YULIANA ANUM
PATRISIA D. JENITA
KATARINA SNAE
PETRUS Y. TAMI
YASINTUS MEOT
KRISTINA DUWUL
FAKULTAS KESEHATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis “
tepat pada waktunya.
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi pada hati. Gangguan ini biasanya disebakan oleh
virus, meskipun dapat diakibatkan oleh pajanan alkohol, obat-obatan, dan
toksin, atau patogen lain (LeMone, Priscilla. 2015. Hal : 914 )
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan- bahan kimia (Sujono Hadi. 1999).
Hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau
keracunan. Kulit mungkin berubah warnanya dan selaput putih mata menjadi
kuning. Biasanya terdapat nyeri di daerah hati di perut bagian atas. (Anderson,
Clifford R. 2015. Hal : 243)
2.2. Etiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan
terbawa sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan
peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT). Akibat kerusakn ini maka terjadi penurunan
penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. Peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh sehingga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi
hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau
tubuh mempunyai respon hipersensivitas, maka hal ini merusak hati sendiri
dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral
racun (Syaifuddin, 2006).
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas.Hal ini dimanifestasikan dengan
adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
2.4. Pathway
Gangguan
Glikogenesisglukoneogenesis
Berkurang
berkurang prunitas
cepat lelah
2.5. ManifestasiKlinis
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus Non A dan Non B : 14-150 hari ( rata-rata 50 hari)
Virus E : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Tanda- tanda dari semua jenis hepatitis virus sama, kecuali hepatitis A, yang tanda
awalnya bersifat tiba-tiba. Tanda-tanda hepatitis virus dikelompokan dalam tiga tahap,
yaitu :
1. Tahap pre ikterik (tahap prodomal) yang berlangsung selama satu minggu.
a. Anoreksia (merupakan tanda utama)
b. Suhu tubuh meningkat disertai menggigil
c. Mual dan muntah
d. Kesulitan mencerna makanan (dispepsia)
e. Nyeri sendi (artralgia)
f. Nyeri tekan pada hepar
g. Cepat lelah, malaise
h. Berat badan menurun
2. Tahap ikterik
Dimulai dengan timbulnya ikterik yang berlangsung selama 46 minggu. Pada
tahap ini, tanda pre ikterik akan berkurang, kecuali anoreksia, mual, muntah,
dispepsia, rasa lemah dan malaise makin bertambah, nyeri tekan pada hepar
juga bertambah. Ikterik timbul karena gangguan metabolisme bilirubin. Urin
pasien berwarna kuning tua, transaminase serum (ALT dan AST) dan alkalin
fosfatase meningkat, serta masa protrombin memanjang.
3. Tahap penyembuhan
Tahap ini dimulai ketika ikterik telah hilang, bertambahnya nafsu
makan.warna urin tampak normal, dan penderita mulai merasa segar kembali.
(Mary Baradero, 2008. Hal : 32)
2.6. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang di lakukanpada pasien hepatitis, antara lain:
a. Tes fungsi hati: Abdomen (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan
nilai untuk membedakan hepatitis virusdan non-virus.
b. Darah legkap: Sel darah merah menurun sehubungan dengan penurunan hidup sel
darah merah (gangguan ezim hati ) atau mengakibatkan perdarahan.
c. AST (SGOT) / ALT (SGPT): Awalya meningkat dapat meningkat 1- 2 minggu
sebelum ikterik dan menurun.
d. Leucopenia,Trombositopenia mungkin tidak ada (splenomegali).
e. Deferensial darah lengkap: leukositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel
plasma.
f. Alkali fosfotase: Agak meningkat (kecuali ada kolesttasis berat).
g. Feses:Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
h. Albumin serum: Menurun
i. Gula darah: hiperglikemia transien / hipoglikemia (gangguan fungsihati).
j. Anti – HAV IgM: positif pada tipe A
k. HBsAg: Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A). catatan: merupakan tes
diagnostic sebelum terjadi gejala klinik.
l. Masa protabin Mungkin memanjang (disfungsi hati).
m. Bilirubin serum: Diatas 2,5 mg / 100 ml (biladiatas 200 mg/ml,prognosis
buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
n. Tes ekskresi Bromsufoptalein (BSP): Kadar darah meningkat.
o. Biopsy hati: Menunjukan diagnosis dan luasnya nekrosis.
p. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim. Urinalisa
peningian kadar bilirubin: Protein / hematuria dapat terjadi (Doenges, Marylin E,
2000).
2.7. Komplikasi
a. Sirosis hepatis
Sirosis hati terjadi karena adanya inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan
distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar, dimana terjadi
kematian fungsi sel-sel hepar sehingga terbentuk sel-sel fibrotic, regenerasi sel dan
jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal. Perubahan ini menyebabkan
hepar kehilangan fungsinya dan distorsi strukturnya. Hepar yang sirotik akan
menyebabkan sirkulasi intrahepatik tersumbat(obstruksi intrahepatik)
b. Ensefalopati hepatic
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hatiyang berat dan disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolic toksik lainnya dalam darah, amonia akan
bertumpuk karena sel-sel hati yang rusak tidak mampu lagi untuk melakukan
detosifikasi dan mengubah amonia menjadi ureum, amonia dalam keadaan ini akan
terus menerus membanjiri aliran darah akibat penyerapan amonia dalam traktus
gastrointestinal dan pembebasannya dari ginjalserta sel-sel otot. Peningkatan
konsentrasi amonia dalam darah menyebabkan disfungsi dan kerusakan otak
sehingga terjadi ensefalopati hepatic.
c. Hipertensi portal
Mekanisme penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap
aliran darah melalui hati, selain itu biasanya terjadi peningkatan aliran arteri
splangnikus. Kombinasi kedua factor yaitu menurunya aliran keluar melalui vena
hepatica dan meningkatnya aliran masuk bersama-sama menghasilkan beban
berlebihan pada sistem portal.
Pembebanan berlebihan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran kolateral
guna menghindari obstruksi hepatic. Tekanan balik pada sistem portal
menyebabkan spenomegali dan sebagian bertanggungjawab atas tertimbunya
asites.
KASUS
pekak
lokasi :
Auskultasi :
Suara napas :
Suara ucapan :
Suara tambahan :
VII. Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis :
Palpasi :
Ictus cordis :
Perkusi :
Batas atas jantung :
Batas bawah jantung :
Batas kanan jantung :
Batas kiri jantung :
Auskultasi :
Bunyi jantung II A :
Bunyi jantung II P :
Bunyi jantung I T :
Bunyi jantung I M :
Bunyi jantung III irama gallop
Murmur :
Bruit : Aorta :
A.Renalis :
A.Femoralis :
VIII. Lengan dan tungkai
Atrofi otot Positif Negatif
Rentang gerak :
Kaku sendi :
Nyeri sendi :
Fraktur :
Parese :
Paralisis :
Uji kekuatan otot
Refleks fisiologi :
Refleks patologi :
Clubing jari-jari :
Varises tungkai :
E. Pola tidur dan isterahat
a) Keadaan sebelum sakit :
Kaji bagaimana pola tidur pasien,apakah baik waktu atau tidak
b) Keadaan sejak sakit :
Kaji bagaiamana pola tidur dan istirahat pasien ,teratur atau
tidak,apakah ada gangguan tidur.
3) Observasi :
Pemeriksaan fisik :
a. Penglihatan
Kornea :
Pupil :
Lensa mata :
Tekanan intra okuler (TIO) :
b. Pendengaran
Pina :
Kanalis :
Membran timpani :
c. Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
G. Pola persepsi dan konsep diri
a. Keadaan sebelum sakit :
pasien menyatakan merasa nyeri sebelum masuk rumah sakit.