-bakteri TBC dan basil-basil berspora. Maka dapat dikatakan
bahwa itu adalah bakteri tahan asam. Ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies. Pewarnaan
Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan
Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena
dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan
alkohol asam. Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan
asam karena larutan pemucat akan melakukan fuksin karbol dengan cepat, sehingga sel bakteri
tidak berwarna.

DAFTAR PUSTAKA
Jutono, dkk. (1980). Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. [25 Oktober 2012]

Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada. [25 Oktober
2012]

anonim. (2012). pewarnaan bakteri tahan asam. [online]. tersedia :


http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html. [ 15 januari
2013].

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan dengan jasad
renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Itu disebabkan karena bekteri
merupakan organism yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Selainitu, bakteri tidak
berwarna, juga transparan dan sangat kecil. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan
sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion
antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam
dan pewarna basa.
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya mikrobiologi dipertengahan
abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Cara-cara pengecatannya yaitu pewarnaan
sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif, pewarnaan BTA, pewarnaan negatif,
pewarnaan neisser (granula), dan pewarnaan spora.
Beberapa mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana ataupun
Gram, misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini disebabkan sel-sel
mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat, sehingga tubuhnya sukar
ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai dengan karbolfuchsin panas (sambil
dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap dan diikat oleh tubuh bakteri tersebut.
Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan
walaupun dilakukan dengan pencucian dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam
chlorida. Oleh karena kuman-kuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral,
maka disebut kuman tahan asam. Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung
lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi
zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat
warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun
seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud dari praktikum, adalah:
a. Mengetahui prosedur pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam).
b. Mengidentifikasi bentuk/morfologi BTA pada sampel.
c. Mengetahui sifat bakteri BTA dengan bakteri lainnya.

1.2.2. Tujuan dilakukannya praktikum,adalah:


a. Membuat sediaan untuk pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam)
b. Melakukan proses pewarnaan BTA.
c. Melihat bentuk dan warna bakteri pada sediaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk
tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X
atau lebih(Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies
dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan
makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam
yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan
suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran,
bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran.Sel sel individu bakteri dapat
berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan,2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas
daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan
sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna
pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna
pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-
bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna.Garam terdiri
dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif.Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan
bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang
digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan
basa.Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa.Jika warna terdapat
pada ion negatif, maka disebut zat warna asam.Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red,
dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam
umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna
basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :
fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi
karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga
macam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan
gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai
serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang
paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsil, 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di
antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion positif (zat
pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat
pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan
terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika
bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion
positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah beberapa zat pewarna
basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri
menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya
pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar
belakang yang berwarna (Volk & Wheeler, 1993).
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut:
pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam),
pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora,
pewarnaan kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri (pewarnaan
Neisser (granula volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen) dan pewarnaan negatif
(Gozali, 2009).

Pewarnaan BTA dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitubakteri tahan asam yang
akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan tidak akan dilepas pada
pencucian alkoholm asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder (methylen blue),
sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada pencucian
alcohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder.Ada beberapa cara mewarnai bakteri
tahan asam yaitu, menurut Ziehl-Neelseen, menurut Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga
pewarnaan Kinyoun-Gabbet, serta pewarnaan dengan AURAMEN-PHENOL
FLUORCHROME.
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri
penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan
tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009).

BAB III
ALAT,BAHAN, DAN METODE KERJA
3.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam), yaitu:
 Mikroskop
 Objek glass steril
 Bunsen
 Jembatan pewarnaan
 Korek api
 Lidi

3.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pewarnaan BTA (Basil Tahan
Asam), yaitu:
 Sampel(Sputum penderita TBC)
 Karbol fuchsin
 Methylen Blue
 Asam Alkohol
 Kinyoun
 Gabbet
 Oil imersi
3.3. Metode Kerja

a.) Metode Ziehl – Neelsen:


1. Alat, dan bahan yang akan digunakan disiapkan secara lengkap.
2. Selanjutnya sampel sputum diambil dengan batang lidi, lalu dibuat sediaan di atas objek glass
dengan putaran satu arah hingga didapatkan sediaan yang tipis dan rata.
3. Sediaan kemudian dikeringkan di udara, dilakukan fiksasi dengan melewatkan di atas api
sebanyak 3X.
4. Pewarnaan pertama dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Carbol Fuchsin selama 5
menit sambil dipanaskan hingga menguap sebanyak 3X pemanasan.
5. Membuang zat warna kemudian, sediaan dibilas dengan air mengalir.
6. Kemudiaan dilakukan pelunturan dengan asam alkohol selama 30 detik, lalu sediaan dibilas
dengan air mengalir.
7. Selanjutnya pewarnaan kedua dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Methylen Blue
selama 1-2 menit.
8. Membuang zat warna, kemudian sediaan dibilas dengan air mengalir.
9. Sediaan dikeringkan di udara.
10. Kemudiaan preparat ditetesi dengan oil imersi dan siap untuk diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran objetif 100 X.

b.) Metode Kinyoun – Gabbet

1. Alat, dan bahan yang akan digunakan disiapkan secara lengkap.


2. Selanjutnya sampel sputum diambil dengan batang lidi, lalu dibuat sediaan di atas objek glass
dengan putaran satu arah hingga didapatkan sediaan yang tipis dan rata.
3. Sediaan dikeringkan di udara kemudian, dilakukan fiksasi dengan melewatkan di atas api
sebanyak 3X.
4. Pewarnaan pertama dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Kinyoun selama 2-
3 menit.
5. Membuang zat warna, kemudian sediaan dibilas dengan air mengalir.
6. Selanjutnya pewarnaan kedua dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Gabbet selama
30 detik.
7. Membuang zat warna, kemudian sediaan dibilas dengan air mengalir.
8. Sediaan dikeringkan di udara.
9. Kemudiaan preparat ditetesi dengan oil imersi dan siap untuk diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran objetif 100 X.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1. Hasil Pengamatan


a.) Metode Ziehl - Neelsen
Ket:
1.
2.
3.
1

Keterangan :
1. Bakteri BTA berbentuk basil

b.) Metode Kinyoun – Gabbet


Ket:
1.
2.
1
1

Keterangan :
1. Bakteri BTA berbentuk basil

4.2. Pembahasan
Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang
mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika
bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbol fukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat
sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab
tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis .
.Dari pewarnaan BTA dapat dibedakan 2, yaitu golongan bakteri tahan asam yang
akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan tidak akan dilepas pada
pencucian alkohol asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder (methylen blue),
sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada pencucian
alcohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder. Ada beberapa cara mewarnai bakteri
tahan asam yaitu, menurut Ziehl-Neelseen, menurut Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga
pewarnaan Kinyoun Gabelt, serta pewarnaan dengan AURAMEN-PHENOL
FLUORCHROME. Pewarnaan ini adalah segolongan bakteri yang sulit diwarnai, tetapi
sekali diwarnai sulit dihapus. Dinding sel bakteri tahan asam terdiri dari peptidogikan,
arabinogalaktan, dan lipid, dimana 50% dari lipid ini terdiri dari asam nikolat. Bakteri ini
dimasukkan kedalam golongan mikrobacterium yang sebagian besar bersifat satprofit, dikenal
juga golongan atipik , sebagian kecil pathogen bagi manusia yaitu Mycrobaterrium tuberculosis
dan Mycrobacterium leprae.
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam).Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada
bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl
Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen
blue. Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu positif 1 dan positif 2 yang
dilaporkan secara kuantitatif menurut IUAT, yaitu:
Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.
Positif: apabila terdapat 1–9 BTA/100 lapang pandang.
Positi1: apabila terdapat 10–90 BT/100 lapang pandang.
Positif2:apabila terdapat 1–9 BTA/1 lapang pandang.
Positif3:apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.
Dari hasil praktikum yang dilakukan, pada metode Ziehl-Neelsen ditemukan bakteri
yang berbentuk basil dan berwarna merah karena menyerap zat warna pertama yaitu Carbol
Fuchsin.Sedangkan pada metode Kinyoun- Gabbet ditemukan bakteri yang bebentuk basil dan
berwarna merah karena menyerap zat warna pertama yaitu Kinyoun.

BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

51. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang diamati ditemukan bakteri BTA (+) yang berbentuk basil.

5.2. Saran
Adapun saran yang ingin penulis (praktikan) sampaikan melalui laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Membaca dan mempelajari protab terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
b. Menggunakan APD pada saat praktikum.
c. Mengikuti protab pada saat praktikum
d. Tidak menukar-nukar pipet untuk menghindari kontaminasi antar larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Krisno. Agus, 2011, ,http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-pewarnaan-bakteri/.html..


Diakses pada tanggal 6 Juni 2012
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Jawetz, Melnick, Adelberg, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 23, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Iud W, 2008, Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi, UMM Pres, Malang.

Anda mungkin juga menyukai