NI KETUT KARYAWATI
20089142200
1. Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. ini
mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, bikomia serta seluler yang khas.
Sampai saat ini sudaj teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti yaitu: hepatitis
A, B, C, D dan E.
2. Etiologi
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi diantara para
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau diantara mitra
seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu pula bisa terjadi pada
ibu hami yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses
persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat tranfusi darah.
Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum
bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang belum jelas,
d. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
e. Hepatitis E
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut
(Nurarif, 2015):
g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopatik
4. Patofisiologi
Kerusakan hati yang terjadi biasanya meliputiserupa pada semua tipe hepatitis
virus. Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika
memasuki tubuh, verus hepatitis menyebabkan cedera dan kematian hepatosit yang
biasa dengan cara membunuh langsung sel hati atau dengan cara mengaktifkan reaksi
imun serta inflamasi ini selanjutnya akan mencederai atau menghancurkan hepatosit
dengan menimbulkan lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang berada disekitarnya.
lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi. Edema dan pembengkakan intertisium
menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan aliran darah, hipoksia jaringan, dan
Cepat lelah
Pruritus Ekskresi kedalam kemih
Perubahan Kenyamanan
Intoleransi aktifitas Bilirubin dan kemih
berwarna gelap
Resiko gangguan fungsi hati
(Nurarif, 2015)
6. Komplikasi
c. Sirosis hepatis
7. Pemeriksaan penunjang
Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark
miokardium
b. Bilirubin direk
c. Bilirubin indirek
g. Kolesterol serum
Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi ductus biliaris
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada
HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok (Brunner & Suddarth, 2015).
Data tergantung pada penyabab dan beratnya kerusakan atau gangguan hati.
1) Aktivitas / istirahat
2) Sirkulasi
Tanda : Bradikardia
3) Elimnasi
berulangnya hemodialisis.
4) Makanan dan cairan
Tanda : asites
5) Neurosensori
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian kuadran kanan atas,mialgia,
7) Pernapasan
8) Keamanan
9) Seksualitas
Gejala: Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus bakteri atau
halotan: terpajan pada kimia toksik (contoh: karbon tetraklorida, vinil klorida):
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan
vena porta.
b. Defisit nutrisi b.d perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs
c. Hipertermia b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadapt inflamasi
hepar.
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238).
diharapkan tingkat nyeri (L.08066) dapat Observasi
menurun dengan Kriteria Hasil : Identifikasi lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi,
Keluhan nyeri menurun. kualitas, intensitas nyeri
Meringis menurun Identifikasi skala nyeri
Sikap protektif menurun. Identifikasi respons nyeri non verbal
Gelisah menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkaan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Observasi
defisit nutrisi membaik, dengan kriteria hasil : Identifikasi status nutrisi
Porsi makan yang dihabiskan Identifikasi alergi dan intoleransi makan
meningkat Identifikasi makanan yang disukai
Pengetahuan tentang pilihan makanan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
yang sehat meningkat Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Frekuensi makan membaik Monitor asupan makanan
Nafsu makan membaik Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
3 Hipertermia (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia (I.15506).
diharapkan termoregulasi (L.14134) membaik Observasi
dengan Kriteria Hasil : Identifikasi penyebab hipertermia.
Menggigil menurun. Monitor suhu tubuh.
Takikardi menurun. Monitor haluaran urine.
Suhu tubuh membaik. Terapeutik
Suhu kulit membaik Sediakan lingkungan yang dingin.
Longgarkan atau lepaskan pakaian.
Berikan cairan oral
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas (I.09314).
dengan kurang terpapar tingkat ansietas (L.01006) menurun dengan Observasi
informasi (D.0080) Kriteria Hasil : Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
Verbalisasi kebingungan menurun. Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal.
Verbalisasi khawatir akibat menurun. Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika
Prilaku gelisah menurun. perlu.
Prilaku tegang menurun. Terapeutik
Dengarkan dengan penuh perhatian.
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami.
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika
perlu.
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Teli,
2018).
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
5. Evaluasi Keperawatan
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
Judith, dkk. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gaja Madah University
Press.
Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Medication.
Price S.A., Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
1. Buku II. Jakarta: EGC.