Anda di halaman 1dari 31

FAKULTAS KEDOKTERAN Makassar, 19 Desember 2018

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


BLOK URONEFROLOGI
LAPORAN PBL
BENGKAK PADA MUKA DAN PERUT

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12 PBL

Andi Ayulia Mulfawati (11020150010)


Nur Aisyah (11020160028)
Syafira Alim (11020160057)
Arum Dwi Haerunnisa (11020160065)
Fiscarina (11020160095)
Rajabul Haeri (11020160099)
S. Ahmad Gufran Idrus (11020160125)
Sayyidatul Auliya (11020160146)
Muh. Rafli Rachmatullah (11021060157)
Fajriah Saraswati Nawir (11020160166)
Asyifah Andari Syarif (11020160179)

TUTOR : dr. Inna Mutmainna Musa

KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL dari
kelompok 17 PBL Blok Uronefrologi dapat terselesaikan dengan baik. Salam shalawat
tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta
keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in dan orang yang senantiasa istiqmah di
jalan-Nya.

Ucapan terima kasih yang sangat besar kepada setiap pihak yang telah membantu
terbuatnya laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya
kepada dr. Wawan Susilo yang telah banyak membantu selama proses PBL berlangsung.
Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses
PBL telah berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang
telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan
mahasiswa dapat melihat dan memahami aspek – aspek dalam kasus yang diberikan
tentang aspek Bengkak Pada Muka dan Perut serta pandangan islam dalam masalah
ini.

Makassar, 19 Desember 2018


I. SKENARIO
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun datang ke praktek dokter umum
dengan keluhan nyeri bila buang air kecil dan sering-sering kencing.
Keluhan ini disertai demam dan sakit pinggang.
II. KATA/ KALIMAT KUNCI
 Seorang anak perempuan berusia 10 tahun
 Nyeri bila buang air kecil
 Sering kencing
 Demam dan sakit pinggang
III. PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan Anatomi, Histologi dan fisiologi organ yang terkait serta
mekanisme pembentukan urin?
2. Apa saja etiologi dari gejala sering buang air kecil ?
3. Penyakit apa saja yang menyebabkan nyeri pada saat buang air kecil ?
4. Bagaimana patomekanisme dari gejala pada skenario ?
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis sesuai skerio ?
6. Jelaskan Differential Diagnosis sesuai skenario ?
7. Bagaimana penatalaksanaan awal sesuai skenario ?
8. Jelaskan pencegahannya sesuai skenario ?
9. Apa perspektif Islam sesuai skenario ?
IV. Jawaban Pertanyaan :
1. Anatomi, histologi dan fisiologi ginjal

GINJAL
a. Makroskopis Ginjal
Terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium
(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada
orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-
kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.

Bentuk ginjal seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke


dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri
untuk memberi tempat lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal dipertahankan
dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus
oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam guncangan.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu


masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi
dua atau tiga kaliks renalis minores.

Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-


piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen
tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid
membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal
dari banyak duktus pengumpul.

b. Mikroskopis Ginjal
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri
dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus
pengumpul.
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-
kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut
Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kencing, kemudian
ke luar melalui Uretra.

Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urin.

c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra
lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang
terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus,
arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola
interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini
kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus.

Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang


membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler
peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam
jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal
dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-
25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal
berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran
darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen
mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon
terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan.

Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit
atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus
sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi ginjal adalah:

i. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,


ii. mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
iii. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
iv. mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
v. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
vi. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
vii. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah
merah.

Tahap Pembentukan Urine :

1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti
kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel
terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan
larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25%
dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma
atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman.
Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration
Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi
berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan
kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik
filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah.
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif
zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi
secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara
alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat
dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap
kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa
hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali”
jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus
disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan
ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu
kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya.
Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat
menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi
penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
2. Etiologi sering BAK

- Gangguan neurologis, seperti stroke dan multiple sclerosis


- Diabetes
- Obat-obatan yang menyebabkan peningkatan produksi urin yang cepa
- Infeksi saluran kemih akut yang dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan
kandung kemih terlalu aktif
- Kelainan pada kandung kemih, seperti tumor atau batu kandung kemih
- Faktor-faktor yang menghalangi aliran keluar kandung kemih pembesaran
prostat, sembelit atau operasi sebelumnya untuk mengobati bentuk lain dari
inkontinensia
- Konsumsi berlebihan kafein atau alkohol
- Menurunnya fungsi kognitif karena penuaan, yang mungkin membuat lebih sulit
bagi kandung kemih untuk memahami sinyal yang diterima dari otak
- Kesulitan berjalan, yang dapat menyebabkan urgensi kandung kemih jika tidak
dapat pergi ke kamar mandi dengan cepat
- Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, yang dapat
menyebabkan gejala kandung kemih terlalu aktif, karena Anda memiliki sedikit
ruang penyimpanan urin yang tersisa
3. Penyakit yang dapat menyebabkan nyeri pada saat berkemih
a. Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang
disebabkan oleh penyebaraninfeksi dari uretra
Cistitis biasanya memperlihatkan gejala :
- Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang
tertekan
- Sering buang air kecil (poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk
buang air kecil (urgensi kemih) Piuria (Adanya sel-sel darah putih
dalam urin)
- Nyeri punggung bawah atau suprapubic
- Demam yang disertai hematuria (adanya darah dalam urine) pada
kasus yang parah.
- Perlu untuk buang air kecil di malam hari (nokturia, mirip dengan
kanker prostat atau BPH)
b. Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal
yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada
jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik
ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis
(pyelum= piala ginjal)
Gejala klinis :
- Nyeri di daerah pinggang belakang.
- Demam
- Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya
- tak dapat menahan kencing
- Polakisuria
- Disuria
- Enuresis
- air kemih berbau dan berubah warna.
c. Uretritis gonokokus (UG) yaitu peradangan uretra yang sering disebabkan
oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae dengan keluhan gatal,
panas dibagian uretra eksternum, nyeri saat berkemih disertai keluhan
keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra, kadang dapat
mengeluarkan darah, dan polakisuria.
d. Uretritis non gonokokus (UNG) merupakan peradangan uretra sering
disebabkan oleh bakteri Gram negatif Chlamydia trachomatis, ditularkan
melalui kontak seksual. Umumnya gejala tidak seberat gonore, berupa
disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan keluarnya
duh tubuh seropurulen.
e. Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina.
Gejala klinis :
- Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan
abnormal dari vagina.Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat
banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri
- Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa
terbakar pada vulva dan vagina.
4. Patomekanisme dari gejala
Hampir seluruh ISK terjadi secara asenden. Bakteri berasal dari flora
feses, berkolonisasi didaerah perineum dan memasuki kandung kemih melalui
uretra. Pada bayi, septikemia karena bakteri gram negatif relatif lebih sering, hal
ini mungkin disebabkan imaturitas dinding saluran pencernaan pada saat
kolonisasi oleh Escherichia coli atau karena imaturitas system pertahanan.
Penyebaran secara hematogen lebih sering terjadi pada neonatus. Infeksi
nosokomial juga dapat terjadi, biasanya disebabkan operasi atau intrumentasi
pada saluran kemih. Bakteri penyebab ISK yang paling sering ditemukan di
praktek umum adalah E. coli (lebih dari 90%), sedangkan yang disebabkan
infeksi nosokomial (hospital acquired) sekitar 47%.
Awal terjadinya ISK adalah bakteri berkolonisasi di perineum pada anak
perempuan atau di preputium pada anak laki-laki. Kemudian bakteri masuk
kedalam saluran kemih mulai dari uretra secara asending. Setelah sampai di
kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam urin dan melewati mekanisme
pertahanan antibakteri dari kandung kemih dan urin. Pada keadaan normal
papila ginjal memiliki sebuah mekanisme anti refluks yang dapat mencegah
urin mengalir secara retrograd menuju collecting tubulus. Akhirnya bakteri
bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan respons inflamasi
dan timbul gejala ISK.
Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri dari mekanisme
fungsional, anatomis dan imunologis. Pada keadaan anatomi normal,
pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada saat
setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler,
bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan komplemen. Maka setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan normal tersebut dapat
menyebabkan risiko terjadinya infeksi.
Pada anak perempuan, ISK kompleks sering terjadi pada usia toilet
training karena gangguan pengosongan kandung kemih terjadi pada usia ini.
Anak mencoba untuk menahan kencing agar tidak ngompol, dimana kontraksi
otot kandung kemih ditahansehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan
tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih
yang tidak tuntas, kemudian semuanya akan menyebabkan bakteriuria.
Gangguan pengosongan kandung kemih dapat terjadi pula pada anak yang tidak
BAK secara teratur. Uropati obstruktif menyebabkan hidronefrosis yang akan
meningkatkan risiko ISK karena adanya stasis urin.
Mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran kemih akan menuju ke
ginjal, kandung kemih dan ureter. Saat bakteri telah menginfeksi organ akan
menyebabkan terjadinya inflamasi di organ tersebut sehingga menyebabkan
pembengkakan jaringan pada organ tersebut dan menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang akan menyebabkan nyeri saat berkemih.
Setiap orang memiliki frekuensi buang uang air kecil yang berbeda- beda.
Beberapa orang hanya buang air kecil 2 sampai 3 kali per hari, sementara ada
orang yang sampai 10 kali ke toilet untuk buang air setiap hari. Tidak ada
patokan berapa sebenarnya frekuensi yang normal. Perempuan lebih sering
pergi ke toilet dari pada pria. Hal ini berkaitan dengan volume kandung kemih,
yang lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita. Pria memakan waktu
lebih lama untuk memenuhi kandung kemihnya sehingga mereka lebih jarang
buang air kecil. Banyak-sedikitnya Anda minum, cuaca udara, dan faktor lain
juga berpengaruh pada frekuensi kencing.

Mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran kemih akan menuju ke


ginjal, kandung kemih dan ureter. Saat bakteri telah menginfeksi organ akan
menyebabkan terjadinya inflamasi di organ tersebut sehingga menyebabkan
pembengkakan jaringan pada organ tersebut dan menyebabkan obstruksi
saluran kemih sehingga terjadi radang pada dinding kandung kemih ditandai
dengan nyeri di daerah kandung kemih dan panggul, sehingga menyebabkan
dorongan yang kuat untuk buang air kecil, setiap kalinya hanya mengeluarkan
sejumlah kecil urin.

Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan


langsung dengan tingkat sitokin pyrogen yang diproduksi untuk mengatasi
berbagai rangsang. Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka
monosit, makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin yang berperan sebagai
pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja pada pusat
thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka
terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan
peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan mempertahankan suhu sesuai
patokan yang baru dan bukan suhu normal. Mekanisme demam dapat juga
terjadi melalui jalur non-prostaglandin melalui sinyal afferen nervus vagus yang
dimediasi oleh produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1(MIP-1), suatu
kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan
demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat
oleh antipiretik. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan
produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan
cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong
suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang dialami dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi.
Mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran kemih akan menuju ke
ginjal, kandung kemih dan ureter. Saat bakteri telah menginfeksi organ akan
menyebabkan terjadinya inflamasi di organ tersebut sehingga menyebabkan
pembengkakan jaringan pada organ tersebut dan menyebabkan obstruksi
saluran kemih. Kemudian menyebabkan gerakan peristaltic oto polos pada
ureter meningkat menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri yang berlokasi
pada pinggang (Tipe nyeri alih).
Adapun penyebab lain yang dapat menyebabkan nyeri pinggang yaitu
adanya kalkulus renal yang berjalan menuju ke ureter menyebabkan peristaltic
otot polos ureter meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan intaluminer
pada ureter menyebabkan penekanan persyarafan ginjal (plexus coeliacus,
nervus splanchnicus abdominopelvis dan ganglion aorticorenalis) yang menuju
ke reseptor nyeri.

5. Langkah- langkah diagnosis


Anamnesis Dan Riwayat Penyakit
Kemampuan seorang dokter dalam melakukan wawancara dengan pasien
ataupun keluarganya melalui anamnesis yang sistematis sangat penting dalam
menentukan diagnosis suatu penyakit. Anamnesis yang sistematik mencakup :
1. Keluhan utama pasien
2. Riwayat penyakit lain yang pernah diderita
3. Maupun pernah diderita oleh keluarganya
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita saat ini
Pasien datang kedokter mungkin dengan membawa keluhan Sistemik yang
merupakan penyulit dari kelainan urologi, antara lain gagal ginjal (malese,
pucat, uremia), demam disertai menggigil akibat infeksi; urosepsis lokal
(urologi) antara lain nyeri akibat kelainan neurologi, keluhan miksi,disfungsi
seksual atau infertilitas.
Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenital
dirasakan sebagai nyeri yaitu nyeri yang dirasakan di sekitar organ itu sendiri,
atau berupa referred pain yaitu nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ
sakit
 Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal adalah nyeri yang terjadi akibat regangan kapsul ginjal.
Regangan kapsul ginjal ini dapat terjadi karena pielonefritis akut yang
menimbulkan edema,obstruksi saluran kemih yang mengakibatkan
hidronefrosis atau tumor ginjal yang mengakibatkan teregangnya kapsul ginjal.
 Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi akibat spasmus otot polos ureter karena gerakan
peristaltiknya terhambat oleh batu, bekuan darah atau benda asing lainnya.
 Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan di supra simpisis. Nyeri ini terjadi akibat distensi
buli – buli yang penuh atau terdapat radang pada buli – buli.
 Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan oleh radang pada prostat atau abses prostat yang
dirasakan pada daerah perineum dan dapat dirasakan sampai ke daerah
lumbosacral.
Keluhan Miksi
1. Urgensi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit. Keadaan
ini dalah akibat hiperiritabilitas dan hiperaktifitas buli – buli karena inflamasi,
adanya obstruksi infra vesika atau karena kelainan buli – buli neurogen
2. Hesistansi
Hesistansi adalah sulit untuk memulai berkemih, sehingga untuk memulai
berkemih kadang – kadang harus mengedan. Pancaran urine melemah dan
mengecil. Pancaran urin melemah dan kadang – kadang jarak pancar urin sangat
dekat.Hal ini merupakan obstruksi infra vesika, sedangkan pancaran urin yang
kecil dan deras menunjukkan adanya penyempittan uretra.
3. Pneumaturi
Pneumaturi adalah berkemih bercampur udara. Keadaan ini dapat terjadi
karena terdapat fistula antara buli – buli dengan usus. atau adanya proses
fermentasi glukosa menjadi gas CO2 di dalam urin pada pasien diabetes
mellitus.
4. Hematospermi
Hematospermi adalah didapatkannnya darah di dalam cairan ejakulat
(semen).Keadaan ini dapat terjadi pada keradangan Vesikulaseminalis
(Vesikulitis), karsinoma prostat atau prostatitis tuberkulosa.
5. Cloudy urine
Cloudy Urine adalah urin berwarna keruh dan berbau busuk akibat dari
suatu infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien meliputi pemeriksaankeadaan umum dan
pemeriksaanurologiseringkali kelainan – kelainan di bidang urologi
memberikan manifestasi penyakit umum (sistemik), atau tidak jarang pasien
urologi kebetulan menderita penyakit lain.
Adanya hipertensi mungkin merupakan tanda dari kelainan ginjal, edema
tungkai satu sisi mungkin akibat obstruksi pembuluh vena tungkai karena
penekanan tumor buli – buli, dan ginekomastia mungkin ada hubungan dengan
karsinoma testis. Hal itu diatas mengharuskan untuk memeriksa keadaan umum
pasien secara menyeluruh. Sedang pada pemeriksaan urologi perlu diperhatikan
setiap organ mulai dari pemeriksaan ginjal, buli – buli, genitalia eksterna, dan
pemeriksaan neurologi.
1. Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas
harus diperhatikan pada saat melakukan inspeksi di daerah ini. Pembesaran itu
mungkin disebabkan oleh karena hidronefrosis atau tumor di daerah
retroperitoneum. Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan
memakai dua tangan. Tangan kiri diletakkan di sudut kostovertebra untuk
mengangkat ginjal keatas sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan.
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal
dilakukandenganmemberikanketokan pada sudut kostoverterbra (yaitu sudut
yang dibentuk oleh kostae terakhir dengan ulang verterbrae. Adanya
pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan teraba pada
palpasi dan terasa nyeri pada perkusi.Transiluminasi dapat memberikan
pembuktian secara cepat pada anak – anak dibawah satu tahun, yang dilakukan
pada supra pubik atau masa dipanggul.
Auskultasi pada daerah costovertebra dan kuadran atas abdomen dapat
menimbulkan bunyi bruit sistolik, dimana hal ini dihubungkan dengan adanya
stenosis ( penyempitan ) atau aneurisma ( Pelebaran ) dari arteri renal. Bruit di
atas arteri femoralis dapat menemukan adanya hubungan dengan syndrom
Leriche yang dapat disebabkan oleh impoten.
2. Pemeriksaan Buli-Buli
Pada pemeriksaan buli – buli diperhatikan adanya benjolanmassa atau
jaringan parut bekas irisanoperasi di suprasimpisis. Massa di daerah
suprasimpisis mungkin merupakan tumor ganas buli – buli atau karena buli –
buli yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan perkusi dapat ditentukan
batas atas buli – buli. Palpasi dengan menggunakan dua tangan ( abdominal
rektal atau abdominal Vagina ) dapat membuktikan luas dari tumor Vesika.
Kesuksesan dalam penangananya seharusnya dikerjakan dibawah pengaruh
anesthesia
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering
dikerjakan pada kasus – kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji
makroskopik dengan menilai warna, bau dan berat jenis, kimiawi meliputi
pemeriksaan derajat keasaman ph, protein dan gula dalam urine. Mikroskopik
mencari kemungkinan adanya sel – sel, cast (silinder) atau bentukan lain di
dalam urine.
 Pemeriksaan Darah
 Darah rutin
 Faal ginjal
 Faal hepar
 Faktor pembekuan dan faal hemosatasis
 Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain (PAP) (prostatic acid phoshatase)
dan PPA(prostate -spesipic Antigen) yang sering berguna dalam membantu
menegakkan diagnosis karsinoma prostatAFP (alfa feto protein) dan human
horionicgonadotropine (HCG Β) untuk mendeteksi adanya tumor testis jenis
non seminoma, dan pemeriksaan VMA(Vanyl Mandelic Acid) dalam urin untuk
mendeteksi tumor neuroblastoma.
Urinalisis
Urinalisis dapat memberikan informasi penting yang biasanya di lakukan
secara rutin pada saat pasien masuk RS dan dalam pemeriksaan skrining pada
pra operatif untuk pasien-pasien yang menjalani pembedahan elektif.
Pemeriksaan ini mencakup :
1. Observasi warna dan kejernihan urine
2. Pengkajian bau urine.
3. Pengukuran keasaman (pH urine normal 4,5-8,0 dan rata-rata 6,0)dan (berat
jenis urine (normal 1,025 atau lebih )
4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein (proteinuria)proteinuria
normalnya 150 mg/hari,proteinuria ringan kadar kurang dari 1 gram /hari dan
cenderung di kaitkan dengan penyakit ginjalseperti pyelonefritis kronis dan
proteinuria berat mengeluarkan protein 3,5gram/ hari dan merupakan definisi
laboratoris dari sindrom nefrotik,glukosa (glukosuria), badan keton dalam
urine (ketonuria)
5. Pemeriksaan mikroskop sedimen urine sesudah melakukan pemusingan
untuk mendeteksi sel darah merah (hematuria), pus(piuria),bakteri
(bakteriuria)
Pemeriksaan fungsi ginjal
Tes fungsi ginjal di lakukan untuk mengevaluasi berat penyakit
ginjal dan mengikuti perjalanan klinik pasien . periksaan ini juga akan
memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi
ekskresinya.pemeriksaan ini umumnya di lakukan :
1. Kemampuan pemekatan ginjal (berat jenis dan osmslalitas urin)
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gangguan dini fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan klirens kreatinin.Berguna untuk mangikuti kemajuan
status fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan kadar kreatinin serum.Kadar normal 0,7-1,5/100ml.
Pemeriksaan fungsi ginjal yang mencerminkan keseimbangan antara
produksi dan filtrasi oleh glomerulus.
4. Periksaan kadar ureum serum.kadar normal 10-20mg/100ml. Berfungsi
sebagai indeks kapasitas ekskresi urin.
Analisis Batu
Analisis batu yang telah dikeluarkan dari saluran kemih dilakukan
analisis. Kegunaan analisis batu adalah untuk mengetahui jenis batu guna
mencegah terjadinya kekambuhan dikemudian hari. Pencegahan itu dapat
berupa pengaturan diet dan pemberian obat –obatan.
Kultur Urine
Kultur urine diperiksa untuk mencari adanya infeksi saluran kemih,
menentukan jenis kuman dan sensitifitas kuman terhadap beberapa atibiotik
yang diujikan.
Pemeriksaan Sitologi Urine
Pemeriksaan sitologi urin merupakan pemeriksaan sitologi sel – sel
urotelium yang terlepas dan terikut urin. contoh urin sebaiknya diambil setelah
pasien melakukan aktifitas dengan harapan lebih banyak sel – sel urotelium
yang terlepas dalam urin.Derajat perubahan sel – sel itu diklasifikasikan dalam
kelas mulai dari normal, sel –sel yang mengalami keradangan, sel – sel atipik,
di duga menjadi sel – sel ganas, dan sel – sel yang sudah mengalami
perubahan morfologi menjadi ganas.
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan histopatologi yang
diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi. Pada pemeriksan ini
dapat ditentukan suatu jaringan normal, mengalami proses inflamasi,
pertumbuhan benigna,atau terjadi pertumbuhan maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
differensiasi keganasan.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen atau KUB (kidney UreterBlader) adalah merupakan foto
skrining untuk pemeriksaan kelainan – kelainan urologi.
 Sistografi
Sistografi adalah pencitraan buli – buli dengan memakai kontras. Foto ini
dapat dikerjakan dengan beberapa cara, antara lain Melalui foto Pemasukkan
kontras melalui kateter uretra langsung ke buli – buli Memasukkan kontras
melalui kateter sistotomi atau melalui pungsi suprapubik.
 Uretrografi
Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan
kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna sehingg jika
terdapatstriktura pada uretra akan tampak adanya penyempitan atau hambatan
kontras pada uretraadanya ekstravasasi kontras pada trauma uretra, atau
adanya filling defect jika terdapat tumor pada uretra.
 Pielografi Retrograd (RPG)
Pielografi retrograd atau pyelography adalah pencitraan sistem urinari bagian
atas dengan cara memasukkan bahan kontras radiopak langsung melalui
kateter ureter yang dimasukkan kontras uretra.
 USG
Prinsip pemeriksaan USG adalah menangkap gelombang bunyi ultra yang
dipantulkan oleh organ – organ (jaringan) yang berbeda kepadatannya.
Pemeriksaan ini tidak infasif dan tidak menimbulkan efek radiasi.USG dapat
membedakan antara masa padat (hiperekoid) dengan masa kistus( hipoekoid),
sedangkan batu non opak yang tidak dapat dideteksi foto rontgen akan
terdeteksi oleh USG sebagai echoic shadow.USG banyak dipakai untuk
mencari kelainan – kelainan pada ginjal, buli – buli, prostat, testis dan
pemeriksaan pada kasus keganasan.
 MRI
Pemeriksaan ini lebih baik daripada USG tetapi harganya masih sangat mahal.
Kedua pemeriksaan ini banyak dipakai di bidang onkologi untuk menentukan
batas – batastumor, infasi ke organ di sekitar tumor dan mencari adanya
metastasis ke kelenjar limfe serta ke organ lain.
6. Differential diagnosis
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan pertumbuhan kuman
dalam saluran kemih yang mencapai jumlah bermakna (bakteriuria bermakna)
dengan atau tanpa gejala klinik.
Bakteriuria bermakna : apabila pada biakan urin ditemukan kuman
pathogen dari satu jenis tertentu dalam jumlah koloni > 105 /ml urin pada 2 kali
atau lebih pemeriksaan berturut-turut.
Infeksi saluran kemih (ISK) terbagi berdasarkan letak infeksinya, yaitu :
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender :
a Perempuan :
- Sistitis : adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
- Sindrom uretra aku (SUA) : adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. SUA disebabkan oleh mikroorganisme anaerobic.
b. Laki-laki :

- presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,


epidimidis, dan urethritis.

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

- Pielonefritis akut (PNA) : adalah proses inflamasi parenkim ginjal


yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

- Pielonefritis kronis (PNK) : akibat lanjut dari infeksi bakteri


berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih dan reflaks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik
sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimptomatik
kronik pada orang dewasa tanpa factor predisposisi tidak pernah
menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
B. EPIDEMIOLOGI
Umumnya ISK asimptomatik (Covert Bacteriuria) lebih banyak dijumpai
dibandingkan ISK simtomatik. ISK asimptomatik pada bayi (neonates) laki-laki
1-3,7% dan 0,13-2,1% pada bayi perempuan. ISK pada masa neonatus lebih
banyak dijumpai pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan. Sedangkan
pada usia dewasa perempuan lebih cenderung menderita ISK dibandingkan laki-
laki.
C. ETIOLOGI
Bakteri penyebab ISK yang terbanyak ialah Escherichia coli grup O, baik pada
bakteriuri simptomatik maupun asimptomatik, menyusul Klebsiella,
Enterobacter, Proteus, Pseudomonas aeroginosa, Enterococcus, Staphylococcus,
Shigella, Salmonella. Penyebab organisme lain ialah Protoplast, virus, fungi dan
protozoa.
D. PATOGENESIS
Kuman masuk ke dalam saluran kemih melalui 3 jalur :
1. Melalui darah (hematogen)
2. Percontinuitatum, yaitu melalui jaringan dari daerah genitalia eksterna dan
perineum (terutama pada anak wanita) melalui urethtra ke buli-buli dan
akhirnya sampai ke ginjal.
3. Limfogen, yaitu melalui saluran atau aliran limfe.
Yang paling sering dari ketiga cara ini ialah secara percontinuitatum.

Pada neonatus biasanya terjadi secara hematogen terutama bila ada sepsis dari
tempat lain. Mekanisme ISK neonatus secara hematogen ini belum diketahui
dengan pasti. Diduga pada bayi kecil kematangan system kekebalan dan
perkembangan dari antibody spesifik baik local maupun sistemik untuk
mencegah masuknya kuman ke dalam darah terutama E.coli belum sempurna.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskopik urin segar tanpa putar, kultur urin,
serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standaruntuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan.
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi klinis yang kuat.
Renal imaging procedures untuk investigasi factor predisposisi ISK :
 Ultrasonogram (USG)
 Radiografi :
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
 Isotope scanning
F. PENATALAKSANAAN
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Intak cairan yang banyak, antibioyik yang adekuat, dan kalau perlu
terapi simptomatik untuk alkalinisasi urin :
 Ampisilin 3 gram, Trimetropin 200 mg
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Memelihara status hidrasi, dan terapi antibiotic parenteral paling sedikit
48 jam. Tiga alternatif terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama
48 – 72 jam sebelum diketahui mikroorganisme sebagai penyebabnya :
 Fluorokuinolon
 Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
Sefalosforin spectrum luas dengan atau tanpa amiglikosida.

PELVIC ILNFLAMATORY DISEASE (PID)


A. Defenisi
Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease-PID) adalah
gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,
salpingitis, abses tuboovaria dan peritonitis pelvik. Kasus radang panggul
sebagian besar ditemukan pada perempuan berusia 15-24 tahun yang aktif secara
seksual. Selain infertilitas, penyakit radang panggul yang tidak segera ditangani
dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan ektopik.
B. Epidemiologi
Satu dari 7 wanitaAmerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan
kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun. Penyakit radang panggul
sebagian besar (90%) terjadi karena infeksi asenden, selebihnya dapat terjadi
karena tindakan medis, atau penyebaran limfogen atau hematogen.
Penyakit radang panggul mempengaruhi 1 dari 10 wanita dan jika di biarkan akan
menyebabkan ketidaksuburan. Diperkirakan 1.000.000 wanita pertahun di USA
mendapat pengobatan untuk peradangan panggul pada usia antara 16-25 tahun.
Per tahunnya hampir 250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PRP dan 100.000
orang mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan. Insidensi PRP
pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah sekitar 9,38 per
1000 wanita di 20 hari setelah pemasangan. Namun, angka kejadian radang
panggul pada pengguna AKDR akan menurun menjadi 1,39 per 1000 wanita pada
satu tahun setelah pemasangan. Angka PID pada pemakaian AKDR adalah
sebanyak 1,4 – 1,6 kasus per 1000 wanita selama tahun pemakaian.

C. Patofisiologi
Infeksi menular seksual adalah salah satu penyebab radang panggul. Bakteri pada
infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan gonore, adalah contoh bakteri
yang biasanya menyebabkan infeksi pada leher rahim. Bakteri ini dapat menyebar
dari vagina hingga ke organ reproduksi bagian atas. Selain itu, beberapa bakteri
yang biasanya hidup pada vagina juga dapat mengakibatkan radang panggul.
Bakteri ini akan melewati vagina dan menginfeksi organ tubuh lainnya.Faktor
risiko radang panggul berkaitan dengan keguguran, tindakan aborsi, sering
berganti pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa kondom, memiliki riwayat
radang panggul dan infeksi menular seksual sebelumnya, penggunaan alat
kontrasepsi IUD (spiral).
PID biasanya dimulai oleh servisitis (A). Hal ini diikuti oleh perubahan kondisi
mikroba di vagina dan serviks (B). Mengakibatkan vaginosis bakterial (C)
Patogen (baik yang awal maupun BV akan naik ke traktus genital atas. Bagian
yang berwarna abu-abu adalah bagian yang terkena (D).

D. Diagnosis
 Gejala sangat bervariasi, tergantung lokasi, intensitas, serta daya tahan
tubuh.
 Nyeri/ketegangan abdomen bagian bawah
 Demam
 Gangguan berkemih
 Nyeri goyang serviks
 Nyeri pada adneksa
 Discharge vagina yang berlebihan
 Massa di pelvik pada pemeriksaan USG Diagnosis klinis PRP
mempunyai nilai duga positif 65-90% dibandingkan dengan laparoskopi.

E. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
–Leukosit darah

–LED

–CRP

–Pewarnaan Gram

–Kuldosentesis purulenta

–Kultur
 USG
 Laparoskopi : Cairan purulen dari fimbrae

F. Penata Laksanaan
Pengobatan radang panggul atau pelvic inflammatory disease dapat dilakukan
dengan cara pemberian antibiotik pada penderita yang masih berada pada tahapan
awal penyakit. Biasanya penderita akan diberikan antibiotik metronidazole,
ofloxacin, doxycycline, atau ceftriaxone untuk mengobati infeksi bakteri,
setidaknya selama 14 hari. Pemberian antibiotik dapat disertai dengan pemberian
obat pereda sakit, seperti ibuprofen dan paracetamol jika penderita merasakan
sakit di daerah perut atau panggul. Bagi penderita yang sedang hamil, disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi antibiotik.

Sebagian besar pasien dengan kasus radang panggul berat dapat menerima
antibiotik melalui infus di rumah sakit. Pengobatan dengan antibiotik harus
diselesaikan sampai tuntas sesuai dengan periode konsumsi yang dianjurkan oleh
dokter agar infeksi bakteri benar-benar hilang. Bagi penderita radang panggul
yang memakai alat kontrasepsi IUD, dokter kemungkinan akan menganjurkan
pencabutan alat kontrasepsi tersebut bila gejala tidak kunjung membaik setelah
beberapa hari.

Untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain selama periode pengobatan
radang panggul, pasangan seksual penderita juga disarankan untuk menjalani
pemeriksaan dan pengobatan, walau tidak nampak gejala yang sama. Dokter juga
akan menganjurkan penderita dan pasangannya untuk tidak berhubungan seksual
selama proses pengobatan berlangsung.

Prosedur operasi dilakukan jika abses telah muncul pada organ yang terinfeksi
dan terdapat jaringan parut yang menyebabkan nyeri. Tindakan operasi dapat
dilakukan dengan membuka perut (laparotomi) atau dengan bedah minimal
invasif (laparoskopi), untuk mengangkat atau mengalirkan abses dan memotong
jaringan parut.

G. Prognosis

 Pasien yang ditatalaksana dengan tepat menunjukkan prognosis yang


baik
 Namun bila tidak teratasi dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang,
yaitu nyeri pinggang kronik, infertilitas, dan kehamilan ektopik.
H. Pencegahan Radang Panggul

Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti
chlamydia. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan aman saat
berhubungan seksual. Misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan
melakukan hubungan seksual yang aman.Selain mulai menerapkan kehidupan
seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan
seperti berikut ini:

 Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin jika Anda memiliki risiko


tertular infeksi menular seksual.
 Berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis kontrasepsi yang tepat untuk
Anda.
 Hindarilah mencuci vagina bagian dalam dengan teknik vaginal
douching karena akan mengganggu keseimbangan bakteri baik (flora normal)
dalam vagina.

Pencegahan radang panggul akan lebih mudah dilakukan bersama pasangan. Bila
Anda menderita radang panggul, sarankan kepada pasangan Anda untuk
melakukan pemeriksaan dan pengobatan juga bila diperlukan. Hal ini dapat
mencegah penyebaran infeksi menular seksual dan kemungkinan radang panggul
berulang.

7. Penatalaksanaan awal
Farmakologi

1. Untuk obat nyeri pada saat buang air kecil dapat diberikan antibiotik
seperti ciprofloxacin untuk menangani berbagai jenis infeksi akibat bakteri,
misalnya infeksi saluran kemih. Obat ini bekerja dengan cara membunuh
atau mencegah perkembangan bakteri yang menjadi penyebab infeksi.
Dosis yang dapat diberikan untuk anak 250 mg dalam satu tablet.
2. Acetaminofen atau biasa disebut paracetamol.
Paracetamol efektif dalam mengurangi demam dan sebagai pereda nyeri
pada anak. Dosis paracetamol adalah 400 mg dalam satu tablet.
Non farmakologi

1. Perbanyak minum air


Memperbanyak asupan cairan dapat membantu tubuh mengeluarkan lebih
banyak urin untuk membilas bakteri.
2. Mengonsumsi jus buah asli atau makan buah dan sayuran segar yang
mengandung banyak air, seperti semangka dan timun, untuk membantu
meningkatkan produksi urin. Manfaatnya untuk membantu mengurangi
kemungkinan bakteri untuk menempel pada sel-sel di dinding saluran
kemih yang dapat menimbulkan infeksi.
3. Perbanyak istirahat
Istirahat total dan hindari aktivitas tertentu yang bisa memerangkap panas
dan kelembapan di area selangkangan.
4. Jaga kebersihan pribadi
Jagalahkebersihan vagina untuk menghindari kuman dari kulit sekitarnya
masuk ke saluran kemih dan meggunakan sabun netral yang tidak
berpengharum.
5. Berikan suplemen vitamin C 45 mg setiap harinya. Vitamin C dapat
mengasamkan urine sehingga menyulitkan bakteri jahat tumbuh dan
menyebabkan infeksi.

8. Pencegahan
Sebagian kuman yang berbahaya hanya dapat hidup dalam tubuh manusia.
Untuk melangsungkan kehidupannya, kuman tersebut harus pindah dari orang
yang telah kena infeksi kepada orang sehat yang belum kebal terhadap kuman
tersebut. Kuman mempunyai banyak cara atau jalan agar dapat keluar dari orang
yang terkena infeksi untuk pindah dan masuk ke dalam seseorang yang sehat.
Kalau kita dapat memotong atau membendung jalan ini, kita dapat mencegah
penyakit menular. Kadang kita dapat mencegah kuman itu masuk maupun
keluar tubuh kita. Kadang kita dapat pula mencegah kuman tersebut pindah ke
orang lain.

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu
pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga tingkatan pencegahan
tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering
dijumpai keadaan tumpang tindih.

Beberapa pencegahan dan mencegah terulang kembali, yaitu:

1.Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan
sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.

2.Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni,


bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan
bakteri masuk ke saluran urin dari rektum.

3.Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.

4.Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.

5.Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan
dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.

6.Minum air yang banyak.

7.Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai berkemih.

8.Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari
saluran urin dari bakteri.

9. Perspektif Islam

َ ‫ظافَةُ ك َِر ْي ٌم ي ُِحبُّ ْالك ََر َم َج َّوادٌ ي ُِحبُّ ْال ُج ْود‬


َ َّ‫ْف ي ُِحبُّ الن‬
ٌ ‫ب ن َِظي‬ َّ ‫ط ِيِّبٌ ي ُِحبُّ ال‬
َ ‫ط ِِّي‬ َ ‫ا َِّن ﷲَت َ َعالَى‬
َّ ‫فَن‬
﴾‫﴿رواه التِّرمذى‬٠ ‫َظفُ ْوااَ ْفنِيَتَ ُك ْم‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya


Allah itu bersih, menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah menyukai keindahan, karena itu bersihkan
tempat-tempatmu”. (HR. Tirmidzi)
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
2. Suwardi S.S, 2000, Enuresis pada anak sekolah di Jakarta. Tesis. UI
3. Basuki B. Purnomo ,Dasar – Dasar Urologi, Ed 3, 2011.
4. Purnomo, Basuki B. 2007, Dasar-DasarUrologi. Edisi 2. Jakarta:SagungSeto.
Halaman 15-41
5. Hidayanti Emma, Rachmadi Dedi. 2008. Infeksi Saluran Kemih Kompleks.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Bandung
6. Tusino Agus, Widyaningsih N. 2017. Karakteristik Infeksi Saluran Kemih pada
Anak Usia 0-12 Tahun. Vol 9. No 2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta
7. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Edisi 8. Jakarta: EGC
8. Razi Alik. Pemeriksaan Fisik Urologi Dan Pemeriksaan Penunjang. Jakarta.
2013. Hal 1-18
9. Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf. Catatan Kuliah Nefrologi Anak.
10. Siti, Setiati. dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing
11. Merguerian PA, Sverrisson EF, Herz DB, McQuiston LT. Urinary tract infections
in children: recommendations for antibiotic prophylaxis and evaluation. An
evidence-based approach. Curr Urol Rep. Mar 2013;11(2):98-108.
12. jurnal fakultas kedokteran universitas sumatra utara

13. Berek, J.S. Berek & Novak’s Gynecology, ed. 14. Lippincott Williams &
Wilkins; United States : 2007

14. Shaw RS, Luesley D, Monga A. Gynecology. Elsevier; 2011

Anda mungkin juga menyukai