Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

HEPATITIS

DOSEN PEMBIMBING

MAHRURI SAPUTRA, S. Kep., NS., M. Kep

DISUSUN OLEH

Muhammad Irhammi Maualan, Amd. Kep

1
HEPATITIS

A. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

B. ETIOLOGI
1. Virus
Type A Type B Type C Type D Type E

Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-oral


transmisi melalui seksual, jarang seksual, perinatal,
orang lain perinatal orang ke memerlukan
orang, koinfeksi dengan
perinatal type B

Keparah-an Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Sama


dan luas, dapat insiden kronis dan dengan D
asimto- berkem-bang gagal hepar akut
matik sampai kronis

Sumber Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah,


virus feces, semen, sekresi melalui darah feces,
saliva vagina saliva

2. Alkohol

2
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2. Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.

4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa

3
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.

D. PATOFOSIOLOGI
Patways terlampir.

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.
Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,

4
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

5
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase


- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati

6
E. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada alkoholik.

PATHWAYS

Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin

Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati

Perubahan kenyamanan Gangguan suplay darah normal pada


Hepatomegali
sel-sel hepar
Perasaan tidak nyaman di kuadran
Gangguan metabolisme karbohidrat Kerusakan sel parenkim, sel hati dan
kanan atas
lemak dan protein duktulii empedu intrahepatik

Nyeri Anoreksia
Gglikogenesis Glukoneogenesis
menurun menurun

Perubahan Nutrisi :
Glikogen dalam hepar berkurang
Kurang Dari Kebutuhan
Glikogenolisis menurun

Glukosa dalam darah berkurang

Cepat lelah Keletihan

Kerusakan sel parenkim, sel hati dan


duktuli empedu intrahepatik

Obstruksi Kerusakan konjugasi


Gangguan eksresi Kerusakan sel eksresi
empedu Bilirubin tidak sempura dikeluarkan
Retensi bilirubin melalui duktus hepatikus

Regurgitasi pada duktuli


Bilirubin direk meningkat
empedu intra hepatik
Ikterus
Bilirubin direk
meningkat
7

Peningkatan garam Ikterus Larut dalam air


empedu dalam darah

Pruritus Perubaha Eksresi ke Billirubinuria dan kemih


kenyamanan dalam kemih berwarna gelap
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

1. Aktivitas
ð Kelemahan
ð Kelelahan
ð Malaise

2. Sirkulasi
ð Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
ð Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
ð Urine gelap
ð Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
ð Anoreksia
ð Berat badan menurun
ð Mual dan muntah
ð Peningkatan oedema
ð Asites
5. Neurosensori
ð Peka terhadap rangsang
ð Cenderung tidur
ð Letargi
ð Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
ð Kram abdomen
ð Nyeri tekan pada kuadran kanan
ð Mialgia

8
ð Atralgia
ð Sakit kepala
ð Gatal ( pruritus )

7. Keamanan
ð Demam
ð Urtikaria
ð Lesi makulopopuler
ð Eritema
ð Splenomegali
ð Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
ð Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus

9
F. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan


R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan

b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.

c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.

d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak


R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan

e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak


R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan
lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

10
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan
untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena
terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu
yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.

b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri


- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa
ia mengalami nyeri

c. Berikan informasi akurat dan


- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)

d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek


hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder


terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :

Tidak terjadi peningkatan suhu

a. Monitor tanda vital : suhu badan


R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi

11
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan

d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat


R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis


a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih
tenang

b. Sarankan klien untuk tirah baring


R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.

c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-


kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat
penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang
penting

d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak


energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan keletihan

12
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :

Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering


- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf

b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin


dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi

c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat


pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
pruritus

d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin


R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,


asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :

Pola nafas adekuat

Intervensi :

13
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi
cairan dalam abdomen

b. Auskultasi bunyi nafas tambahan


R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan

c. Berikan posisi semi fowler


R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret

d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif


R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak

e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan


R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus
Hasil yang diharapkan :

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk


menangani semua cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis

b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan
tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius
dan mencegah transmisi penyakit

14
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi

d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang


tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi

IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu tindakan pelaksanaan dari rencana yang sudah dibuat
untuk proses penyembuhan klien selama klien dirawat dirumah sakit. Setiap tindakan yang
diberikan dari rencana tindakan harus diberi tanggal, waktu dan paraf (Doenges, 2009).

Pada diagnosa ansietas berhubungan dengan perasan tidak nyaman dan cemas,
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,klien mampu bina hubungan
saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, memberi kesempatan
pada klien untuk mengungkapkan perasannya, pahami rasa takut/ansietas klien, temani
atau atur supaya ada seseorang bersama klien sesuai indikasi, kaji tingkat ansietas dan
diskusikan penyebab bila mungkin, berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya.

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dai kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, ajarkan dan
bantu klien untuk istirahat 31 sebelum makan, awasi pemasukan diet/jumlah kalori,
tawarkan makan sedikit tapi sering, pertahankan hygine mulut yang baik sebelum makan
dan sesudah makan, anjurkan makan pada posisi yang tegak, berikan diet kalori rendah
lemak.

Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan nyeri bagian abdomen, setelah
dilakukan tindakan keperatan selama 2x24 jam, kaji karakteristik nyeri dan
ketidaknyamanan,obervasi TTV pada klien, berikan teknik relaksasi pada klien, beri posisi
yang nyaman, bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatoksi.

15
Pada diagnosa resiko kerusakan integritas pada kulit berhubungan dengan gatal pada
kulit, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pertahankan kebersihan
tanpa menyebabkan kulit kering, keringkan kulit, jaringan digosok, anjurkan tidak
menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk
tujuan menggaruk, pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin.
Pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien menunjukan tehnik/perilaku yang
memampukan kembali melakukan aktivitas, klien mampu melakukan peningkatan
toleransi aktivitas.

I. EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu hasil akhir dari perkembangan klien dari setiap tindakan
yang sudah direncanakan. Dan klien sudah mengalami perubahan terhadap diri yang
dirasakan (Doenges, 2009).

Ansietas berkurang atau hilang ditandai dengan klien tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan peningkatan
berat badan, menunjukan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan
yang diberikan.
Nyeri akut dapat hilang atau berkurang yang ditandai dengan klien melaporkan nyeri
menghilang, klien tampak tenang dan ekspresi wajah rileks,dan ceriah.
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit ditandai dengan jaringan kulit utuh,
penurunan pruritus.
Intolerasi aktivitas teratasi ditandai dengan klien melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari), menunjukan penurunan tanda intoleransi fisologis,
misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.

Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.

Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.

Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.

Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.

Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.

Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai