DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12 PBL
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL dari
kelompok 17 PBL Blok Uronefrologi dapat terselesaikan dengan baik. Salam shalawat
tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta
keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in dan orang yang senantiasa istiqmah di
jalan-Nya.
Ucapan terima kasih yang sangat besar kepada setiap pihak yang telah membantu
terbuatnya laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya
kepada dr. Wawan Susilo yang telah banyak membantu selama proses PBL berlangsung.
Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses
PBL telah berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang
telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan
mahasiswa dapat melihat dan memahami aspek – aspek dalam kasus yang diberikan
tentang aspek Bengkak Pada Muka dan Perut serta pandangan islam dalam masalah
ini.
GINJAL
a. Makroskopis Ginjal
Terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium
(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada
orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-
kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.
b. Mikroskopis Ginjal
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri
dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus
pengumpul.
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-
kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut
Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kencing, kemudian
ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urin.
c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra
lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang
terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus,
arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola
interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini
kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus.
Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit
atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus
sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi ginjal adalah:
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti
kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel
terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan
larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25%
dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma
atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman.
Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration
Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi
berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan
kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik
filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah.
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif
zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi
secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara
alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat
dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap
kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa
hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali”
jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus
disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan
ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu
kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya.
Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat
menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi
penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
2. Etiologi sering BAK
A. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan pertumbuhan kuman
dalam saluran kemih yang mencapai jumlah bermakna (bakteriuria bermakna)
dengan atau tanpa gejala klinik.
Bakteriuria bermakna : apabila pada biakan urin ditemukan kuman
pathogen dari satu jenis tertentu dalam jumlah koloni > 105 /ml urin pada 2 kali
atau lebih pemeriksaan berturut-turut.
Infeksi saluran kemih (ISK) terbagi berdasarkan letak infeksinya, yaitu :
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender :
a Perempuan :
- Sistitis : adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
- Sindrom uretra aku (SUA) : adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. SUA disebabkan oleh mikroorganisme anaerobic.
b. Laki-laki :
Pada neonatus biasanya terjadi secara hematogen terutama bila ada sepsis dari
tempat lain. Mekanisme ISK neonatus secara hematogen ini belum diketahui
dengan pasti. Diduga pada bayi kecil kematangan system kekebalan dan
perkembangan dari antibody spesifik baik local maupun sistemik untuk
mencegah masuknya kuman ke dalam darah terutama E.coli belum sempurna.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskopik urin segar tanpa putar, kultur urin,
serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standaruntuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan.
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi klinis yang kuat.
Renal imaging procedures untuk investigasi factor predisposisi ISK :
Ultrasonogram (USG)
Radiografi :
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
Isotope scanning
F. PENATALAKSANAAN
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Intak cairan yang banyak, antibioyik yang adekuat, dan kalau perlu
terapi simptomatik untuk alkalinisasi urin :
Ampisilin 3 gram, Trimetropin 200 mg
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Memelihara status hidrasi, dan terapi antibiotic parenteral paling sedikit
48 jam. Tiga alternatif terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama
48 – 72 jam sebelum diketahui mikroorganisme sebagai penyebabnya :
Fluorokuinolon
Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
Sefalosforin spectrum luas dengan atau tanpa amiglikosida.
C. Patofisiologi
Infeksi menular seksual adalah salah satu penyebab radang panggul. Bakteri pada
infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan gonore, adalah contoh bakteri
yang biasanya menyebabkan infeksi pada leher rahim. Bakteri ini dapat menyebar
dari vagina hingga ke organ reproduksi bagian atas. Selain itu, beberapa bakteri
yang biasanya hidup pada vagina juga dapat mengakibatkan radang panggul.
Bakteri ini akan melewati vagina dan menginfeksi organ tubuh lainnya.Faktor
risiko radang panggul berkaitan dengan keguguran, tindakan aborsi, sering
berganti pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa kondom, memiliki riwayat
radang panggul dan infeksi menular seksual sebelumnya, penggunaan alat
kontrasepsi IUD (spiral).
PID biasanya dimulai oleh servisitis (A). Hal ini diikuti oleh perubahan kondisi
mikroba di vagina dan serviks (B). Mengakibatkan vaginosis bakterial (C)
Patogen (baik yang awal maupun BV akan naik ke traktus genital atas. Bagian
yang berwarna abu-abu adalah bagian yang terkena (D).
D. Diagnosis
Gejala sangat bervariasi, tergantung lokasi, intensitas, serta daya tahan
tubuh.
Nyeri/ketegangan abdomen bagian bawah
Demam
Gangguan berkemih
Nyeri goyang serviks
Nyeri pada adneksa
Discharge vagina yang berlebihan
Massa di pelvik pada pemeriksaan USG Diagnosis klinis PRP
mempunyai nilai duga positif 65-90% dibandingkan dengan laparoskopi.
E. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
–Leukosit darah
–LED
–CRP
–Pewarnaan Gram
–Kuldosentesis purulenta
–Kultur
USG
Laparoskopi : Cairan purulen dari fimbrae
F. Penata Laksanaan
Pengobatan radang panggul atau pelvic inflammatory disease dapat dilakukan
dengan cara pemberian antibiotik pada penderita yang masih berada pada tahapan
awal penyakit. Biasanya penderita akan diberikan antibiotik metronidazole,
ofloxacin, doxycycline, atau ceftriaxone untuk mengobati infeksi bakteri,
setidaknya selama 14 hari. Pemberian antibiotik dapat disertai dengan pemberian
obat pereda sakit, seperti ibuprofen dan paracetamol jika penderita merasakan
sakit di daerah perut atau panggul. Bagi penderita yang sedang hamil, disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi antibiotik.
Sebagian besar pasien dengan kasus radang panggul berat dapat menerima
antibiotik melalui infus di rumah sakit. Pengobatan dengan antibiotik harus
diselesaikan sampai tuntas sesuai dengan periode konsumsi yang dianjurkan oleh
dokter agar infeksi bakteri benar-benar hilang. Bagi penderita radang panggul
yang memakai alat kontrasepsi IUD, dokter kemungkinan akan menganjurkan
pencabutan alat kontrasepsi tersebut bila gejala tidak kunjung membaik setelah
beberapa hari.
Untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain selama periode pengobatan
radang panggul, pasangan seksual penderita juga disarankan untuk menjalani
pemeriksaan dan pengobatan, walau tidak nampak gejala yang sama. Dokter juga
akan menganjurkan penderita dan pasangannya untuk tidak berhubungan seksual
selama proses pengobatan berlangsung.
Prosedur operasi dilakukan jika abses telah muncul pada organ yang terinfeksi
dan terdapat jaringan parut yang menyebabkan nyeri. Tindakan operasi dapat
dilakukan dengan membuka perut (laparotomi) atau dengan bedah minimal
invasif (laparoskopi), untuk mengangkat atau mengalirkan abses dan memotong
jaringan parut.
G. Prognosis
Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti
chlamydia. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan aman saat
berhubungan seksual. Misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan
melakukan hubungan seksual yang aman.Selain mulai menerapkan kehidupan
seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan
seperti berikut ini:
Pencegahan radang panggul akan lebih mudah dilakukan bersama pasangan. Bila
Anda menderita radang panggul, sarankan kepada pasangan Anda untuk
melakukan pemeriksaan dan pengobatan juga bila diperlukan. Hal ini dapat
mencegah penyebaran infeksi menular seksual dan kemungkinan radang panggul
berulang.
7. Penatalaksanaan awal
Farmakologi
1. Untuk obat nyeri pada saat buang air kecil dapat diberikan antibiotik
seperti ciprofloxacin untuk menangani berbagai jenis infeksi akibat bakteri,
misalnya infeksi saluran kemih. Obat ini bekerja dengan cara membunuh
atau mencegah perkembangan bakteri yang menjadi penyebab infeksi.
Dosis yang dapat diberikan untuk anak 250 mg dalam satu tablet.
2. Acetaminofen atau biasa disebut paracetamol.
Paracetamol efektif dalam mengurangi demam dan sebagai pereda nyeri
pada anak. Dosis paracetamol adalah 400 mg dalam satu tablet.
Non farmakologi
8. Pencegahan
Sebagian kuman yang berbahaya hanya dapat hidup dalam tubuh manusia.
Untuk melangsungkan kehidupannya, kuman tersebut harus pindah dari orang
yang telah kena infeksi kepada orang sehat yang belum kebal terhadap kuman
tersebut. Kuman mempunyai banyak cara atau jalan agar dapat keluar dari orang
yang terkena infeksi untuk pindah dan masuk ke dalam seseorang yang sehat.
Kalau kita dapat memotong atau membendung jalan ini, kita dapat mencegah
penyakit menular. Kadang kita dapat mencegah kuman itu masuk maupun
keluar tubuh kita. Kadang kita dapat pula mencegah kuman tersebut pindah ke
orang lain.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu
pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga tingkatan pencegahan
tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering
dijumpai keadaan tumpang tindih.
1.Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan
sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.
3.Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
4.Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
5.Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan
dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.
8.Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari
saluran urin dari bakteri.
9. Perspektif Islam
13. Berek, J.S. Berek & Novak’s Gynecology, ed. 14. Lippincott Williams &
Wilkins; United States : 2007