Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta

bahan-bahan kimia. (Wijayaningsih, 2013 ; 145)

Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA yang ditularkan terutama melalui

darah. Virus ditemukan disaliva, semen, dan skresi vagina serta dapat ditularkan

melalui memran mukosa dan luka pada kulit. (Brunner dan Suddarth, 2015 ; 298)

2. Etiologi

Penyakit disebabkan oleh Virus Hepatitis B (HBV). Virus Hepatitis B (HBV)

termasuk hepadnavirus, berukuran 42 mm double stranded DNA virus dengan

terdiri dari nucleo capsid core (HBc Ag) berukuran 27 mm, dikelilingi oleh

lapisan lipoprotein dibagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HbsAg).

(Kunoli, 2013 ; 130)

3. Patofisologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dan dapat disebabkan oleh

infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.

Unit fungsional dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai

darah sendiri. Sering dengan berkembangnya implamasi pada hepar, pola normal

5
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar

ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,

sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan

digantikan oleh sel-sel baru yang sehat.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu

badan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan yang tidak

nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya

rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin (zat mewarnai feses) oleh karena itu

tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka

bilirubin dapat di ekskresi kedalam kemih, sehingga menimbulkan urin dan kemih

berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai

peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal

pada ikterus. (Wijayaningsih, 2013 ; 147)

4. Manifestasi Klinis

Gejala mungkin bersifat tersembunyi dan beragam, episode subklinis sering

kali dijumpai, gejala demam dan pernapasan jarang terjadi, beberapa klien

mengalami artralgia dan ruam.

 Kehilangan nafsu makan, dispesia, nyeri abdomen, sakit diseluruh tubuh,

dan kelemahan dapat terjadi.

6
 Ikterik bisa terjadi, bisa juga tidak, pada kasus ikterik, feses berwarna

terang dan urine gelap.

 Liver atau hari mungkin terasa kenyal dan membesar, limpa membesar

terpalpasi pada beberapa bagian klien, Nodus Limfe Servikal juga dapat

membesar. (Brunner, 2015 ; 298)

5. Komplikasi

Kondisi Hepatitis B dapat memberikan komplikasi, meliputi fulminant

hepatitis Hepatocellular Carcinoma / HHC (hepatoma), glomerulonefritis,

poliarteritis, dodosa, pancreatitis, miokarditis, pneumonia, anemia aplastik,

dan neuropatik parifer. (Muttaqin dan Sari, 2011 ; 740)

6. Pemeriksaan Diagnostik

A. Laboratorium

 Pemeriksaan Pigmen

 Urobilirubin direk

 Bilirubin serum total

 Bilirubin urine

 Urobilinogen urine

 Urobilinogen feses

 Pemeriksaan Protein

 Protein total serum

 Albumin serum

7
 Globulin serum

 HbsAG

 Waktu Protombin

 Respon waktu protombin terhadap Vitamin K

 Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

 AST atau SGOT

 ALT atau SGPT

 LDH

 Amonia Serum

 Radiologi

 Foto rontgen abdomen

 Pemindahan hati dengan preparat technetium emas, atau rose

bengal yang berlabel radioaktif

 Kolestogram dan kalangiogram

 Arteriografi pembuluh dara seliaka

 Pemeriksaan tambahan

 Laparoskopi

 Biopsi Hati (Wijayaningsih, 2013 ; 148)

7. Penatalaksanaan Medis

a. Interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

b. Lamivudin Epivir dan Hepsera.

8
c. Tirah baring dan alpa pembatasan aktivitas sampai pembesaran hati dan

peningkatan kadar bilirubin serum dan enzim hati telah teratasi.

d. Pertahankan nutrisi yang adekuat; batasi protein jika kemampuan hati

untuk memetabolisme produk sekunder protein terganggu.

e. Berikan antasid dan antiemetic untuk mengatasi dispepsia dan malaise

umum; hindari semua medikasi jika klien muntah.

f. Lakukan hospitalisasi dan berikan terapi cairan jika muntah terus-

menerus terjadi. (Brunner dan Suddarth, 2015 ; 299)

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktifitas / Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.

b. Sirkulasi

Gejala : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat)

Ikteri pada skelera, kulit, membran mukosa

c. Eliminasi

Gejala : Urine gelap

Diare / konstipasi feses warna tanah liat

Adanya / berutang hemodialisa

d. Makanan / cairan

Gejala : Hilangnya nafsu makam (anoreksia)

Penurunan BB / meningkat (edema)

9
Mual , muntah

Tanda : Asitesi

e. Neurosensor

Gejala : peka ransang

Cenderung tidur

Letargi

asteriksis

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan kuadran kanan atas

Mialgia, artralgia, sakit kepala

Gatal (prositasi)

Tanda : Otot tegang dan gelisah

g. Pernapasan

Gejala : tidak minat / enggan merokok (perokok)

h. Keamanan

Gejala : adanya tranfuse darah

Tanda : demam

Urtikaria, lesi, makulopapular, eritema tidak beraturan

Eksaserbasi jerawat

Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia

splenomegali

10
2. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan

kekuatan, keterbatasan aktifitas.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual / muntah, gangguan ansorbsi dan metabolisme

perencanaan makanan.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

berlebihan melalui muntah dan diosis, asistesi, gangguan proses

pembekuan.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak

adekuat (leukopeni, penekanan respon inflamasi) dan depresi imun,

malnutrisi.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas,

ikterik, udema.

6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi,

prognosis dan penatalaksanaan penyakitnya.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa 1.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan

kekuatan, keterbatasan aktifitas.

Tujuan :

- Diet dapat beraktifitas sesuai tolensi.

11
Kriteria Hasil :

- Menunjukkan teknik / prilaku yang memampukan kembali melakukan

aktifitas.

- Melakukan kemampuan peningkatan toleransi aktifitas.

Intervensi :

- Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.

- Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.

- Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak

sendi / pasif atau aktif.

- Dorong pengguna teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif,

visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktifitas hiburan yang tepat contoh

menonton tv, radio, dan membaca.

- Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.

- Awasi kadar enzim hati.

Rasional

- Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area

tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

- Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

- Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karna

keterbatasan aktifitas yang terganggu periode istirahat.

- Meningkatkan relaksasi dan menghemat energi, memusatkan kembali

perhatian, dan dapat meningkatkan koping.

12
- Menunjukkan kurangnya resolusi / ekdsaserbasi penyakit, memerlukan

istirahat lanjut, mengganti program terapi.

- Membantu menentukan kadar aktivitas tepat, sebagai peningkatan premature

pada potensial resiko terulang.

Diagnosa 2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual, muntah.

Tujuan :

- Nutrisi klien terpenuhi secara adekuat.

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan prilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan /

mempertahankan berat badan yang sesuai.

- Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai

laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.

Intervensi :

- Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.

- Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi

paling besar.

- Berikan perawatan mulut sebelum makan.

- Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.

- Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat

sepanjang hari.

13
- Berikan obat sesuai indikasi vitamin contoh B kompek, C, diet lain sesuai

indikasi dengan azatioprin (Imuran)

- Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.

Rasional

- Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia.

- Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.

- Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.

- Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna.

- Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.

- Mungkin perlu membutuhkan kalori bila tanda kekurangan terjadi / gejala

memanjang.

Diagnosa 3.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

berlebihan melalui muntah dan diosis, asistesi, gangguan proses pembekuan.

Tujuan :

- Volume cairan dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil :

- Tanda vital stabil, mukosa lembab, turgor kulit baik, pengeluaran urin sesuai

dan klien kooperatif.

Intervensi :

- Monitor intake dan output dan bandingkan dengan BB harian.

14
- Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan

membran mukosa.

- Periksa apakah ada arsitex / udem, ukur lingkat perut.

- Biarkan klien menggunakan spon dan membersihkan mulut untuk sikat gigi.

- Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 8 gelas sehari.

- Observasi tanda pendarahan seperti hematuna, melena, ekimosis, perdarahan

terus-menerus dari gusi / bekas injeksi.

Rasional

- Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti.

- Memberikan informasi untuk derajat kekurangan cairan dan membantu

menentukan kebutuhan nutrisi.

- Mengetahui kemungkinan perdarahan kedalam jaringan.

- Menghindari trauma dan perdarahan gusi.

- Untuk membantu / menghindari kekurangan cairan.

- Kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi memanjang.

Diagnosa 4.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

(leukopeni, penekanan respon inflamasi) dan depresi imun, malnutrisi.

Tujuan :

- Infeksi tidak terjadi.

15
Kriteria Hasil :

- Klien mengetahui tentang penyebab / faktor resiko infeksi.

- Klien menunjukkan perubahan pola menghindari infeksi.

Intervensi :

- Isolasi untuk klien infeksi enteric sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

- Awasi atau batasi pengunjung sesuai indikasi.

- Jelaskan prosedur isolasi pada klien atau orang terdekat.

- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (antivirus, interferon, dan

antibiotic).

Rasional

- Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.

- Melalui cuci tangan dapat mencegah dan melindungi dari infeksi virus.

- Klien dapat terpapar terhadap proses infeksi.

- Untuk melindungi diri dan orang lain, isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari

timbulnya penyakit, tergantung lamanya gejala dan tipe.

- Berguna untuk pengobatan hepatitis.

Diagnosa 5.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, ikterik,

udema.

Tujuan :

- Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

16
Kriteria Hasil :

- Menunjukkan jaringan atau kulit utuh bebas ekskoriasi.

- Melaporkan tidak ada atau penurunan pruritus lecet.

Intervensi :

- Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji, hindari sabun

alkali.

- Berikan minyak kaladin sesuai indikasi.

- Anjurkan menggunakan kuku-kuku jari untuk menggaruk bila tidak

terkontrol.

- Berikan masase pada waktu tidur.

- Hindari komentar pada penampilan klien.

Rasional

- Mencegah kulit kering berlebihan, memberikan penghilang gatal.

- Menurunkan potensial cedera kulit.

- Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.

- Meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.

Diagnosa 6.

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis

dan penatalaksanaan penyakitnya.

Tujuan :

- Pengetahuan orang tua bertambah.

Kriteria Hasil :

17
- Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

- Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala penyakit dan hubungan gejala

dengan faktor penyebab.

- Melakukan perubahan prilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.

Intervensi :

- Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan atau prognosis,

kemungkinan pilihan pengobatan.

- Berikan informasi khusus tentang pencegahan penularan penyakit.

- Rencanakan memulai aktifitas klien sesuai toleransi dengan periode istirahat

adekuat.

- Dorong kesinambungan diet seimbang klien.

- Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus masanya, contoh

masukan cairan adekuat atau diet, serat, aktifitas / latihan sedang sesuai

toleransi.

Rasional

- Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan atau salah informasi dan

memberikan kesempatan untuk informasi tambahan sesuai keperluan.

- Kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis (Agen

penyebab) dan situasi individu.

- Ini tidak perlu untuk menunggu bilirubin serum kembali normal untuk

memulai aktifitas (memerlukan waktu 2 bulan), tetapi aktifitas keras perlu

dibatasi sampai hati kembali ke ukuran normal.

18
- Meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses penyembuhan

atau regenerasi jaringan.

- Penurunan tinggat aktifitas, perubahan pada pemasukan makanan atau cairan

dan motilitas usus dapat mengakibatkan konstipikasi. (Wijaya dan

Marizaputri, 2013 ; 214)

19

Anda mungkin juga menyukai