Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUHAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

NI KETUT KARYAWATI
20089142200

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUHAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Hepatitis

1. Definisi

Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. ini

mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel

hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, bikomia serta seluler yang khas.

Sampai saat ini sudaj teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti yaitu: hepatitis

A, B, C, D dan E.

2. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai

berikut (Soerjono. 2011) :

a. Hepatitis A

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari

family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini

terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi

wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.

b. Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang

berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi diantara para

pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau diantara mitra

seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu pula bisa terjadi pada

ibu hami yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses

persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.

c. Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil

terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat tranfusi darah.

Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum

bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang belum jelas,

penderita” penyakit hati alkoholik” seringkali menderita hepatitis C.

d. Hepatitis D

Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif

yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.

e. Hepatitis E

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang

hanya terjadi di negara-negara terbelakang.


3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut

(Nurarif, 2015):

a. Malaise, anoreksia, mual dan muntah.

b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia

c. Demam ditemukan pada infeksi HAV

d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.

e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)

f. Nyeri tekan pada hati

g. Splenomegali ringan

h. Limfadenopatik

4. Patofisiologi

Kerusakan hati yang terjadi biasanya meliputiserupa pada semua tipe hepatitis

virus. Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika

memasuki tubuh, verus hepatitis menyebabkan cedera dan kematian hepatosit yang

biasa dengan cara membunuh langsung sel hati atau dengan cara mengaktifkan reaksi

imun serta inflamasi ini selanjutnya akan mencederai atau menghancurkan hepatosit

dengan menimbulkan lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang berada disekitarnya.

Kemudian, serangan antibody langsung pada antigen virus menyebabkan destruksi

lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi. Edema dan pembengkakan intertisium

menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan aliran darah, hipoksia jaringan, dan

pembentukan parut, serta fibrosis (Kowalak, 2016).


5. Pathway

Pengaruh alcohol, virus Inflamasi pada Hepar


hepatitis, toksi

Gangguan suplai darah Hipertermi Perengangan kapsula hati


normal pd sel-sel hepar
Perasaan tidak nyaman di Hepatomegali
Kerusakan sel Paremkim, kwardan kanan atas
sel hati & ductuli empedu Anoreksia
Nyeri Akut
gangguan metabolism
Ketidakseimbangan nutrisi
kaborhidrat, protein & lemak
Obstruksi kurang dr kebutuhan

Glikogenesis menurun kerusakan konjugasi


Gangguan ekskresi empedu

Bilirubin tidak sempurna


Retensi bilirubin
Glukogenesis menurun dikeluarkan melalui ductus
hepatikus

Glukosa dalam darah Regurgitasi pada ductuli


empedu intra hepatik Bilirubin direk meningkat
berkurang

Bilirubin direk meningkat


Resiko ketidak stabilan Ikterus
gula darah
Peningkatan garam
empedu dalam darah Larut dalam air

Cepat lelah
Pruritus Ekskresi kedalam kemih

Perubahan Kenyamanan
Intoleransi aktifitas Bilirubin dan kemih
berwarna gelap
Resiko gangguan fungsi hati

(Nurarif, 2015)
6. Komplikasi

Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):

a. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan samapai 8 bulan

b. Hepatitis aktif yang kronis

c. Sirosis hepatis

d. Gagal hati dan kematian

e. Karsinoma hepatoseluler primer

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

hepatitis antara lain (Kowalak, 2016):

a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH

Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark

miokardium

b. Bilirubin direk

Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi

c. Bilirubin indirek

Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert

d. Bilirubin serum total

Meningkat pada penyakit hepatoseluler

e. Protein serum total

Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati


f. Masa protombin

Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat kerusakan sel hati

g. Kolesterol serum

Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi ductus biliaris

B. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Keluhan utama

Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,

malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada

HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok (Brunner & Suddarth, 2015).

b. Dasar data pengkajian pasien

Data tergantung pada penyabab dan beratnya kerusakan atau gangguan hati.

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum

2) Sirkulasi

Tanda : Bradikardia

Gejala : Ikterus pada sklera, kulit dan dan membran mukosa.

3) Elimnasi

Gejala : Urine gelap, diare / konstipasi, feses berwarna hitam, adanya /

berulangnya hemodialisis.
4) Makanan dan cairan

Gejala : Hilang napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau

meningkat odem, mual/muntah.

Tanda : asites

5) Neurosensori

Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.

6) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian kuadran kanan atas,mialgia,

atralgia, dan sakit kepala.

Tanda : otot tegang, gelisah.

7) Pernapasan

Gejala : Tidak minat / enggan merokok .

8) Keamanan

Gejala : Adanya tranfusi darah/produk darah

Tanda : demam, urtikuria, lesi makutopapular, eritema tak beraturan,

eksaserbasi jerawat, angioma jaring-jaring.

9) Seksualitas

Gejala : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan (contoh : homo

seksual aktif / biseksual pada wanita).


10) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala: Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus bakteri atau

toksin. Makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah dengan anastesi

halotan: terpajan pada kimia toksik (contoh: karbon tetraklorida, vinil klorida):

obat resep (contoh: surfanomit, fenotizid).

2. Diagnosa Keperawatan

Untuk perumusan masalah keperawatan berpedoman pada buku Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Diagnosa keperawatan yang

dapat terjadi pada pasien dengan hepatitis yaitu:

a. Nyeri akut b.d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan

vena porta.

b. Defisit nutrisi b.d perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs

dan metabolism pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi

kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual, muntah.

c. Hipertermia b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadapt inflamasi

hepar.

d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238).
diharapkan tingkat nyeri (L.08066) dapat Observasi
menurun dengan Kriteria Hasil :  Identifikasi lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi,
 Keluhan nyeri menurun. kualitas, intensitas nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif menurun.  Identifikasi respons nyeri non verbal
 Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkaan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Observasi
defisit nutrisi membaik, dengan kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
 Porsi makan yang dihabiskan  Identifikasi alergi dan intoleransi makan
meningkat  Identifikasi makanan yang disukai
 Pengetahuan tentang pilihan makanan  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
yang sehat meningkat  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Frekuensi makan membaik  Monitor asupan makanan
 Nafsu makan membaik  Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
3 Hipertermia (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia (I.15506).
diharapkan termoregulasi (L.14134) membaik Observasi
dengan Kriteria Hasil :  Identifikasi penyebab hipertermia.
 Menggigil menurun.  Monitor suhu tubuh.
 Takikardi menurun.  Monitor haluaran urine.
 Suhu tubuh membaik. Terapeutik
 Suhu kulit membaik  Sediakan lingkungan yang dingin.
 Longgarkan atau lepaskan pakaian.
 Berikan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas (I.09314).
dengan kurang terpapar tingkat ansietas (L.01006) menurun dengan Observasi
informasi (D.0080) Kriteria Hasil :  Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
 Verbalisasi kebingungan menurun.  Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal.
 Verbalisasi khawatir akibat menurun.  Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika
 Prilaku gelisah menurun. perlu.
 Prilaku tegang menurun. Terapeutik
 Dengarkan dengan penuh perhatian.
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami.
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika
perlu.
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
 Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Teli,

2018).

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari

pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan

dan memfasilitasi koping (Teli, 2018).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai

efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan

pelaksanaan (Teli, 2018).


DAFTAR PUSTAKA

Hasil Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Jurnal VatimatunnimahWardhani. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit


menular dan penyakit tidak menular. Pdf

Judith, dkk. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gaja Madah University
Press.

Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Medication.

Price S.A., Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
1. Buku II. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and


Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta: EGC.

Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima


Bintang.

Anda mungkin juga menyukai